• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM ( FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM ( FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan unttuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun Oleh:

Riza Adi Putra 11150321000020

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/1441 H

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Riza Adi Putra NIM : 11150321000020 Prodi : Studi Agama-Agama Fakultas : Ushuluddin

Judul Skripsi :PANDANGAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) TERHADAP ISLAM NUSANTARA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

Riza Adi Putra

Judul Skripsi: Pandangan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Islam Nusantara

Islam Nusantara atau yang biasa disebut dengan Islam di Indonesia merupakan hasil dari dialog antara ajaran Islam dengan budaya lokal. Dengan demikian, hal tersebut akan menghasilkan budaya yang Islami, sehingga Islam Nusantara dipandang sebagai Islam dengan kearifan lokal. Di samping itu Islam Nusantara merupakan sebuah keberhasilan dari para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia lahir beberapa gerakan Islam dengan karakternya masing-masing. Seperti Nahdlatul Ulama dengan karakternya yang tradisional, Muhammadiyah dengan Modernis dan Front Pembela Islam (FPI) dengan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.

Front Pembela Islam atau yang disingkat FPI lahir pada masa peralihan dari masa Orde Baru menuju masa Reformasi, Organisasi yang berlandaskan Islam ini merupakan gambaran dari gerakan Islam kontemporer di Indonesia. Dalam gerakannya FPI ingin menjadikan NKRI yang bersyariah, sehingga FPI tidak hanya bergerak di bidang dakwah saja, akan tetapi masuk ke dalam konstitusi atau hukum yang berlaku di Indonesia.

Skripsi ini menganalisa bagaimana Front Pembela Islam (FPI) memandang dan menyikapi keadaan Islam Nusantara. Sebagai Organisasi sosial yang berlandaskan Islam. FPI memiliki peran dalam menjaga prinsip-prinsip Islam di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yang dipakai Field Research dan Library Research (kajian pustaka), pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan Antropologi dan History dengan teori nilai yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Sumber data dalam skripsi ini dibagi menjadi dua yaitu primer yang didapat melalui wawancara dengan beberapa narasumber dan yang kedua adalah sumber sekunder yakni dari beberapa buku, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan skripsi.

Kata kunci: Front Pembela Islam, Islam, Nusantara

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan nikmat-Nya, yang telah diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pandangan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Islam Nusantara dan studi untuk meraih gelar Sarjana Agama.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang telah memberikan cahaya Islam kepada penulis.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kepada Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis selaku dosen pembimbing penulis yang dengan tulus dan sangat baik memberikan arahan dan pandangan-pandangan agar skripsi ini dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kemudahan untuk beliau.

2. Kepada Ayahanda terkasih Bapak Mu’sin dan Ibunda tersayang Ibu Marsiyati yang telah memberikan dukungan penuh baik merawat, mendidik, mendoakan dan memberikan support moral dan material penulis mulai dari sekolah dasar

(7)

vii

hingga menimba ilmu di Kampus Pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

3. kepada Husnul Khotimah S.Pd, Rahmat Khutbiarto dan Syahrul Fais Dian Prayogo serta Davina Aulia Latif yang selalu mendukung dan mendoakan penulis. Semoga Allah SWT melindungi dan memberikan kesuksesan dalam segala urusan.

4. Drs. Ismatu Ropi, M.A, Ph.D. selaku Dosen Penasihat Akademik penulis yang selalu memberikan masukan terutama pada pengambilan judul skripsi.

Semoga Allah SWT berikan kelancaran dalam segala urusan.

5. Dr. Yusuf Rahman, MA. Sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran Dekanat. Semoga Bapak diberikan kelancaran Ushuluddin ke arah kemajuan.

6. Bapak Syaiful Azmi, MA dan Ibu Lisfa Sentosa, MA. Sebagai Ketua dan Sekertaris Jurusan Studi Agama-Agama yang selalu memberikan dukungan dan support moral terhadap penulis dalam mengerjakan skripsi dan setiap proses birokrasi dan administrasi di Jurusan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu dalam setiap Mata Kuliah yang diikuti penulis, khususnya kepada Dosen Jurusan Studi Agama-Agama mulai dari Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA, Bapak Prof Ikhsan Tanggok, MA, Bapak Dr. Amin Nurdin, MA, Bapak Dr.

(8)

viii

Media Zainul Bahri, MA, Bapak Dadi Darmadi, Ph.D, Bapak Dr. Hamid Nasukhi, MA, Bapak Zainul Muttaqin, MA, Bapak M. Nuh Hasan, M.Ag, Ibu Marjuqoh, MA, Ibu Siti Nadroh, MA, dan Ibu Halimah Mahmudy, MA.

Semoga kesehatan dan kesuksesan selalu menyertai beliau-beliau.

8. Kepada seluruh staf dan karyawan di Bagian Tata Usaha Fakultas Ushuluddin, terutama Bapak Toto Tohari, M.Ag yang telah membantu penulis dalam setiap proses birokrasi dan administrasi kampus di Ushuluddin.

9. Kepada narasumber Ustad Irbabul Lubab, Bapak Dr. Muckhlis PaEni, Ibu Dra. Faiqoh Mansyur M.Hum, Bapak Abdul Jamil Wahab, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk memberikan data dan informasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

10. Kepada teman-teman Averus yang masih menjalin komunikasi baik dengan penulis hingga saat ini. Semoga kita dapat meraih kesuksesan dengan proses masing-masing.

11. Kepada teman-teman WB yang telah banyak memberikan bantuan baik dukungan dan support untuk penulis sehingga dapat terselesaikan. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kesuksesan untuk kita semua.

12. Kepada HMJ Studi Agama-Agama 2017 yang telah memberikan ilmu dan pengalaman dalam berorganisasi di intra Kampus.

13. Kepada kawan-kawan Studi Agama-Agama 2015 yeng telah berjuang bersama dalam proses pembelajaran di Ushuluddin dari Semester I hingga

(9)

ix

sekarang, terkhusus untuk sahabat penulis mulai dari Shakeel Ahmad, Muhammad Yusup, Setia Bandu, Agi Mukmin, M. Hafiz Hidayat. P, Guruh Purnama, Imammudin Akbar, Intan Pertiwi serta Animatun Fatimah.

14. Kepada teman-teman kelompok KKN CEMARA 83 yang selama dua bulan mulai dari Juli-Agustus 2018 telah memberikan banyak pelajaran terutama pada kekeluargaan yang dibangun dalam melaksanakan pengabdian di masyarakat. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesuksesan untuk kita semua.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala dukungan baik do’a, motivasi dan material sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masi banyak kekurangan baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka, semoga kehadiran skripsi ini dapat memberikan manfaat baik penulis maupun pembaca.

Jakarta, 25 Mei 2020 Penulis,

Riza Adi Putra

(10)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Maksud Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Pendekatan Teoritis ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistenatika Penulisan ... 13

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA A. Sejarah Islam di Nusantara ... 14

B. Difinisi Islam Nusantara ... 33

C. Perkembangan Islam Nusantara ... 44

BAB III PANDANGAN FPI TERHADAP ISLAM NUSANTARA A. Profil FPI………...54

(11)

xi

B. Pandangan FPI Terhadap Ajaran Islam ... 60

C. Pandangan FPI Terhadap Islam Nusantara ... 64

D. Sikap FPI Terhadap Islam Nusantara ... 72

BAB IV PANDANGAN KRITIS TERHADAP ISLAM NUSANTARA DAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) A. Kelebihan dan Kekurangan Islam Nusantara ... 81

