• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

3.2 Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi Operasional variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Definisi Operasional Variabel

Variabel Instrumen Pengertian Instrumen

Gaya Kepemimpinan Demokratis (X1) Sumber : Yugusna, (2016)

1. Pengawasan dilakukan secara Wajar

1. Mengawasi bawahan yang ada di suatu perusahaan atau organisasi.

2. Menghargai ide bawahan 2. Menerima ide yang disampaikan oleh karyawan.

3. Memperhitungkan perasaan bawahan

3. Menjaga perasaan bawahan agar merasa bahagia saat bekerja.

4. Perhatian pada

kenyamanan kerja bawahan

4. Memperhatikan kenyamanan dapat membuat bawahan merasa lebih dihargai.

5. Menjalin hubungan yang baik dengan bawahan

5. Komunikasi yang baik dapat terjalin dengan pimpinan yang menghargai usaha bawahannya.

6. Bisa beradaptasi dengan kondisi

6. Pemimpin harus bisa beradaptasi dengan kondisi.

7. Teliti dengan keputusam yang diambil

7. Memperhitungkan keputusan yang akan diambil agar tidak berdampak negatif bagi karyawan.

8. Bersahabat dan ramah 8. Pemimpin demokratis dapat dengan mudah bersahabat dengan bawahannya.

Mendorong bawahan meningkatkan

keterampilan

9. Memberikan penghargaan pada tugas-tugas yang diberikan

9. Menjelaskan secara rinci tugas-tugas yang akan didelegasikan kepada bawahannya.

10. Komunikasi yang baik dengan bawahan

10. Berkomunikasi dan terus berkembang dengan baik jika pimpinan mampu berkomunikasi dengan bawahannya.

11. Pengambilan keputusan bersama

11. Meminta bawahan bersama pimpinan untuk berdiskusi agar dapat meyakinkan keputusan yang akan dipilih oleh pimpinan.

12. Mendorong bawahan meningkatkan keterampilan

12. Memotivasi karyawan agar dapat terus berkembang.

Lingkungan Kerja (X2) Sumber : Inbar, (2018)

1. Penerangan 1. Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh karena itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.

2. Suhu Udara 2. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk metabolisme udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

3. Suara Bising 3. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.

4. Penggunaan Warna 4. Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi.

5. Ruang gerak yang diperlukan

5. Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya

untuk bekerja.

6.Keamanan kerja 6. Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu

diperhatikan adanya

keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

7. Hubungan karyawan 7. Semua hal yang terjadi dalam perusahaan berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, serta hubungan dengan bawahan.

Motivasi (X3) Robbins dan Judge, (2015)

1. Gaji 1. Suatu bentuk pembayaran

periodik dari perusahaan pada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja.

2. Pengakuan 2. Alat yang digunakan untuk memberikan kepuasan tersendiri.

3. Promosi Jabatan 3. Salah satu pencapaian yang tinggi bagi seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.

4. Kompensasi 4. Penghargaan terhadap pencapaian tujuan-tujuan spesifik yang ditetapkan oleh perusahaan, atau untuk dedikasinya kepada perusahaan.

Disiplin Kerja (Y) Suwondo, (2015)

1. Tujuan dan kemampuan 1. Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

2.Teladan pimpinan 2. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

3. Balas jasa 3. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.

4. Keadilan 4.Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya.

5. Waskat (pengawasam melekat)

5. Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.

Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.

6. Sanksi hukuman 6. Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat karyawan akan semakin takut melanggar peraturan- peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan 7. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.

8. Hubungan kemanusiaan 8. kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis.

Sumber : Beberapa sumber yang diolah peneliti

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2015) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuallitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Mengacu pada pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Sintra Power Elektrik berjumlah 72 karyawan.

Sampel menurut Sugiyono (2015) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tidak digunakan teknik sampling karena sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi yang ada atau disebut dengan sensus. Mengingat jumlah populasi hanya sebesar 72 karyawan, maka layak untuk diambil keseluruhan untuk dijadikan sampel tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah tertentu.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Sumber Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

1) Data Primer

Data yang diperoleh langsung dengan memberikan daftar kuesioner secara tertulis pada karyawan PT Sintra Power Elektrik yang merupakan pernyataan mengenai gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin kerja karyawan.

