BAB V: Pada bab ini berisi tentang kesimpulan ringkasan uraian penulis dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi dengan saran
PANDANGAN FPI TERHADAP ISLAM NUSANTARA
A. Profil FPI
A. Profil FPI
Setelah kemerdekaan muncul tantangan baru lainnya, berupa kesepakatan anak bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan bernegara dan berbangsa.
Karenanya kelompok muslim harus hidup berdampingan dengan Pancasila. Namun, terjadi perkembangan yang kurang menguntungkan dihadapi kelompok Islam karena rezim Orde Baru (Orba) menjalankan politik “Islam phobia” dengan proyek-proyek rekayasa untuk menyudutkan masyarakat Islam. Jadilah Islam terpinggirkan dari wilayah negara sehingga mengakibatkan munculnya masa-masa genting yang mempertaruhkan harmonis hubungan Islam dan negara.93
Dengan runtuhnya masa Orde Baru keadaan negara semakin memprihatinkan, terjadi kerusuhan dimana-mana yang di sebabkan oleh melemahnya perekonomian negara yang semakin lama semakin memburuk terutama pada keamanan. Hal ini diakibatkan dengan terjadinya demonstrasi yang tidak dapat terhindarkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, maksiat terjadi dimana-mana dengan merosotnya ajaran Islam.
93Syarif Hidayatullah, Islam “Isme-Isme” Aliran dan Paham Islam di Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014) Cet.II, hlm.2
Berangkat dari penderitaan umat Islam Indonesia, dengan ketidak jelasan hukum yang menjadikan moral masyarakat Indonesia tidak tertata dan keadaan yang tidak bisa dikontrol, menjadikan faktor utama berdirinya FPI. Habib Rizieq Shihab mendirikan sebuah organisasi sosial yang berlandaskan Islam, dengan nama Front Pembela Islam (FPI).
FPI didirikan pada 17 Agustus 1998 oleh sejumlah Habaib dan Ulama serta ribuan umat muslim di Jakarta. Organisasi ini bertujuan untuk memperbaiki moral atau etika masyarakat Indonesia, dimana pada saat itu kurang adanya kontrol dari negara, sehingga mengakibatkan kerusuhan yang pada puncaknya Tragedi Semanggi pada tahun 1998.
Seiring berkembangnya organisasi FPI, menjadikan organisasi ini menjadi bagian dari PAM Swakarsa yang bertugas sebagai pengamanan, terutama pada sidang Istimewa MPR pada tahun 1998 yang berakhir dengan bentrokan antara pihak keamana dengan mahasiswa, peristiwa tersebut dikenal dengan Tragedi Semanggi,
Dimulai dari situlah eksistensi FPI semakin terlihat jelas di mata masyarakat muslim Indonesia. hingga saat ini FPI menjadi salah satu ormas terbesar ketiga setelah NU dan Muhamadiyah. Hal itu dapat dilihat dari konsistennya ormas FPI
terhadap gerakannya yang sangat kontras dan militan dalam penyebaran ajaran Islam sebagai daya tarik terutama pada golongan anak muda.94
Disebut Front karena orienasi kegiatannya yang bersifat tindakan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. dengan demikian diharapkan juga berlomba-lomba untuk berada terdepan pada setiap peperangan melawan musuh Allah SWT. Disebut Pembela dengan harapan agar senantiasa bersikap pro aktif dalam melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Adapun kata Islam menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan dan berdasarkan ajaran Islam yang benar.95
Sebagai salah satu pendiri FPI, Habib Rizieq Shihab menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai visi dari organisasi, menurutnya penegakkan amar ma’ruf nahi munkar adalah satu-satunya jalan untuk menjauhkan kezholiman dan kemunkaran.
Hal ini termuat baik dalam Al Qur’an maupun As-Sunnah yang berisikan untuk berbuat kebaikan, termasuk dalam konteks amar ma’ruf dan redaksi dengan konteks nahi munkar. sehingga menjadikan nash secara syar’i untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Seperti yang termuat dalam Al Qur’an: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruh dan mencegah
94Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3 hlm.13.
95Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3, hlm.128-129.
dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.SAli Imron:
104).96
FPI memiliki lima prinsip perjuangan dalam gerkannya diantaranya. Pertama, Tuhan kami dan dia tujuan kami. Kedua, Muhammad Rasulullah SAW adalah teladan kami. Ketiga, Al Qur’anul Karim adalah Imam kami. Keempat, Al Jihad adalah jalan kami. Kelima, Asy Syahadah adalah cita-cita kami. Dimana hal tersebut pernah diletakkan oleh seorang mujahid Da’wah, Al-Imam Hasan Al-Banna yang kini menjadi pedoman FPI.97
Selain itu FPI memiliki semboyan “Hidup Mulia atau Mati Syahid”.
