• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Hipotesa

Penelitian terdahulu, merupakan hasil – hasil penelitian terdahulu yang memberikan informasi terkait dengan metode penelitian,hasil,pembahasan yang digunakan sebagai dasar perbandingan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan kerangka pemikiran dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Hipotesa pertama ditetapkan yaitu bahwa : diduga gaya kepemimpinan yang demokratis akan berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan, dimana dalam hipotesa yang ditetapkan ini didukung oleh teori sebagai berikut:

1. Fatma dalam artikel yang berjudul: The Effect of Democratic Leadership on Organizational Cynicism: A Study on Public Employees. Journal of Business Research Turk. Volume 10, Issue 2, tahun 2018. Menghasilkan kesimpulan bahwa Gaya kepemimpinan dipandang sebagai pola perilaku yang dilakukan oleh pemimpin. ketika berurusan dengan karyawan dan motivator utama dalam suatu organisasi. Literatur kepemimpinan membahas istilah baik cara tradisional dan modern dari otokratis, demokratis dan laissez-faire ke kepemimpinan transformasional, pelayan dan mentor.

2. Indra Yugusna dalam artikel yang berjudul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja dan Kedisiplinan Karyawan pada Perusahaan SPBU 44.501.29 Randu Garut Semarang terbit dijurnal : Journal of Management Volume 2 Nomor 2, Maret 2016. Berdasarkan hasil didapatkan bahwa gaya kepemimpinan demokratis memang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan kedisiplinan karyawan, pemimpin lebih baik tetap menerapkan gaya tersebut dan bahkan lebih ditingkatkan lagi agar karyawan bisa merasa lebih dihargai.

Hipotesa kedua ditetapkan yaitu bahwa : diduga lingkungan kerja akan berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan, dimana dalam hipotesa yang ditetapkan ini didukung oleh teori sebagai berikut:

1. Noor Rika Dinata Inbar dalam artikel yang berjudul : Pengaruh lingkungan Kerja, terhadap disiplin Kerja dan semangat kerja karyawan terbit dijurnal : Jurnal Administrasi Bisnis Volume 52 Nomor 2, Mei 2018. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa lingkungan kerja adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi disiplin kerja.

Hipotesa ketiga ditetapkan yaitu bahwa : diduga Motivasi yang baik berpengaruh terhadap disiplin kerja karyawan, dimana dalam hipotesa yang ditetapkan ini didukung oleh teori sebagai berikut:

1. Boye dalam artikel yang berjudul Employee Motivation and Work Performance:

A Comparative Study of Mining Companies in Ghana, volume 9, nomor 2, tahun 2015, menghasilkan kesimpulan faktor intrinsik menunjukkan perbedaan signifikan yang kuat pada motivasi yang menunjukkan bahwa, sekali pekerja dibayar dengan sangat baik, mereka akan menghargai faktor-faktor intrinsik.

1. Didukung oleh teori yang mengatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap disiplin kerja dalam buku Robbins dan Judge dengan judul Organizational Behavior. Pearson. United State America. Edisi 16 tahun 2015.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis yaitu berupa analisis kuantitatif yang dilkukan dengan metode pengumpulan data primer dan sekunder. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sugiyono (2015). hal tersebut berdasarkan pada judul yang diteliti yaitu “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis, Lingkungan Kerja dan Motivasi terhadap Disiplin Kerja Karyawan PT. Sintra Power Elektrik”.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di PT. Sintra Power Elektrik di kawasan Newton Techno Park Lippo Cikarang Jl. Jati III Blok J7-03 dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2019 dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 jadwal penelitian yaitu :

Sumber: Peneliti

3.3 Kerangka Konsep

Kerangka pemikiran merupakan landasan yang digunakan untuk mencari jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti. Kerangka pemikiran merupakan gabungan dari teori penelitian sebelumnya yang relevan dan pemikiran logis yang digunakan untuk menduga keterkaitan antara masalah yang diteliti yaitu menggambarkan hubungan variabel independen yaitu gaya kepemimpinan demokratis (X1), lingkungan kerja (X2), motivasi (X3) terhadap variabel dependen yaitu disiplin kerja (Y). kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

No Uraian Kegiatan Periode Bulan Maret s/d Agustus 2019

April Mei Juni Juli agustus september

1 Oberservasi

2 Mengajukan judul

3 Menuyusun

proposal

4 Mengumpulkan data

5 Menyebar kuisioner

6 Pengolahan Data

7 Bimbingan skripsi

8 Ujian Skripsi

3.3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

H1 = X1 Y : Fatma, dalam artikel yang berjudul : The Effect of Democratic Leadership on Organizational Cynicism: A Study on Public Employees. Journal of Business Research Turk. terbit dijurnal : Journal of Business Research Turk. Volume 10 Nomor 2, tahun 2018. Foels dalam buku The Effects of democratic leadership on group member satisfaction an integration: Small group research 2018.

