BAB V: Pada bab ini berisi tentang kesimpulan ringkasan uraian penulis dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi dengan saran
PANDANGAN FPI TERHADAP ISLAM NUSANTARA
B. PANDANGAN FPI TERHADAP AJARAN ISLAM
Islam merupaka ajaran yang rahmatan lil’alamin, dimana ajaran ini baik untuk seluruh umat Islam dan seluruh manusia di muka bumi ini, artinya ajaran syamillah kamilah secara menyeluruh dan tidak di batasi oleh negara manapun, ajaran ini bersumber pada empat sumber yang telah disepakati oleh para ulama, yakni Al Qur’an, Hadist, Ijma dan Qiyas, namun ada tambahan dari beberapa yang menganggap pendapat dari perkataan para sahabat, Dengan begitu Islam mampu menjawab seluruh aspek kegiatan mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.
Selagi ajaran Islam tidak dikotomi oleh negara dan bersumber pada empat sumber, FPI memandang Islam itu benar, dengan begitu Islam akan sesuai dengan Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) seperti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah.103
Namun, Aswaja yang di pahami oleh FPI tidak sama dengan apa yang dipahami oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. FPI memahami Aswaja sebagai kebenaran yang pasti, seperti tertera pada Al Qur’an dan Hadist, mereka itu adalah para sahabat dan tabi’in, kelompok seperti ini merupakan kelompok yang ingin mempertahankan autensitas dari agama, sampai pada segala sesuatu yang berkaitan dengan simbol-simbol dan ritual.104
103Wawancara bersama Ustad Irbabul lubab (Sekertaris Umum Majelis Syuro FPI), di Pondok Pesantren An nur, 7 November 2019.
104Machfud Syaefudin, Reinterpretasi Gerakan Dakwah Front Pembela Islam, Jurnal Ilmu Dakwah (Pekalongan, Sekolah Tinggi Agama Islam 2014) vol.34 No.2, hlm.262.
Pada dasarnya Aswaja merupakan sebuah pemikiran teologis yang dicetuskan oleh ulama dari Timur Tengah pada awal Islam berkembang, mereka mengakui sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW.105 Dalam pemikirannya mereka memiliki cara pandang Asy’ariyah, dan di dalam hukum Islam mereka mengakui atau menggunakan empat mazhab yaitu Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i.
Meskipun FPI memiliki pemahaman sendiri tentang Aswaja, konsep tersebut tidak dipaksakan untuk anggota FPI, namun dengan begitu FPI tetap mengajarkan dan tetap mensosialisasikannya di pengajian-pengajian, majelis taklim dan pengajian kitab-kitab, sikap ini dilakukan karena di dalam FPI berasal dari berebagai golongan organisasi seperti NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah dan Ikhwanul Muslimin, dengan begitu FPI ingin menyatukan umat Islam dari berbaai golongan tersebut.106
FPI sebagai organisasi Islam juga memiliki agenda untuk penegakkan Khilafah. Menurutnya Khilafah merupakan bagian dari ajaran Islam dan bagian dari sejarah yang tidak boleh dilupakan, namun khilafah yang di pahami oleh FPI berbeda dengan khilafah yang di pahami HTI. Khilafah menurut FPI yaitu Khilafah Manhaj Nubuwwah.
Khilafah ini atas dasar tauhid dan menuju kepada tauhid, dengan ditegakkannya sunah Rasulullah, dan diperanginya kesyirikan dalam berbagai macam, sehingga tidak ada lagi peribadatan yang diberikan selain untuk Allah SWT,
105Nur Syam, Tantangan Multikulturalisme Indonesia: dari radikalisme menuju kebangsaan, (Surabaya, Kanisius 2013) Cet.5, hlm.14.
