• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.Asumsi Pengembangan 1.Asumsi Pengembangan

I. Definisi Istilah

Istilah-istilah terkait dengan judul dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai berikut :

1. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan dari keterpaduan dari ilmu–ilmu sosial humaniora seperti sejarah, geografi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, antropologi, dan budaya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

inquiry agar mempunyai keterampilan sosial untuk memecahkan

permasalahan yang ada di masyarakat.

2. Pengembangan game edukasi merupakan kegiatan untuk menghasilkan produk-produk berupa game untuk kepentingan pendidikan yang digunakan sebagai salah satu sumber belajar.

3. Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga mampu mengantar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

4. Role Playing Game (RPG) Maker XP

Aplikasi RPG Maker XP merupakan software untuk mendesain/membuat

game berjenis RPG pada PC tanpa atau dengan keahlian programmer

karena software ini menggunakan graphical user interface (GUI) dan bahasa pemrograman yang telah disederhanakan.

5. Pengembangan game edukasi sebagai sumber belajar IPS dengan aplikasi

RPG Maker XP pada subtema interksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi merupakan suatu kegiatan yang melalui proses merancang, membuat, mengevaluasi, dan mengujikan pada siswa SMP kelas VII.

6. Game edukasi sebagai sumber belajar dengan aplikasi RPG Maker XP

pada subtema interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi merupakan produk akhir dari pengembangan sumber belajar yang dinyatakan layak oleh ahli materi, ahli media, guru IPS, dan telah diujicobakan pada sejumlah siswa SMP kelas VII.

13 1. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian IPS

Secara umum pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merujuk pada kajian yang memusatkan perhatian pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi dalam kehidupan sosial merupakan fokus kajian dari IPS. Menurut Somantri (2001:92), pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau seleksi dari ilmu–ilmu sosial humaniora, serta kegiatan dasar yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmilah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Pada mata pelajaran IPS terdapat banyak cabang ilmu yang dipelajari menajdi satu keterpaduan yaitu sosiologi, geografi, ekonimi, dan sejarah yang sesuai dengan fenomena yang berkembang di masyarakat.

Sapriya (2009:7) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Pada pembelajaran IPS disusun untuk meningkatkan atau menghubungkan materi-materi dari berbagai cabang ilmu sosial dengan kehidupan nyata di masyarakat agar dapat diterapkan dalam pada kehidupan di masa mendatang agar lebih baik dari lingkungan fisik maupun budayanya. Trianto (2010: 171),IPS juga merupakan suatu

keterpaduan dari berbagai cabang ilmu sosial yaitu ekonomi, geografi, sosiologi, sejarah, politik, dan budaya.

IPS merupakan pembelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang memiliki sifat terpadu (integreted) dari berbagai mata pelajaran seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Materi yang terdapat dalam pembelajaran IPS disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan siswa dengan tujuan agar mata pelajaran IPS lebih bermakna bagi siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS menurut Sapriya memiliki pengertian yang sederhana dan mudah dipahami yaitu bahwa IPS merupakan sebuah nama pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta pelajaran ilmu sosial ilmu lainnya. Melalui pembelajran di sekolah, IPS dikemas secara sistematis meliputi berbagai disiplin ilmu yang berintegrasi meliputi antropologi, psikologi, agama, ilmu politik, geografi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. Dari mata pelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengintegrasikan dalam kehidupan masyarakat dari berbagai bidang seperti sosiologi, ekonomi, geografi, dan ilmu sosial lainnya.

b. Tujuan IPS

Tujuan adanya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ialah agar siswa dapat memahami bagaimana cara bermasyarakat yang baik agar

sesuai dengan keadaan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Supardi (2011: 186-187) bahwa tujuan dari IPS adalah:

1) Memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, sadar sebagai makhluk Tuhan, sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga bangsa sehingga siswa perlu dibekali pengetahuan dan nilai yang bersumber dari ilmu–ilmu sosial sosial dan humaniora, serta masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inquiry agar dapat memahami dan menganalisis kemudian memiliki keterampilan sosial untuk berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan sosial.

3) Melatih belajar mandiri, di samping berlatih untuk membangun kebersamaan, melalui program pembelajaran yang kreatif inovatif. 4) Mengembangkan kecerdasan, kebiasaan, dan keterampilan sosial.

