SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
SYIFA FAUZIAH
109070000139
FAKULTAS PSIKOLOGI
PENGARUHTRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN
KONFORMITAS TEMAN
SEBAYA
TERIIADAP
AGRESIVITAS ANAK
PUNK
DI JABODETABEK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
SYTFA
FAUZIAII
109070000139
.
Di Bawah bimbingan:Pembimbing
I
PembimbingII
Dra. Diana Mutiah. M.Si.
NIP. r 967 1 02199 6032001
. Lawinah. S.Psi.. M.Si. NrP.19770 101201 10200
I
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
*
t:IkhwaB Lutli. M.PsL NrP. 19730710200501 1006
skripsi yang berjudul 5'PENGARUH
TRAIT
KEPRTBADTANBIG
FIyr
DANKONT'ORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK
P(INI(
DI
JABODETABEK" telah diujiican dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikotogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program StrataI (Sl) pada Fakultas
Psikologi.Jakarta, Mei 2014
Sidang Munaqosyah
Dekan/I(etua
Prof. Dr. Abdul Muiib. M.Ae. ild.Sl NrP. 196806141997041001
Anggota:
Layvinah. S.Psi.. M.Si. NIP.19770101201 102001
Ilra. Diana Mutiah. M.Si, NIP.l 9671021996032001
u
Wakil Dekan/ SekretarisNIM
:109070000139Dengan
ini
menyatakan bahwa skripsi yang be{udul ,,pENGARUH TRArrKEPRIBADIAN
BIG FIVE DAN
KONFORMITASTEMAN
SEBAYATERHADAP AGRESIVITAS
ANAK PUNK
DI
JABODETABEK,, adalahbenar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam men)rusun karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya
orang lain.
Demikian pemyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Mei2014
Svifa Fauziah NrM. 109070000139
ilt
iv
L
’ a y. B
y y
l
,
y
y
’
you have.
Think Positive! Because Allah SWT. is always on your
thinking, your feeling, and your actions.
Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamah dan Papah,
serta orang-orang yang sangat ku cintai.
v
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Mei 2014
(C) Syifa Fauziah
(D) Pengaruh Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek
(E) xiv + 98 halaman + 19 lampiran
(F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek. Penulis menduga bahwa variabel trait
kepribadian big five (mencakup aggreeableness, extraversion, conscientiousness, neuroticism, dan openness) dan konformitas teman sebaya (mencakup compliance dan conversion) mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek.
Penelitian ini melibatkan 181 anak Punk yang tersebar di Jabodetabek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian Aggression Quessionaire (AQ) untuk variabel agresivitas, MINI-IPIP untuk variabel trait
kepribadian big five, dan skala penelitian yang peneliti buat sendiri untuk variabel konformitas teman sebaya. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software 18.0, sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7.
vi
variabel lain yang terkait dengan agresivitas dapat dianalisis sebagai IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap agresivitas seperti coping stress, kecerdasan emosi, pekerjaan, usia, dan lain sebagainya.
vii
kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI JABODETABEK”untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW. beserta sahabat dan keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik karena banyak pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif untuk menjadi seorang pemuda yang sukses.
2. Jajaran Dekanat, Wakil Dekan I Bapak Abd. Rahman Shaleh, M. Psi., Wakil Dekan II Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi., dan Wakil Dekan III Dra. Diana Mutiah, M.Si., yang telah memberikan banyak ilmu serta pengalaman, baik sebagai pembimbing maupun dosen.
3. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si. dan Ibu Layyinah, S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mendapat banyak masukan dan wawasan yang berharga selama pengerjaan skripsi ini.
viii
bagian dari hidup kalian karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa doa dari kalian.
6. Saudara laki-laki penulis yaitu Faqih Azizi da Syukron Jazzak serta saudara perempuan penulis yang masih kecil yaitu Kintan Makayla An-Nida, kalian adalah semangat penulis untuk dapat bersikap dan bertindak secara positif agar dapat menjadi contoh yang baikbagi kalian.
7. Hanif Maharsitama, yaitu seseorang yang menjadi musuh hampir setiap harinya, lawan dalam berargumen, tapi juga menjadi teman yang baik, sahabat yang baik, penyemangat yang baik, dan kekasih hati yang paling baik.
8. Sahabat-sahabat MTs., Sekar Stuti Ratridiwasa (Kare), Nabila Nabiha Zulfa (Nabe), Diah Putri Ambarani (Bare). Sahabat-sahabat SMA, Nita Fitriani (Nita) dan Siti Romlah (Siti). Sahabat-sahabat di Psikologi, Eva Riyatussholihah (Eva), Rani Nursukmawati (Rani), Putria Masyitah V.Z. (Utay), Erla Rahmawati (Erla), Awliya Nurmayasari (Aul), Dewi Rosianala Syari (Dewi), Defiria Nilamsari (Nilam), Kiki Maria (Kiki), Wiwi Euismawati (Wiwi), Meylita Jamilah (Lita), Farhanah Murniasih (Hana), Reyhan, Fikri Mubarok (Fikri), dan Fajri Dea Priandhana (Dana), serta seluruh keluarga Psikoche yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua kebahagiaan dan pengalaman suka duka selama melewati waktu dengan penulis. Semoga persahabatan kita akan senantiasa terjalin sampai akhir hayat serta sukses dunia dan akhirat. 9. Seluruh pihak yang berkontribusi dalam membantu penulis baik mulai dari
disusunnya skripsi ini, pengumpulan data, pengolahan data, hingga selesainya skripsi ini dengan baik.
ix diberikan, hanya do’a dan asa yang
dan Allah SWT membalasnya berlipat-lipat ganda, aamiin.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta para pencari pengetahuan yang tidak pernah lelah belajar.
