• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG-FIVE DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI JABODETABEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG-FIVE DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI JABODETABEK"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

SYIFA FAUZIAH

109070000139

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PENGARUHTRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN

KONFORMITAS TEMAN

SEBAYA

TERIIADAP

AGRESIVITAS ANAK

PUNK

DI JABODETABEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

SYTFA

FAUZIAII

109070000139

.

Di Bawah bimbingan:

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Dra. Diana Mutiah. M.Si.

NIP. r 967 1 02199 6032001

. Lawinah. S.Psi.. M.Si. NrP.19770 101201 10200

I

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

*

t:

IkhwaB Lutli. M.PsL NrP. 19730710200501 1006

skripsi yang berjudul 5'PENGARUH

TRAIT

KEPRTBADTAN

BIG

FIyr

DAN

KONT'ORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK

P(INI(

DI

JABODETABEK" telah diujiican dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikotogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

I (Sl) pada Fakultas

Psikologi.

Jakarta, Mei 2014

Sidang Munaqosyah

Dekan/I(etua

Prof. Dr. Abdul Muiib. M.Ae. ild.Sl NrP. 196806141997041001

Anggota:

Layvinah. S.Psi.. M.Si. NIP.19770101201 102001

Ilra. Diana Mutiah. M.Si, NIP.l 9671021996032001

u

Wakil Dekan/ Sekretaris
(4)

NIM

:109070000139

Dengan

ini

menyatakan bahwa skripsi yang be{udul ,,pENGARUH TRArr

KEPRIBADIAN

BIG FIVE DAN

KONFORMITAS

TEMAN

SEBAYA

TERHADAP AGRESIVITAS

ANAK PUNK

DI

JABODETABEK,, adalah

benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam men)rusun karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya

orang lain.

Demikian pemyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Mei2014

Svifa Fauziah NrM. 109070000139

ilt

(5)

iv

L

’ a y. B

y y

l

,

y

y

you have.

Think Positive! Because Allah SWT. is always on your

thinking, your feeling, and your actions.

Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamah dan Papah,

serta orang-orang yang sangat ku cintai.

(6)

v

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Mei 2014

(C) Syifa Fauziah

(D) Pengaruh Trait Kepribadian Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek

(E) xiv + 98 halaman + 19 lampiran

(F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek. Penulis menduga bahwa variabel trait

kepribadian big five (mencakup aggreeableness, extraversion, conscientiousness, neuroticism, dan openness) dan konformitas teman sebaya (mencakup compliance dan conversion) mempengaruhi agresivitas anak Punk di Jabodetabek.

Penelitian ini melibatkan 181 anak Punk yang tersebar di Jabodetabek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian Aggression Quessionaire (AQ) untuk variabel agresivitas, MINI-IPIP untuk variabel trait

kepribadian big five, dan skala penelitian yang peneliti buat sendiri untuk variabel konformitas teman sebaya. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software 18.0, sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7.

(7)

vi

variabel lain yang terkait dengan agresivitas dapat dianalisis sebagai IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap agresivitas seperti coping stress, kecerdasan emosi, pekerjaan, usia, dan lain sebagainya.

(8)

vii

kekuasaan-Nya, rahmat, karunia, dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP AGRESIVITAS ANAK PUNK DI JABODETABEK”untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Shalawat serta salam terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW. beserta sahabat dan keluarga, serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini dapat selesai dengan baik karena banyak pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menjadi dekan inspiratif untuk menjadi seorang pemuda yang sukses.

2. Jajaran Dekanat, Wakil Dekan I Bapak Abd. Rahman Shaleh, M. Psi., Wakil Dekan II Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi., dan Wakil Dekan III Dra. Diana Mutiah, M.Si., yang telah memberikan banyak ilmu serta pengalaman, baik sebagai pembimbing maupun dosen.

3. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si. dan Ibu Layyinah, S.Psi., M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mendapat banyak masukan dan wawasan yang berharga selama pengerjaan skripsi ini.

(9)

viii

bagian dari hidup kalian karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa doa dari kalian.

6. Saudara laki-laki penulis yaitu Faqih Azizi da Syukron Jazzak serta saudara perempuan penulis yang masih kecil yaitu Kintan Makayla An-Nida, kalian adalah semangat penulis untuk dapat bersikap dan bertindak secara positif agar dapat menjadi contoh yang baikbagi kalian.

7. Hanif Maharsitama, yaitu seseorang yang menjadi musuh hampir setiap harinya, lawan dalam berargumen, tapi juga menjadi teman yang baik, sahabat yang baik, penyemangat yang baik, dan kekasih hati yang paling baik.

8. Sahabat-sahabat MTs., Sekar Stuti Ratridiwasa (Kare), Nabila Nabiha Zulfa (Nabe), Diah Putri Ambarani (Bare). Sahabat-sahabat SMA, Nita Fitriani (Nita) dan Siti Romlah (Siti). Sahabat-sahabat di Psikologi, Eva Riyatussholihah (Eva), Rani Nursukmawati (Rani), Putria Masyitah V.Z. (Utay), Erla Rahmawati (Erla), Awliya Nurmayasari (Aul), Dewi Rosianala Syari (Dewi), Defiria Nilamsari (Nilam), Kiki Maria (Kiki), Wiwi Euismawati (Wiwi), Meylita Jamilah (Lita), Farhanah Murniasih (Hana), Reyhan, Fikri Mubarok (Fikri), dan Fajri Dea Priandhana (Dana), serta seluruh keluarga Psikoche yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua kebahagiaan dan pengalaman suka duka selama melewati waktu dengan penulis. Semoga persahabatan kita akan senantiasa terjalin sampai akhir hayat serta sukses dunia dan akhirat. 9. Seluruh pihak yang berkontribusi dalam membantu penulis baik mulai dari

disusunnya skripsi ini, pengumpulan data, pengolahan data, hingga selesainya skripsi ini dengan baik.

(10)

ix diberikan, hanya do’a dan asa yang

dan Allah SWT membalasnya berlipat-lipat ganda, aamiin.

Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta para pencari pengetahuan yang tidak pernah lelah belajar.