Selain itu, dapat menumbuhkan rasa senang terhadap aktivitas sosial sehingga melahirkan kebiasaan sosial yang sesuai dengan nilai dan norma.

5) Pembelajaran IPS juga diharapkan dapat melatih siswa untuk menghayati nilai–nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral, kejujuran, keadilan sehingga memiliki ahlak mulia.

6) Mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

Melalui Pembelajaran IPS siswa diharapkan memiliki keterampilan sosial yang dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar kemudian siswa dapat memahami, menganalisis, serta memberikan solusi atas permasalahan sosial yang terjadi. Pengetahuan dalam pembelajaran IPS, juga diharapkan dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mandiri agar dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Somantri (2001: 44), tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah:

1) Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama.

2) Menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial. 3) Menekankan reflective inquiry

Berdasarkan pendapat Supardi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, mempunyai kemampuan berpikir kritis agar dapat menganalisis serta memiliki keterampilan sosial masyarakat, menghayati nilai–nilai hidup yang baik agar memiliki akhlak mulia, serta mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.

c. Pembelajaran IPS di SMP

Somantri (2001: 44) berpendapat bahwa Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah dasar sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu

sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah serta psikologis untuk tujuan pendidikan. Pendidikan IPS di tingkat sekolah juga dapat diartikan sebagai: (1) pendidikan yang menekankan pada tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, serta agama; (2) pendidikan yang menekankan pada isi dan metode berpikir sosial; (3) pendidikan yang menekankan pada reflective inquiry; (4) pendidikan yang mengambil kebaikan–kebaikan dari butir–butir sebelumnya.

Pembejaran IPS di SMP bukan hanya sekedar menyajikan fakta-fakta yang sekedar hanya akan diingat oleh siswa, akan tetapi harus sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus menggali masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat sebagai materi pembelajaran yang disampaikan di sekolah. gejala dan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar mereka akan menarik perhatian siswa untuk mempelajarinya.

Supardi (2011:181-183) berpendapat bahwa pendidikan IPS di SMP dilakukan dengan pendekatan terpadu. Perpaduan ini yaitu berasal dari integrasi berbagai ilmu humaniora dan sosial, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan kontekstual. Materi IPS di SMP juga terkait dengan masalah sosial yang ada di masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia global.

Materi IPS ini dapat berupa fakta atau konsep yang terkait dengan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Somantri, dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS di SMP yaitu (1) menekankan pada tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, serta agama; (2) pendidikan yang menekankan pada isi dan metode berpikir sosial; (3) pendidikan yang menekankan pada reflective inquiry, (4) pendidikan yang mengambil kebaikan–kebaikan dari butir sebelumnya yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

2. Sumber Belajar

a. Pengertian Sumber Belajar

Dalam proses pembelajaran terdapat banyak komponen yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Salah satu komponen yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu sumber belajar. Menurut Abdul Majid (2006: 170), sumber belajar merupakan informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas bisa dalam bentuk cetakan, video, atau format perangkat lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.

Wina Sanjaya (2010: 174) mengatakan bahwa sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar dengan tujuan yang hendak

dicapai. Sumber belajar yang digunakan tidak hanya terbatas pada buku saja. Guru perlu menetapkan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa agar tepat penggunannya untuk mencapai tujuan. Yusuf Pawit (2010: 250) menyebutkan, bahwa sumber belajar adalah segala jenis media, data, benda, ide, orang, dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Wina Sanjaya, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pembelajran IPS terdapat banyak sumber belajar yang dapat digunakan siswa diantaranya ada museum, atlas, globe, buku teks, pasar, serta masyarakat yang ada di lingkungan siswa juga dapat digunakan siswa sebagi sumber belajar. b. Jenis–Jenis Sumber Belajar

Adanya banyak sumber belajar yang dapat digunakan siswa yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih mudah mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan menggunakan sumber belajar. Abdul Majid (2006: 170-171) menyebutkan bahwa sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu tempat dimana seseorang dapat melakukan proses pembelajaran seperti pasar, museum, sungai, dan masyarakat.

2) Benda yaitu segala benda dapat memberikan manfaat kepada peserta didik baik dari segi pengetahuan maupun tingkah laku seperti situs, candi, dan sebagainya.

3) Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tetentu yang dapat memberikan pengetahuan bagi siswa seperti guru, ahli geologi, politisi, dan sebagainya.

4) Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca dan digunakan siswa untuk belajar secara mandiri seperti buku pelajaran, buku teks, kamus, dan sebagainya.

5) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, bencana alam, dan sebagainya.

Nana Sudjana (1989:79-80) mengkategorikan jenis sumber belajar sebagai berikut :

1) Pesan (Message) adalah informasi yang disalurkan dan dikemas dalam bentuk ide, fakta, pengertian, dan data. Misalnya bahan– bahan pengajaran, cerita rakyat, dongeng, dan nasihat.

2) Manusia (People) adalah orang yang menyimpan atau menyalurkan informasi. Misalnya, guru, aktor, siswa, pembicara, narasumber, pemuka masyarakat, dan responden.

3) Bahan (Materials) adalah sesuatu atau media yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat. Misalnya, transparansi, film, buku, gambar, relief, candi arca, dan peralatan teknik.

4) Peralatan (Device) adalah segala sesuatu atau media yang mengandung pesan untuk disajikan dalam bentuk hardware

maupun software. Misalnya OHP, Proyektor, film, TV, papan tulis, mesin, dan alat–alat mobil.

5) Teknik/Metode (Technique) adalah prosedur yang disediakan untuk mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya, ceramah, diskusi, simulasi, kuliah, permainan, sarasehan, dan percakapan spontan.

6) Lingkungan (Setting) adalah situasi sekitar dimana pesan disalurkan atau ditransmisikan. Misalnya, ruangan kelas, studio, perpustakaan, taman, kebun, pasar, dan museum.

Berdasarkan klasifikasi sumber belajar di atas dapat disimpulkan bahwa jenis sumber belajar menurut Nana Sudjana lebih lengkap yaitu mencakup berbagai jenis sumber belajar yaitu pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik/metode, dan lingkungan. Dari jenis-jenis sumber belajar yang diungkapkan Nana Sudjana game edukasi yang akan dikembangkan sebagai sumber belajar IPS termasuk dalam jenis sumber belajar bahan (materials) yaitu berupa sebuah game yang akan dimainkan oleh siswa. Game edukasi yang digunakan merupakan sesuatu yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakain alat berupa perangkat komputer. Pesan yang disajikan berupa materi yang dikemas dalam sebuah game, dalam hal ini subtema yang dikembangkan yaitu interaksi manusia dengan lingkungan alam,

budaya, sosial, dan ekonomi. Game edukasi yang dikembangkan memuat tujuan pembelajaran serta petunjuk penggunaannya sehingga siswa akan mengetahui tujuan pembelajaran dan cara pengoperasian

game sehingga siswa dapat langsung menggunakannya sebagai sumber belajar.

c. Manfaat Sumber Belajar

Menurut Fatah Syukur (2008: 96-97)ada tujuh manfaat sumber balajar yaitu :

1) Dapat memberikan pengalaman belajar secara konkret dan langsung terhadap siswa, misalnya dengan diadakannya study tour

ke objek–objek seperti museum, kebun binatang, dan candi–candi. 2) Dapat menyajikan atau menghadirkan sesuatu yang tidak mungkin

diadakan, dikunjungi, dilihat secara langsung. Misalnya: denah, sketsa, film, dan lain sebagainya.

3) Dapat menambah dan memperluas pengetahuan yang ada di dalam kelas, misalnya: buku teks, foto, film, narasumber, dan lain sebagainya.

4) Dapat memberikan informasi yang akurat dan aktual. Misalnya: buku bacaan, ensiklopedia, surat kabar, dan majalah.

5) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan contohnya dengan membuat pengaturan ruang yang menarik, simulasi, penggunaan film, dan OHP.

6) Dapat memberikan motivasi yang positif bagi siswa jika direncanakan dan dimanfaatkan secara tepat.

7) Dapat merangsang siswa untuk berpikir, bersikap, dan berkembang menjadi lebih baik. Misalnya: buku teks, buku bacaan, film, dan lain sebagainya yang mengandung daya penalaran yang dapat merangsang siswa.

Manfaat lain dari sumber belajar menurut Kokom Kumalasari (2010: 114) yaitu sumber belajar dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran, sumber belajar dapat membantu siswa untuk menumbuhkan motivasi, minat secara menyeluruh. Selain itu, sumber belajar memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antarsiswa dengan sesuatu yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, sumber belajar dapat melampaui batas ruang kelas, sehingga siswa tidak hanya belajar di dalam kelas saja melainkan dapat belajar secara nyata.