Jakarta, Mei 2014
x
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing ... i
Lembar Pernyataan ... ii
Motto ... iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... .. vi
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8
1.2.1. Pembatasan Masalah ... 8
1.2.1. Perumusan Masalah ... 9
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12
1.5.Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
2.1. Agresivitas ... 14
2.1.1. DefinisiAgresivitas ... 14
2.1.2. Faktor-faktor Mempengaruhi Agresivitas ... 15
2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas. ... 19
2.1.4. Pengukuran Agresivitas ... 20
2.2. Trait Kepribadian Big-Five ... 21
xi
2.3. Konformitas Teman Sebaya ... 29
2.3.1. Definisi Konformitas ... 29
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya 30 2.3.3.Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya ... 31
2.3.4. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya thd Agresivitas ... 32
2.3.4. Pengukuran Konformitas Teman Sebaya ... 33
2.4. Punk... 33
2.4.1. Sejarah Punk ... 33
2.4.2. Definisi Punk ... 34
2.5. Kerangka Berpikir ... 35
2.6. Hipotesis Penelitian ... 38
2.6.1. Hipotesis Mayor ... 38
2.6.2. Hipotesis Minor ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1. Populasi dan Sampel ... 40
3.2. Variabel Penelitian ... 41
3.3. Definisi Operasional ... 42
3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 46
3.5. Uji Validitas ... 51
3.5.1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 51
3.5.2. Uji Validitas Konstruk Agresivitas ... 51
3.5.3. Uji Validitas Konstruk Trait Kepribadian Big Five ... 56
3.5.4. Uji Validitas Konstruk Konformitas Teman Sebaya ... 63
3.6. Metode Analisis Data ... 66
xii
4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 73
4.3.1. Kategorisasi Tingkat Agresivitas ... 73
4.3.2. Kategorisasi Tingkat Konformitas Teman Sebaya ... 74
4.4. Uji Hipotesis Penelitian... 75
4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ... 75
4.5. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Invariable Dependent ... 81
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 84
5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Diskusi ... 85
5.3. Saran ... . 91
5.3.1. Saran Teoritis ... . 91
5.3.2. Saran Praktis ... . 92
xiii
Tabel 2.1 Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg ... 26
Tabel 3.1 Tabel Sebaran Sampel ... 41
Tabel 3.2Tabel Blue Print Skala Agresivitas Buss & Perry ... 47
Tabel 3.3Tabel Blue Print Skala MINI-IPIP... 48
Tabel 3.4Tabel Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya ... 49
Tabel 3.5Tabel Bobot nilai tiap jawaban pada skala agresivitas, trait kepribadian big five, dan konformitas teman sebaya ... 50
Tabel 3.6Tabel Pedoman skoring kuesioner jenis kelamin ... 50
Tabel 3.7Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi fisik) ... 52
Tabel 3.8Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi verbal) ... 53
Tabel 3.9Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi marah) ... 54
Tabel 3.10Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi permusuhan) ... 56
Tabel 3.11Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Agreebleness) ... 57
Tabel 3.12 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Extraversion) ... 57
Tabel 3.13 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Conscientiousness) 60 Tabel 3.14Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Neuroticism) ... 61
Tabel 3.15Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Openness) ... 62
Tabel 3.16Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Compliance) ... 64
Tabel 3.17Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Conversion) ... 65
Tabel 4.1 Tabel Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
Tabel 4.2 Tabel Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 72
Tabel 4.3 Tabel Norma Skor ... 73
Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Tingkat Agresivitas... 73
Tabel 4.5Tabel Kategorisasi Konformitas... ... 74
Tabel 4.6Tabel R-Square ... 76
Tabel 4.7Tabel Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV ... 76
Tabel 4.8Tabel Koefisien Regresi ... 77
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
1.1 Latar Belakang
Fenomena anak jalanan sering kita jumpai terutama di kota-kota besar di
Indonesia. Menurut laporan Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak
termasuk ke dalam kategori anak terlantar. Komnas Perlindungan Anak (KPA)
pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di DKI Jakarta mencapai 12.000 jiwa,
meningkat 50 persen dari 2008 (Blogdetik.com, 2010).
Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 135.139 anak
dan tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang,
Bandung dan Yogyakarta (Kemensos RI, 2009; dalam Rohman, 2013).Pada tahun
2010 Jufri mengatakan bahwa jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat
menjadi 230.000 orang (Blogspot.com, 2010), jumlah penduduk di Indonesia pada
tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 1.49% per tahun (Republika.co.id., 2013).
Anak jalanan menurut Rahmad (dalam Khoirunnisa, 2012) dibedakan
tetapi mereka menghabiskan seluruh waktunya di jalanan, seperti pedagang
asongan, pengamen, anak Punk. Kedua, anak yang tidak mempunyai tempat
tinggal danbagi kelompok ini mereka harus disediakan base camp atau tempat
tinggal.
Anak Punk merupakan salah satu gambaran sosial anak jalanan. Punk di
Indonesia memang muncul dari beberapa kelas sosial di masyarakat. Dari kelas
bawah, mereka berwujud anak-anak jalanan yang hidup dipinggir jalan, tidur di
trotoar, nongkrong di pom bensin, dan kegiatan lainnya. Pekerjaan sehari-hari
anak Punk biasanya mengamen, jualan koran, atau aktivitas lain yang bisa
menghasilkan uang recehan di setiap persimpangan traffic light. Selain itu,
kehidupan mereka juga sangat dekat dengan peluang-peluang melakukan
kriminalitas dijalanan, alkohol, rokok dan mabuk dengan menghirup lem
(Sagitarius, 2011). Selain itu, anak Punk bukan sekadar menjual suara dengan
profesi mengamen, tapi juga memaksa orang untuk memberi mereka imbalan,
bahkan kalau tidak diberi mereka akan mengancam (Harianhaluan.com, 2011).