Jakarta, Mei 2014

(11)

x

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing ... i

Lembar Pernyataan ... ii

Motto ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... .. vi

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

1.2.1. Pembatasan Masalah ... 8

1.2.1. Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

1.5.Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1. Agresivitas ... 14

2.1.1. DefinisiAgresivitas ... 14

2.1.2. Faktor-faktor Mempengaruhi Agresivitas ... 15

2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas. ... 19

2.1.4. Pengukuran Agresivitas ... 20

2.2. Trait Kepribadian Big-Five ... 21

(12)

xi

2.3. Konformitas Teman Sebaya ... 29

2.3.1. Definisi Konformitas ... 29

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya 30 2.3.3.Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya ... 31

2.3.4. Pengaruh Konformitas Teman Sebaya thd Agresivitas ... 32

2.3.4. Pengukuran Konformitas Teman Sebaya ... 33

2.4. Punk... 33

2.4.1. Sejarah Punk ... 33

2.4.2. Definisi Punk ... 34

2.5. Kerangka Berpikir ... 35

2.6. Hipotesis Penelitian ... 38

2.6.1. Hipotesis Mayor ... 38

2.6.2. Hipotesis Minor ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Populasi dan Sampel ... 40

3.2. Variabel Penelitian ... 41

3.3. Definisi Operasional ... 42

3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 46

3.5. Uji Validitas ... 51

3.5.1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 51

3.5.2. Uji Validitas Konstruk Agresivitas ... 51

3.5.3. Uji Validitas Konstruk Trait Kepribadian Big Five ... 56

3.5.4. Uji Validitas Konstruk Konformitas Teman Sebaya ... 63

3.6. Metode Analisis Data ... 66

(13)

xii

4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ... 73

4.3.1. Kategorisasi Tingkat Agresivitas ... 73

4.3.2. Kategorisasi Tingkat Konformitas Teman Sebaya ... 74

4.4. Uji Hipotesis Penelitian... 75

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ... 75

4.5. Pengujian Proporsi Varians Masing-masing Invariable Dependent ... 81

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Diskusi ... 85

5.3. Saran ... . 91

5.3.1. Saran Teoritis ... . 91

5.3.2. Saran Praktis ... . 92

(14)

xiii

Tabel 2.1 Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg ... 26

Tabel 3.1 Tabel Sebaran Sampel ... 41

Tabel 3.2Tabel Blue Print Skala Agresivitas Buss & Perry ... 47

Tabel 3.3Tabel Blue Print Skala MINI-IPIP... 48

Tabel 3.4Tabel Blue Print Skala Konformitas Teman Sebaya ... 49

Tabel 3.5Tabel Bobot nilai tiap jawaban pada skala agresivitas, trait kepribadian big five, dan konformitas teman sebaya ... 50

Tabel 3.6Tabel Pedoman skoring kuesioner jenis kelamin ... 50

Tabel 3.7Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi fisik) ... 52

Tabel 3.8Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi verbal) ... 53

Tabel 3.9Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi marah) ... 54

Tabel 3.10Tabel Muatan faktor Agresivitas (agresi permusuhan) ... 56

Tabel 3.11Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Agreebleness) ... 57

Tabel 3.12 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five(Extraversion) ... 57

Tabel 3.13 Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Conscientiousness) 60 Tabel 3.14Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Neuroticism) ... 61

Tabel 3.15Tabel Muatan faktor Trait Kepribadian Big five (Openness) ... 62

Tabel 3.16Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Compliance) ... 64

Tabel 3.17Tabel Muatan faktor Konformitas Teman Sebaya (Conversion) ... 65

Tabel 4.1 Tabel Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 4.2 Tabel Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 72

Tabel 4.3 Tabel Norma Skor ... 73

Tabel 4.4 Tabel Kategorisasi Tingkat Agresivitas... 73

Tabel 4.5Tabel Kategorisasi Konformitas... ... 74

Tabel 4.6Tabel R-Square ... 76

Tabel 4.7Tabel Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV ... 76

Tabel 4.8Tabel Koefisien Regresi ... 77

(15)
[image:15.595.118.498.230.603.2]

xiv

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang

Fenomena anak jalanan sering kita jumpai terutama di kota-kota besar di

Indonesia. Menurut laporan Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak

termasuk ke dalam kategori anak terlantar. Komnas Perlindungan Anak (KPA)

pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di DKI Jakarta mencapai 12.000 jiwa,

meningkat 50 persen dari 2008 (Blogdetik.com, 2010).

Pada tahun 2009 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 135.139 anak

dan tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang,

Bandung dan Yogyakarta (Kemensos RI, 2009; dalam Rohman, 2013).Pada tahun

2010 Jufri mengatakan bahwa jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat

menjadi 230.000 orang (Blogspot.com, 2010), jumlah penduduk di Indonesia pada

tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

penduduk sebesar 1.49% per tahun (Republika.co.id., 2013).

Anak jalanan menurut Rahmad (dalam Khoirunnisa, 2012) dibedakan

(17)

tetapi mereka menghabiskan seluruh waktunya di jalanan, seperti pedagang

asongan, pengamen, anak Punk. Kedua, anak yang tidak mempunyai tempat

tinggal danbagi kelompok ini mereka harus disediakan base camp atau tempat

tinggal.

Anak Punk merupakan salah satu gambaran sosial anak jalanan. Punk di

Indonesia memang muncul dari beberapa kelas sosial di masyarakat. Dari kelas

bawah, mereka berwujud anak-anak jalanan yang hidup dipinggir jalan, tidur di

trotoar, nongkrong di pom bensin, dan kegiatan lainnya. Pekerjaan sehari-hari

anak Punk biasanya mengamen, jualan koran, atau aktivitas lain yang bisa

menghasilkan uang recehan di setiap persimpangan traffic light. Selain itu,

kehidupan mereka juga sangat dekat dengan peluang-peluang melakukan

kriminalitas dijalanan, alkohol, rokok dan mabuk dengan menghirup lem

(Sagitarius, 2011). Selain itu, anak Punk bukan sekadar menjual suara dengan

profesi mengamen, tapi juga memaksa orang untuk memberi mereka imbalan,

bahkan kalau tidak diberi mereka akan mengancam (Harianhaluan.com, 2011).

Keberadaan anak Punk di beberapa daerah dianggap meresahkan warga

sekitar. Pada bulan September tahun 2012 telah terjadi pembunuhan yang

dilakukan oleh salah seorang anak Punk kepada Ihsan Maulana (19 tahun) yang

sedang terlelap tidur. Di Bekasi pada bulan Maret 2013, anak-anak Punk secara

tiba-tiba melakukan penodongan menggunakan pisau kecil dengan memasuki

(18)

kalinya terjadi di daerah Pondok Gede (Republika.co.id, 2013). Pada bulan Mei

2013 di kota Pekanbaru, sekitar dua puluh anak Punk yang sedang pesta miras

diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang anggota Tentara Nasional

Indonesia (TNI) yang bertugas di wilayah itu (Wibowo, 2013).

Selama pengumpulan data, peneliti menemukan anak Punk yang sekedar

berkumpul bersama komunitas Punk, ada diantara mereka yang sedang mengamen

di angkutan umum dan di perempatan atau di pertigaan jalan, ada pula yang

sedang mengatur parkir di tempat-tempat perbelanjaan atau tempat-tempat makan.

