• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Evaluasi Keamanan Penggunaan Obat Hipoglikemia Berupa

Interaksi Obat Hipoglikemia

Hasil penelitian menemukan terdapat lebih dari satu kejadian interaksi obat dalam satu hari rawat dan juga ditemukan hari rawat yang tidak terdapat kejadian interaksi obat. Gambar 9 berikut menunjukkan hal tersebut bahwa ditemukan pada 64 hari rawat (40%) tidak ada kejadian interaksi obat.

Pada penelitian ini ditemukan 175 kejadian interaksi obat pada 97 hari rawat dan disajikan pada Tabel XI. Banyaknya kejadian interaksi pada pasien pengguna obat hipoglikemia didukung oleh pernyataan Syamsudin (2011) dan Triplitt (2006) bahwa diabetes melitus tipe 2 menerima lebih dari satu macam obat mungkin mengalami interaksi obat. Selain itu, obat hipoglikemia juga berpotensi menyebabkan terjadinya interaksi obat (Sengupta, 2012).

Gambar 9. Diagram Persentase Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode

Agustus 2015

Pada Tabel XI, kejadian interaksi obat yang paling banyak ditemukan adalah interaksi antara metformin dengan insulin aspart (Novorapid®) sebanyak 27 kejadian (15%). Interaksi dari kedua obat ini memiliki mekanisme farmakodinamik yang mengakibatkan peningkatan efek obat satu sama lain sehingga pasien akan berisiko untuk mengalami hipoglikemia.

Pada penelitian ini terdapat dua jenis interaksi obat yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis, sinergis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi (ADME) dari obat lainnya (Wilcox and Gisela, 2005).

Hasil penelitian ini, jenis interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah interaksi farmakodinamik sebanyak 100 kejadian interaksi (57%), interaksi farmakokinetik sebanyak 66 kejadian interaksi (38%) dan interaksi obat yang tidak diketahui sebanyak 9 kejadian interaksi (5%). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Pattiwael (2004) dimana jenis interaksi obat farmakodinamik

(97) 60% (64) 40% Terdapat interaksi obat Tidak terdapat interaksi obat

56

memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu 80,7% dibandingkan jenis interaksi obat farmakokinetik yaitu 19,2%. Hasil ini juga hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kapadia, et al (2013) dimana jenis interaksi obat farmakodinamik memiliki jumlah yang lebih besar yaitu 57,1% dibandingkan dengan jenis interaksi obat farmakokinetik yaitu 42,9%.

Tabel XI. Kejadian Interaksi Obat Selama Perawatan Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015

Interaksi Obat Mekanisme Jumlah Interaksi

Omeprazole + Alprazolam Farmakokinetik 3

Natrium diklofenak + Metronidazole Farmakokinetik 4

Fenitoin + Lansoprazole Farmakokinetik 3

Fenitoin + Atorvastatin Farmakokinetik 8

Metronidazole + Cilostazol Farmakokinetik 4

Metoclopramid + Fosfomycin Farmakokinetik 10

Sucralfat + Lansoprazole Farmakokinetik 2

Ranitidin + Cefuroxime Farmakokinetik 12

Ranitidin + Metformin Farmakokinetik 20

Simvastatin + Gemfibrozil Farmakodinamik 5

Gemfibrozil + Glimepirid Farmakodinamik 4

Ciprofloxacin + Insulin aspart Farmakodinamik 11

Ciprofloxacin + Metformin Farmakodinamik 6

Ciprofloxacin + Pioglitazone Farmakodinamik 7

Metformin + Insulin aspart Farmakodinamik 27

Metformin + Insulin detemir Farmakodinamik 6

Metformin + Novomix Farmakodinamik 12

Natrium diklofenak + Ketorolac Farmakodinamik 3

Pioglitazone + Insulin aspart Farmakodinamik 7

Pioglitazone + Insulin detemir Farmakodinamik 7

Aspirin + Glimepirid Farmakodinamik 5

Gemfibrozil + Insulin aspart Tidak diketahui 7

Meloxicam + Ciprofloxacin Tidak diketahui 2

Total 175

Pada Tabel XII berikut disajikan jumlah kejadian interaksi obat berdasarkan sifat interaksi obat. Sifat kejadian interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu bersifat signifikan sebanyak 140 (80%). Terdapat 3 kejadian interaksi obat yang bersifat serius yaitu interaksi obat antara fenitoin dengan lansoprazole. Efek yang mungkin terjadi dari interaksi obat tersebut adalah dapat menurunkan

efek lansoprazole sehinga diperlukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi pasien. Seluruh kejadian interaksi obat yang ditemukan sebanyak 175 kejadian interaksi obat dan seluruhnya merupakan kejadian interaksi obat yang potensial sehingga efek interaksi obat yang ditemukan tidak terjadi pada pasien akan tetapi memiliki kemungkinan efek interaksi obat dapat terjadi sehingga perlu dilakukan pemantauan.