Keberadaan anak Punk di beberapa daerah dianggap meresahkan warga
sekitar. Pada bulan September tahun 2012 telah terjadi pembunuhan yang
dilakukan oleh salah seorang anak Punk kepada Ihsan Maulana (19 tahun) yang
sedang terlelap tidur. Di Bekasi pada bulan Maret 2013, anak-anak Punk secara
tiba-tiba melakukan penodongan menggunakan pisau kecil dengan memasuki
kalinya terjadi di daerah Pondok Gede (Republika.co.id, 2013). Pada bulan Mei
2013 di kota Pekanbaru, sekitar dua puluh anak Punk yang sedang pesta miras
diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang anggota Tentara Nasional
Indonesia (TNI) yang bertugas di wilayah itu (Wibowo, 2013).
Selama pengumpulan data, peneliti menemukan anak Punk yang sekedar
berkumpul bersama komunitas Punk, ada diantara mereka yang sedang mengamen
di angkutan umum dan di perempatan atau di pertigaan jalan, ada pula yang
sedang mengatur parkir di tempat-tempat perbelanjaan atau tempat-tempat makan.
Peneliti melakukan observasi terhadap anak Punk, dimana peneliti menemukan
beberapa perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk salah satunya adalah
agresi verbal yaitu mereka saling bercanda dengan mengejek atau mencela satu
sama lain. Perilaku tersebut diakui oleh mereka adalah perilaku yang wajar dan
sudah sering terjadi. Selama pengumpulan data pula, peneliti tidak menemukan
kekerasan dalam bentuk fisik yang dilakukan oleh sesama Punk walaupun mereka
juga tidak menampik apabila ada seseorang yang membuat mereka marah, mereka
tidak akan segan untuk melakukan kekerasan. Alkohol dan obat-obatan bukan
menjadi hal yang tabu bagi mereka. Beberapa diantara mereka mengakui bahwa
hampir setiap hari mereka mengkonsumsi minum-minuman keras setelah bekerja,
baik bekerja sebagai pengamen maupun tukang parkir. Hal itulah yang
Shalahuddin (2010) menyebutkan bahwa tindakan kriminal atau perilaku
agresif yang dilakukan anak jalanan dan anak Punk secara kuantitas tampaknya
meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk yang lebih
berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan
sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan pemerasan,
penodongan dan pencopetan ke masyarakat. Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi
pula oleh tingkat persaingan yang tinggi sesama anak jalanan atau anak Punk
untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk
melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih banyak menghasilkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku
agresif diantaranya faktor sosial, personal, kebudayaan, situasional, sumber daya,
dan media massa (Sarwono & Meinarno, 2009). Franzoi (2003) menyebutkan
bahwa jenis kelamin dan kepribadian juga mempengaruhi seseorang dalam
berperilaku agresif. Selain itu, kurangnya pendidikan juga mempengaruhi
seseorang berperilaku agresif. Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh anak
jalanan yang juga anak Punk di dalamnya dan aturan-aturan yang tidak ada pada
mereka, maka perilaku-perilaku mereka pun tidak ada yang mengontrol sehingga
timbul perilaku-perilaku agresif yaitu melukai orang lain baik secara verbal
maupun fisik (Tentama, 2013). Sulastri (2012) menyebutkan bahwa gaya hidup
negatif yang kerap terjadi di dalam komunitas anak Punk juga biasanya
disebabkan karena mendapatkan pengaruh sesama anak Punk lainnya yang
melakukan kekerasan atau penganiayaan, “ngelem”, narkoba, free sex, dan
sebagainya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku
agresif adalah tipe kepribadian (Baron & Byrne, 2005). Faktor kepribadian adalah
faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam perilaku agresif, karena
kepribadian merupakan salah satu variabel person yang dapat menyebabkan
terjadinya perilaku agresif. Larsen & Buss (2002) juga menyebutkan bahwa
kepribadian seseorang mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir,
merasa, berinteraksi, dan beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk
perilaku agresif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatillah (2011) juga menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian big five terhadap
agresivitas dimana pada neuroticism, agreeableness, dan conscientiousness
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas, sedangkan pada trait
kepribadian extraversion dan openness tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap agresivitas pada satpol PP Kota Tangerang. Penelitian serupa telah
dilakukan oleh Mastur (2012) pada petarung peresean. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung
peresean adalah tipe kepribadian ekstraversion dengan tingkat agresivitas sedang.
Selain faktor kepribadian, faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku
penyebab terjadinya perilaku agresif. Konformitas adalah melakukan tindakan
atau sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang
dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007). Tekanan untuk mengikuti teman sebaya
menjadi sangat kuat pada masa remaja juga pada anak Punk. Hal ini dikarenakan,
remaja memiliki keinginan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh
teman-temannya dan teman sebaya yang lebih besar (Santrock, 2012).
Pengaruh konformitas yang dialami oleh berbagai kelompok Punk di
Indonesia sudah cukup terasa sampai saat ini. Dewasa ini, pergerakan Punk sudah
cukup militan, hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya komunitas-komunitas
fanatik Punk di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, dan Malang. Selain itu, beberapa band Punk Indonesia sudah mulai
menghentak belantika musik nasional, seperti Superman Is Dead dan Marjinal.
Berbagai usaha Punk mandiri pun sudah banyak berdiri, seperti distro-distro yang
menjual berbagai fashion asli Punk serta juga jasa pembuatan tattoo dan tindik
(Fadli, 2012).
Beberapa penelitianyang mengungkapkan agresivitas dipengaruhi oleh
konformitas teman sebaya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Anggaraningtyas, Lilik, dan Nugroho (2013) mengenai hubungan konformitas
teman sebaya dengan agresivitas pada siswa kelas IX SMK Muhammadiyah 4
Boyolali. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Tekanan untuk melakukan konformitas bisa jadi sangat sulit untuk ditolak,
begitu pula dengan adanya pengaruh konformitas terhadap perilaku agresi (Baron
& Byrne, 2005). Hal ini didukung pula oleh penelitian mengenai pengaruh
konformitas teman sebaya dan agresivitas yang dilakukan oleh Fajri (2013) bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku agresif pada remaja. Senada dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kurniawan dan Rois (2009) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara siswa yang terlibat tawuran dengan konformitas kelompok
teman sebaya.