Peneliti melakukan observasi terhadap anak Punk, dimana peneliti menemukan

beberapa perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk salah satunya adalah

agresi verbal yaitu mereka saling bercanda dengan mengejek atau mencela satu

sama lain. Perilaku tersebut diakui oleh mereka adalah perilaku yang wajar dan

sudah sering terjadi. Selama pengumpulan data pula, peneliti tidak menemukan

kekerasan dalam bentuk fisik yang dilakukan oleh sesama Punk walaupun mereka

juga tidak menampik apabila ada seseorang yang membuat mereka marah, mereka

tidak akan segan untuk melakukan kekerasan. Alkohol dan obat-obatan bukan

menjadi hal yang tabu bagi mereka. Beberapa diantara mereka mengakui bahwa

hampir setiap hari mereka mengkonsumsi minum-minuman keras setelah bekerja,

baik bekerja sebagai pengamen maupun tukang parkir. Hal itulah yang

(19)

Shalahuddin (2010) menyebutkan bahwa tindakan kriminal atau perilaku

agresif yang dilakukan anak jalanan dan anak Punk secara kuantitas tampaknya

meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk yang lebih

berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan

sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan pemerasan,

penodongan dan pencopetan ke masyarakat. Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi

pula oleh tingkat persaingan yang tinggi sesama anak jalanan atau anak Punk

untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk

melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih banyak menghasilkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku

agresif diantaranya faktor sosial, personal, kebudayaan, situasional, sumber daya,

dan media massa (Sarwono & Meinarno, 2009). Franzoi (2003) menyebutkan

bahwa jenis kelamin dan kepribadian juga mempengaruhi seseorang dalam

berperilaku agresif. Selain itu, kurangnya pendidikan juga mempengaruhi

seseorang berperilaku agresif. Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh anak

jalanan yang juga anak Punk di dalamnya dan aturan-aturan yang tidak ada pada

mereka, maka perilaku-perilaku mereka pun tidak ada yang mengontrol sehingga

timbul perilaku-perilaku agresif yaitu melukai orang lain baik secara verbal

maupun fisik (Tentama, 2013). Sulastri (2012) menyebutkan bahwa gaya hidup

negatif yang kerap terjadi di dalam komunitas anak Punk juga biasanya

disebabkan karena mendapatkan pengaruh sesama anak Punk lainnya yang

(20)

melakukan kekerasan atau penganiayaan, “ngelem”, narkoba, free sex, dan

sebagainya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku

agresif adalah tipe kepribadian (Baron & Byrne, 2005). Faktor kepribadian adalah

faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam perilaku agresif, karena

kepribadian merupakan salah satu variabel person yang dapat menyebabkan

terjadinya perilaku agresif. Larsen & Buss (2002) juga menyebutkan bahwa

kepribadian seseorang mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir,

merasa, berinteraksi, dan beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk

perilaku agresif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatillah (2011) juga menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian big five terhadap

agresivitas dimana pada neuroticism, agreeableness, dan conscientiousness

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas, sedangkan pada trait

kepribadian extraversion dan openness tidak terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas pada satpol PP Kota Tangerang. Penelitian serupa telah

dilakukan oleh Mastur (2012) pada petarung peresean. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kecenderungan tipe kepribadian yang dimiliki oleh petarung

peresean adalah tipe kepribadian ekstraversion dengan tingkat agresivitas sedang.

Selain faktor kepribadian, faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku

(21)

penyebab terjadinya perilaku agresif. Konformitas adalah melakukan tindakan

atau sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang

dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007). Tekanan untuk mengikuti teman sebaya

menjadi sangat kuat pada masa remaja juga pada anak Punk. Hal ini dikarenakan,

remaja memiliki keinginan yang kuat untuk disukai dan diterima oleh

teman-temannya dan teman sebaya yang lebih besar (Santrock, 2012).

Pengaruh konformitas yang dialami oleh berbagai kelompok Punk di

Indonesia sudah cukup terasa sampai saat ini. Dewasa ini, pergerakan Punk sudah

cukup militan, hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya komunitas-komunitas

fanatik Punk di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,

Surabaya, dan Malang. Selain itu, beberapa band Punk Indonesia sudah mulai

menghentak belantika musik nasional, seperti Superman Is Dead dan Marjinal.

Berbagai usaha Punk mandiri pun sudah banyak berdiri, seperti distro-distro yang

menjual berbagai fashion asli Punk serta juga jasa pembuatan tattoo dan tindik

(Fadli, 2012).

Beberapa penelitianyang mengungkapkan agresivitas dipengaruhi oleh

konformitas teman sebaya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Anggaraningtyas, Lilik, dan Nugroho (2013) mengenai hubungan konformitas

teman sebaya dengan agresivitas pada siswa kelas IX SMK Muhammadiyah 4

Boyolali. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

(22)

Tekanan untuk melakukan konformitas bisa jadi sangat sulit untuk ditolak,

begitu pula dengan adanya pengaruh konformitas terhadap perilaku agresi (Baron

& Byrne, 2005). Hal ini didukung pula oleh penelitian mengenai pengaruh

konformitas teman sebaya dan agresivitas yang dilakukan oleh Fajri (2013) bahwa

ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan

perilaku agresif pada remaja. Senada dengan itu, hasil penelitian yang dilakukan

oleh Kurniawan dan Rois (2009) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara siswa yang terlibat tawuran dengan konformitas kelompok

teman sebaya.

Baron dan Byrne (2005) menambahkan bahwa jenis kelamin merupakan

salah satu faktor demografi yang juga merupakan faktor lain yang menyebabkan

seseorang melakukan perilaku agresif. Kebudayaan di Indonesia meyakini bahwa

pria lebih agresif dari wanita. Archer (2000) melakukan penelitian mengenai

perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresi. Hasil dari penelitiannya adalah

bahwa wanita lebih mungkin menggunakan satu atau lebih tindakan agresi fisik

dan lebih sering melakukan tindakan tersebut dibandingkan pria.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Berkowitz, Osterman, dan

Hjelt-Back, 1994 (dalam Baron, 2003) tentang perbedaan jenis kelamin yang

mempengaruhi perilaku agresif dimana hasilnya adalah pria umumnya lebih

(23)

untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi wanita lebih cenderung

untuk menggunakan bentuk tidak langsung dari agresi.

Penelitian lain telah dilakukan oleh Ram dan Feng (2005) mengenai

pengaruh perbedaan jenis kelamin dalam perilaku agresif pada anak-anak di

Canada memperoleh hasil bahwa memang laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Anak laki-laki yang tinggal sendiri

oleh ibu kandungnya cenderung lebih agresif dibandingkan anak perempuan yang

tinggal sendiri dengan ibu mereka.

