• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2. Trait Kepribadian Big-Five

2.2.1. Definisi Trait Kepribadian

Feist dan Feist (2009) mendeskripsikan kepribadian (personality) adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) menunjukan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi.

Larsen dan Buss (2002) mendefinisikan kepribadian adalah seperangkat sifat-sifat psikologikal dan mekanisme di dalam diri individu yang diatur yangrelatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi individu dengan yang lain serta untuk beradaptasi dengan lingkungan baik intrafisik, fisik, dan lingkungan sosial. Trait digambarkan sebagai karakteristik yang mendiskripskan kebiasaan dimana setiap orang berbeda dengan yang lain.

Pervin, Cervrone, dan John (2005) mendefinisikan kepribadian adalah karakteristik seseorang yang mana perasaan, pikiran, dan tindakannya cenderung menetap. Trait juga didefinisikan sebagai bentuk yang secara konsisten dimiliki individu baik tindakan, perasaan, maupun pikiran.

Kepribadian menurut McCrae dan Costa (dalam Cloninger, 2009) mendefinikan kepribadian sebagai penyebab yang ada dalam diri individu yang kemudian muncul dalam bentuk perilaku dan pengalaman. Trait juga didefinisikan sebagai karakteristik yang bervariasi dari masing-masing individu yang menyebabkan individu tersebut berperilaku secara konsisten.

Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai kepribadian maka penulis menyimpulkan bahwa trait kepribadian merupakan suatu hal yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lain dalam berperilaku, berpikir dan merasakan berbagai situasi, yang relatif menetap dan konsisten serta memiliki keunikan yang khas.

2.2.2 Definisi Trait Kepribadian Big-Five

Menurut Pervin, Cevrone, dan John (2005), Model Trait Five Factor adalah “The five-factor model is investigators try to find basic units of personality by analyzing the words that people”.Model five-factor adalah inverstigator yang mencoba menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisis perkataan orang tersebut.

Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran terhadap kepribadian yang kemudian berkembang menjadi bentuk dasar dari struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five. Secara historis big five berkembang dari dua jenis pendekatan dalam mengidentifikasi

faktor dasar dalam kepribadian, yaitu pendekatan studi kebahasaan dan faktor analisis atas kuesioner kepribadian (Engler, 2009).

Menurut Friedman dan Schustack (2008) The Big Five Personality Traits adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian melalui trait yang tersusun dalam lima tipe kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima tipe trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness to new experience.

2.2.3 Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five

Trait Kepribadian Big-Five merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, dimana pendekatan

trait tersebut melihat kepribadian melalui lima tipe. Berikut penjelasan karakteristik kelima tipe trait dalam pendekatan Big Five (Costa & McCrae dalam Cloninger, 2009) :

1. Extraversion (E)

Extraversion juga sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor tinggi pada faktor Extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain itu, individu tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor (E) rendah.

antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal, mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang lain.

Extraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya. Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan.

2. Agreeableness (A)

Faktor Agreeableness (A) membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tak mengenal belas kasihan. Individu dengan skor yang lebih mengarah pada faktor ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati.Faktor ini juga disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan tingkat Agreeableness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

3. Conscientiousness (C)

Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Faktor ini dapat juga

disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.

4. Neuroticism (N)

Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism (N), memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi, sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

5. Openness to experiences (O)

Faktor Openness to experiences (O) membedakan antara individu yang memilih variasi dibandingkan dengan individu yang menutup diri serta individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan hal-hal dan orang-orang yang mereka kenal. Individu yang terus menerus mencari perbedaan dan pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada faktor (O).

Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Tabel 2.1

Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg (dalam Feist & Feist, 2009)

Traits Skor Tinggi Skor Rendah

Extraversion Affectionate; joiner; talkative; fun lovin; active; passionate

Reserved; loner; quaite; sober; passive; unfeeling

Agreeableness Softhearted; trusting; generous; acquiescent; lenient; good-nartured

Ruthless; suspicious;stingy; antagonistic; critical; irritable

Conscientiousness Conscientious; hardworking; well-organized; punctual; ambitious; persevering

Negligent; lazy; disorganized; late; aimless; quitting

Neuroticism Anxious; temperamental; slf-pityng; self-conscious; emotional; vulnerable

Calm; even-tempered; self-satisfied; comfortable; unemotional; hardy Openness to New Experience Imaginative; creative; original; prefers variety;curious; liberal Down-to-earth; uncreative; conventional; prefers routine; uncurious; conservative

2.2.4 Pengaruh Trait Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas

Penelitian yang dilakukan oleh Glass (Baron & Bryne, 2005) menyimpulkan bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif. Menurut Glass, kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari kepribadiannya. Individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih agresif dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B. Kemudian didapatkan hasil bahwa beberapa variabel kepribadian seperti trait

marah dan tipe kepribadian A mempengaruhi perilaku agresif pada kondisi provokasi. Hasil lain menyatakan bahwa trait keagresifan dan trait cepat marah mempengaruhi perilaku agresif dibawah kondisi provokasi dan normal. Para peneliti membahas hubungan yang mungkin antara pola-pola perilaku agresif dan dimensi kepribadian agreeableness dan neuroticism mempertimbangkan implikasi untuk teori agresi.

Penelitian lain mengenai pengaruh trait kepribadian big five terhadap agresivitas adalah penelitian yang dilakukan oleh Prativi (2010). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa trait kepribadian tokoh utama sangat mempengaruhi bentuk agresivitas yang dilakukannya, misalnya kepribadian neurotisisme mempengaruhi agresivitas emosi dan ketakutan. Selain itu, agresivitas yang dilakukannya muncul akibat adanya faktor pencetus dari pihak lain, misalnya provokasi. Agresivitas juga memiliki dampak negatif bagi korbannya, yakni cidera dan kematian.

2.2.5 Pengukuran Trait Kebribadian Big Five

Alat ukur untuk mengukur trait kepribadian Big Five, yaitu:

1. NEO-PI-R (The Neuroticism Extraversion Openess -Personality

Inventory-Revised). Alat ukur ini dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R.

McCrae, terdiri dari 240 item (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

2. BFI (Big Five Instrument). Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue,

Alat ukur ini terdiri dari 44 item, terdiri dari 5 faktor yaitu extraversion,

neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess. BFI menunjukkan

validitas konvergen yang ringgi dengan skala self-report lain dan dengan

tingkatan sejajar pada Big Five (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

3. IPIP-FFI (International Personality Item Pool Five Factor Inventory). Alat ukur ini merupakan alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg.

Skala ini berjumlah 50 item, dimana setiap faktornya terdiri dari 10 item yaitu

extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess to

new experience (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

4. MINI-IPIP (MINI-International Personality Item Pool). Alat ukur ini

merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dimana dari jumlah item yang semula 50

item, diperkecil menjadi 20 item (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

Pada peneltiian ini, alat ukur yang akan peneliti gunakan untuk mengukur

trait kepribadian big-five adalah MINI-IPIP (MINI International Personality

Item Pool) karena alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dengan nilai validitas dan reliabilitas di atas 0.6. Alat ukur ini memiliki jumlah item lebih

sedikit dari IPIP-NEO, yaitu sebanyak 20 item dan cocok digunakan pada penelitian ini dimana subjek penelitian adalah anak Punk.

Dokumen terkait