Semboyan tersebut pernah diserukan oleh Asy-Syahid Sayyid Quthb, seorang penulis tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Menurut FPI Hidup Mulia atau Mati Syahid merupakan dua hal yang menyatu saling menyempurnakan. Artinya, seorang muslim tidak akan hidup mulia jika tidak berharap syahid, dan ia tidak akan syahid jika ia tidak hidup mulia.98
Dalam ideologi, FPI memiliki keterkaitan dengan dua tema besar yakni.
Pertama, adalah dengan memasukan Piagam Jakarta ke dalam konstitusi Indonesia, karena Piagam Jakarta lebih kepada pengaplikasian syariat Islam untuk semua masyarakat muslim Indonesia, dengan begitu masyarakat muslim dengan bebas
96Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3, hlm.126.
97Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3 hlm.142.
98Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3 hlm.
melakukan berbagai macam aktifitas keagamaan tanpa adanya pelarangan dari pihak manapun.
Namun untuk memasukkan Piagam Jakarta, FPI selalu berupaya melalui jalur konstitusi dan melalui demokrasi yang ada, ini merupakan hal yang berbanding terbalik dengan kelompok Islam radikal yang lainnya, seperti Laskar Jihad dan Hizbut Tahrir yang ingin menjadikan Indonesia menjadi negara Islam seutuhnya dan dengan cara apapun.99
FPI sebagai organisasi Islam masih mengikuti demokrasi dan aturan positif yang ada di Indonesia, gerakan FPI lebih memprioritaskan terhadap perbaikan moral bangsa melalui hukum Islam, seperti yang pernah dikatakan oleh Habib Rizieq “Jika moral dan karakter tidak diubah, maka tidak akan berguna untuk membicarakan perubahan di bidang ekonomi, masalah politik maupun hukum”.
Khusus pada Orsospol, FPI memandang bahwasanya pada prinsipnya terdapat dua Partai yaitu, Partai Allah dan Partai Syaitan. Partai yang berjuang untuk membela kebenaran dengan menegakkan hak-hak Allah SWT dan hak-hak hamba-Nya, itulah Partai Allah. Sedangkan partai yang berjuang dengan untuk kepentingan hawa nafsu ialah Partai Syaitan.
Dengan begitu FPI tidak bersikap netral tanpa pilihan, FPI berkewajiban mendukung dan membela Orsospol yang secara terang-terangan dan nyata menjadi
99Manggala Ismanto. Penguatan Identitas lokal dan Penolakan Vigilantisme Atas Nama Agama (Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Universitas Brawijaya, 2017) Vol.30, No.3 hlm.243.
partai Allah SWT. Dengan kata lain FPI tidak netral pada Partai Allah dan Partai Syaitan, akan tetapi FPI netral diantara sesama Partai Allah.100
Selanjutnya tema FPI yang kedua adalah nilai Islam mengenai amar ma’ruf nahi munkar, dengan begitu Habib Rizieq menyerukan kepada seluruh anggotanya baik untuk pengurus maupun simpatisan agar menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dimana memimpin manusia menuju kebajikan dan menjauhi kejahatan, berdasarkan pada penegakkan inilah tindakan-tindakan FPI terkadang berujung kekerasan.101
Sedangkan doktrin keagamaan FPI tidak berbeda jauh dengan NU yang berakidah ahlus sunnah wal jama’ah yang menganut empat Imam Mazhab fikih, secara kultural mayoritas anggota FPI berasal dari kalangan tradisional dan memiliki kedekatan kultur dengan NU dan Muhammadiyah.102
Belakangan ini nama FPI kembali menjadi topik pembicaraan bagi kalangan masyarakat Indonesia, terutama pada masyarakat muslim. Hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa hal yang tidak sesuai di dalam AD/ART FPI dengan ideologi negara, sehingga mengakibatkan tertahannya Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI sebagai organisasi yang diakui oleh negara.
100Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3, hlm.206.
101Manggala Ismanto. Penguatan Identitas lokal dan Penolakan Vigilantisme Atas Nama Agama (Jurnla Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Universitas Brawijaya 2017) Vol.30, No.3 hlm.243.
102Agus Ali Dzawafi, Pemahaman Tekstual dan Implikasi Terhadap Gerakan Dakwah Front Pembela Islam (FPI), (Banten,Jurnal Adzikra 2012) Vol.3, No.1 hlm.3.