Berdasarkan data yang ada, maka peneliti merasa perlu melakukan

penelitian tentang agresivitas pada Anak Punk di Jabodetabek. Oleh karena itu,

peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Trait Kepribadian

Big Five dan Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Agresivitas diartikan sebagai bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti

seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis (Berkowitz, 1993),

yang terdiri dari empat bentuk agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi

(24)

2. Trait Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam

psikologi untuk melihat kepribadian manusia yang tersusun dalam lima buah

dimensi kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis

faktor. Lima trait kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuroticism, openess to experiences (Costa & McCrae

dalam Cloninger, 2009).

3. Konformitas Teman Sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perubahan sikap dan tingkah laku akibat meniru sikap dan perilaku orang lain

di dalam tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh mereka

(Santrock, 2005), yang terdiri dari konformitas compliance dan konformitas

conversion (Wiggins, Wiggins, & Zanden, 1994).

4. Subjek dalam penelitian ini adalah Anak Punk di Jabodetabek. Punk dalam

penelitian ini adalah sebuah ideologi yang dimiliki oleh individu dimana

mereka memiliki fashion yang khas, keberanian untuk memberontak dan

melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas, dan

kebudayaan sendiri.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian

(25)

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian

Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian

Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Neuroticism

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian Openness

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Compliance

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Konformitas Conversion

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Jenis Kelamin dengan

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap

Dependent Variable?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Trait Kepribadian Big

Five dan Konformitas Teman Sebaya dengan Agresivitas Anak Punk di

(26)

1.3.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian

Agreeableness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian

Extraversion dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian

Conscientiousness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian

Neuroticsm dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara trait kepribadian

Openness dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

6. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Compliance

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

7. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Konformitas Conversion

dengan Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

8. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara Jenis Kelamin dengan

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek?

9. Mengetahui berapa besar pengaruh Independent Variables terhadap

(27)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

keterkaitan antara konformitas teman sebaya dan traitkepribadian big five

terhadap agresivitas pada pada anak Punk di Jabodetabek. Selain itu, penelitian

ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pengemban teori psikologi,

khususnya yang berhubungan dengan psikologi sosial dan psikologi

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai perilaku pada anak Punk di

Jabodetabek sehingga baik pihak komunitas maupun pihak di luar komunitas

dapat menjadi bahan masukan terkait masalah ini. Selain itu, penelitian ini juga

dapat dijadikan inspirator bagi pihak komunitas pada khususnya dan bagi

pemerintah, orangtua, dan seluruh masyarakat pada umumnya agar dapat

meminimalisir agresivitas pada anak Punk dengan memberikan pendidikan dan

pemahaman hidup untuk anak Punk itu sendiri.

1.4 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang setiap babnya mempunyai sub-sub

(28)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB 2 : KAJIAN TEORI

Pada bab ini penulis akan berisi uraian tentang agresivitas, trait kepribadian big

five, dan konformitas teman sebaya.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi penguraian mengenai pendekatan penelitian, populasi dan

sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen

penelitian, validitas konstruk, metode analisis data, dan prosedur penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai gambaran subjek penelitian,

deskripsi hasil penelitian dan hasil analisis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan

(29)

14

Dalam bab ini dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing

variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang dibahas adalah mengenai

teori-teori yang berkaitan dengan agresivitas, trait kepribadian big five, dan

konformitas teman sebaya.

2.1 Agresivitas

2.1.1 Definisi Agresivitas

Agresi menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) didefinisikan sebagai

bentuk tindakan kejahatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang

lain. Menurut Baron dan Bryne (2005), agresivitas adalah tingkah laku yang

diarahkan kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari

perlakuan semacam itu.

Agresi adalah perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan untuk

menyakiti orang lain (Myers, 2009). Dalam kamus Psikologi, agresivitas adalah

kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif (Chaplin, 2000).

Menurut Berkowitz (1993) perilaku agresi adalah bentuk perilaku yang

(30)

Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009), agresi adalah setiap tindakan yang

menyakiti orang lain.

Berkowitz dan Niemela (dalam Franzoi, 2003) bahwa agresi adalah segala

bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai beberapa orang,

diri sendiri, atau obyek. Agresi adalah perilaku yang disebabkan oleh kejahatan

terhadap orang lain atau sekelompok orang (Durkin, 1995). Raven dan Rubin

(1976) juga mendefinisikan agresi sebagai perilaku seseorang atau kelompok

dengan niat menyakiti orang lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agresivitas

merupakan perilaku yang dimunculkan seseorang untuk menyakiti orang lain baik

secara fisik maupun psikis.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Agresivitas

Baron dan Bryne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang melakukan agresivitas, yaitu:

1. Faktor-faktor Sosial

Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial

individu yang melakukan perilaku agresif, diantaranya adalah:

a. Frustasi, yang merupakan suatu pengalaman yang tidak menyenangkan,

(31)

b. Provokasi langsung, adalah tindakan oleh orang lain yang cenderung

memicu agresi pada diri si penerima, seringkali karena tindakan tersebut

dipersepsikan berasal dari maksud yang jahat.

c. Agresi yang dipindahkan, bahwa agresi dipindahkan terjadi karena orang

yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi

terhadap sumber provokasi awal.

d. Pemaparan terhadap kekerasan di media, dimana dapat meningkatkan

kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam agresi terbuka.

Keterangsangan yang meningkat, bahwa agresi muncul karena adanya

emosi dan kognisi yang saling berkaitan satu sama lain.

e. Keterangsangan seksual dan agresi, dimana keterangsangan seksual tidak

hanya mempengaruhi agresi melalui timbulnya afek (misalnya mood atau

perasaan) positif dan negatif. Tetapi juga dapat mengaktifkan skema atau

kerangka berpikir lainnya yang kemudian dapat memunculkan perilaku

nyata yang diarahkan pada target spesifik.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwaperilaku agresif yang dilakukan

oleh individu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial di luar diri individu itu

sendiri.

2. Faktor-faktor Pribadi

Berikut ini adalah trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan

(32)

a. Pola perilaku Tipe A dan Tipe B. Pola perilaku tipe A memiliki karakter

sangat kompetitif, selalu terburu-buru, dan mudah tersinggung serta

agresif. Sedangkan pola perilaku tipe B menunjukkan karakteristik

seseorang yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu melawan waktu,

dan yang tidak mudah kehilangan kendali.

b. Bias Atributional Hostile, merupakan kecenderungan untuk

mempersepsikan maksud atau motif hostile dalam tindakan orang lain

ketika tindakan ini dirasa ambigu.

c. Narsisme dan ancaman ego, individu dengan narsisme yang tinggi

memegang pandangan berlebihan akan nilai dirinya sendiri. Mereka

bereaksi dengan tingkat agresi yang sangat tinggi terhadap umpan balik

dari orang lain yang mengancam ego mereka yang besar.

d. Perbedaan gender, pria umumnya lebih agresif daripada wanita, tetapi

perbedaan ini berkurang dalam konteks adanya provokasi yang kuat. Pria

lebih cenderung untuk menggunakan bentuk langsung dari agresi, tetapi

wanita cenderung menggunakan bentuk agresi tidak langsung.