2) Data Sekunder

Data yang berbentuk catatan, dokumentasi yang diperoleh pada lokasi penelitian dan literatur yang ada berikatannya dengan penelitian ini, artikel, jurnal, dan hasil penelitian yang diperoleh melalui studi pustaka.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Kuesioner

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang disediakan untuk menjawab kuesioner secara tertulis oleh responden.

2) Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan mempelajari hasil – hasil penelitian, literatur – literatur, jurnal, makalah, artikel dan sumber bacaan lain yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini.

3) Wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini pada saat observasi mengenai bagaimana keadaan perusaahaan saat itu, sehingga memperoleh data informasi yang penulis butuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Metode Analisa Data

Analisa kuantitatif menggunakan dasar pendekatan angka. Hal ini sesuai dengan kata “kuantitatif” yang mengandung makna hitungan atau angka, sehingga proses pemberian skala pada data mentah banyak diterapkan disini.

Sebagai contoh: dalam proses pemberian kode terhadap data kuesioner, jika jawaban responden “sangat setuju” diberi angka 5, “setuju” diberi angka 4,

“kurang setuju” diberi angka 3, “tidak setuju” diberi angka 2, “sangat tidak setuju” diberi angka 1. Data ini diubah menjadi data kuantitatif, sehingga selanjutnya bisa dilalkukan analisis kuantitatif.

Pengukuran Variabel

a. Pengolahan Data Kuantitatif

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 25 dengan tahapan sebagai berikut :

1) Editing Data

Data diperiksa ulang kelengkapannya, semua kuesioner yang dikembalikan telah di isi secara lengkap oleh responden.

2) Coding Data

Kuesioner disajikan dengan skala Likert. Masing – masing pertanyaan diberikan lima kemungkinan jawaban yang dapat dipilih satu untuk dijadikan jawaban paling sesuai dengan dirinya. Menurut Sugiyono (2015) Instrumen dengan skala Likert akan berguna bila peneliti ingin melakukan pengukuran secara keseluruhan tntang suatu topik, pendapat atau pengalaman. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dengan interval 5 itu dapat diberi skor, misalnya seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3 Coding Data

No Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3) Scoring

Skor diperoleh dari setiap jawaban pertanyaan yang dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan. Nilai total untuk seluruh jawaban dihitung untuk setiap responden . 4) Tabulation

Menyajikan data – data yang diperoleh dalam bentuk tabel, sehingga diharapkan pembaca dapat melihat hasil penelitian dengan jelas.

Setelah proses tabulasi selesai dilakukan, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 22 untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian menurut Sugiyono (2015:156) adalah : Intrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman

wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpulan data, dan instrument yang lazim digunakan dalam penelitian adalah beberapa daftar pertanyaan serta kuesioner yang disampaikan dan diberikan kepada masing-masing responden yang menjadi sampel dalam penelitian pada saat observasi dan wawancara.

Operasional variabel penelitian menggunkan skala ordinal. Skala ordinal digunakan untuk memberikan infromasi nilai pada jawaban. Setiap variabel penelitian diukur dengan menggunakan instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert yaitu skor 1 sampai 5.

Menurut Sugiyono (2015:165) Skala Likert merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang atau sekelompok orang terhadap potensi dan permasalahan suatu objek, rancangan suatu produk, proses membuat produk dan produk yang telah dikembangkan atau diciptakan.

3.6.1.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas instrumen penelitian merupakan hal yang utama dalam meningkatkan efektivitas proses pengumpulan data. Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan sesuatu instrumen.

(Suharsimi Arikunto, 2014:211). sebelum dilakukan analisis data terlebih

dahulu dilakukan pengujian validitas butir dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total dari variabel dengan rumus :

Rumus Validitas:

RXY =

(N

X2N

(

YX)(2

 

)



X(N)(

YY2)(

Y)2)

Dimana:

Rxy = Koefisien korelasi suatu butir atau item N = Jumlah Subjek/responden

X = Skor untuk Item / Butir Y = Skor Total

(Suharsimi Arikunto, 2014:213)

Kriteria pengujian validitas kuesioner sebagai berikut:

1. Jika rxy > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrument dinyatakan valid atau dapat digunakan sebagai kuesioner.

2. Jika rxy < rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrument dinyatakan tidak valid atau tidak dapat digunakan sebagai kuesioner.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Sedangkan reliabilitas adalah bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2014:221).