1. Kelebihan Islam Nusantara ... 81

2. Kelemahan Islam Nusantara ... 86

B. Kelebihan dan kelebihan Front Pembela Islam ... 89

1. Kelebihan Front Pembela Islam ... 89

2. Kelemahan Front Pembela Islam ... 93

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 97

B. Saran... 99 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemunculan sebuah agama tidak akan pernah ada di ruang hampa. Artinya, kehadiran agama pada suatu tempat tidak akan pernah terlepas dari pengaruh budaya atau kondisi sosial masyarakat di mana agama tersebut hadir. Dengan begitu agama seharusnya tidak hanya dipahami sebagai doktrin semata, agama merupakan seperangkat aturan atau ajaran yang bisa menanamkan nilai-nilai sosial pada penganutnya.1

Pemahaman seperti ini merupakan bentuk dari pemahaman Zhamaksyari Dhofier dan Abdurrahman Wahid, mereka mengatakan bahwa agama sejatinya tidak mengandung nilai-nilai dalam dirinya, melainkan ia mengandung ajaran-ajaran yang menanamkan nilai-nilai sosial pada penganutnya, sehingga ajaran agama tersebut merupakan salah satu elemen yang membentuk budaya.2

Dalam konteks sejarah Islam di Indonesia, polarisasi Islam terjadi sangat besar sejak pra-kemerdekaan, Islam telah menunjukan beragam wajah yang di wakili oleh kemunculan beberapa organisasi keagamaan. Para pengamat keagamaan mengidentifikasikan Islam dengan berbagai nama atau lebel, seperti Islam santri dan

1Ahmad Syarif H, Eksistensi Islam Kultural di Tengah Gempuran Gerakan Islam Transnasional (Palembang, Uin Raden Fatah 2018) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, hlm.47.

2Ahmad Syarif H, Eksistensi Islam Kultural di Tengah Gempuran Gerakan Islam Transnasional (Palembang, Uin Raden Fatah 2018) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, hlm.47.

(13)

abangan, Islam tradisioanlis, Islam modernis, Islam puritan, Islam literal dan sebagainya.3

Keadaan Islam yang beraneka ragam tersebut semakin menampakkan identitasnya. Namun terdapat beberapa kelompok tertentu yang dalam praktek keagamaannya menekankan ketaatan yang penuh kepada apa yang dipraktekan Nabi dan generasi sahabat. Mereka berupaya penuh untuk mengikuti cara hidup hingga hal-hal yang bersifat formal. Anjuran untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya berbanding lurus dengan anjuran untuk meninggalkan apa yang mereka anggap tahayul dan bid’ah.

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk beraneka ragam dari suku, agama maupun budaya dan bahasa. Bentuk masyarakat seperti ini lebih dikenal sebagai masyarakat yang multi-etnis dan multi-agama. Berdasarkan hasil penelitian Furnival menunjukan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.4

Awal mula Islam masuk ke Indonesia melalui berbagi cara, diantaranya melalui perdagangan dan berdakwah, cara tersebut berbeda dengan penyebaran Islam di Timur Tengah dan sebagian Eropa yang melalui penaklukan. Dengan proses

3Tata Sukayat, Radikalisme Islam atas nama Dakwah Hisbah Front Pembela Islam, (UIN Suan Gunung Jati, Bandung: 2018) Academic Journal For Homiletic Studies, Vol.12, No.1, hlm.1.

4Kunawi Basyir, Perjumpaan Agama dan Budaya: Melacak Konsep dan Ideologi Gerakan Keagamaan di Indonesia (UIN Sunan Ampel, Surabaya: 2017) Vol.11, No.2, hlm.302.

(14)

penyebaran yang berbeda tersebut menjadikan Islam dengan mudah diterima masyarakat Indonesia sebagai ajaran yang rahmatan lil alamin.5

Selain itu para mubaligh memasukkan unsur ajaran Islam ke dalam budaya atau tradisi yang sudah ada di Indonesia. Islam yang berdialektika dengan budaya lokal tersebut pada akhirnya membentuk varian Islam yang khas dan unik, seperti Islam Jawa, Islam Madura, Islam Sasak, Islam Sunda dan seterusnya. Dengan begitu Islam Nusantara merupakan bentuk dari Islam yang mengandung kearifan lokal.6

Dengan keadaan masyarakat yang terbuka dan didukung kecerdasan para mubaligh menjadikan tidak ada penolakan ketika datanganya Islam ke Indonesia.

Sehingga Islam menjadi pemeluk terbanyak di Indonesia, saat ini umat Islam di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Hal ini tidak terlepas dari peran para ulama dan mubaligh yang menyebarkan Islam melalui pendekatan kultural.

Adapun tiga cara untuk mengatasi ketika adat atau budaya bertentagan dengan syariat Islam. Pertama, toleransi terhadap adat tersebut dengan cara tidak mengganggu dan menghormatinya. Kedua, membuat benteng dengan cara membangun pesantren, madrasah dan lain sebagainya. Ketiga, melakukan perubahan dengan cara bertahap akan tetapi menjauhi dari sikap kekerasan.7

Gerakan Islam Nusantara atau biasa di sebut dengan gerakan tradisional merupakan gerakan yang membangkitkan tradisi Islam sebagai suatu realitas spiritual

5Komarudin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jagakarsa, Noura Books:2012) Cet.2, hlm.175.

6Andik Wahyu Muqoyyidin, Dialektika Islam dan Budaya Lokal Jawa (Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum, Jombang: 2013) Vol.11, No.1, hlm.2.

7Muhammad Guntur Romli, Islam Kita Islam Nusantara, Lima Nilai dasar Islam Nusantara Ciputat, Ciputat School: 2016) hlm.67.

(15)

di tengah modernisme. Ciri dari gerakan ini bukan lagi pada tataran politis melainkan pada hati dan pikiran baik dari individu maupun dalam kelompok. Kelompok ini mengaggap bahwa kebangkitan Islam harus di mulai dari umat Islam sendiri.8

Dalam penyebaran Islam yang terjadi di wilayah Timur Tengah sebagian besar dengan cara penaklukan, hal ini mengakibatkan pandangan masyarakat terhadap Islam menjadikan seolah-olah Islam itu radikal dan arogan. Hal ini berbandig terbalik dengan Islam yang rahmatan lil alamin.

Gerakan Islam kutural dimulai sejak pertama kali Islam masuk ke Indonesia.

Namun belakangan ini istilah Islam Nusantara kembali ramai diperbincangkan baik dari kalangan ulama sampai masyarakat biasa. Hal ini di karenakan kelompok organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama menjadikan Islam Nusantara sebagai tema dari Muktamarnya yang ke-33 di Jombang.

Dalam tema tersebut Ketua Umum PBNU K.H Said Aqil Siradj, menyatakan akan mengawal dan memperjuangkan Islam Nusantara. Menurutnya Islam dengan metode itulah yang pertama kali disebarkan oleh para muslim penadahulu, diantaranya adalah Wali Sanga. Selain Ketua PBNU acara tersebut di hadiri oleh Presiden dan Wakil Presiden. Mereka juga sependapat dengan Ketua PBNU, dimana Presiden menyatakan bahwa Islam kita ini adalah Islam Nusantara.9

8Sayyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di Tengah Kancah Dunia Modern (Bandung, Penerbit Pustaka 1994) hlm.91.

9Muhammad Guntur Romli, Islam Kita Islam Nusantara, Lima Nilai Dasar Islam Nusantara, (Ciputat, Ciputat School 2016) hlm.19.

(16)

Menurut Deliar Noer Islam tradisional adalah Islam yang masih mempertahankan tradisi sebagai bagian dari aktifitas keagamaannya.10 Dengan begitu Islam tidak memberangus budaya dan tradisi lokal yang ada di Indonesia, akan tetapi tradisi yang ada akan melebur dengan praktek keagamaan masyarakat di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, agama biasanya disinkretikkan dengan budaya yang ada, apabila melanggar aturan atau tradisi yang ada maka akan menimbulkan masalah-masalah baru dalam kehidupan keagamaan. Perbedaan dalam memahami doktrin keagamaan akan memicu pula terjadinya gesekan pemahaman yang memungkinkan terjadinya konflik.11

Seiring dengan berkembangnya Islam di Indonesia, lahir beberpa organisasi sosial yang menjadikan Islam sebagai dasarnya, diikuti dengan karakter masing- masing. Seperti Nahdlatul Ulama (NU) dengan tradisionalnya, Muhammadiyah dengan pemikiran modernisnya dan Front Pembela Islam (FPI) yang identik dengan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.