Baron dan Byrne (2005) menambahkan bahwa jenis kelamin merupakan
salah satu faktor demografi yang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan
seseorang melakukan perilaku agresif. Kebudayaan di Indonesia meyakini bahwa
pria lebih agresif dari wanita. Archer (2000) melakukan penelitian mengenai
perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresi. Hasil dari penelitiannya adalah
bahwa wanita lebih mungkin menggunakan satu atau lebih tindakan agresi fisik
dan lebih sering melakukan tindakan tersebut dibandingkan pria.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Berkowitz, Osterman, dan
Hjelt-Back, 1994 (dalam Baron, 2003) tentang perbedaan jenis kelamin yang
mempengaruhi perilaku agresif dimana hasilnya adalah pria umumnya lebih
untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita lebih cenderung
untuk menggunakan bentuk tidak langsung dari agresi.
Penelitian lain telah dilakukan oleh Ram dan Feng (2005) mengenai
pengaruh perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresif pada anak-anak di
Canada memperoleh hasil bahwa memang laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Anak laki-laki yang tinggal sendiri
oleh ibu kandungnya cenderung lebih agresif dibandingkan anak perempuan yang
tinggal sendiri dengan ibu mereka.
Berdasarkan data yang ada, maka peneliti merasa perlu melakukan
penelitian tentang agresivitas pada Anak Punk di Jabodetabek. Oleh karena itu,
peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian
Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Agresivitas diartikan sebagai bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti
seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis (Berkowitz, 1993),
yang terdiri dari empat bentuk agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi
2. Trait Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dalam lima buah
dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis
faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, openess to experiences (Costa & McCrae
dalam Cloninger, 2009).
3. Konformitas Teman Sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perubahan sikap dan tingkah laku akibat meniru sikap dan perilaku orang lain
di dalam tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh mereka
(Santrock, 2005), yang terdiri dari konformitas compliance dan konformitas
conversion (Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994).
4. Subjek dalam penelitian ini adalah Anak Punk di Jabodetabek. Punk dalam
penelitian ini adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana
mereka memiliki fashion yang khas, keberanian untuk memberontak dan
melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan
kebudayaan sendiri.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian
Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian
Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Neuroticism
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Openness
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Compliance
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Conversion
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Jenis Kelamin dengan
Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap
Dependent Variable?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Trait Kepribadian Big
Five dan Konformitas Teman Sebaya dengan Agresivitas Anak Punk di
1.3.1.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian
Agreeableness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian
Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian
Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian
Neuroticsm dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian
Openness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
6. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Compliance
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
7. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Conversion
dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
8. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Jenis Kelamin dengan
Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?
9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
keterkaitan antara konformitas teman sebaya dan traitkepribadian big five
terhadap agresivitas pada pada anak Punk di Jabodetabek. Selain itu, penelitian
ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pengemban teori psikologi,
khususnya yang berhubungan dengan psikologi sosial dan psikologi
pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai perilaku pada anak Punk di
Jabodetabek sehingga baik pihak komunitas maupun pihak di luar komunitas
dapat menjadi bahan masukan terkait masalah ini. Selain itu, penelitian ini juga
dapat dijadikan inspirator bagi pihak komunitas pada khususnya dan bagi
pemerintah, orangtua, dan seluruh masyarakat pada umumnya agar dapat
meminimalisir agresivitas pada anak Punk dengan memberikan pendidikan dan
pemahaman hidup untuk anak Punk itu sendiri.
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang setiap babnya mempunyai sub-sub
BAB 1 : PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 : KAJIAN TEORI
Pada bab ini penulis akan berisi uraian tentang agresivitas, trait kepribadian big
five, dan konformitas teman sebaya.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi penguraian mengenai pendekatan penelitian, populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen
penelitian, validitas konstruk, metode analisis data, dan prosedur penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian,
deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
14
Dalam bab ini dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing
variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang dibahas adalah mengenai
teori-teori yang berkaitan dengan agresivitas, trait kepribadian big five, dan
konformitas teman sebaya.
2.1 Agresivitas
2.1.1 Definisi Agresivitas
Agresi menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) didefinisikan sebagai
bentuk tindakan kejahatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain. Menurut Baron dan Bryne (2005), agresivitas adalah tingkah laku yang
diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari
perlakuan semacam itu.
Agresi adalah perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan untuk
menyakiti orang lain (Myers, 2009). Dalam kamus Psikologi, agresivitas adalah
kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif (Chaplin, 2000).
Menurut Berkowitz (1993) perilaku agresi adalah bentuk perilaku yang
Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009), agresi adalah setiap tindakan yang
menyakiti orang lain.
Berkowitz dan Niemela (dalam Franzoi, 2003) bahwa agresi adalah segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai beberapa orang,
diri sendiri, atau obyek. Agresi adalah perilaku yang disebabkan oleh kejahatan
terhadap orang lain atau sekelompok orang (Durkin, 1995). Raven dan Rubin
(1976) juga mendefinisikan agresi sebagai perilaku seseorang atau kelompok
dengan niat menyakiti orang lain.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas
merupakan perilaku yang dimunculkan seseorang untuk menyakiti orang lain baik
secara fisik maupun psikis.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Agresivitas
Baron dan Bryne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang melakukan agresivitas, yaitu:
1. Faktor-faktor Sosial
Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial
individu yang melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah:
a. Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan,
b. Provokasi langsung, adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung
memicu agresi pada diri si penerima, seringkali karena tindakan tersebut
dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat.
c. Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang
yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi
terhadap sumber provokasi awal.
d. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat meningkatkan
kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka.