Rumus Reliabilitas Alpha:

r

11 = ( k ) ( 1 – Σσb2 ) ( k – 1 ) σ 2t

Dimana :

r

11 = reabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

Σσb2 = jumlah varians butir σ 2t = varians total

(Suharsimi Arikunto, 2014:239) 3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias. Tujuan dari dilakukannya uji asumsi klasik adalah agar diperoleh persamaan yang handal, maka data-data yang digunakan dalam analisis regresi terlebih dahulu.

Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas digunakan unuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari model regresi terdistribusi secara normal atau tidak, uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atar variabel independen, uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. (Duwi Priyatno, 2016:109-117).

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variable terikat untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak. Dalam model regresi linier, asumsi ini ditujukan oleh nilai error yang

berdistribusikan normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogoriv-Smirnov dalam SPSS.

Menurut Singgih Santoso (2016:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significant), yaitu:

Jika Probabilitas > 0.05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

Jika Probabilitas < 0.05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode metode grafik normal probability plots dalam program SPSS dasar pengambilan keputusan

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis dan tidak mengikuti arah garis garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Uji Multikorlinieritas

Multikorlinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel independen saling berkorelasi tinggi. Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel independen ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak stabil

b. Nilai standar error setiap koefisiensi regresi menjadi tidak terhingga Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka koefisien-koefisien regresi semakin besar kesalahannya, dari standar errornya yang semakin besar pula.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikorlinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF).

Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF kurang atau sama dengan 10 maka diantara variabel independen tidak terdapat multikorlinieritas.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien- koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut dihilangkan dari model regresi. Adapun untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Sugiyono (2015).

3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Duwi Priyatno (2016:92) Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh anatara dua variabel independen

dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y’ = a+b1X1+x1+b2X2+...+bnXn

Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1X2 = Variable independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1X2...Xn = 0) b1, b2 = Koefisien regresi

3.6.4 Uji Hipotesis

1) Uji t pada regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil uji mempunyai kriteria pengujia sebagai berikut:

Kriteria Pengujian :

Ho diterima jika t hitung > t tabel

Ho ditolak jika t hitung < t tabel

Menentukan thitung yaitu berdasarkan output yang diperoleh oleh pengolah data spss.

3.6.5 Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh koefisien determinasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisein determinasi secara parsial (r2) masing-masing varibael. Sedangkan Koefisein determinasi simultan mengukur seberapa besar variabel independen secara keseluruhan terhadap naik turunnya variasi nilai variabel dependen.

48

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Sintra Power Elektrik

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Sintra Power Elektrik

PT Sintra Power Elektrik merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) asal Taiwan. Perusahaan ini didirikan pada 23 Juli 2013 lalu, sebagai produsen tegangan tinggi di Indonesia. sebagai ekspansi PT Sintra Sinarindo Elektrik. Perusahaan ini hadir untuk memenuhi kebutuhan mitra transformer industries, dengan memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi mitra kepercayaan pelanggan. bangga dengan kualitas unggul dan layanan pelanggan dan yang penting staf ahli yang akan membantu merancang transformer yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Terbukanya ruang keterlibatan swasta dalam penyediaan dan pengelolaan kebutuhan energi listrik nasional, melalui Undang-undang Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009, membuat kegiatan bisnis sektor kelistrikan semakin bergairah. Satu persatu perusahaan yang bergerak di bidang itu bermunculan, mulai dari yang kecil, menengah, hingga skala Internasional.

Dengan membuka pabrik di Kabupaten Bekasi yang beralamat di Kawasan Newton Techno Blok J7, No. 1-2, Jl. Jati Raya No. III, Desa Serang, Kecamatan Cikarang Selatan, Bekasi – Jawa Barat, PT. Sintra

Power Elektrik memproduksi transformers (trafo) single phase atau three phase frekuensi 50/60 Hz tegangan primer 150 KV kapasitas 1MVA – 100 MVA jenis pendingin OA, OA / FA, FOA, OFWF, menurut standar IEEE / ANSI atau IEC. PT Sintra Power Elektrik juga menyediakan suku cadang, bahan, transformer minyak pemeliharaan dan layanan perbaikan untuk setiap jenis transformer.

