PLATON Riwayat Hidup
5. Demiurgos dan Kosmolog
Gagasan dasar untuk memahami doktrin tentang Demiurgos dan Kosmologi platonis terletak pada struktur hirarkis realitas. Sesudah prinsip pertama dan tertinggi (Satu dan Diade) struktur realitas diikuti oleh a) lapisan dunia ide yang berciri hirarkis, b) lapisan mediator atau ada matematis dan c) lapisan dunia inderawi.
Dalam dunia ide terdapat bilangan dan bentuk-bentuk ideal dan disusul oleh ide-ide universal atau meta-ide serta
ide-ide tertentu. Lapisan ada matematis mencakup ada geometri, astronomi, arimatika dan musik. Sedangkan lapisan dunia inderawi merangkum seluruh entitas fisik- material. Istilah “lapisan” yang digunakan untuk menunjukkan tataran realitas merupakan ungkapan fisik- material, namun gambaran tersebut hendaknya dipahami dalam konteks makna transenden.
Berikut adalah skemanya.
PRINSIP PERTAMA & TERTINGGI: SATU & DIADE INDETERMINATIF
Aneka Bilangan dan Bentuk Ideal Lapisan ide-ide Ide-ide Umum atau Meta-ide
Ide-ide partikular
Obyek aritmatika Obyek geometria
Lapisan ada matematis Obyek stereometria Obyek Astronomia
Obyek Musik
Pada tataran ini terdapat juga jiwa dunia & jiwa pada umumnya
Dunia inderawi –fisik
Hubungan antar lapisan adalah ketergantungan ontologis unilateral atau sepihak dan bukanlah biunivox.
Artinya eksistensi benda-benda pada lapisan bawah mengandaikan keberadaan ada dari lapisan atas dan bukan sebaliknya. Pola hubungan semacam ini dapat disebut dengan istilah relasi anterioritas dan posterioritas seturut
hakekat dan substansi. Pada tahap ini, hasil atau akibat yang dikerjakan oleh ada pada tataran yang lebih tinggi bersifat niscaya, meskipun bukan memadai (suficiens), karena hanya menjelaskan aspek formal secara metafisik dari lapisan berikutnya dan bukan perbedaannya (aspek- aspek kemajemukan) yang tergantung pada prinsip diadis. a) Bilangan-bilangan ideal dan semua ide berasal dari dua
prinsip tertinggi (Satu dan Diade) melalui suatu proses pembatasan dan persamaan oleh Satu terhadap multiplisitas indeterminasi Diade.
b) Lapisan perantara/ada matematis dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, semua bilangan matematis dideduksikan dari kesatuan partikular dan kemajemukan “lebih dan kurang”. Kedua, bentuk-bentuk geometris dan stereometris diturunkan dari jenis titik tertentu yang disebut garis
takterbagi yang mengalir dari prinsip formal, sementara untuk prinsip material adalah panjang dan pendek untuk garis, luas dan sempit untuk permukaan dan tinggi dan
menjelaskan diferensiasi partikular dari prinsip tertinggi Dualitas asali: besar dan kecil yang selanjutnya memuat ketebalan dalam materialitas (inteligibel) dan multiplisistas (inteligibel).
c) Pada lapisan ontologis berikutnya, kita bersinggungan dengan kemunculan dunia fisik. Pada tataran ini prinsip material memuat suatu ketebalan dan ketegapan sedemikian rupa sehingga menghasilkan dimensi inderawi
dan melahirkan dunia menjadi. Ada matematis adalah jembatan antara dua jenis ada yang berbeda yakni, ada abadi yang tidak menjadi sama sekali dan ada yang
muncul dan berubah. Namun sebaliknya, dunia inderawi
adalah jembatan pula, bila dilihat dalam kaitannya dengan
ketiadaan seputar tingkatan hirarkis ada.
1) Ada rasional dan abadi: ide-ide, ada matematis (ada dalam artian utuh dan menyeluruh)
2) Ada yang muncul, hancur dan menjadi (ada dalam artian parsial)
3) ketiadaan
Dalam sudut pandang Platon, ada inderawi adalah jembatan (μεταξύ) antara ada murni dan ketiadaan. Artinya, ada majemuk dan berubah bukanlah ketiadaan seperti dipahami Parmenides, melainkan
berbeda dari ada sejati. Ada inderawi dan fenomen- fenomen memang ada, tapi secara struktural berbeda
dari ada absolut, ada sesungguhnya. Istilah yang pas untuk mengungkapkan ada inderawi-fisik adalah
memiliki ada dan kepemilikan ini diperoleh berkat
Dalam Tymeos (27e-28b), Platon mencoba menjelaskan realitas inderawi-fisik bukan dengan menariknya dari prinsip-prinsip pertama dan tertinggi maupun dari dunia ide melainkan memunculkan Intelek ilahi sebagai pembuat dan pengaturnya. Platon menyimpulkan gagasannya dengan empat proposisi berikut.
