• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Penggunaan Obat Hipoglikemia Di Instalasi Rawat Inap Bangsal

1. Demografi Pasien

Hasil penelitian ditemukan 17 pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di instalasi rawat inap bangsal bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul memiliki karakteristik:

a. Jenis Kelamin

Pengelompokan pasien berdasarkan jenis kelamin dilakukan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian diperoleh perbandingan pasien yang paling banyak mengalami diabetes melitus tipe 2 adalah pasien perempuan dengan perbandingan persentase disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 5. Persentase Demografi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbedaan jumlah berdasarkan jenis kelamin ini sejalan dengan hasil penelitian Gautam (2009) di RSUD Koja yang menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus tipe 2 yang terjadi pada wanita lebih besar dibandingkan prevalensi laki-laki dan Stipanovic (2002) tentang kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di India yang sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan.

Perbedaan ini disebabkan karena perempuan memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan estrogen. Komposisi lemak yang lebih tinggi mengakibatkan perempuan akan lebih mudah gemuk yang berakibat risiko obesitas dan obesitas dapat meningkatkan resistensi insulin (Mihardja, 2009). Hormon estrogen mengatur fungsi sel beta pankreas dan paparan estrogen jangka panjang dapat meningkatkan insulin, ekspresi gen target insulin dan pengeluaran insulin, dengan demikian wanita yang mengalami menopause memiliki risiko (Faulds et al, 2012).

b. Usia

Pengelompokan pasien berdasarkan kelompok usia dilakukan untuk mengetahui karakteristik usia pasien yang menerima obat hipoglikemia. Pengelompokan usia pasien dilakukan menurut pustaka Rustiyanto (2010) menjadi tiga kelompok usia dengan jumlah pasien yang paling banyak mengalami

(7) 41% (10)

59% Laki-laki

42

diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 45-65 tahun. Pengelompokan usia pasien yang menerima obat hipoglikemia disajikan dalam tabel berikut.

Tabel IV. Distribusi Pasien Rawat Inap Berdasarkan Kelompok Usia di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode

Agustus 2015

Kelompok Usia Jumlah Pasien Persentase (%)

< 44 tahun 2 12

45-64 tahun 12 70

> 65 tahun 3 18

Total 17 100

Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh Susilowati dan Rahayu (2009) dimana persentase terbesar penderita diabetes melitus tipe 2 juga ditemukan pada kelompok usia 45-64 tahun (67,4%). Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada usia diatas 40 tahun karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa (Budhiarta, 2005).

Data ini juga sesuai dengan pernyataan dari American Diabetes Association (ADA) tahun 2004 bahwa usia di atas 45 tahun merupakan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. Pada usia lebih dari 45 tahun umumnya manusia mengalami penurunan fungsi fisiologis dengan cepat sehingga terjadi defisiensi sekresi insulin karena gangguan pada sel beta pankreas dan resistensi insulin (Sukarmin, 2008). Adanya proses penuaan juga menyebabkan berkurangnya kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin (Zahtamal, 2007).

c. Lama Perawatan

Hasil penelitian berdasarkan pengelompokan durasi lama perawatan pasien rawat inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 yang menggunakan obat hipoglikemia adalah lama perawatan pasien yaitu 2 hari rawat pada batas bawah dan 20 hari rawat pada batas atas dengan rata-rata lama perawatan pasien yaitu 9 hari rawat, secara rinci disajikan dalam tabel berikut.

Tabel V. Distribusi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015

Lama Perawatan (hari) Jumlah Pasien Persentase (%)

2-8 9 53

9-15 5 29

16-22 3 18

Total 17 100

Menurut Fraze et al (2010) suatu pemantauan kadar glukosa diperlukan untuk menjaga kestabilan dan meminimalkan fluktuasi kadar glukosa darah. Pemantauan ini juga dilakukan agar kadar glukosa darah pasien serta parameter komplikasi yang menyertainya tetap berada dalam rentang normal sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diabetes melitus tipe 2.

d. Distribusi Jenis Obat

Hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan distribusi jumlah jenis obat yang diterima pasien di instalasi rawat inap bangsal bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 pada setiap hari rawatnya. Dari 17 pasien ditemukan sebanyak 161 hari rawat. Setiap pasien menerima jumlah jenis obat yang berbeda antara pasien yang satu dengan yang lain. Setiap pasien juga

44

menerima jenis obat yang jumlahnya tidak sama setiap harinya. Uraian jumlah penggunaan masing-masing jenis obat pada setiap hari rawat pasien disajikan dalam tabel VI berikut dengan distribusi jenis obat yang paling banyak diterima pasien pada tiap hari rawat yaitu 5-7 jenis obat setiap hari sebanyak 88 hari rawat (55%).