Faktor-faktor pribadi juga mempengaruhi agresivitas, dimana hal tersebut

berkaitan erat dengan aspek yang ada di dalam diri individu yang melakukan

(33)

3. Faktor-faktor Situasional

Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atai kontek

dimana agresi itu terjadi. Berikut ini adalah faktor situasional yang mempengaruhi

agresi:

a. Suhu udara tinggi. Suhu udara yang tinggi cenderung akan meningkatkan

agresi, tetapi hanya sampai pada titik tertentu.m Diatas tingkat tertentu

atau lebih dari 80 derajat fahrenheit agresi menurun selagi suhu udara

meningkat. Hal ini disebabkan pada saat suhu udara yang tinggi membuat

orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan

energi atau lelah untuk terlibat agresi atau tindakan kekerasan (Baron &

Bryne, 2005).

b. Alkohol. Individu ketika mengonsumsi alkohol memiliki kecenderungan

untuk lebih agresi. Dalam beberapa eksperimen, partisipan-partisipan yang

mengonsumsi alkohol dosis tinggi serta membuat mereka mabuk

ditemukan bertindak lebih agresif dan merespon provokasi secara lebih

kuat, daripada partisipan yang tidak mengkonsumsi alkohol (Baron &

Bryne, 2005).

Perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang individu selain dipengaruhi

oleh faktor sosial dan faktor pribadi adalah faktor situasional yakni suhu udara

(34)

2.1.3 Dimensi-dimensi Agresivitas

Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat dimensi agresi yang biasa

dilakukan oleh individu, yaitu:

a) Agresi fisik. Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik,

seperti melukai, menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya menyerang,

memukul, menendang, atau membakar.

b) Agresi verbal. Komponen perilaku motorik seperti: menyakiti dan melukai

orang lain melalui verbalis, misalnya memaki, mengejek, membentak,

berdebat, menunjukkan ketidaksesuaian/ ketidaksetujuan, menyebar

gossip, dan bersikap sarkatis.

c) Agresi marah. Emosi/ afektif, perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik

atau cedera fisik maupun psikis yang diderita individu. Misalnya, kesal,

hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.

d) Agresi permusuhan. Sikap negatif terhadap orang lain karena penilaian

sendiri yang negatif.

Dalam penelitian ini bentuk agresivitas yang digunakan adalah milik Buss

dan Perry (1992) karena keempat bentuk agresivtas milik Buss dan Perry (1992)

yakni fisik, verbal, marah, dan kemarahan seringkali muncul dalam perilaku

(35)

2.1.4 Pengukuran Agresivitas

Alat ukur agresivitas telah banyak digunakan, O’Connor, Archer, dan Wu (2001)

menjelaskan diantaranya adalah:

1. Alat ukur agresivitas yang pernah digunakan adalah Anger Situation

Questionnaire (ASQ). Alat ukur ini terdiri dari 33 item yang mana mengukur

disposisi amarah pada bentuk “pengalaman-pengalaman emosi”, “intensitas

perasaan”, dan “pembacaan tindakan”. Alat ukur ini dikembangkan secara

khusus untuk wanita oleh van Goozen pada tahun 1994.

2. AQ-P (Aggression Questionaire Partner), merupakan alat ukur untuk

mengukur agresivitas. Alat ukur ini diadaptasi dari Aggression Questionnaire

(AQ) oleh Buss dan Perry (1992), terdiri dari 29 item.

3. Aggressive Provocation Questionnaire (APQ) merupakan alat ukur

agresivitas yang terdiri dari 21 item dimana hanya 12 item saja yang

dinyatakan reliabel. Alat ukur ini merupakan alat ukur baru yang digunakan

untuk mengukur agresivitas, dirancang untuk mengakses kecenderungan

laki-laki dalam menunjukkan perilaku agresif ketika sengaja diatur dengan situasi

provokasi.

4. Aggression Questionnaire (AQ). Instrumen yang dikembangkan Buss dan

Perry (1992) ini terdiri 29 item atau pernyataan, pada standar psikometri

menunjukkan reabilitas dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini

memiliki konsistennsi internal antara 0,72 dan 0,89 dan reabilitas test-retest

(36)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan alat ukur Aggression

Questionnaire (AQ) untuk mengukur agresivitas yang terdiri dari 29 item. Alat

ukur ini sering digunakan untuk mengukur agresivitas karena sudah teruji

reliabilitasnya dan internal konsistensinya.

2.2 Trait Kepribadian Big-Five 2.2.1 Definisi Trait Kepribadian

Feist dan Feist (2009) mendeskripsikan kepribadian (personality) adalah sebuah

pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan

konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) menunjukan

perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang

waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi.

Larsen dan Buss (2002) mendefinisikan kepribadian adalah seperangkat

sifat-sifat psikologikal dan mekanisme di dalam diri individu yang diatur

yangrelatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi individu dengan yang lain

serta untuk beradaptasi dengan lingkungan baik intrafisik, fisik, dan lingkungan

sosial. Trait digambarkan sebagai karakteristik yang mendiskripskan kebiasaan

dimana setiap orang berbeda dengan yang lain.

Pervin, Cervrone, dan John (2005) mendefinisikan kepribadian adalah

karakteristik seseorang yang mana perasaan, pikiran, dan tindakannya cenderung

menetap. Trait juga didefinisikan sebagai bentuk yang secara konsisten dimiliki

(37)

Kepribadian menurut McCrae dan Costa (dalam Cloninger, 2009)

mendefinikan kepribadian sebagai penyebab yang ada dalam diri individu yang

kemudian muncul dalam bentuk perilaku dan pengalaman. Trait juga

didefinisikan sebagai karakteristik yang bervariasi dari masing-masing individu

yang menyebabkan individu tersebut berperilaku secara konsisten.

Berdasarkan beberapa definisi diatas mengenai kepribadian maka penulis

menyimpulkan bahwa trait kepribadian merupakan suatu hal yang membedakan

individu yang satu dengan individu yang lain dalam berperilaku, berpikir dan

merasakan berbagai situasi, yang relatif menetap dan konsisten serta memiliki

keunikan yang khas.

2.2.2 Definisi Trait Kepribadian Big-Five

Menurut Pervin, Cevrone, dan John (2005), Model Trait Five Factor adalah “The

five-factor model is investigators try to find basic units of personality by analyzing

the words that people”.Model five-factor adalah inverstigator yang mencoba

menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisis perkataan orang

tersebut.

Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran

terhadap kepribadian yang kemudian berkembang menjadi bentuk dasar dari

struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five. Secara

(38)

faktor dasar dalam kepribadian, yaitu pendekatan studi kebahasaan dan faktor

analisis atas kuesioner kepribadian (Engler, 2009).

Menurut Friedman dan Schustack (2008) The Big Five Personality Traits

adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat

kepribadian melalui trait yang tersusun dalam lima tipe kepribadian yang telah

dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima tipe trait kepribadian

tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism,

openness to new experience.

2.2.3 Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five

Trait Kepribadian Big-Five merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi

untuk melihat dan mengukur struktur kepribadian manusia, dimana pendekatan

trait tersebut melihat kepribadian melalui lima tipe. Berikut penjelasan

karakteristik kelima tipe trait dalam pendekatan Big Five (Costa & McCrae dalam

Cloninger, 2009) :

1. Extraversion (E)

Extraversion juga sering disebut dengan surgency. Individu dengan skor tinggi

pada faktor Extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang,

banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Selain itu, individu

tersebut akan mengingat seluruh interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih

banyak orang jika dibandingkan individu yang memiliki skor (E) rendah.

(39)

antusiasme tinggi, mudah bergaul, energik, tertarik dengan banyak hal,

mempunyai emosi positif, ambisius, workaholic serta ramah terhadap orang

lain.

Extraversion juga memiliki motivasi yang tinggi dalam bergaul,

menjalin hubungan dengan sesama serta dominan dalam lingkungannya.

Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk

berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk

mengungkapkan perasaan.

2. Agreeableness (A)

Faktor Agreeableness (A) membedakan antara individu yang berhati lembut

dengan yang tak mengenal belas kasihan. Individu dengan skor yang lebih

mengarah pada faktor ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan

yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati.Faktor ini juga

disebut dengan social adaptibility atau likability, yaitu mencirikan seseorang

yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari

konflik. Sedangkan pada individu dengan tingkat Agreeableness yang rendah,

suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih

agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

3. Conscientiousness (C)

Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur,

(40)

disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara

umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras,

cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah

dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki

tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.

4. Neuroticism (N)

Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism (N), memiliki

kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri

sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang

yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas

terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi,

sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang,

bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

5. Openness to experiences (O)

Faktor Openness to experiences (O) membedakan antara individu yang

memilih variasi dibandingkan dengan individu yang menutup diri serta

individu yang mendapatkan kenyamanan dalam hubungan mereka dengan

hal-hal dan orang-orang yang mereka kenal. Individu yang terus menerus mencari

perbedaan dan pengalaman yang bervariasi akan memiliki skor tinggi pada

(41)

Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk

melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu

tersebut memiliki ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap

informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran

dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah

digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak

menyukai adanya perubahan.

Tabel 2.1

Tabel Big Five Personality Trait menurut Goldberg (dalam Feist & Feist, 2009)

Traits Skor Tinggi Skor Rendah

Extraversion Affectionate; joiner; talkative; fun lovin; active; passionate

Reserved; loner; quaite; sober; passive; unfeeling

Agreeableness Softhearted; trusting; generous; acquiescent; lenient; good-nartured

Ruthless; suspicious;stingy; antagonistic; critical; irritable

Conscientiousness Conscientious; hardworking; well-organized; punctual; ambitious; persevering

Negligent; lazy; disorganized; late; aimless; quitting

Neuroticism Anxious; temperamental;

slf-pityng; self-conscious; emotional; vulnerable

Calm; even-tempered; self-satisfied; comfortable; unemotional; hardy

Openness to New Experience

Imaginative; creative; original; prefers variety;curious; liberal

[image:41.595.119.506.250.637.2]
(42)

2.2.4 Pengaruh Trait Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas

Penelitian yang dilakukan oleh Glass (Baron & Bryne, 2005) menyimpulkan

bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif. Menurut

Glass, kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari

kepribadiannya. Individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung lebih

agresif dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B.

Kemudian didapatkan hasil bahwa beberapa variabel kepribadian seperti trait

marah dan tipe kepribadian A mempengaruhi perilaku agresif pada kondisi

provokasi. Hasil lain menyatakan bahwa trait keagresifan dan trait cepat marah

mempengaruhi perilaku agresif dibawah kondisi provokasi dan normal. Para

peneliti membahas hubungan yang mungkin antara pola-pola perilaku agresif dan

dimensi kepribadian agreeableness dan neuroticism mempertimbangkan implikasi

untuk teori agresi.

Penelitian lain mengenai pengaruh trait kepribadian big five terhadap

agresivitas adalah penelitian yang dilakukan oleh Prativi (2010). Hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa trait kepribadian tokoh utama sangat mempengaruhi

bentuk agresivitas yang dilakukannya, misalnya kepribadian neurotisisme

mempengaruhi agresivitas emosi dan ketakutan. Selain itu, agresivitas yang

dilakukannya muncul akibat adanya faktor pencetus dari pihak lain, misalnya

provokasi. Agresivitas juga memiliki dampak negatif bagi korbannya, yakni

(43)

2.2.5 Pengukuran Trait Kebribadian Big Five

Alat ukur untuk mengukur trait kepribadian Big Five, yaitu:

1. NEO-PI-R (The Neuroticism Extraversion Openess -Personality

Inventory-Revised). Alat ukur ini dikembangkan oleh Paul T. Costa dan Robert R.

McCrae, terdiri dari 240 item (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

2. BFI (Big Five Instrument). Alat ukur ini dikembangkan oleh John, Donahue,

Alat ukur ini terdiri dari 44 item, terdiri dari 5 faktor yaitu extraversion,

neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess. BFI menunjukkan

validitas konvergen yang ringgi dengan skala self-report lain dan dengan

tingkatan sejajar pada Big Five (Gosling, Rentfrow, & Jr, 2003).

3. IPIP-FFI (International Personality Item Pool Five Factor Inventory). Alat

ukur ini merupakan alat ukur kepribadian yang dibuat oleh Lewis Goldberg.

Skala ini berjumlah 50 item, dimana setiap faktornya terdiri dari 10 item yaitu

extraversion, neuroticism, agreeableness, conscientiousness, dan openess to

new experience (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

4. MINI-IPIP (MINI-International Personality Item Pool). Alat ukur ini

merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dimana dari jumlah item yang semula 50

item, diperkecil menjadi 20 item (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006).

Pada peneltiian ini, alat ukur yang akan peneliti gunakan untuk mengukur

trait kepribadian big-five adalah MINI-IPIP (MINI International Personality

Item Pool) karena alat ukur ini merupakan adaptasi dari IPIP-NEO dengan nilai

(44)

sedikit dari IPIP-NEO, yaitu sebanyak 20 item dan cocok digunakan pada

penelitian ini dimana subjek penelitian adalah anak Punk.