Front Pembela Islam (FPI) merupakan salah satu organisasi sosial lahir pada masa peralihan Orde Baru ke Reformasi. Latar belakang berdirinya FPI adalah merajalelanya kezhaliman dan kemaksiatan di tengah masyarakat. Dengan terjadinya pemerkosaan, perjudian, penjarahan dan lain sebagainya, keadan seperti ini FPI

10Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakrta, LP3ES 1982) hlm.242.

11Kunawi Basyir, Perjumpaan Agama dan Budaya: Melacak Konsep dan Ideologi Gerakan Keagamaan di Indonesia(UIN Sunan Ampel, Jurnal Kalam: 2017) Vol.11, Nomor.2, hlm.303.

(17)

berupaya menjadi kontrol atas kezhaliman dan kemaksiatan yang terjadi di masyarakat.12

Organisasi yang didirikan di Ciputat ini memiliki visi dan misi utama yaitu amar ma’ruf nahi munkar. kategori perbuatan ma’ruf dan munkar yang didefinisikan selain bidang agama mencakup bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Terkait kemunkaran, kategori di atas masih bisa di klasifikasikan ke dalam beberapa kategori.

Pertama, kategori penyakit masyarakat, diantaranya premanisme, minuman keras, perjudian, pornigrafi dan pornoaksi. Kedua, kategori penyimpangan agama diantaranya pelecehan agama, praktik perdukunan, penyimpangan akidah, pemurtadan, sekulerisme dan pluralisme.13

Dengan kondisi sosial politik yang pada saat itu kurang berpihak kepada umat Islam. Menjadikan FPI berusaha untuk berkeinginan menegakkan syariat Islam secara kaffah (sempurna) di semua segi dalam kehidupan. Hal ini merujuk pada Piagam Jakarta 22 Juni 1945.14

Adapun beberapa alasan yang menjadikan pertimbangan untuk menjalankan syariat Islam, diantaranya adalah karena penduduk Indonesia sebagian besar beragama Islam dan Indonesia adalah negara muslim yang sangat luas15.

12Muhammad Rizieq Shihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta, Pustaka Ibnu Sidah 2013), cet.3 hlm.127.

13Saeful Anwar, Pemikiran dan Gerakan Amr Ma’ruf Nahy Munkar Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia 1989-2012 ( UIN Sunan Ampel, Surabaya: 2014) Jurnal Taswuf dan Pemikiran Islam, Vol.4, No.1, hlm.229.

14Abdul Hakim Wahid, Model Pemahaman Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Al Qur’an dan Hadist, (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2018) Jurnal Refleksi, Vo;.17, No.1,hlm.83.

15Muhammad Habib Rizieq Shihab, Pengaruh Pancasila Terhadap Penerapan Syariah Islam di Indonesia (Tesis, University Malaya: 2012) hlm. 2.

(18)

Dari uraian singkat di atas, pada dasarnya Islam Nusantara secara garis besar merupakan hasil dari perjalanan panjang dan dialektika antara Islam dengan budaya yang ada di Indonesia. Di samping itu FPI merupakan organisasi yang dapat dikatakan masih belia lahir pada masa Reformasi mendorong penulis untuk ingin mengetahui pandangan dan sikap FPI kepada Islam Nusantara, dengan menarik judul

“Pandangan Front Pembela Islam (FPI) Terhadap Islam Nusantara”.

B. Batasan Maslah

Menentukan masalah sangatlah penting bagi penulis yang dimana bertujuan untuk menentukan topik yang di teliti. Dari identifikasi diatas terdapat beberapa poin penting yang akan di bahas dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut.16

1. Apa yang mendasari gerakan Islam Nusantara?

2. Bagaimana pandangan dan sikap FPI terhadap gerakan Islam Nusantara?

Agar pembahasan yang akan diteliti tidak meluas. Dalam penelitian ini, terfokus pada menganalisa dan meeliti tentang bagaimana gerakan Islam Nusantara dilihat dari sudut pandang FPI, dan bagaimana sikap FPI terhadap gerakan Islam Nusantara.

C. Maksud Penelitian

1. Mengetahui gerakan Islam Nusantara dilihat dari sudut pandang FPI 2. Memberikan pemahaman tentang gerakan Islam Nusantara

16Punaji Setyosari, Metode Peelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta, Kencana 2014) Cet.4, hlm.69.

(19)

3. Mendeskripsikan gerakan Islam Nusantara D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami apa yang mendasari gerakan Islam Nusantara 2. Mengetahui dan memahami bagaimana pandangan dan sikap FPI terhadap

gerakan Islam Nusantara E. Pendekatan Teoritis

Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teori nilai, sebagaimana menurut Koentjaraningrat17 nilai merupakan suatu bentuk budaya yang memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman bagi setiap manusia dalam masyarakat. Bentuk budaya ini dikehendaki dan bisa juga dibenci tergantung daripada anggapan baik dan buruk dalam masyarakat.

Sebuah sistem nilai budaya terdiri dari konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat tentang hal-hal yang harus mereka pertimbangkan sebagai hal yang memiliki nilai paling besar dalam hidup mereka.18

17Prof. Dr. Koentjaraningrat merupakan seorang antroplog yang lahir di Sleman, 15 Juni 1923 dan meninggal di Jakarta, 23 Maret 1999. Dengan kontribusinya dalam meletakkan dasar-dasar ilmu antropologi di Indonesia sehingga diberi kehormatan sebagai Sebagai Bapak Antropologi Indonesia, hampir sepanjang hidupnya ia sumbangkan ilmu Antropologi, pendidikan antropologi dan aspek-aspek kehidupan yang berkaitan dengan kebudayaan dan kesukubangsaan di Indonesia.

18Tod Jones, Kebudayaan dan Kekuasaan di Indonesia (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015) hlm.291.

(20)

F. Tinjauan Pustaka

Sebuah skripsi yang ditulis oleh Arip Rahman Hakim, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiar Islam Fakultas Dakwah dan Imu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah tahun 2014 berjudul “Pencitraan Laskar Pembela Islam FPI dalam mentransformasikan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat”. Persamaan dengan skripsi penulis adalah menjelaskan nilai-nilai Islam yang ada di masyarakat Indonesia, dan yang jadi pembeda adalah, skripsi ini menjelaskan pencitraan dari organisasi Laskar Pembela Islam FPI dalam mentransformasikan nilai-nilai Islam di Indonesia. Sedangkan skripsi yang dibuat oleh penulis berisi pandangan dan sikap FPI terhadap gerakan Islam Nusantara.

Skripsi yang berjudul “pandangan FPI terhadap kebebasan beragama di Indonesia“. Skripsi ini ditulis pada tahun 2014 oleh Eli Ernawati, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum. Persamaan skripsi ini dengan skripsi penulis adalah, pandangan-pandangan FPI tentang ajaran Islam, sedangkan yang menjadi pembeda dari skripsi ini adalah menjelaskan tentang kebebasan beragama, sedangkan skripsi penulis melihat pandangan FPI tentang gerakan Islam yang ada di Nusantaa.