Tabel VI. Distribusi Jenis Obat Yang Diterima Per Hari Selama Dirawat di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul

Periode Agustus 2015

Σ Jenis Obat Per Hari Σ Hari Rawat Persentase (%)

2-4 66 41

5-7 88 55

8-10 7 4

Total 161 100,0

Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2015) dimana jumlah pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang mendapat jumlah obat paling banyak adalah kelompok jumlah obat >5 obat sebesar 62,5%.

e. Penyakit Penyerta dan Komplikasi

Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang yang meliputi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Pasien mungkin saja dapat menderita bermacam-macam komplikasi. Hal ini bergantung pada kesadaran pasien selain dari pengendalian dan keberhasilan terapi yang dijalani. Semakin rendah kesadaran pasien untuk memperhatikan kestabilan gula darahnya, maka semakin tinggi pula risiko pasien menderita komplikasi.

Hasil pengelompokkan yang disajikan pada Tabel VII, 6 pasien (35%) dengan komplikasi, 4 pasien (23%) dengan penyakit penyerta, 3 pasien (18%)

dengan komplikasi dan penyakit penyerta, 3 pasien (18%) tanpa komplikasi dan penyakit penyerta dan 1 pasien (6%) meninggal.

Tabel VII. Klasifikasi Penyakit Penyerta dan Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode

Agustus 2015

Klasifikasi Jumlah Pasien Persentase (%)

Komplikasi 6 35

Penyakit penyerta 4 23

Komplikasi + Penyakit penyerta 3 18

Tanpa komplikasi dan penyakit penyerta 3 18

Meninggal 1 6

Total 17 100

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2013) bahwa ditemukan sebanyak 70 dari 97 pasien (72%) dengan diabetes melitus tipe 2 mengalami komplikasi baik mikrovaskuler atau makrovaskuler dan keduanya. Hasil penelitian ini juga hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hongdiyanto, Yamlean, Supriati (2014) ditemukan 31 dari 46 kasus (67%) diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit komplikasi.

Banyaknya kasus diabetes melitus tipe 2 yang mengalami komplikasi dapat disebabkan karena diabetes merupakan penyakit kronis yang diderita seumur hidup sehingga progresifitas penyakit terus berjalan hingga suatu saat dapat menimbulkan komplikasi. Kadar gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini, timbul perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh sehingga timbul berbagai komplikasi (Permana, 2009).

Tabel VIII menyajikan rincian jenis komplikasi pada 17 pasien dengan komplikasi yang paling banyak ditemukan yaitu ulkus.

46

Tabel VIII. Jenis dan Persentase Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015

Jenis Komplikasi Jumlah

Pasien Persentase (%) Pasien Mikrovaskuler Neuropati (Ulkus) Ulkus 8 47 A, D, E, F, G, J, K, N Nefropati CKD (Chronic Kidney Disease) 1 6 I Makrovaskuler Stroke 2 12 F, G

Neuropati diabetik merupakan komplikasi vaskuler yang paling utama dan spesifik pada pasien diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2. Prevalensi terjadinya polineuropati pada pasien diabetes melitus tipe 2 meningkat setiap tahunnya (Tesfaye et al, 2005). Komplikasi neuropati yang banyak dialami oleh pasien di instalasi rawat inap bangsal bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 yaitu ulkus.

American Diabetes Association (2005) menyebutkan bahwa ulkus terutama pada kaki merupakan komplikasi utama yang paling sering terjadi pada penderita diabetes. Hal ini dapat terjadi karena penderita diabetes melitus rentan mengalami kejadian infeksi.

Ulkus terjadi disebabkan karena berkurangnya aliran darah yang menuju ke bagian bawah tubuh sehingga risiko terjadinya kerusakan jaringan akibat infeksi juga meningkat. Pasien diabetes melitus memiliki kecenderungan menderita ulkus hingga 50 kali sehingga pasien diabetes melitus harus sedapat mungkin menghindari terjadinya ulkus dengan menjaga kadar gula darah (Tjokroprawiro, 1996).

Ulkus pada pasien diabetes melitus merupakan manifestasi beberapa faktor risiko, yaitu makroangiopati dan mikroangiopati, neuropati dan kerentanan terhadap infeksi. Pada pengelolaan yang tidak adekuat, dapat terjadi peningkatan angka kejadian amputasi akibat gangrene tungkai. Amputasi dapat menyebabkan pasien mengalami depresi dan berkurangnya kualitas hidup (Handini, 2005).

Selain keluhan komplikasi, pada pasien diabetes melitus juga mengeluh akibat penyakit penyerta yang dialami seperti gangguan sendi, gangguan saluran pencernaan, serta penyakit penyerta lain. Pada tabel IX berikut disajikan jenis penyakit penyerta diabetes melitus tipe 2 yang dialami oleh 7 dari 17 pasien (41%).

Tabel IX. Jenis dan Persentase Penyakit Penyerta di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015

Penyakit Penyerta Jumlah

Pasien

Persentase (%)

Pasien

OA (Osteoarthritis) dan Abses 1 6 C

Dispepsia 1 6 G

Dislipidemia 1 6 F

Hipoalbuminea dan Anemia 1 6 J

Hematemesis 1 6 P

Selulitis 1 6 B

ISK (Infeksi Saluran Kemih) 1 6 O

Dokumen terkait