2.3 Konformitas Teman Sebaya

2.3.1 Definisi Konformitas Teman Sebaya

Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya

tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris,

2007).

Konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) diartikan sebagai suatu

jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka

sesuai dengan norma sosial yang ada.Menurut Sears (1985) menyebutkan bahwa

konformitas terjadi bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap

orang lain menampilkan perilaku tersebut.

Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) menjelaskan konformitas sebagai

perilaku yang muncul akibat norma atau aturan dari orang lain.Konformitas

menurut Franzoi (2003) mengatakan bahwa konformitas adalah hasil merasakan

tekanan kelompok dengan mengikuti perilaku dan keyakinan orang lain.

Definisi konformitas lainnya adalah perubahan dalam perilaku seseorang

untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok (King, 2010).

(45)

adalah ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain

melakukan perilaku tersebut.

Dari uraian mengenai berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa konformitas adalah perilaku seseorang untuk dapat menyesuaian diri

dengan kelompok.

Teman sebaya adalah orang-orang dengan tingkat usia atau tingkat

kedewasaan yang sama (Santrock, 2007).

Konformitas teman sebaya dalam penelitian ini adalah perubahan sikap

dan tingkah laku sesuai dengan orang lain atau kelompok yang memiliki

kesamaan usia akibat tekanan nyata kelompok maupun yang dibayangkan oleh

mereka.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Konformitas Teman Sebaya

Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas adalah (Baron & Bryne, 2005): a. Kohesivitas dan Konformitas

Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap

suatu kelompok. Ketika kohesivitas tinggi, artinya adalah ketika seseorang

menyukai dan mengagumi suatu kelompok orang-orang tertentu maka tekanan

untuk melakukan konformitas bertambah besar, dan sebaliknya. b. Konformitas dan Ukuran Kelompok

Faktor kedua yang memiliki kecenderungan untuk melakukan konformitas

(46)

dalam Baron dan Bryne (2005) menemukan bahwa konformitas meningkat

sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok hingga delapan orang

anggota tambahan atau lebih yang mana sebelumnya hanya 3 orang atau lebih. c. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif

Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang

sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif

menetapkan apa yang harus dilakukan dan tingkah laku apa yang diterima atau

yang tidak diterima pada situasi tertentu. Keduan norma tersebut dapat

memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku.

2.3.3 Dimensi-dimensi Konformitas Teman Sebaya

Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994) membedakan konformitas ke dalam dua

dimensi, yaitu:

1. Konformitas Pemenuhan (Compliance Conformity), adalah ketika seseorang

bersama-sama dengan yang orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya

untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan jika mereka melakukanya, atau

menghindari hukuman bila dipaksa melakukannya. Konformitas ini terjadi

dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh

kelompok sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal

ini terjadi karena adanya pengaruh sosial normatif yang didasarkan pada

keinginan individu untuk diterima atau disukai oleh orang lain.

2. Konformitas Perubahanatau Internalisasi (Conversion or Internalization

(47)

terjadiketika seseorang menyesuaikan diri dalam ketiadaan orang lain, karena

ia melakukan apa yang dianggap benar atau ingin dilakukan.

Sementara King (2010) mengidentifikasi dimensi-dimensi konformitas, yaitu: 1. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), merujuk pada

pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin menjadi benar.

2. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), adalah pengaruh orang

lain pada kita karena kita ingin mereka menyukai dan menerima kita.

2.3.4 Pengaruh Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas

Penelitian-penelitian mengenai pengaruh konformitas teman sebaya dan

agresivitas telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah hasil penelitian yang

dilakukan oleh Wilujeng dan Budiani (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara konformitas pada geng remaja terhadap perilaku agresif di

SMK 7 Surabaya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Darmawan (2007) menunjukkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas terhadap teman

sebaya dengan perilaku agresif pada anak. Semakin tinggi konformitas terhadap

teman sebaya maka semakin tinggi perilaku agresif pada anak. Sebaliknya,

semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah pula

perilaku agresif pada anak.

Utomo dan Warsito (2013) juga melakukan penelitian antara konformitas

(48)

hubungan yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif pada bonek

Surabaya.

2.3.5 Pengukuran Konformitas Teman Sebaya

Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas teman

sebaya dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada aspek-aspek konformitas yang

telah dijelaskan di teori menurut Wiggins, Wiggins, dan Zanden (1994), yaitu

compliance dan conversion.

2.4. Punk

2.4.1 Sejarah Punk

Punk berasal dari Bahasa Inggris, yaitu: “Public United Not Kingdom” yang

berarti kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan. Pada awalnya, Punk adalah

sebuah cabang dari musik rock dimana musik rock merupakan sebuah genre

musik yang berasal dari musik rock and roll yang telah lahir lebih dahulu yaitu

pada tahun 1955. Subkultur Punk muncul sekitar tahun 1970 an di Inggris. Punk

mulai masuk ke Indonesia sekitar akhir 1970 an. Masuknya Punk ke Indonesia

diawali pula oleh masuknya musik-musik beraliran Punk ke Indonesia namun

perkembangannya tidak sepesat di negeri asalnya. Punk di Indonesia pada

awalnya hanyalah sebuah komunitas kecil yang tidak terang-terangan

menunjukkan gaya hidup Punk. Kemudian anak-anak muda mulai meniru gaya

berpakaian dan mulai memahami ideologi dan akhirnya menjadikan Punk sebagai

(49)

2.4.2 Definisi Punk

Punk didefinisikan oleh O’Hara tahun 1999 (dalam Sulastri, 2012) dalam tiga

bentuk. Pertama, Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik. Kedua,

Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Terakhir, Punk

sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup,

komunitas, dan kebudayaan sendiri. Definisi pertama adalah definisi yang paling

umum digambarkan oleh media. Tapi justru yang paling tidak akurat karena cuma

menggambarkan kesannya saja.

Penyebaran budaya Punk tidak lepas dari adanya peran dari media yang

dapat menyebarluaskan jenis musik ini yang mendorong anak-anak muda untuk

mengikuti gaya hidup yang disajikan dalam musik Punk tersebut. Maka dapat

dikatakan mereka yang bergaya hidup dan berbudaya Punk mengimitasi suatu

bentuk gaya hidup dan budaya yang diterimanya melalui musik yang mereka

dengarkan. Suatu bentuk pembelajaran untuk bertingkah laku yang didapat ini

sangat mungkin mendapat tanggapan sebagai perilaku yang menyimpang.

Peniruan ini semakin didukung dengan adanya desakan dari orang-orang lain yang

sebaya (peer group) yang juga mempunyai tingkah laku yang sama

dilingkungannya. Hal ini menimbulkan suatu bentuk delinquency imitation model

(peniruan model kenakalan remaja).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Punk adalah sebuah ideologi yang dimiliki

(50)

memberontak dan melakukan perubahan terhadap musik, gaya hidup, komunitas,

dan kebudayaan sendiri.