Keterangsangan yang meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya
emosi dan kognisi yang saling berkaitan satu sama lain.
e. Keterangsangan seksual dan agresi, dimana keterangsangan seksual tidak
hanya mempengaruhi agresi melalui timbulnya afek (misalnya mood atau
perasaan) positif dan negatif. Tetapi juga dapat mengaktifkan skema atau
kerangka berpikir lainnya yang kemudian dapat memunculkan perilaku
nyata yang diarahkan pada target spesifik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwaperilaku agresif yang dilakukan
oleh individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial di luar diri individu itu
sendiri.
2. Faktor-faktor Pribadi
Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan
a. Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki karakter
sangat kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta
agresif. Sedangkan pola perilaku tipe B menunjukkan karakteristik
seseorang yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu melawan waktu,
dan yang tidak mudah kehilangan kendali.
b. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk
mempersepsikan maksud atau motif hostile dalam tindakan orang lain
ketika tindakan ini dirasa ambigu.
c. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi
memegang pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka
bereaksi dengan tingkat agresi yang sangat tinggi terhadap umpan balik
dari orang lain yang mengancam ego mereka yang besar.
d. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif daripada wanita, tetapi
perbedaan ini berkurang dalam konteks adanya provokasi yang kuat. Pria
lebih cenderung untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi
wanita cenderung menggunakan bentuk agresi tidak langsung.
Faktor-faktor pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut
berkaitan erat dengan aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan
3. Faktor-faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atai kontek
dimana agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi
agresi:
a. Suhu udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan
agresi, tetapi hanya sampai pada titik tertentu.m Diatas tingkat tertentu
atau lebih dari 80 derajat fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara
meningkat. Hal ini disebabkan pada saat suhu udara yang tinggi membuat
orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan
energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan (Baron &
Bryne, 2005).
b. Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan
untuk lebih agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang
mengonsumsi alkohol dosis tinggi serta membuat mereka mabuk
ditemukan bertindak lebih agresif dan merespon provokasi secara lebih
kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi alkohol (Baron &
Bryne, 2005).
Perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang individu selain dipengaruhi
oleh faktor sosial dan faktor pribadi adalah faktor situasional yakni suhu udara
2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas
Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat dimensi agresi yang biasa
dilakukan oleh individu, yaitu:
a) Agresi fisik. Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik,
seperti melukai, menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang,
memukul, menendang, atau membakar.
b) Agresi verbal. Komponen perilaku motorik seperti: menyakiti dan melukai
orang lain melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak,
berdebat, menunjukkan ketidaksesuaian/ ketidaksetujuan, menyebar
gossip, dan bersikap sarkatis.
c) Agresi marah. Emosi/ afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik
atau cedera fisik maupun psikis yang diderita individu. Misalnya, kesal,
hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
d) Agresi permusuhan. Sikap negatif terhadap orang lain karena penilaian
sendiri yang negatif.
Dalam penelitian ini bentuk agresivitas yang digunakan adalah milik Buss
dan Perry (1992) karena keempat bentuk agresivtas milik Buss dan Perry (1992)
yakni fisik, verbal, marah, dan kemarahan seringkali muncul dalam perilaku
2.1.4 Pengukuran Agresivitas
Alat ukur agresivitas telah banyak digunakan, O’Connor, Archer, dan Wu (2001)
menjelaskan diantaranya adalah:
1. Alat ukur agresivitas yang pernah digunakan adalah Anger Situation
Questionnaire (ASQ). Alat ukur ini terdiri dari 33 item yang mana mengukur
disposisi amarah pada bentuk “pengalaman-pengalaman emosi”, “intensitas
perasaan”, dan “pembacaan tindakan”. Alat ukur ini dikembangkan secara
khusus untuk wanita oleh van Goozen pada tahun 1994.
2. AQ-P (Aggression Questionaire – Partner), merupakan alat ukur untuk
mengukur agresivitas. Alat ukur ini diadaptasi dari Aggression Questionnaire
(AQ) oleh Buss dan Perry (1992), terdiri dari 29 item.
3. Aggressive Provocation Questionnaire (APQ) merupakan alat ukur
agresivitas yang terdiri dari 21 item dimana hanya 12 item saja yang
dinyatakan reliabel. Alat ukur ini merupakan alat ukur baru yang digunakan
untuk mengukur agresivitas, dirancang untuk mengakses kecenderungan
laki-laki dalam menunjukkan perilaku agresif ketika sengaja diatur dengan situasi
provokasi.
4. Aggression Questionnaire (AQ). Instrumen yang dikembangkan Buss dan
Perry (1992) ini terdiri 29 item atau pernyataan, pada standar psikometri
menunjukkan reabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini
memiliki konsistennsi internal antara 0,72 dan 0,89 dan reabilitas test-retest
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur Aggression
Questionnaire (AQ) untuk mengukur agresivitas yang terdiri dari 29 item. Alat
ukur ini sering digunakan untuk mengukur agresivitas karena sudah teruji
reliabilitasnya dan internal konsistensinya.
2.2 Trait Kepribadian Big-Five 2.2.1 Definisi Trait Kepribadian
Feist dan Feist (2009) mendeskripsikan kepribadian (personality) adalah sebuah
pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan
konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) menunjukan
perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang
waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi.
Larsen dan Buss (2002) mendefinisikan kepribadian adalah seperangkat
sifat-sifat psikologikal dan mekanisme di dalam diri individu yang diatur
yangrelatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi individu dengan yang lain
serta untuk beradaptasi dengan lingkungan baik intrafisik, fisik, dan lingkungan
sosial. Trait digambarkan sebagai karakteristik yang mendiskripskan kebiasaan
dimana setiap orang berbeda dengan yang lain.