H2 = X2 Y : Inbar dalam artikel yang berjudul : Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Disiplin Kerja dan semangat kerja terbit dijurnal : Jurnal Administrasi Bisnis Volume 52 Nomor 2, Mei 2018. Abdullah M dalam buku Manajemen dan Evaluasi Kinerja Karyawan 2014.

H3 = X3 Y : Ahmad, Abbas, Latif, Rasheed, dalam artikel yang berjudul Impact of Transformational Leadership on Employee Motivation in Telecommunication Sector terbit di Journal of Management Policies and Practices, tahun 2014. Robbins dan Judge dalam buku Organizational Behavior Person Edisi 16 Tahun 2015.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Adapun definisi Operasional variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Definisi Operasional Variabel

Variabel Instrumen Pengertian Instrumen

Gaya Kepemimpinan Demokratis (X1) Sumber : Yugusna, (2016)

1. Pengawasan dilakukan secara Wajar

1. Mengawasi bawahan yang ada di suatu perusahaan atau organisasi.

2. Menghargai ide bawahan 2. Menerima ide yang disampaikan oleh karyawan.

3. Memperhitungkan perasaan bawahan

3. Menjaga perasaan bawahan agar merasa bahagia saat bekerja.

4. Perhatian pada

kenyamanan kerja bawahan

4. Memperhatikan kenyamanan dapat membuat bawahan merasa lebih dihargai.

5. Menjalin hubungan yang baik dengan bawahan

5. Komunikasi yang baik dapat terjalin dengan pimpinan yang menghargai usaha bawahannya.

6. Bisa beradaptasi dengan kondisi

6. Pemimpin harus bisa beradaptasi dengan kondisi.

7. Teliti dengan keputusam yang diambil

7. Memperhitungkan keputusan yang akan diambil agar tidak berdampak negatif bagi karyawan.

8. Bersahabat dan ramah 8. Pemimpin demokratis dapat dengan mudah bersahabat dengan bawahannya.

Mendorong bawahan meningkatkan

keterampilan

9. Memberikan penghargaan pada tugas-tugas yang diberikan

9. Menjelaskan secara rinci tugas-tugas yang akan didelegasikan kepada bawahannya.

10. Komunikasi yang baik dengan bawahan

10. Berkomunikasi dan terus berkembang dengan baik jika pimpinan mampu berkomunikasi dengan bawahannya.

11. Pengambilan keputusan bersama

11. Meminta bawahan bersama pimpinan untuk berdiskusi agar dapat meyakinkan keputusan yang akan dipilih oleh pimpinan.

12. Mendorong bawahan meningkatkan keterampilan

12. Memotivasi karyawan agar dapat terus berkembang.

Lingkungan Kerja (X2) Sumber : Inbar, (2018)

1. Penerangan 1. Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh karena itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan.

2. Suhu Udara 2. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk metabolisme udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

3. Suara Bising 3. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.

4. Penggunaan Warna 4. Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi.

5. Ruang gerak yang diperlukan

5. Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya

untuk bekerja.

6.Keamanan kerja 6. Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu

diperhatikan adanya

keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

7. Hubungan karyawan 7. Semua hal yang terjadi dalam perusahaan berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, serta hubungan dengan bawahan.

Motivasi (X3) Robbins dan Judge, (2015)

1. Gaji 1. Suatu bentuk pembayaran

periodik dari perusahaan pada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja.

2. Pengakuan 2. Alat yang digunakan untuk memberikan kepuasan tersendiri.

3. Promosi Jabatan 3. Salah satu pencapaian yang tinggi bagi seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.

4. Kompensasi 4. Penghargaan terhadap pencapaian tujuan-tujuan spesifik yang ditetapkan oleh perusahaan, atau untuk dedikasinya kepada perusahaan.

Disiplin Kerja (Y) Suwondo, (2015)

1. Tujuan dan kemampuan 1. Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

2.Teladan pimpinan 2. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

3. Balas jasa 3. Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.

4. Keadilan 4.Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta

diperlakukan sama dengan manusia lainnya.

5. Waskat (pengawasam melekat)

5. Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.

Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.

6. Sanksi hukuman 6. Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat karyawan akan semakin takut melanggar peraturan- peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7. Ketegasan 7. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.