Strategi bisnis yang difokuskan pada intern perusahaan, manajemen PT. Sintra Power Elektrik terus melakukan pembenahan kinerja, baik dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun kualitas produksi. Terkait karyawan, selain merekrut tenaga ahli dari sejumlah universitas ternama, volume palatihan regular mengenai product knowledge juga terus ditambah.

ini, sangat relevan dengan upaya peningkatan kualitas produksi, karena bermutu atau tidaknya sebuah produk tergantung pada kemampuan SDM yang tersedia. Sedangkan terkait kualitas produk, kegiatan dalam rangka mengupdate sertifikasi mutu tak pernah putus dilakukan.

4.1.2 Gambaran Umum dari Responden yang diteliti

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data ini digunakan sebagai informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Sintra Power Elektrik. Hal ini sesuai dengan metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu random sampling, yaitu teknik sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi untuk dijadikan sampel.

Berdasarkan jumlah data yang diperoleh yaitu dengan populasi sebanyak 72 karyawan dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 72 responden yang merupakan karyawan PT. Sintra Power Elektrik, melalui daftar pertanyaan di dapat kondisi responden tentang jenis kelamin, pendidikan, usia dan departemen kerja. Penggolongan yang dilakukan terhadap populasi dan sampel dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran umum tentang responden sebagai obyek penelitian.

4.1.3 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

4.1.3.1 Visi

Visi kami adalah menjadi produsen Power dan Distribusi Transformers terkemuka, serta Peralatan Pengujian untuk pasar Domestik dan Internasional.

4.1.3.2 Misi

Misi kami adalah menyediakan transformator berkualitas tinggi dan efisien untuk perusahaan domestik dan internasional. Pakar kami menyediakan layanan teknis yang bertujuan untuk memperkuat reputasi kami sebagai perusahaan yang berorientasi pelanggan dan mitra bisnis yang andal.

4.1.3.3 Tujuan

Membangun citra perusahaan dengan memberikan layanan yang unggul dan produk Power and Distribution Transformers yang berkualitas tinggi.

Perluas kesadaran merek kami, terutama di sektor swasta.

4.1.4 Struktur Organisasi Penelitian

Sama halnya dengan organisasi lain, PT Sintra Power Elektrik memiliki struktur organisasi yang menjadi acuan tugas dan pekerjaan dari masing-masing jabatan. Berikut adalah susunan organisasi dari tingkatan manajemen tertinggi:

President Director : Wendy Hsiao Vice President Director : Lin Yao Pin

Enginering : Lim Susanto

Production Management : Pan Chia Hao

Marketing : Gregory Hsiao Administration : Ana Suliana

Finance : Yoga Darma

Management : Ana Suliana

Cost : Mike

Accounting : Yuni

Manufaktur 1 : Adi Suryono

Core : Kaseno

Coil : A. Mursani

Core : Kaseno

Production Control : Eka R

Warehouse : Narto

Purchasing : Esterlina

Maintenance : Yudi

Manufacture II : Rusmin

Tank : Sutomo

Painting : Andi

Quality Assurance : Lim Susanto

Inspection : Hans S

Quality Conrol : Ani Soraya 4.1.5 Kegiatan Operasional Penelitian

1) Direktur Utama

Tugas utama dari Direktur Utama:

a. Menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan.

b. Memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan.

c. Menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.

Tanggung jawab dari Direktur Utama adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar.

2) Direktur

Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:

a. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan

b. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian (manager)

c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan

d. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan

3) Controller

merupakan manajer eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi akuntansi perusahaan.

Tugas dari Controller antara lain:

a. Memilih dan menentukan metode akuntansi yang digunakan.

b. Memonitoring dan audit internal.

c. Mengawasi proses pelaksanaan akuntansi keuangan.

d. Mengawasi pelaksanaan perpajakan Perusahaan.

4) Manager

Manager merupakan orang yang bertanggung jawab akan berjalannya setiap bagian / departemen yang dipimpinnya.

Adapun tugas manager antara lain:

a. Merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan dan sumber daya yang ada di departemennya.

b. Bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berlangsung di departmenennya.

5) Assisten Manager

Assiten manager bisa dikatakan adalah kaki tangan dari manager.

Assisten manager tugasnya menyampaikan apa yang diintruksikan oleh manager ke struktur yang ada di bawahnya.

Assisten manager tugasnya menyampaikan apa yang diintruksikan oleh manager ke struktur yang ada di bawahnya.

Dokumen terkait