Pervin, Cervrone, dan John (2005) mendefinisikan kepribadian adalah
karakteristik seseorang yang mana perasaan, pikiran, dan tindakannya cenderung
menetap. Trait juga didefinisikan sebagai bentuk yang secara konsisten dimiliki
Kepribadian menurut McCrae dan Costa (dalam Cloninger, 2009)
mendefinikan kepribadian sebagai penyebab yang ada dalam diri individu yang
kemudian muncul dalam bentuk perilaku dan pengalaman. Trait juga
didefinisikan sebagai karakteristik yang bervariasi dari masing-masing individu
yang menyebabkan individu tersebut berperilaku secara konsisten.
Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai kepribadian maka penulis
menyimpulkan bahwa trait kepribadian merupakan suatu hal yang membedakan
individu yang satu dengan individu yang lain dalam berperilaku, berpikir dan
merasakan berbagai situasi, yang relatif menetap dan konsisten serta memiliki
keunikan yang khas.
2.2.2 Definisi Trait Kepribadian Big-Five
Menurut Pervin, Cevrone, dan John (2005), Model Trait Five Factor adalah “The
five-factor model is investigators try to find basic units of personality by analyzing
the words that people”.Model five-factor adalah inverstigator yang mencoba
menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisis perkataan orang
tersebut.
Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran
terhadap kepribadian yang kemudian berkembang menjadi bentuk dasar dari
struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five. Secara
faktor dasar dalam kepribadian, yaitu pendekatan studi kebahasaan dan faktor
analisis atas kuesioner kepribadian (Engler, 2009).
Menurut Friedman dan Schustack (2008) The Big Five Personality Traits
adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat
kepribadian melalui trait yang tersusun dalam lima tipe kepribadian yang telah
dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima tipe trait kepribadian
tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,
openness to new experience.
2.2.3 Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five
Trait Kepribadian Big-Five merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi
untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, dimana pendekatan
trait tersebut melihat kepribadian melalui lima tipe. Berikut penjelasan
karakteristik kelima tipe trait dalam pendekatan Big Five (Costa & McCrae dalam
Cloninger, 2009) :
1. Extraversion (E)
Extraversion juga sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor tinggi
pada faktor Extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang,
banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain itu, individu
tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih
banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor (E) rendah.
antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal,
mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang
lain.
Extraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul,
menjalin hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya.
Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk
berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan.
2. Agreeableness (A)
Faktor Agreeableness (A) membedakan antara individu yang berhati lembut
dengan yang tak mengenal belas kasihan. Individu dengan skor yang lebih
mengarah pada faktor ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan
yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati.Faktor ini juga
disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang
yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari
konflik. Sedangkan pada individu dengan tingkat Agreeableness yang rendah,
suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih
agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.
3. Conscientiousness (C)
Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur,
disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara
umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras,
cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah
dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki
tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.
4. Neuroticism (N)
Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism (N), memiliki
kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri
sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang
yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas
terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi,
sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang,
bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.
5. Openness to experiences (O)
Faktor Openness to experiences (O) membedakan antara individu yang
memilih variasi dibandingkan dengan individu yang menutup diri serta
individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan
hal-hal dan orang-orang yang mereka kenal. Individu yang terus menerus mencari
perbedaan dan pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada
Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk
melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu
tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap
informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran
dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah
digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak
menyukai adanya perubahan.
Tabel 2.1
Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg (dalam Feist & Feist, 2009)
Traits Skor Tinggi Skor Rendah
Extraversion Affectionate; joiner; talkative; fun lovin; active; passionate
Reserved; loner; quaite; sober; passive; unfeeling
Agreeableness Softhearted; trusting; generous; acquiescent; lenient; good-nartured
Ruthless; suspicious;stingy; antagonistic; critical; irritable
Conscientiousness Conscientious; hardworking; well-organized; punctual; ambitious; persevering
Negligent; lazy; disorganized; late; aimless; quitting
Neuroticism Anxious; temperamental;
slf-pityng; self-conscious; emotional; vulnerable
Calm; even-tempered; self-satisfied; comfortable; unemotional; hardy
Openness to New Experience
Imaginative; creative; original; prefers variety;curious; liberal
[image:41.595.119.506.250.637.2]2.2.4 Pengaruh Trait Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas
Penelitian yang dilakukan oleh Glass (Baron & Bryne, 2005) menyimpulkan
bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif. Menurut
Glass, kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari
kepribadiannya. Individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih
agresif dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B.
Kemudian didapatkan hasil bahwa beberapa variabel kepribadian seperti trait
marah dan tipe kepribadian A mempengaruhi perilaku agresif pada kondisi
provokasi. Hasil lain menyatakan bahwa trait keagresifan dan trait cepat marah
mempengaruhi perilaku agresif dibawah kondisi provokasi dan normal. Para
peneliti membahas hubungan yang mungkin antara pola-pola perilaku agresif dan
dimensi kepribadian agreeableness dan neuroticism mempertimbangkan implikasi
untuk teori agresi.
Penelitian lain mengenai pengaruh trait kepribadian big five terhadap
agresivitas adalah penelitian yang dilakukan oleh Prativi (2010). Hasil penelitian
tersebut membuktikan bahwa trait kepribadian tokoh utama sangat mempengaruhi
bentuk agresivitas yang dilakukannya, misalnya kepribadian neurotisisme
mempengaruhi agresivitas emosi dan ketakutan. Selain itu, agresivitas yang
dilakukannya muncul akibat adanya faktor pencetus dari pihak lain, misalnya
provokasi. Agresivitas juga memiliki dampak negatif bagi korbannya, yakni
2.2.5 Pengukuran Trait Kebribadian Big Five
Alat ukur untuk mengukur trait kepribadian Big Five, yaitu:
1. NEO-PI-R (The Neuroticism Extraversion Openess -Personality
Inventory-Revised). Alat ukur ini dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R.