Siregar & Hartini Nara (2011: 128-129) mengungkapkan bahwa manfaat sumber belajar adalah mampu memberikan pengalaman yang lebih nyata terhadap siswa sebab siswa dapat berkunjung langsung ke suatu tempat yang akan dipelajari. Adanya sumber belajar juga dapat memperluas pengetahuan siswa dengan cara membaca buku, dan melakukan perbincangan dengan narasumber. Sumber belajar juga akan memberikan motivasi yang positif bagi siswa serta berpikir secara kritis. Bagi guru, sumber belajar dapat membantu menyajikan sesuatu yang tidak dapat dilihat secara langsung atau tidak mungkin diadakan.

Beberapa manfaat sumber belajar akan menjadikan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan manfaat sumber belajar yang diuraikan oleh Kokom Kumalasari, dapat disimpulkan bahwa manfaat sumber belajar yaitu sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran yang dapat membantu siswa menumbuhkan motivasi, minat secara menyeluruh. Sumber belajar juga memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara siswa dengan sesuatu yang sedang dipelajari sehingga akan meningkatkan pengalaman belajar siswa agar lebih konkret. d. Kriteria Pemilihan Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar harus memperhatikan beberapa aspek agar sumber belajar yang digunakan menjadi lebih bermakna. Andi Prastowo (2011: 56-58), menyebutkan bahwa dalam memilih sumber belajar harus didasarkan pada kriteria tertentu, yaitu :

1) Ketersediaan

Ketersediaan yang dimaksud berkaitan dengan ada atau tidaknya sumber belajar di sekitar kita. Dalam pemilihan sumber belajar harus dipilih sumber belajar yang praktis dan ekonomis, sehingga mudah untuk menyediakannya. Misalnya sumber belajar berupa internet, harus diperhatikan apakah internet tersedia di lingkungan sekolah atau tidak. Jika di lingkungan sekolah tidak ada jaringan internet, atau tidak warung internet maka sebaiknya sumber belajar itu tidak digunakan.

2) Kesesuaian

Kriteria kesesuaian maksudnya bahwa sumber belajar itu sesuai atau tidak dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jadi sumber belajar harus disesuaikan dengan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa. Sumber belajar yang baik dapat membantu siswa untuk menguasai kompetensi yang harus dikuasai, jika sumber belajar tidak dapat membantu maka sumber belajar itu tidak layak untuk digunakan. Misalnya, jika kompetensi yang ditetapkan bagi siswa adalah mampu memahami peta, maka sumber belajar yang layak digunakan adalah peta, globe, dan atlas. 3) Kemudahan

Kemudahan yang dimaksud bahwa sumber belajar yang disediakan mudah untuk digunakan, tidak membutuhkan keterampilan khusus, atau perangkat pendukung yang rumit untuk menggunakannya. Contohnya ketika menggunakan sumber belajar berupa internet, tetapi kita belum mahir dalam mengoperasikannya. Selain itu juga tidak terdapat fasilitas internet di sekolah maupun di sekitar sekolah, maka sumber belajar ini kurang tepat untuk digunakan.

Siregar & Hartini Nara (2011:130) juga mengungkapkan bahwa kriteria–kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber belajar yaitu :

1) Tujuan yang ingin dicapai, artinya penggunaan sumber belajar tersebut dipilih atas dasar tujuan instruksional yang ditetapkan.

2) Mudah didapat, sumber belajar yang baik adalah sumber belajar yang mudah didapat di sekitar lingkungan kita, sehingga tidak perlu memproduksi atau membeli terlebih dahulu.

3) Flexible dan luwes, sumber belajar yang baik harus dapat digunakan dalam berbagai kondisi dan situasi. Semakin flexible sumber belajar tersebut, maka akan semakin mendapat prioritas untuk dipilih.

4) Ekonomis, sumber belajar yang baik apabila dapat digunakan oleh banyak orang, dalam waktu yang relatif lama, serta pesan yang terkandung di dalamnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

5) Praktis dan sederhana, sumber belajar yang baik tidak memerlukan peralatan dan perawatan khusus serta sulit dicari, tidak mahal harganya, dan tidak memerlukan tenaga terampil untuk mengoperasikannya.