8. Hubungan kemanusiaan 8. kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis.

Sumber : Beberapa sumber yang diolah peneliti

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2015) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuallitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Mengacu pada pengertian di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Sintra Power Elektrik berjumlah 72 karyawan.

Sampel menurut Sugiyono (2015) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini tidak digunakan teknik sampling karena sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi yang ada atau disebut dengan sensus. Mengingat jumlah populasi hanya sebesar 72 karyawan, maka layak untuk diambil keseluruhan untuk dijadikan sampel tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah tertentu.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.5.1 Sumber Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.

1) Data Primer

Data yang diperoleh langsung dengan memberikan daftar kuesioner secara tertulis pada karyawan PT Sintra Power Elektrik yang merupakan pernyataan mengenai gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan disiplin kerja karyawan.

2) Data Sekunder

Data yang berbentuk catatan, dokumentasi yang diperoleh pada lokasi penelitian dan literatur yang ada berikatannya dengan penelitian ini, artikel, jurnal, dan hasil penelitian yang diperoleh melalui studi pustaka.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Kuesioner

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan yang disediakan untuk menjawab kuesioner secara tertulis oleh responden.

2) Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan mempelajari hasil – hasil penelitian, literatur – literatur, jurnal, makalah, artikel dan sumber bacaan lain yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini.

3) Wawancara

Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung kepada beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini pada saat observasi mengenai bagaimana keadaan perusaahaan saat itu, sehingga memperoleh data informasi yang penulis butuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Metode Analisa Data

Analisa kuantitatif menggunakan dasar pendekatan angka. Hal ini sesuai dengan kata “kuantitatif” yang mengandung makna hitungan atau angka, sehingga proses pemberian skala pada data mentah banyak diterapkan disini.

Sebagai contoh: dalam proses pemberian kode terhadap data kuesioner, jika jawaban responden “sangat setuju” diberi angka 5, “setuju” diberi angka 4,

“kurang setuju” diberi angka 3, “tidak setuju” diberi angka 2, “sangat tidak setuju” diberi angka 1. Data ini diubah menjadi data kuantitatif, sehingga selanjutnya bisa dilalkukan analisis kuantitatif.

Pengukuran Variabel

a. Pengolahan Data Kuantitatif

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 25 dengan tahapan sebagai berikut :

1) Editing Data

Data diperiksa ulang kelengkapannya, semua kuesioner yang dikembalikan telah di isi secara lengkap oleh responden.

2) Coding Data

Kuesioner disajikan dengan skala Likert. Masing – masing pertanyaan diberikan lima kemungkinan jawaban yang dapat dipilih satu untuk dijadikan jawaban paling sesuai dengan dirinya. Menurut Sugiyono (2015) Instrumen dengan skala Likert akan berguna bila peneliti ingin melakukan pengukuran secara keseluruhan tntang suatu topik, pendapat atau pengalaman. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dengan interval 5 itu dapat diberi skor, misalnya seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3 Coding Data

No Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3) Scoring

Skor diperoleh dari setiap jawaban pertanyaan yang dijumlahkan untuk mendapatkan skor gabungan. Nilai total untuk seluruh jawaban dihitung untuk setiap responden . 4) Tabulation

Menyajikan data – data yang diperoleh dalam bentuk tabel, sehingga diharapkan pembaca dapat melihat hasil penelitian dengan jelas.

Setelah proses tabulasi selesai dilakukan, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 22 untuk mengetahui sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian menurut Sugiyono (2015:156) adalah : Intrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman

wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpulan data, dan instrument yang lazim digunakan dalam penelitian adalah beberapa daftar pertanyaan serta kuesioner yang disampaikan dan diberikan kepada masing-masing responden yang menjadi sampel dalam penelitian pada saat observasi dan wawancara.

Operasional variabel penelitian menggunkan skala ordinal. Skala ordinal digunakan untuk memberikan infromasi nilai pada jawaban. Setiap variabel penelitian diukur dengan menggunakan instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert yaitu skor 1 sampai 5.

Menurut Sugiyono (2015:165) Skala Likert merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang atau sekelompok orang terhadap potensi dan permasalahan suatu objek, rancangan suatu produk, proses membuat produk dan produk yang telah dikembangkan atau diciptakan.

3.6.1.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas instrumen penelitian merupakan hal yang utama dalam meningkatkan efektivitas proses pengumpulan data. Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan sesuatu instrumen.