McCrae, terdiri dari 240 item (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).
2. BFI (Big Five Instrument). Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue,
Alat ukur ini terdiri dari 44 item, terdiri dari 5 faktor yaitu extraversion,
neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess. BFI menunjukkan
validitas konvergen yang ringgi dengan skala self-report lain dan dengan
tingkatan sejajar pada Big Five (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).
3. IPIP-FFI (International Personality Item Pool –Five Factor Inventory). Alat
ukur ini merupakan alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg.
Skala ini berjumlah 50 item, dimana setiap faktornya terdiri dari 10 item yaitu
extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess to
new experience (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).
4. MINI-IPIP (MINI-International Personality Item Pool). Alat ukur ini
merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dimana dari jumlah item yang semula 50
item, diperkecil menjadi 20 item (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).
Pada peneltiian ini, alat ukur yang akan peneliti gunakan untuk mengukur
trait kepribadian big-five adalah MINI-IPIP (MINI International Personality
Item Pool) karena alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dengan nilai
sedikit dari IPIP-NEO, yaitu sebanyak 20 item dan cocok digunakan pada
penelitian ini dimana subjek penelitian adalah anak Punk.
2.3 Konformitas Teman Sebaya
2.3.1 Definisi Konformitas Teman Sebaya
Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya
tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris,
2007).
Konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) diartikan sebagai suatu
jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka
sesuai dengan norma sosial yang ada.Menurut Sears (1985) menyebutkan bahwa
konformitas terjadi bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap
orang lain menampilkan perilaku tersebut.
Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) menjelaskan konformitas sebagai
perilaku yang muncul akibat norma atau aturan dari orang lain.Konformitas
menurut Franzoi (2003) mengatakan bahwa konformitas adalah hasil merasakan
tekanan kelompok dengan mengikuti perilaku dan keyakinan orang lain.
Definisi konformitas lainnya adalah perubahan dalam perilaku seseorang
untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok (King, 2010).
adalah ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain
melakukan perilaku tersebut.
Dari uraian mengenai berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa konformitas adalah perilaku seseorang untuk dapat menyesuaian diri
dengan kelompok.
Teman sebaya adalah orang-orang dengan tingkat usia atau tingkat
kedewasaan yang sama (Santrock, 2007).
Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini adalah perubahan sikap
dan tingkah laku sesuai dengan orang lain atau kelompok yang memiliki
kesamaan usia akibat tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh
mereka.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah (Baron & Bryne, 2005): a. Kohesivitas dan Konformitas
Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap
suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, artinya adalah ketika seseorang
menyukai dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu maka tekanan
untuk melakukan konformitas bertambah besar, dan sebaliknya. b. Konformitas dan Ukuran Kelompok
Faktor kedua yang memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas
dalam Baron dan Bryne (2005) menemukan bahwa konformitas meningkat
sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok hingga delapan orang
anggota tambahan atau lebih yang mana sebelumnya hanya 3 orang atau lebih. c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif
Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang
sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif
menetapkan apa yang harus dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima atau
yang tidak diterima pada situasi tertentu. Keduan norma tersebut dapat
memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku.
2.3.3 Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya
Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) membedakan konformitas ke dalam dua
dimensi, yaitu:
1. Konformitas Pemenuhan (Compliance Conformity), adalah ketika seseorang
bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya
untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan jika mereka melakukanya, atau
menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas ini terjadi
dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh
kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal
ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada
keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain.
2. Konformitas Perubahanatau Internalisasi (Conversion or Internalization
terjadiketika seseorang menyesuaikan diri dalam ketiadaan orang lain, karena
ia melakukan apa yang dianggap benar atau ingin dilakukan.
Sementara King (2010) mengidentifikasi dimensi-dimensi konformitas, yaitu: 1. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), merujuk pada
pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin menjadi benar.
2. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), adalah pengaruh orang
lain pada kita karena kita ingin mereka menyukai dan menerima kita.
2.3.4 Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas
Penelitian-penelitian mengenai pengaruh konformitas teman sebaya dan
agresivitas telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wilujeng dan Budiani (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara konformitas pada geng remaja terhadap perilaku agresif di
SMK 7 Surabaya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmawan (2007) menunjukkan hasil
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas terhadap teman
sebaya dengan perilaku agresif pada anak. Semakin tinggi konformitas terhadap
teman sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif pada anak. Sebaliknya,
semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah pula
perilaku agresif pada anak.
Utomo dan Warsito (2013) juga melakukan penelitian antara konformitas
hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif pada bonek
Surabaya.
2.3.5 Pengukuran Konformitas Teman Sebaya
Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas teman
sebaya dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada aspek-aspek konformitas yang
telah dijelaskan di teori menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994), yaitu
compliance dan conversion.
2.4. Punk
2.4.1 Sejarah Punk
Punk berasal dari Bahasa Inggris, yaitu: “Public United Not Kingdom” yang
berarti kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan. Pada awalnya, Punk adalah
sebuah cabang dari musik rock dimana musik rock merupakan sebuah genre
musik yang berasal dari musik rock and roll yang telah lahir lebih dahulu yaitu
pada tahun 1955. Subkultur Punk muncul sekitar tahun 1970 an di Inggris. Punk
mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970 an. Masuknya Punk ke Indonesia
diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran Punk ke Indonesia namun
perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya. Punk di Indonesia pada
awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan
menunjukkan gaya hidup Punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya
berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai
2.4.2 Definisi Punk
Punk didefinisikan oleh O’Hara tahun 1999 (dalam Sulastri, 2012) dalam tiga
bentuk. Pertama, Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Kedua,
Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, Punk
sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup,
komunitas, dan kebudayaan sendiri. Definisi pertama adalah definisi yang paling
umum digambarkan oleh media. Tapi justru yang paling tidak akurat karena cuma
menggambarkan kesannya saja.