Berdasarkan kriteria pemilihan sumber belajar, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan sumber belajar menurut Siregar & Hartini Nara memiliki bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga akan sesuai jika digunakan sebagai kriteria sumber belajar yang akan dikembangkan. Kriteria pemilihan sumber belajar antara lain: (1) tujuan yang ingin dicapai sudah ditetapkan, (2) mudah didapat, sumber belajar harus dengan mudah di dapat atau diadakan dan dalam pengoperasinnya bisa dilakukan oleh banyak orang; (3) luwes dan

harus dapat digunakan dalam berbagai kondisi dan situasi; (4) ekonomis yaitu dapat digunakan banyak orang, dalam waktu yang relatif lama; (5) praktis dan sederhana, tidak memerlukan keterampilan khusus dan perangkan yang rumit dalam penggunaannya. Jika sumber belajar telah memiliki lima aspek yang telah disampaikan, maka sumber belajar tersebut dikatakan baik dan layak digunakan sebagai sumber belajar. Sumber belajar yang baik juga harus memperhatikan isi yang kaya akan nilai dan norma serta karakteristik siswa.

e. Kualitas Sumber Belajar

Pengembangan sumber belajar dibutuhkan kriteria untuk menentukan kualitas produk pengembangan sumber belajar mencakup aspek materi dan media. Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu sumber belajar. Menurut Made Wena (2011: 208), indikator penilaian untuk menilai produk pembelajaran berbasis komputer sebagai berikut:

1) Tingkat kedalaman materi yaitu bahwa materi yang disajikan sesuai dengan kurikulum dan telah memenuhi indikator tujuan pembelajaran.

2) Urutan penyajian/pengorganisasian isi pembelajaran yaitu bahwa penyajian materi disusun dengn baik sesuai kaidah pembelajaran. 3) Kejelasan penggunaan bahasa yaitu bahwa bahasa yang digunakan

4) Kejelasan tabel, gambar/grafik/animasi yaitu bahwa tabel, gambar/grafik/animasi yang digunakan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran, serta sesuai dengan isi materi.

5) Tampilan secara keseluruhan yaitu bahwa tampilan media secara keseluruhan dapat menarik minat siswa untuk mempelajari materi dan mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan lima poin di atas tentang produk pembelajaran berbasis komputer yang baik, peneliti mengambil kelima poin untuk dijadikan indikator evaluasi aspek media. Aspek tersebut meliputi tingkat kedalaman materi, pengorganisasian isi pembelajaran, kejelasan penggunaan bahasa, kejelasan gambar dan animasi, serta tampilan secara keseluruhan.

Dari aspek materi, Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 33) menyebutkan kriteria materi yang baik sebagai berikut:

1) Sahih atau valid, materi yang disajikan harus teruji kebenarannya. Materi yang baik harus menjamin kebenarannya saat media digunakan. Sehingga apabila terdapat perubahan data atau fakta, maka materi dalam suatu media juga harus diubah.

2) Tingkat kepentingan (significant), pemilihan materi juga harus disesuaikan seberapa penting suatu media disampaikan dan dibuat. 3) Kebermanfaatannya (utility), materi yang disampaikan haruslah

merupakan materi yang kelak akan bermanfaat untuk siswa, dan meningkatkan pengetahuan serta skill nya.

4) Learnability, materi yang dipilih merupakan materi yang mungkin untuk dipelajari.

5) Menarik minat (interest), materi yang dipilih sebisa mungkin merupakan materi yang dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

Berdasarkan kriteria evaluasi sumber belajar di atas, maka penelitian ini menggunakan indikator menurut Made Wena sebagai evaluasi untuk aspek media serta indikator menurut Rudi Susilana & Cepi Riyana sebagai evaluasi untuk aspek materi. Masing–masing aspek mencakup lima kriteria penilaian yang nantinya akan dikembangkan menjadi indikator penilaian.

3. Game Edukasi a. Pengertian Game

Game adalah kata dalam bahasa Inggris yang berarti permainan atau pertandingan, atau dapat diartikan juga sebagai aktivitas yang terstruktur yang biasanya dilakukan dengan bersenang–senang. Menurut Anggra (Zulfadi Fahrul Rozi, 2010:6) game atau permainan adalah sesuau yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya permainan dilakukan bukan dalam forum serius hanya untuk refreshing. Yudhanto (2010: 1), mengemukakan bahwa game adalah permainan yang menggunakan media elektronik, merupakan sebuah hiburan berbentuk multimedia yang dibuat semenarik mungkin agar pemain dapat mendapatkan

Dokumen terkait