Sebuag tesis “ Konsep Islam Nusantara Kajian ayat-ayat multikultural dalam tafsiran Al azhar karya Hamka dan tafsir Al misbah karya M. Quaisy Shihab”. Yang ditulis oleh Rozi El Umam seorang mahasiswa S2 Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel tahun 2018. Persamaan tesis ini dengan skripsi penulis adalah menjelaskan Islam

(21)

Nusantara, sedangkan yang menjadi pembededa tesis ini adalah, menjelaskan makna multikultural dilihat dari tafsir Al misbah dan tafsir Al azhar, sedangkan skripsi yang ditulis oleh penulis gerakan Islam Nusantara menurut FPI.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan tata cara yang digunakan penulis untuk melakukan sebuah riset atau penelitian.19 Jenis penelitian ini menggunakan metode kulaitatif, dimana penelitian lebih mengedepakan mutu atau kualitas yang akan dan menganalisa dari suatu sudut pandang Front Pembela Islam (FPI) tentang gerakan Islam Nusantara.20

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yang dimana penulis menggunaka dua cara, yaitu. Pertama Field Research (Penelitian Lapangan) penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara dan berdialog untuk menggali informasi dari narasumber yang berkaitan.21

Adapun obyek yang diwawancara, dimana penulis mewawancarai mendalam dengan Ustad Irbabul Lubab beliau selaku Sekertaris Umum Majelis Syuro DPP FPI, Dr. Muckhlis PaEni sebagai sejarahwan, Faiqoh M.Hum sebagai warga Nahdiyin dan

19M. Iqbal Hasan, Metode Penelitian (Bogor, Galia Indonesia 2002) hlm.22.

20Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta 2009) Cet.1, hlm.61.

21Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial: dasar-dasar dan aplikasi (Jakarta PT Grafindo Persada) hlm.52.

(22)

Peneliti di Kementrian Agama dan Abdul Jamil Wahab, M.Si sebagai Peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Agama. Wawancara ini dilakukan sebagai sumber informasi dari data-data yang ada.

Jenis penelitian yang kedua adalah Library Research (Penelitian Pustaka), cara ini dengan mencari dan mengumpulkan data melalui teks-teks dari buku, jurnal, artikel dan web yang berkaitan dengan tema skripsi, dan dengan mencari, membaca dan memahami data yang didapatkan lalu diuraikan kembali dengan menggunakan bahasa sendiri.

2. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan studi agama, pendekatan pertama yaitu, pendekatan History, pendekatan ini dilakukan dengan melihat dan menjelaskan sejarah perjalanan dan perkembangan dari gerakan Islam Nusantara dan Front Pembela Islam (FPI).22

Pendekatan yang kedua adalah pendekata Antropologi, yang di mana pendekatan ini melihat dari segi budaya yang ada di lingkungan FPI, dan gerakan- gerakan Islam Nusantara, dan melihat sejauh mana FPI dan gerakan Islam Nusantara mempengaruhi budaya yang ada di Indonesia, terutama pada ajaran Islam di Indonesia.23

22Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta, 2015) Cet.1, hlm.15.

23Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta, 2015) Cet.1, hlm.15.

(23)

3. Sumber data

Adapun sumber data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu. Pertama, data primer dimana data primer ini berasal dari sumber pertama yang berasal dari wawancara dengan Ustad Irbabul Lubab, Dr.Muckhlis PaEni, Faiqoh M.Hum, Abdul Jamil Wahab, M.Si.24

sumber data kedua adalah data Sekunder yaitu data yang telah diolah kembali sebagai penunjang dalam skripsi ini, dalam penelitian ini data sekundernya adalah buku, jurnal, skripsi dan web lainnya.25

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan data melalui bertanya dalam bentuk komunikasi verbal atau waawancara untuk mendapatkan informasi mendalam dari pihak narasumber yang di mana sasaran wawancara ini adalah Ustad Irbabul Lubab, Dr. Muckhlis PaEni, Hj Faiqoh M.Hum, Jamil Wahab, M.Si.

Kedua dengan cara dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data melalui arsip, data tertulis seperti buku, jurnal, majalah, dan sebagainya yang berhubungan dengan tema skripsi.

24Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta 2009) Cet.1, hlm.76.

25Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta 2009) Cet.1, hlm.77.

(24)

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini yang dibagi dalam lima bab, masing-masig dari bab sebagai berikut:

BAB I: Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, pendekatan teoritis, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Membahas tentang sejarah dan gerakan Islam di Indonesia, definisi gerakan Islam di Indonesia dari beberapa tokoh dan perkembangan gerakan Islam di Indonesia.

BAB III: Membahas tentang ajaran Islam menurut Front Pembela Islam (FPI), pandangan FPI terhadap gerakan Islam di Indonesia dan sikap FPI terhadap gerakan Islam di Indonesia.

BAB IV: Berisikan pandangan kritis terhadap gerakan Islam Nusantara dan FPI, yakni kelebihan dan kekurangan dari FPI dan gerakan Islam Nusantara.

BAB V: Pada bab ini berisi tentang kesimpulan ringkasan uraian penulis dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi dengan saran sebagai tindakan lanjut yang seharusnya dilakukan sehingga tulisan ini dapat bermanfaat semestinya

(25)

14 BAB II

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM NUSANTARA

A. Sejarah Islam di Nusantara

Islam masuk ke Nusantara masih menuai banyak perdebatan, karena tulisan yang membicarakan tentang masuknya Islam ke wilayah Nusantara dapat dikatakan masih minim. Inskripsi tertua yang membicarakan tentang Islam, tidak menuliskan kapan Islam masuk ke Nusantara, akan tetapi ada yang menuliskan kerajaan dan kekuasaan Islam pertama, yaitu kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 Masehi.26 Demikian pula kesulitan dalam mengambil kesimpulan bahwa pada abad IV Hijriyah atau abad X Masehi telah adanya pemukiman mayarakat Islam di Nusantara.

Kesulitan-kesulitan tersebut muncul karena vestiges historicus (bukti-bukti sejarah) yang mendukung kesimpulan tersebut tidak ditemukan atau kurang memadai.27

Kurangnya informasi tentang masuknya Islam ke Nusantara, besar kemungkinan akibat dari sikap para kiyai dan ulama Indonesia yang pada saat itu menganggap kurang perlunya penulisan sejarah, sehingga mengakibatkan minimnya literatur yang menuliskan tentang Islam masuk ke Nusantara.28

Selain kesulitan inskripsi dan bukti-bukti sejarah untuk memastikan masuknya Islam ke Nusantara. kesulitan lain dapat juga diakibatkan dengan luas wilayah

26Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

27M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.1.

28Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

(26)

Indonesia yang lebih dari 2.000.000 km2. Termasuk Timor Timur yang pada saat itu yang masih tergabung dalam wilayah Nusantara.29

Hingga saat ini ada tiga teori yang setidaknya mampu menjadi referensi Islam masuk ke Indonesia. Seperti teori Gujarat, dimana teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara di mulai dari Gujarat, tokoh yang berpandangan Islam masuk dari Gujarat ini adalah Snouck Hurgronje.

Adapun beberapa alasan yang menjadikan Gujarat sebagai wilayah pertama penyebaran Islam di Nusantara adalah sebagai berikut. Pertama, kurangnya peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam ke Nusantara. Kedua, hubungan dagang antara Indonesia dengan Gujarat sudah lama terjalin. Ketiga, Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra memberikan gambaran hubungan antara Sumatra dengan Gujarat.

Teori yang ke dua adalah teori Makkah. Tokoh yang terkenal mengemukakan teori ini adalah Hamka.30 Hamka mengungkapkan bahwa peranan Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan dari bangsa Arab. Hamka menganggap Gujarat sebagai tempat persinggahan dari bangsa Arab, selain itu Hamka menambahkan pengamatannya pada mazhab yang dimana masyarakat Islam di Indonesia memiliki mazhab Syafi’i. Mazhab Sayfi’i merupakan mazhab yang istimewa di Makkah dan

29Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.

(Bandung, Mizan 1995), cet.2, hlm. 73-74.

30Hamka merupakan seorang Pahlawan Nasional yang memiliki nama panjang Prof. Dr. H.