(Suharsimi Arikunto, 2014:211). sebelum dilakukan analisis data terlebih

dahulu dilakukan pengujian validitas butir dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total dari variabel dengan rumus :

Rumus Validitas:

RXY =

(N

X2N

(

YX)(2

 

)



X(N)(

YY2)(

Y)2)

Dimana:

Rxy = Koefisien korelasi suatu butir atau item N = Jumlah Subjek/responden

X = Skor untuk Item / Butir Y = Skor Total

(Suharsimi Arikunto, 2014:213)

Kriteria pengujian validitas kuesioner sebagai berikut:

1. Jika rxy > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrument dinyatakan valid atau dapat digunakan sebagai kuesioner.

2. Jika rxy < rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 maka instrument dinyatakan tidak valid atau tidak dapat digunakan sebagai kuesioner.

3.6.1.2 Uji Reliabilitas

Sedangkan reliabilitas adalah bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Suharsimi Arikunto, 2014:221).

Rumus Reliabilitas Alpha:

r

11 = ( k ) ( 1 – Σσb2 ) ( k – 1 ) σ 2t

Dimana :

r

11 = reabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.

Σσb2 = jumlah varians butir σ 2t = varians total

(Suharsimi Arikunto, 2014:239) 3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias. Tujuan dari dilakukannya uji asumsi klasik adalah agar diperoleh persamaan yang handal, maka data-data yang digunakan dalam analisis regresi terlebih dahulu.

Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas digunakan unuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari model regresi terdistribusi secara normal atau tidak, uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atar variabel independen, uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. (Duwi Priyatno, 2016:109-117).

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi variable terikat untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak. Dalam model regresi linier, asumsi ini ditujukan oleh nilai error yang

berdistribusikan normal. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogoriv-Smirnov dalam SPSS.

Menurut Singgih Santoso (2016:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significant), yaitu:

Jika Probabilitas > 0.05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

Jika Probabilitas < 0.05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode metode grafik normal probability plots dalam program SPSS dasar pengambilan keputusan

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis dan tidak mengikuti arah garis garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Uji Multikorlinieritas

Multikorlinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel independen saling berkorelasi tinggi. Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel independen ini sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak stabil

b. Nilai standar error setiap koefisiensi regresi menjadi tidak terhingga Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka koefisien-koefisien regresi semakin besar kesalahannya, dari standar errornya yang semakin besar pula.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikorlinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF).

Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF kurang atau sama dengan 10 maka diantara variabel independen tidak terdapat multikorlinieritas.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien- koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut dihilangkan dari model regresi. Adapun untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Sugiyono (2015).

3.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Duwi Priyatno (2016:92) Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh anatara dua variabel independen

dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y’ = a+b1X1+x1+b2X2+...+bnXn

Keterangan :

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1X2 = Variable independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1X2...Xn = 0) b1, b2 = Koefisien regresi

3.6.4 Uji Hipotesis

1) Uji t pada regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil uji mempunyai kriteria pengujia sebagai berikut:

Kriteria Pengujian :

Ho diterima jika t hitung > t tabel

Ho ditolak jika t hitung < t tabel

Menentukan thitung yaitu berdasarkan output yang diperoleh oleh pengolah data spss.

3.6.5 Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh koefisien determinasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisein determinasi secara parsial (r2) masing-masing varibael. Sedangkan Koefisein determinasi simultan mengukur seberapa besar variabel independen secara keseluruhan terhadap naik turunnya variasi nilai variabel dependen.

48

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Sintra Power Elektrik

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Sintra Power Elektrik

PT Sintra Power Elektrik merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) asal Taiwan. Perusahaan ini didirikan pada 23 Juli 2013 lalu, sebagai produsen tegangan tinggi di Indonesia. sebagai ekspansi PT Sintra Sinarindo Elektrik. Perusahaan ini hadir untuk memenuhi kebutuhan mitra transformer industries, dengan memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi mitra kepercayaan pelanggan. bangga dengan kualitas unggul dan layanan pelanggan dan yang penting staf ahli yang akan membantu merancang transformer yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

PT Sintra Power Elektrik merupakan PMA (Penanaman Modal Asing) asal Taiwan. Perusahaan ini didirikan pada 23 Juli 2013 lalu, sebagai produsen tegangan tinggi di Indonesia. sebagai ekspansi PT Sintra Sinarindo Elektrik. Perusahaan ini hadir untuk memenuhi kebutuhan mitra transformer industries, dengan memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi mitra kepercayaan pelanggan. bangga dengan kualitas unggul dan layanan pelanggan dan yang penting staf ahli yang akan membantu merancang transformer yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Dokumen terkait