a) Ada yang ada selalu (ada inteligibel) tidak tunduk pada
kelahiran dan kemenjadian; ia tetap sebagaimana adanya dan dapat ditangkap oleh ratio lewat penalaran.
b) Ada menjadi bukanlah ada sejati, karena terus menerus
berubah; ada menjadi adalah obyek opini dan diperoleh melalui pencerapan inderawi dan dibedakan oleh nalar.
c) Ada menjadi mengandaikan atau mensyaratkan suatu
sebab untuk memunculkannya. Sebab tersebut adalah
Demiurgos sebagai causa efisien atau pencipta.
d) Demiurgos atau Pencipta membuat sesuatu dengan
melihat terlebih dahulu pada apa saja sebagai rujukan atau model.
Pencipta dapat membuat sesuatu dengan merujuk pada dua pola yang berbeda: 1) pada apa yang selalu ada dan cara yang sama (proposisi pertama) dan 2) pada sesuatu yang tunduk pada kelahiran (proposisi kedua). Jika yang menjadi model adalah ada abadi, hasilnya akan baik dan indah, sementara jika mencontohi realitas menjadi, yang dihasilkan adalah jelek dan buruk.
Dalam kenyataannya, dunia yang diproduksikan oleh Demiurgos adalah paling baik dan paling indah dari semua yang telah diciptakan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Demiurgos telah menjadikan ada ilahi dan abadi sebagai rujukan. Sang pencipta telah meniru dan mewujudkan Kebaikan sebaik mungkin. Karena itu, dunia inderawi merupakan gambaran dari
realitas adikodrati dan metainderawi dan penciptaan ini
merupakan karya Demiurgos. Dengan kata lain, ada inteligibel, abadi dan tetap adalah paradigma, model,
contoh, sedangkan ada inderawi merupakan gambaran,
tiruan semata.
Bagaimana Demiurgos mengerjakan dunia inderawi atas prinsip material? Menurut Platon, Demiurgos, sebagai kebaikan tertinggi, berkarya dengan mewujudkan kebaikan pada tingkatan tertinggi dan menciptakan keteraturan. Untuk melaksanakan penciptaan itu, Demiurgos mendasarkan diri pada Satu (hakekat Kebaikan) dan mewujudkan kesatuan dalam kemajemukan melalui takaran dan relasi numeris dan
geometris. Tanpa intervensi Demiurgos, segala sesuatu
berada dalam kekacauan dan kerancuan (tanpa takaran). Pengetahuan dan kekuasaan Demiurgos terletak pada pemaduan yang banyak dengan yang satu (τά πολλά εìς έν) dan melepaskan segala sesuatu dari yang satu menjadi banyak (ές ύνòς εìς πολλά).Yang Satu merupakan tanda khas dari aktivitas dan karya intelektual Demiurgos. Hal itu dapat diringkaskan sebagai berikut.
1. Dunia adalah sempurna, karena direalisasikan sebagai satu (εν). Agar sempurna dunia harus menjadi satu, sebab satu
adalah model sebenarnya dan kosmos adalah gambaran dari model tersebut.
2. Kesatuan kosmos dijamin oleh ikatan khusus yang telah ditentukan oleh Demiurgos antara keempat unsur. Hubungan demikian membuat semuanya terikat dengan kesatuan (έν-πάντα) tertinggi dan membentuk suatu persahabatan (φιλία) atau persekutuan.
3. Kosmos terbentuk sebagau suatu satu-seluruh (έν őλον), sebab didasarkan pada perhitungan numeris, yang menggelembung menjadi satu-semua, totalitas dari semua.
4. Forma melingkar kosmos mewujudkan kesatuan secara
sempurna. Di sini lingkaran merupakan suatu bentuk yang merangkum semua bentuk, dengan merealisasikan kemiripan yang paling tinggi. Hal yang sama berlaku juga untuk gerak melingkar.
5. Waktu merealisasikan kesatuan dalam aliran sejauh waktu meniru keabadian yang merupakan suatu berada dalam kesatuan (έν ένί). Peniruan atas kesatuan keabadian terjadi melalui bilangan (xατ’άριθμόν).
6. Dalam menciptakan empat unsur inderawi, Demiurgos memperjelas artikulasi bentuk dan bilangan yang membatasi prinsip material inderawi.
7. Jiwa yang telah diciptakan Demiurgos adalah satu, (μία ìδέα), satu kesatuan yang terbentuk dari perpaduan dari tiga realitas (έx τριων έν) dan suatu keseluruhan (őλον), seturut dimensi geometris dan numeris harmonis. Perpaduan itu merealisasikan Yang Baik, yakni Kesatuan, Takaran, Keteraturan secara sempurna.