Abdul Malik Karim Amrullah dan mendapat gelar Datuk Indomo. Lahir di kabupaten Agam pada 17 Februari 1908. Selain seorang Ulama dan sastrawan Hamka juga berkiprah sebagai wartawan, penulis, pengajar dan juga terjun di dunia politik melalui partai masyumi, sampai partai tersebut dibubarkan.

(27)

memiliki pengaruh yang sangat besar di Indonesia, hingga saat ini mazhab tersebut masih ada di Indonesia.

Hamka menolak pendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, karena menurutnya pada saat itu sudah ada politik Islam yang di tandai dengan

berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Jadi menurutnya, Islam masuk ke Nusantara jauh sebelum itu, yaitu pada abad ke-7 M. Ini semua tidak terlepas dari peranan bangsa Arab yang sedang melakukan perdagangan sejak abad ke-2 SM.

Peranan ini tidak pernah di bicarakan pada teori Gujarat, yang dimana peran bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaannya di lautan sangat berjaya pada saat itu.

T.W Arnold pernah menulis bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 Sebelum Masehi telah menguasai perdagangan di Ceylon (Filiphina). Pandangan ini sama dengan apa yang di kemukakan oleh Abdullah Bin Nuh dan D. Shahab dalam seminar

“Masuknya Agama Islam ke Indonesia”. Informasi sejarah berikut menjelaskan bahwa bangsa Arab telah sampai ke Ceylon pada abad ke-2 Sebelum Masehi.

Jika kita hubungkan dengan kepustakaan kuno Arab yang menyebutkan al- Hind berarti India dan pulau-pulau sebelah timur sampai ke Cina, Indonesia juga di sebut dengan pulau-pulau Cina, kemungkinan pada abad ke-2 Sebelum Masehi bangsa Arab telah sampai ke Indonesia, hanya saja penyebutannya pada saat itu disebut sebagai pulau pulau Cina sampai al-Hind.31

31Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.

(Bandung, Mizan 1995), cet.2, hlm. 82-83.

(28)

Ketiga, adalah teori Persia. Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah P.A.

Hoesein Djajadiningrat. Teori ini lebih fokus dari segi budaya, yang dimana budaya Nusantara dengan budaya Persia memilik banyak kesamaan. Seperti adanya peringatan 10 Muharam atau Asyura yang dimana peringatan tersebut merupakan peringatan dari Syi’ah atas kematian syahidnya Husain. Di Minangkabau bulan Muharam di sebut bulan Hasan-Husain. Di Sumatra tengah sebelah Barat di sebut dengan bulan Tabut, peringatan ini di peringati dengan mengarak keranda Husain untuk di lemparkan ke sungai atau perairan lainnya. Kemudian adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi Iran Al-Hallaj. Selanjutnya Batu Nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim di Gresik.

Terakhir, adanya pengakuan dari Mazhab Syafi’i yang paling utama di daerah Malabar.32

Pada abad ke-10 M ditemukan batu nisan di daerah Jawa Timur dan Aceh, dan yang baru baru ini di temukan sebuah bangkai kapal sekitar 4 tahun yang lalu, di perairan Cirebon. Kapal tersebut di perkirakan tenggelam pada tahun 980 M, di dalam kapal tersebut di temukan emas, pedang dan stempel yang bertuliskan Arab.

Hal ini merupakan sebuah penemuan penting bagi penelitian Islam masuk ke Nusantara, di mana pada saat itu telah membuktikan adanya misi yang berlebel Islam sudah ada di Nusantara berupa perdagangan. Namun penemuan ini masih belum bisa

32Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah (Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.

(Bandung, Mizan 1995), cet.2, hlm. 90-91.

(29)

di sebutkan secara formal Islam masuk ke Nusantara pada saat itu, akan tetapi ini membuktikan bahwa Islam pada tahun 980 M sudah ada di wilayah Nusantara.33 Dengan demikian belum bisa di pastikan Islam masuk pada tahun ini, karena sampai saat ini belum ada teori-teori yang mampu membuktikan secara pasti kapan Islam masuk ke Nusantara. Ada yang merujuk pada batu nisan yang berada di Jawa Timur dan Aceh dan ada yang menunjuk pada abad ke-X dan XI. Bahkan baru-baru ini di perdebatkan beberapa sumber yang di jelaskan bahwa sejak khalifah pertama Islam sudah masuk ke Nusantara.34

Memang ada persoalan besar sampai saat ini, belum pernah ada yang membuka sumber-sumber Arab mengenai peranan pedagang Arab yang ada di Nusantara, sumber-sumber tersebut ada di Timur Tengah terutama di Jordan. Ada yang mengatakan abad ke-10, bahkan ada yang mengatakan abad ke-11 dan banyak teori lainnya. Sampai saat ini darimana asal Islam masuk ke Nusantara masih menuai banyak perdebatan, karena itu berkesinambungannya dengan waktu Islam masuk ke Indonesia.35

M. Ridwan Lubis dalam bukunya yang berjudul “Sukarno & Modernis Islam”

membagi perkembangan Islam di Indonesia dalam empat periode, yaitu:

33Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

34Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

35Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

(30)

1. kedatangan Islam pada fase awal, yaitu pada abad I sampai pada abad IV Hijriyah.

2. terbentuknya pemukiman masyarakat Islam pertama di Sumatra dan di Jawa, pada abad V Hijriyah .

3. berdirinya kerajaan Islam pertama dan perkembangan kerajaan Islam, yaitu pada abad XIII sampai XVI Masehi.

4. Abad selanjutnya adalah proses pemantapan integrasi Islam di Indonesia.36 Dari penjelasan di atas, selain terdapat banyaknya pendapat tentang Islam masuk ke Indonesia. Adapun cara Islam masuk ke Indonesia yang sangat beragam, yakni dengan cara berdagang dan menyebarkan da’i yang dikirim langsung untuk mendakwahkannya. Setelah tibanya di Nusantara, penyebaran Islam diperluas melalui berbagai cara. Di Jawa yang sudah ada budaya Hindu, para da’i memasukan ajaran Islam ke dalam seni-seni yang sudah ada seperti gamelan atau wayang dan lain sebagainya.

Adapun keadaan yang menguntungkan para mubaligh dalam menyebarkan Islam di Nusantara sehingga begitu cepat penyebarannya yaitu. Pertama, pada tingkat rohaniah yang pada hakikatnya masih rendahnya sama dengan keadaan bangsa Arab pada waktu Nabi Muhammad SAW menyebarkan dakwahnya meskipun secara khusus masih berbeda-beda.

36M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.1.

(31)

Kedua¸ walaupun kepulauan ini sudah terpengaruhi oleh budaya India, tetapi dengan adanya sistem kasta, rakyat jelata hanya mengambil sedikit dari kebudayaan tersebut. Dimana sistem kasta ini merupakan ajaran yang menjadi kesenjangan sosial pada saat itu. Hal tersebut merupakan berbanding terbalik dengan ajaran Islam yang memberikan kebebasan pada kepribadian para penganutnya. Oleh karena itu, dalam waktu yang tidak lama seluruh pulau Jawa dengan kekecualian yang tidak begitu berarti, menganut agama Islam.37

Pemikiran umat Islam Nusantara pada dasarnya memiliki dua kecenderungan.

Pertama, masyarakat yang berasal dari pesantren atau yang biasa disebut dengan kaum tradisional. Kelompok ini memiliki pemikiran yang cenderung statis, mempertahankan tradisi dan toleran. Dengan begitu secara lahiriah kaum tersebut menganut Islam namun masih di balut dengan kepercayaan pra-Islam. Kedua, kelompok yang memiliki pola pikir pembaruan Islam, kelompok pembaruan ini terinspirasi dari gerakan pembaruan yang muncul di Mekkah, Mesir dan India, dengan begitu kelompok ini menjadikan menjadikan pendekatan baru dalam perkembangan Islam.38

Seiring berkembangnya Islam di Nusantara, lahirlah kerajaan-kerajaan Islam, seperti di Sumatra berdirinya kesultanan Samudra Pasai, dan di Jawa terdapat kesultanan Demak, kesultanan Cirebon, dan masih banyak lagi kesultanan lainnya.