106Al-Zastrouw Gerakan Islam Simbolik:Politik Kepentingan FPI (Yogyakarta LKiS Printing Cemerlang 2013) Cet.2 hlm.109.
dengan menghilangkan segala macam bentuk bid’ah, baik dalam bentuk akidah, ibadah maupun muamalah, Sehingga menjadikan masyarakat lebih mementingkan dan mengutamakan ilmu syar’i di bandingkan ilmu yang berkaitan dengan rasio.107
Dalam konteks berbangsa dan bernegara FPI memilih untuk tetap patuh pada sistem demokrasi di Indonesia, dari sinilah perbedaan antara FPI dengan gerakan Islam radikal lainnya seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Laskar Jihad, Darul Islam dan Huzbut Tahrir.yang menginginkan sistem khilafah menjadi sistem tatanan dan hukum negara, Oleh karena itu, jelas pemerintah berhak untuk melarangnya. Meskipun mendukung demokrasi yang ada di Indonesia, Habib Rizieq sebagai penggerak FPI memiliki perhatian khusus dan agenda terhadap penegakkan syariat Islam.
Penerapan syariat Islam untuk ranah individu, keluarga dan masyarakat sudah terbuka luas, bahkan sebagian besar sudah ditetapkan dan berjalan, namun butuh sedikit disempurnakan dalam penerapannya, akan tetapi untuk penerapan syariat Islam untuk negara masih perlu diperjuangkan.108 Karena ini lebih sulit dan harus ada kerjasama dari berbagai kalangan, terutama pada organisasi-organisasi Islam, namun kesempatan akan terus terbuka jika diperjuangkan dengan gigih.
Bagi Habib Rizieq pergerakan FPI dalam bidang politik, tidak akan pernah keluar dari ajaran Islam, sebagai arah dan panduan perjuangan untuk menegakkan
107 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170815154404-20-234919/seruan-khilafah-rizieq-shihab-di-jantung-fpi, Prima Gumilang Seruan Khilafah Rizieq Shihab di Jantung FPI, 2017.
108Muhammad Rizieq Shihab, Pengaruh Pancasila Terhadap Peneraoan Syariat Islam di Indonesia, (Kuala Lumpur, Akademi Pengajian Islam 2012) Tesis, hlm.283.
syariat Islam, dengan memasukkan syariat Islam ke dalam hukum negara sebagai hukum psitif, hal semacam ini merupakan komitmen dalam perpolitikan FPI, namun tidak melanggar konstitusi yang sedang berlaku di Indonesia.109
Menurut Habib Rizieq, peranan syariat sangat penting untuk menopang akidah seseorang, karena itu Nabi tidak pernah meninggalkan syariat sejak belau menjadi Rasul, dengan begitu hubungan akidah dan syariat tidak bisa dipisahkan, menurutnya Islam itu merupakan din wa dawlah (agama dan negara), Islam itu sempurna, komperhensif dan menyeluruh, termasuk pada politik yang harus berjalan seiringan dengan Islam.
Islam juga harus dijabarkan secara formal akan tetapi tidak mengabaikan substansinya dari Islam tersebut, maksud dari pengertian tersebut adalah akidah, syariat dan akhlak tidak bisa dipisahkan dalam ajaran Islam, yang dimana itu semua memiliki keterikatan satu dengan yang lainnya.110
Syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW mengingatkan kembali kepada kebutuhan manusia, yaitu keadilan, persamaan dan persaudaraan, ketiga tema ini sangat di dambakan oleh masyarakat, karena mampu membentuk solidaritas antara orang-orang beriman.111 Dengan begitu masyarakat Indonesia tidak akan merasakan adanya diskriminasi antara etnis, ras dan budaya, selagi masih beragama Islam dan rasa persaudaraan itu akan tetap terjalin.
109TM Ahadrak, Pandangan dan Aktifitas Politik Tokoh FPI Dalam Mewujudkan NKRI Bersyariah di Kota Medan (Pasca Sarjana UIN SUMUT 2017) Al-Lubb Vol. 2 No.2 hlm.366.
110Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam Untuk Sekulerisme,(Jakarta,Grasindo,2010) Cet.1 hlm.122.
111M. Ridwan Lubis, Buku Ajar Merawat Kerukunan Pengalaman Indonesia, (Ciputat, UIN Jakarta Press 2018), Cet.1, hlm.129.