2.5 Kerangka Berpikir

Perilaku agresif yang dilakukan oleh anak Punk sudah tidak lagi menjadi

pembicaraan yang asing. Pelaku kekerasan di ibu kota maupun di kota-kota besar

di Indonesia salah satunya adalah anak Punk, mulai dari cara berbicara yang

kurang baik, beberapa kasus pemalakan secara paksa sampai melibatkan

kekerasan fisik dan perilaku kekerasan lainnya yang dianggap meresahkan

masyarakat sekitar. Agresivitas itu sendiri adalah perilaku fisik maupun verbal

yang bertujuan untuk menyakiti orang lain (Myers, 2009).

Agresivitas muncul disebabkan oleh faktor sosial, pribadi, dan situasional.

Baron dan Byrne (2005) menyebutkan faktor-faktor sosial yang menyebabkan

seseorang melakukan perilaku agresi adalah yang meliputi kata-kata atau tindakan

orang lain. Faktor-faktor pribadi yaitu traits, dan provokasi langsung, suhu udara,

alkohol, pengaruh media massa, dan narsisme merupakan faktor-faktor situasional

yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku agresif.

Kepribadian merupakan salah satu faktor internal yang menyebabkan

seseorang melakukan perilaku agresi. Trait kepribadian cenderung menetap atau

stabil di dalam diri individu sehingga dapat diperkirakan bahwa individu yang

memiliki trait agresi akan melakukan perilaku agresi dalam setiap situasi.

(51)

munculnya konsistensi pola perasaan, pikiran, dan tindakan (Pervin, Cervone, &

John, 2005).

Extraversion dikarakteristikkan dengan keinginan untuk bersosalisasi.

Seseorang dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung lebih periang,

penyayang, banyak bicara, suka berkumpul, dan lebih banyak berinteraksi dengan

orang lain. Individu yang demikian secara tidak sadar lebih sering mungkin untuk

menyakiti orang lain secara verbal.

Individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi menggambarkan

seseorang yang temperamental, mengasihani diri sendiri, emosional, mengalami

kecemasan, dan rentan terhadap gangguan stres. Individu yang seperti ini sering

melakukan perilaku agresif kepada orang lain yang dianggap mengganggu

kenyamanan dan keamanan mereka.

Individu dengan tingkat conscientiousness yang tinggi digambarkan

sebagai individu yang pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Individu

seperti ini dengan keteraturan yang dimiliki akan mudah melakukan perilaku

agresif bila orang lain atau bahkan situasi yang terjadi tidak sesuai dengan yang

diinginkan atau direncanakan oleh mereka.

Teman sebaya bagi remaja termasuk anak Punk merupakan aspek yang

terpenting dalam kehidupan mereka. Seorang remaja akan senantiasa melakukan

perilaku yang positif menurut mereka atau negatif menurut orang lain bilamana

(52)

terhadap remaja adalah konformitas. Konformitas mempengaruhi hampir seluruh

aspek kehidupan remaja. Konformitas merupakan salah satu faktor eksternal yang

menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresif. Konformitas itu sendiri

muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan

tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka (Santrock, 2005).

Selain trait kepribadian big-five dan konformitas teman sebaya, peneliti

juga melihat akan adanya kemungkinan dari jenis kelamin, pendidikan terakhir,

dan usia yang dapat mempengaruhi agresivitas.

Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat pengaruh konformitas teman

sebaya dan trait kepribadian big five terhadap agresivitas pada anak Punk di

Jabodetabek. Dalam penelitian ini, dependent variable yaitu agresivitas,

sedangkan independent variable berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas

adalah konformitas teman sebaya dan trait kepribadian big five. Konformitas

teman sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konformitas compliance

dan convertion. Sedangkan trait kepribadian big five yang dimaksudyakni

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness. Selain

itu, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan usia juga akan dilihat pengaruhnya

terhadap agresivitas anak punk di Jabodetabek.

Jika digambarkan dengan model, maka kerangka berpikir akan tampak

(53)
[image:53.595.113.510.174.615.2]

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh KonformitasTeman Sebaya dan Trait

Kepribadian Big Five terhadap Agresivitas

2.6 Hipotesis

2.6.1 Hipotesis Mayor

Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara Trait Kepribadian Big Five dan

Konformitas Teman Sebaya terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

TRAIT KEPRIBADIAN BIG FIVE

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA

AGRESIVITAS Extraversion

Neuroticism Conscientiuosness

Agreeableness

Compliance

Jenis Kelamin

(54)

2.6.2 Hipotesis Minor

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan Agreeableness dalam Trait Kepribadian Big

Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan Extraversion dalam Trait Kepribadian Big

Five terhadap AgresivitasAnak Punk di Jabodetabek.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan Conscientiousness dalam Trait Kepribadian

Big Five terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan Neuroticism dalam Trait Kepribadian Big Five

terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan Openness dalam Trait Kepribadian Big Five

terhadap Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan Compliance dalam Konformitas terhadap

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan Conversion dalam Konformitas terhadap

Agresivitas Anak Punk di Jabodetabek.

Ha8: Ada pengaruh yang signifikan Jenis Kelamin terhadap Agresivitas Anak

(55)

40

Pada bab ini dipaparkan tentang populasi, sampel, teknik sampling, variabel

penelitian, definisi operasional variabel, uji validitas intrumen, teknik analisis

data, serta prosedur penelitian yang digunakan dalam penel

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pengaruh Trait Kepribadian Big Five dan
Tabel Tabel 2.1 Big Five Personality Trait menurut Goldberg
Gambar 2.1
Tabel Sebaran Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika pengajuan produk pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun ternyata menghadapi 2 kendala yaitu ketidaksesuaian nilai pembiayaan yang

Konsep penzoningan PPI Sungai Kakap yang didapat yaitu, zona publik terhubung langsung dengan akses sirkulasi utama jalur darat yang merupakan jalan utama

(2) Penggunaan waktu dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah sistem TABELA adalah 38,59 HOK/Ha lebih efisien dibandingkan sistem TAPIN sebesar 64,05 HOK/Ha.

Menurut Urofsky (2001: 2), untuk men- jalankan pemerintahan demokratis yang adil dan makmur, terdapat sejumlah prinsip untuk memahami dan mempraktekkan demokrasi se- cara

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan C t e ntang Tatakerja Pengeluaran

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hukum Adat, selanjutnya disebut IUPHHK-MHA adalah izin untuk memanfaatkan kayu alam pada hutan produksi

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan renja tahun 2012 menunjukan bahwa capaian kinerja program-program pokok dalam bentuk indikator hasil (outcome) yang

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan ada tidaknya rhodamin B pada sampel kue ku yang beredar di pasar