37M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.2.

38M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.24.

(32)

Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara maka ada kerjasama antara kesultanan yang satu dengan yang lainnya.

Di samping itu kerajaan-kerajaan Islam dapat dikatakan menyebar melalui orang-orang Arab, bahkan raja-raja dari kerajaan Islam merupakan keturunan dari bangsa Arab, sehingga disebut sebagai kesultanan. Dengan demikian Islam masuk ke Nusantara bukan melalui kekerasan, karena itu Islam dapat diterima tanpa adanya penolakan-penolakan yang bersifat kekerasan dan didorong oleh budaya Nusantara yang sangat terbuka.39

Islam berkembang dengan mendirikan beberapa pondok pesantren, yang dimana tujuan dari pesantren adalah untuk menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan dan sebagai sarana pengembangan masyarakat, dengan menciptakan dan mengembangkan kepribadian seorang muslim, yaitu menjadikan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, serta menyebarkan dan menegakkan agama Islam dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.40

Adapun titik kelemahan dalam pesantren diantaranya sebagai berikut:

1. Mandegnya kegiatan penggalian hukum-hukum Islam untuk menjawab berbagai tantangan kehidupan umat, karena pesantren menganggap kitab pegangannya

39Wawancara langsung dengan Dr. Muckhlis PaEni (Sejarahwan), di kantor Lembaga Sensor Film, 6 November 2019.

40Sunarto, Peran Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Kultur Islam Nusantara, (Lampung,Al-Tazkiyyah 2015) Jurnal Pendidikan Islam, Vol.6, hlm.37.

(33)

hanya pada kitab-kitab yang ditulis para ulama sebagai komentar terhadap kitab- kitab Imam Syafi’i (768-820).

2. Sistem pengajarannya lebih menekankan kepada sikap dogmatis dibandingkan penggunaan penalaran. Sementara itu pola pikir penalaran lebih berkembang setelah pendidikan Indonesia sudah terpengaruhi pendidikan Barat. Adanya sifat dogmatis pada pola berpikir di pesantren karena terabaikannya aspek metodologis dalam berpikir.

3. Berkembangnya sistem feodal dalam pesantren, yaitu sikap feodal dengan dibungkus baju keagamaan. Hal semacam ini tergambarkan pada sikap kepatuhan yang ditunjukan guru kepada muridnya secara membabibuta, secara negatif ini menimbulkan kemudaratan bagi sang murid, akan tetapi jika dilahat secara positif, hal tersebut jika dilihat dari sudut pandang politik merupakan perjuangan kemerdekaan, dimana sikap ini menjadikan salah satu penghalang kedudukan kekuasaan penguasa kolonial di Indonesia.

4. Sikap ghirah terhadap ketahanan Islam. sikap tersebut merupakan kecurigaan pesantren terhadap modernisasi yang datang dari luar. Dengan begitu pesantren menekankan untuk percaya pada diri sendiri bukan pada orang luar. Namun sebaliknya, gerakan-gerakan kebangkitan bangsa Indonesia baik yang bersifat nasional maupun modernisasi Islam tidak pernah menyentuh gerbang pesantren.41

41M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.3.

(34)

Dengan keadaan pesantren yang demikian menjadikan Islam di Nusantara mengalami lambat dalam perkembangannya, itu disebabkan karena dalam pemahaman Islam kurang diimbangi dengan pemikiran yang rasional, sehingga Islam hanya menjadi dogma yang diturunkan oleh ulama-ulama klasik.

a. Islam masa Belanda

Belanda memasuki Nusantara pada 22 Juni 1596, dimulai dari empat orang yang membuang jangkar di Laut Jawa.42 Awalnya pendatang Belanda diterima karena mereka memulai dengan cara berdagang. Dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberikan nama VOC. Namun seiring dengan berjalannya waktu masyarakat pribumi merasa diperas dan diperlakukan secara tidak wajar, seperti mendapat tindakan yang tidak adil hingga kekerasan. Dengan begitu masyarakat menolak kolonial Belanda untuk datang ke Nusantara, terutama penolakan dari masyarakat muslim di Nusantara.

Penolakan itu terjadi karena sejak awal Belanda datang ke Nusantara bermaksud untuk menjajah dan menjarah seluruh apa yang ada di Indonesia, baik itu kekayaan alam maupun sumber daya manusia dengan cara kekerasan. Hal itu berbanding terbalik dengan ajaran Islam karena tidak sesuai dengan fitrah manusia.

Semua itu dilakukan Belanda tidak terlepas dari semboyan 3G (Gold, Glory, Gospel) yang menjadikan semangat bangsa Eropa untuk menemukan dan menguasai tempat baru terutama di wilayah Asia. Di tengah gelombang penjajahan Belanda pada

42M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.4.

(35)

abad IX Indonesia mengalami perubahan, dengan dibukanya perkebunan tebu dan tembakau yang luas di beberapa daerah.

Dengan perubahan keadaan tersebut muncul santri yang memilik kekayaannya bertambah besar, sehingga mampu untuk mengirim putra-putranya belajar agama ke Timur Tengah. Maka lahir ulama-ulama seperti Kiai Nawawi Banten, Kiai Machfud Tremas, Kiai Abdul Gani Bima, Kiai Arsyad Banjar, Kiai Abdus Shamad Palembang, Kiai Asy’ari Jombang, Kiai Khalil Bangkalan dan beberapa ulama hingga kini.43 Penolakan-penolakan terhadap penjajah Belanda terus dilakukan, ditandai dengan adanya gelombang perlawanan dari berbagai kalangan masyarakat, terutama dari kalangan ulama yang sejak awal tidak setuju dengan praktek yang dilakukan oleh kolonial Belanda untuk menguasai Nusantara.

Tokoh yang turut dalam melakukan perlawanan diantaranya tengku Cik Di Tiro, Tuanku Imam Bonjol, Kyai Mojo, Kyia Dermojoyo dan masih banyak lagi tokoh muslim yang memberikan perlawanan, baik dengan angkat senjata maupun dengan memberikan pemahaman di pondok pesantren tentang kecintaan terhadap tanah air.44

Salah satu gerakan yang menandai kesadaran nasionalisme datang dari kalangan umat Islam di Nusantara adalah, dengan bangkitnya kaum ulama di Sumatra

43M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.5.

44Moh. Irawan Jauhari, Resistensi Pesantren Pada Masa Penjajahan Belanda, (Ngawi, Kutab 2017) Vol.1, Nomor.2, hlm.160.

(36)

dalam menghadapi kolonial Belanda. Gerakan ini dimotori setelah kembalinya beberapa ulama tanah air yang telah selesai belajar dari Hijaz pada tahun 1802 M.

Ulama-ulama yang pulang diantaranya adalah H. Miskin, Tuanku di Kubu Sanang, Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar, Tuanku di Galung, Tuanku di Labuk Aur, dan Tuanku Nan Ranceh. Mereka dikenal dengan gelar “Harimau nan Salapan”.

Mereka melakukan perlawanan dengan cara mengubah tradisi masyarakat yang sudah dimasukan dengan hukum adat yang di buat oleh Belanda untuk mengurangi ke-Islaman masyarakat Sumatra yang bertentangan dengan syariah.

Dengan begitu ulama tersebut melakukan pemurnian dari ajaran Islam.

Akan tetapi gerakan ini akan menjadikan konflik horizontal antara kaum salaf (pemurni) dengan kaum adat, mereka akan berhadapan langsung dengan masyarakat muslim lainnya yang menganut hukum adat yang dibantu dengan kolonial Belanda.

sehingga terjadinya Perang Paderi sesama muslim yang terjadi sejak 1803-1838M.45 Dengan berkembangnya pemahaman masyarakat muslim, muncul ide-ide pembaharuan dalam Islam yang dimulai dari Mesir, Saudi Arabia Turki dan India.