Penyebaran budaya Punk tidak lepas dari adanya peran dari media yang
dapat menyebarluaskan jenis musik ini yang mendorong anak-anak muda untuk
mengikuti gaya hidup yang disajikan dalam musik Punk tersebut. Maka dapat
dikatakan mereka yang bergaya hidup dan berbudaya Punk mengimitasi suatu
bentuk gaya hidup dan budaya yang diterimanya melalui musik yang mereka
dengarkan. Suatu bentuk pembelajaran untuk bertingkah laku yang didapat ini
sangat mungkin mendapat tanggapan sebagai perilaku yang menyimpang.
Peniruan ini semakin didukung dengan adanya desakan dari orang-orang lain yang
sebaya (peer group) yang juga mempunyai tingkah laku yang sama
dilingkungannya. Hal ini menimbulkan suatu bentuk delinquency imitation model
(peniruan model kenakalan remaja).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Punk adalah sebuah ideologi yang dimiliki
memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas,
dan kebudayaan sendiri.
2.5 Kerangka Berpikir
Perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk sudah tidak lagi menjadi
pembicaraan yang asing. Pelaku kekerasan di ibu kota maupun di kota-kota besar
di Indonesia salah satunya adalah anak Punk, mulai dari cara berbicara yang
kurang baik, beberapa kasus pemalakan secara paksa sampai melibatkan
kekerasan fisik dan perilaku kekerasan lainnya yang dianggap meresahkan
masyarakat sekitar. Agresivitas itu sendiri adalah perilaku fisik maupun verbal
yang bertujuan untuk menyakiti orang lain (Myers, 2009).
Agresivitas muncul disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, dan situasional.
Baron dan Byrne (2005) menyebutkan faktor-faktor sosial yang menyebabkan
seseorang melakukan perilaku agresi adalah yang meliputi kata-kata atau tindakan
orang lain. Faktor-faktor pribadi yaitu traits, dan provokasi langsung, suhu udara,
alkohol, pengaruh media massa, dan narsisme merupakan faktor-faktor situasional
yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku agresif.
Kepribadian merupakan salah satu faktor internal yang menyebabkan
seseorang melakukan perilaku agresi. Trait kepribadian cenderung menetap atau
stabil di dalam diri individu sehingga dapat diperkirakan bahwa individu yang
memiliki trait agresi akan melakukan perilaku agresi dalam setiap situasi.
munculnya konsistensi pola perasaan, pikiran, dan tindakan (Pervin, Cervone, &
John, 2005).
Extraversion dikarakteristikkan dengan keinginan untuk bersosalisasi.
Seseorang dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung lebih periang,
penyayang, banyak bicara, suka berkumpul, dan lebih banyak berinteraksi dengan
orang lain. Individu yang demikian secara tidak sadar lebih sering mungkin untuk
menyakiti orang lain secara verbal.
Individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi menggambarkan
seseorang yang temperamental, mengasihani diri sendiri, emosional, mengalami
kecemasan, dan rentan terhadap gangguan stres. Individu yang seperti ini sering
melakukan perilaku agresif kepada orang lain yang dianggap mengganggu
kenyamanan dan keamanan mereka.
Individu dengan tingkat conscientiousness yang tinggi digambarkan
sebagai individu yang pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Individu
seperti ini dengan keteraturan yang dimiliki akan mudah melakukan perilaku
agresif bila orang lain atau bahkan situasi yang terjadi tidak sesuai dengan yang
diinginkan atau direncanakan oleh mereka.
Teman sebaya bagi remaja termasuk anak Punk merupakan aspek yang
terpenting dalam kehidupan mereka. Seorang remaja akan senantiasa melakukan
perilaku yang positif menurut mereka atau negatif menurut orang lain bilamana
terhadap remaja adalah konformitas. Konformitas mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan remaja. Konformitas merupakan salah satu faktor eksternal yang
menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresif. Konformitas itu sendiri
muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan
tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2005).
Selain trait kepribadian big-five dan konformitas teman sebaya, peneliti
juga melihat akan adanya kemungkinan dari jenis kelamin, pendidikan terakhir,
dan usia yang dapat mempengaruhi agresivitas.
Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat pengaruh konformitas teman
sebaya dan trait kepribadian big five terhadap agresivitas pada anak Punk di
Jabodetabek. Dalam penelitian ini, dependent variable yaitu agresivitas,
sedangkan independent variable berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas
adalah konformitas teman sebaya dan trait kepribadian big five. Konformitas
teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konformitas compliance
dan convertion. Sedangkan trait kepribadian big five yang dimaksudyakni
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness. Selain
itu, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan usia juga akan dilihat pengaruhnya
terhadap agresivitas anak punk di Jabodetabek.
Jika digambarkan dengan model, maka kerangka berpikir akan tampak
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh KonformitasTeman Sebaya dan Trait
Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas
2.6 Hipotesis
2.6.1 Hipotesis Mayor
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Trait Kepribadian Big Five dan
Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA
AGRESIVITAS Extraversion
Neuroticism Conscientiuosness
Agreeableness
Compliance
Jenis Kelamin
2.6.2 Hipotesis Minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan Agreeableness dalam Trait Kepribadian Big
Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan Extraversion dalam Trait Kepribadian Big
Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan Conscientiousness dalam Trait Kepribadian
Big Five terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan Neuroticism dalam Trait Kepribadian Big Five
terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan Openness dalam Trait Kepribadian Big Five
terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan Compliance dalam Konformitas terhadap
Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan Conversion dalam Konformitas terhadap
Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan Jenis Kelamin terhadap Agresivitas Anak
40
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi, sampel, teknik sampling, variabel
penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas intrumen, teknik analisis
data, serta prosedur penelitian yang digunakan dalam penel