Dengan kemunculan gerakan pembaruan ini pemikir Islam Nusantara berusaha untuk mengatasi keterbelakangan umat akibat dari taklid, bidah, khurafat, syirik, mistik, dan sistem pendidikan serta pelayanan umat yang mengalami ketertinggalan.46

45Abdul Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta, Sumbangsih Press 2005) cet.1, hlm.11-12.

46M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.5.

(37)

Pada awal abad-20 Gerakan untuk melakukan perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat muslim lainnya didorong dengan lahirnya beberapa oraganisasi.

Seperti berdirinya organisasi Budi Oetomo, yang diamana organisasi ini dimulai dengan seorang dokter terkemuka dari Yogyakarta yaitu Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo pada tahun 1906 dan 1907, ia memulainya dengan propaganda di beberapa wilayah yang ada di pulau Jawa. Propaganda yang ia lakukan pada mulanya mendapat dukungan dari masyarakat muslim adalah membuat suatu badan wakaf yang bertujuan mengumpulkan bea-siswa untuk putra-putra Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Gerakan ini mendapat pertentangan dari sebagian kalangan priyai yang memiliki kedudukan lebih tinggi darinya dan memiliki kedekatan dengan Belanda.

Pada lain sisi, justru propaganda yang dilakukan Mas Wahidin mendapat dukungan penuh dari dua mahasiswa Fakultas Kedokteran di Jakarta.

Kedua Mahasiswa tersebut adalah Raden R. Soetomo dan Raden Goenawan Mangoenkoesomo. Kedua pemuda tersebut bertekad untuk mendirikan perkumpulan dan pada tanggal 20 Mei 1908 terbentuk sebuah organisasi yang bernama “Boedi Oetomo” bertempat di suatu bangsal tingkat satu kedokteran, dibuka dengan pidato dari dokter Soetomo.47

Selain Boedi Oetomo perlawanan yang diberikan masyarakat muslim terhadap kolonial Belanda adalah dengan mendirikan organisasi Sarekat Islam (SI) yang

47Abdul Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta, Sumbangsih Press 2005) cet.1, hlm19-20.

(38)

dikembangkan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) berdasarkan agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai penggeraknya.

Adapun alasan berdirinya Organisasi ini. Pertama, kompetisi yang ketat dengan Cina dalam perdagangan batik dan sikap Cina yang superior karena telah berhasil melakukan revolusi pada tahun 1911. Kedua, adanya tekanan kuat dari para bangsawan di Solo terhadap penduduk setempat. Karena kedua ancaman tersebut masyarakat Solo terdoromg untuk mendirikan Organisasi Sarekat Dagan Islam.48 Serekat Islam merupakan organisasi pertama yang memiliki peran politik. SDI ini didirikan pada tahun 1911 oleh H. Samanhoedi yang pada saat itu sebagai saudagar batik yang kaya raya. Kemudian SI dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdoel Muis di Solo.

SI merupakan organisasi politik pertama yang menyerukan kemerdekaan Indonesia secara penuh, dengan didukung oleh berbagai kalangan seperti para pedagang muslim, kaum buruh, kiyai dan ulama dan beberapa priyai yang mendukung gerakan dari SI, dapat dikatakan SI ini merupakan pusat dari kebangkitan Nasional Indonesia.

Dengan berdirinya SI menjadikan Islam sebagai perekat untuk mempersatukan bangsa Indonesia, terlebih karena adanya sentimen agama pada saat itu, kepemimpinan Tjokroaminoto yang ikut berperan dalam membina rasa nasionalisme begitu kuat dalam ikatan solidaritas setiap anggoanya. Sarjana Belanda

48M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.35.

(39)

maupun sarjana Indonesia mengakui bahwasanya Islam merupakan lambang perjuangan, sebagaimana semboyan mereka yaitu ”Islam bukan hanya sebagai unsur keagamaan bagi orang-orang Jawa tetapijuga sebagai nilai kebangsaan”, “Islam adalah kebangsaan orang Jawa”, dan kekuatan terbesar Islam adalah perannanya sebagai perekat sosial dan sebagai lambang kebangsaan”.49

Meskipun mendapat dorongan dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Indonesia, eksistensi SI dalam perlawanan melawan penjajah Belanda tidak dapat bertahan lama, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya perbedaan pandangan yang sedemikian banyaknya anggota dari SI tidak didukung dengan kemampuan pemimpin dan para aktivis dalam mengatasi perbedaan pandangan, terutama pada saat masuknya ideologi Marxisme yang dibawa oleh Semaun dan Darsono dari SI cabang Semarang..50

Di tahun 1921 SI mengalami perubahan penting yaitu, dengan merubah anggaran dasar yang dinyatakan didalamnya “kemerdekaan yang berasal ke Islaman yang sesungguhnya melepaskan segala rakyat daripada perhambaan macam apapun”.

Asas ini merupakan inti dari ajaran tauhid, di mana setiap pemeluk agama Isam mewajibkan umatnya untuk menghamba kepada Tuhan yang maha Pencipta, perubahan yang kedua adalah memisahkan diri dari kelompok PKI.

49M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.37.

50Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Tranformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 2009) Cet.2, hlm.65-66.

(40)

Ini terjadi karena orang-orang komunis tidak setuju dengan perubahan anggaran dasar yang menjadikan Islam sebagai dasar dari organisasi SI. Mereka mengeritik bahkan mengecam simpatisan terutama pemimpin Sarekat Islam yakni Abdul Moeis dan Agus Salim. Ini akibat dari orang-orang komunis yang sejak awal setia pada Sarekat Islam berubah setelah Islam menjadi dasar dari perserikatan tersebtut.51

Selain Boedi Oetomo dan SI gerakan Islam lainnya yang lahir dimasa kolnial adalaha Muhammadiyah. Dimana gerakan Muhammadiyah ini didirikan oleh K.H.

Ahmad Dahlan atas desakkan murid-muridnya di Yogyakarta pada 18 November 1912. Ide mendirikan Muhammadiyah sebenarnya sudah ada sejak abad ke XIX, tepatnya 1316/1896. Tujuan dari pendiriannya organisasi ini untuk menyebarkan penyebaran kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan memajukan hal agama kepada anggotanya.

Penyempurnaan dan pembenahan organisasi kerap kali dilakukan karenapengaruh kondisi politik yang selalu berubah-ubah, maka tujuan tersebut disempurnakan menjadi.

1. Terwudjudnja Masjarakat Islam jang sebena-benarnja.

2. Negara jang indah, bersih, sutji dan ma’mur, dibawah perlindungan Tuhan jang Maha Pengampun.

51Abdul Karim MA, Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta, Sumbangsih Press 2005) cet.1, hlm.32.

(41)

3. Surga Djannatun Na’im dengan keridlaan Allah jang Rahman dan Rahim.52 Alasan pendirian Muhammadiyah, dikarenakan keprihatinan yang diakibatkan penyimpangan umat Islam terhadap hakikat dari ajaran Islam dimana mereka terperangkap pada pemikiran yang konservatif dan hanya bergantung pada pemahaman ulama-ulama klasik. Kesalahan tersebut mempengaruhi pola kehidupan umat Islam sehingga menjadikan kebodohan, kehinaan, kemiskinan dan lain sebagainya. Berbagai penyelewengan yang dilakukan umat Islam dalam pandangan Muhammadiyah diantaranya adalah.

1. Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Nabi, sehingga sehingga menjebabkan meradjalelanja sjirik, bid’ah dan churafat.

Akibatnja umat Islam tidak merupakan suatu golongan jang terhormat dalam masjarakat, demikian pula agama Islam tidak memanjarkan sinar kemurnian lagi

2. Ketiadaan persatuan dan kesatuan diantara umat Islam, akibat dari tidak tegaknja uchuwah Islamijah serta ketiadaan organisasi jang kuat.

3. Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak adalagi memenuhi tuntutan zaman.

52M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.39.

(42)

4. Umat Islam kebanjakan hidup dalam alam fanatisme jang sempit, bertaqlid buta serta berfikir setjara dogmatis, kehidupan umat Islam boleh dikatakan masih dianggap conservatisme, formalisme dan tradisionalisme.

5. Karena keisjafan akan bahaja jang menganjam kehidupan dan pengaruh agama Islam , berhubungan dengan kegiatan dari missi dan zending kristen di Indonesia jang semakin menanamkan pengaruhnjadi kalangan rakjat.

6. Adanja tantangan dan sikap atjuh tak atjuh (over schelling) atau rasa kebenjian di kalangan intelegensia kita terhadap agama Islam, jang oleh karena itu dianggap sudah kolot dan tidak up to date lagi.

7. Ingin membentuk suatu masjarakat dimana didalamnja benar-benar berlaku segala adjaran dan hukum-hukum Islam.53

Hasil pengamatan yang dilakukan pada Muhammadiyah pada dasarnya mengoreksi pola pemikiran lama yang telah berakar pada sebagian besar umat Islam di Indonesia. Dengan begitu faktor kemunduran uat Islam di di Nusantara menurut kelompok Muhammadiyah disebabkan oleh umat Islam sendiri yang hanya meletakkan agama sebagai pengatur hubungan dengan Allah SWT. Dengan kata lain Islam baru dipandang dari satu sisi saja yaitu dari aspek ibadah (ritual). Karena itu terlihat adanya dasar kepribadian yang belum utuh di kalangan umat Islam.54

53M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.40.

54M.Ridwan Lubis, Sukarno & Modernis Islam (Jakarta, Komunita Bambu, 2010) cet.1, Hlm.41.

(43)

b. Islam masa Jepang

Setelah mundurnya Belanda dari Indonsia, karena Belanda telah diduduki oleh tentara Nazi dari Jerman, masyarakat muslim Indonesia tidak bisa terlepas dari penjajahan Jepang yang mulai melakukan invasi ke wilayah Asia Tenggara. Pada 9 Maret 1942, Gubernur jendral Jonkheer Tjarda Van Starkenboorgh Stachouwer dengan Letnan Jendral Hein Ter Poorten, Panglima tertinggi Hindia Belanda datang ke Kalijati bertemu dengan tentara Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jendral Immamura untuk melakukan penandatangan pernyataan menyerah tanpa syarat.

Dengan demikian wilayah yang tadinya di kuasai oleh Belanda secara de facto dan de jure menjadi dibawah kekuasaan dan administrasi jepang.

Di masa penjajahan Jepang sedikit berbeda dengan Belanda, Jepang lebih melakukan pendekatan dengan memberikan beasiswa bagi masyarakat Indonesia yang ingin melakukan pendidikan di Jepang. Bukan hanya itu, Jepang juga mengirim umat Islam yang ingin berhaji ke Makkah.55

Dengan demikian penjajahan Jepang mendapat empati dari masyarakat pribumi. Dalam kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Jepang, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Belanda pada saat menjajah, namun Jepang lebih bersifat bersahabat dengan masyarakat pribumi.56

55Muhammad Husni, Kondisi Umat Islam Masa Pendudukan Jepan,( Makasar, Jurnal Rihlah 2015 )Vol.3 No.1, hlm.62.

56Muhammad Husni, Kondisi Umat Islam Masa Pendudukan Jepan,( Makasar, Jurnal Rihlah 2015 )Vol.3 No.1, hlm.62..

(44)

Namun, bangsa Indonesia menaruh kecurigaan dengan penjajah Jepang karena ingin membubarkan partai politik Islam, yang pada saat itu sudah ada partai yang bernama Partai Islam Indonesia (PII). Dengan terpaksa partai tersebut dibubarkan, namun tidak dengan hilangnya cita-cita mereka.

Masyarakat Indonesia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajah Jepang, dimulai dari Aceh yang dipimpin oleh seorang ulama muda dan diikuti daerah-daerah lainnya. Seiring dengan terjadinya pemberontakan dimana-mana, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan membuat Badan Penyelidik Usaha-uasaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Hingga akhirnya pemimpin Indonesia mendapat kabar bahwa Jepang kalah dalam perang pasifik di tandai dengan di bomnya Hiroshima dan Nagasaki, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dengan diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta.

B. Definisi Isalam Nusantara

Dalam kata religio, memliki tiga unsur yaitu pertama, memilih kembali sesuatu yang sudah ada, namun terlupakan seiring dengan perubahan masa. Kedua, keterikatan diri kepada sesuatu yang dapat diandalkan dan dipercaya dimana sebelumnya sudah ada, tetapi dengan perubahan ruang dan waktu menjadikan keerikatan tersebut menjadi putus. Ketiga, telah memilihnya kembali dan terus

(45)

menerus memiliki keterikatan dengan-Nya, dengan begitu manusia akan terus menerus akan berpaling pada hal itu.57

Persoalan antara agama dengan budaya merupakan persoalan krusial yang menjadikan berbagai penilaian dalam masyarakat, sebagian dari masyarakat ada yang bersemangat untuk mensterilkan agama dari akulturasi budaya setempat, sementara sebagian yang lainnya fokus untuk membangun dialog antara agama Islam dengan budaya Indonesia yang sudah ada.

Terlepas dari kedua pandangan tersebut, dalam faktanya keberagamaan semakin menunjukan pola akulturasi antara agama dengan budaya, bahkan memungkinkan sinkretisasi lintas agama. Didalam Islam terjadi perubahan pola pemahaman dan prilaku beragama dari tradisi Islam, seperti hadirnya beberapa corak Islam diantaranya, Islam Sunni, Islam Syi’I, Islam Mu’Tazili, dan Islam Khawarij.

Dalam perspektif sosiologi, Islam datang dan menyatu dengan tradisi setempat. Hal ini menunjukan bahwa Islam adalah respon dari kondisi yang bersifat khusus di tanah Arab. Dalam konteks ini, terdapat beberapa kondisi yang dapat dicermati. Pertama, Islam itu sebagai produk lokal (Arab) yang di sebar luaskan sehingga menjadi Islam secara umum sama. Kedua, Islam di yakini sebagai wahyu yang universal, dengan demikian Islam dipandang oleh pemeluknya sesuai dengan pengalaman, problem, kapasitas sistem budaya dan segala keragaman setiap pemeluk di dalam komunitasnya, dengan kata lain, aktualisasi Islam dalam sejarah menjadikan

57M.Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian Tujuan dan Realitas Kehidupan Beragama di Indonesia (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama 2017) Cet.1, hlm.4.

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar 7 diatas adalah gambar dari homepage Portal Pariwista Maluku Tenggara dimana pengguna dapat melihat informasi dari sistem yaitu halaman web dalam sistem

Fraksi etil asetat memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi butanol, etanol 70% dan n-heksan selain itu

Sementara di sisi lain, peran para pemikir dan aktivis lingkungan Muslim turut mengartikulasikan pentingnya pesan teologis Islam dalam membangun pendidikan lingkungan

Bahwa berkaca penelitian ini pembaharuan hukum pidana khususnya dalam perkara kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah kebutuhan. Perlunya Pembaharuan hukum

Dalam upaya menyusun Flora of Bali, bahan yang digunakan berupa spesimen herbarium koleksi Kebun Raya Eka Karya Bali (KREKBali), spesimen herbarium yang berasal dari

Indonesia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik kondisi ekuitas merek

internal yang menjadi kekuatan utama dalam pengembangan usahatani sayuran organik kelompok tani Bangkit Merbabu adalah proses budidaya tidak menggunakan pestisida

Setelah dilakukan pengujian terhadap fungsionalitas sistem, akan dilakukan evaluasi terhadap sistem yang telah dibangun apakah telah sesuai dengan kebutuhan awal