Tabel XII. Kejadian Interaksi Obat Berdasarkan Sifat Interaksi Obat Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul

Periode Agustus 2015 Sifat Interaksi Jumlah Interaksi Jenis Interaksi

Potensial Persentase (%) Aktual Persentase (%)

Minor 32 32 18 0 0

Signifikan 140 140 80 0 0

Serius 3 3 2 0 0

Total 175 175 100 0 0

Menurut Medscape (2015) pada kategori interaksi obat serius, kombinasi obat tidak dapat digunakan atau harus dihindari karena dapat membahayakan keadaan pasien sehingga dibutuhkan alternatif untuk pemilihan obat lain yang tidak membahayakan kondisi pasien. Pada kategori interaksi obat signifikan harus dilakukan monitoring terhadap kombinasi obat yang diberikan kepada pasien, dapat juga dilakukan penyesuaian dosis jika diperlukan dan dapat juga dilakukan modifikasi waktu pemberian obat jika diperlukan. Pada kategori interaksi obat minor, obat masih dapat diberikan kepada pasien karena tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi pasien serta dengan pertimbangan jika manfaatnya lebih besar daripada risikonya.

Terdapat perbedaan kategori interaksi obat berdasarkan Medscape (2015) dengan acuan menurut Albadr et al (2014) yaitu pada kategori serius memerlukan

58

penanganan medis segera karena interaksi mengancam nyawa. Pada kategori signifikan, pasien memerlukan perubahan terapi jika interaksi obat memperburuk keadaan pasien. Pada kategori minor, jika terdapat kontraindikasi dalam pemberian obat secara bersamaan dan pasien tidak memerlukan perubahan terapi tetapi dilakukan monitoring.

Interaksi obat yang terjadi dapat menimbulkan efek yang menguntungkan maupun merugikan bagi pasien (Tatro, 2007). Interaksi obat juga merupakan penyebab dari timbulnya toksisitas obat yang berhubungan dengan penggunaannya dalam pengobatan sehingga sangat perlu dilakukan monitoring. Pemberian kombinasi obat kepada pasien dengan tujuan untuk menimbulkan interaksi obat yang menguntungkan, tidak perlu dihindari namun harus tetap dilakukan monitoring pada kondisi pasien supaya tujuan pengobatan dapat tercapai (Nah, 2007).

Tabel XIII. Kejadian Interaksi Obat Yang Melibatkan Obat Hipoglikemia Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati

Bantul Periode Agustus 2015

Interaksi Obat Sifat Interaksi

Obat

Jumlah Interaksi Obat

Aspirin + Glimepirid Minor 5

Metformin + Novomix Signifikan 12

Ciprofloxacin + Insulin aspart Signifikan 11

Ciprofloxacin + Pioglitazone Signifikan 7

Pioglitazone + Insulin detemir Signifikan 7

Pioglitazone + Insulin aspart Signifikan 7

Ciprofloxacin + Metformin Signifikan 6

Metformin + Insulin aspart Signifikan 27

Metformin + Insulin detemir Signifikan 6

Gemfibrozil + Insulin aspart Signifikan 7

Ranitidin + Metformin Signifikan 20

Gemfibrozil + Glimepirid Signifikan 4

Pada Tabel XIII diatas, dipaparkan jumlah kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemia pada pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul. Terdapat sejumlah 119 kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemia (68%). Kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemia paling banyak terjadi pada penggunaan obat metformin dengan insulin aspart (Novorapid®) sebanyak 27 interaksi obat (23%). Kedua obat ini berinteraksi dengan mekanisme sinergis farmakodinamik sehingga dapat saling meningkatkan efek masing-masing obat yang dapat menyebabkan hipoglikemia. Pada penelitian ini, efek interaksi kedua obat tersebut tidak terjadi pada pasien artinya penggunaan kedua obat tersebut dilakukan untuk mendapatkan efek interaksi obat yang bersifat menguntungkan yaitu untuk menjaga kadar gula darah sewaktu berada pada rentang yang diharapkan. Penggunaan kedua obat ini juga diperlukan monitoring gula darah pasien untuk mencegah terjadinya efek interaksi obat yang tidak diharapkan yaitu hipoglikemia.

Sifat interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemia paling banyak terjadi pada kategori signifikan sebanyak 114 kejadian interaksi obat (96%) sehingga memerlukan pemantauan terhadap kondisi gula darah pasien. Dari 119 kejadian interaksi obat yang melibatkan obat hipoglikemia, terdapat interaksi obat antara obat hipoglikemik dengan obat hipoglikemik dan interaksi obat antara obat hipoglikemik dengan obat lain pada pasien di instalasi rawat inap bangsal bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 yang disajikan pada Gambar 10.

60

Gambar 10. Diagram Proporsi Interaksi Obat Antara Obat Hipoglikemik Dengan Obat Hipoglikemik Dan Interaksi Obat Antara Obat Hipoglikemik Dengan Obat Lain Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan

Senopati Bantul Periode Agustus 2015

Hasil kejadian interaksi obat hipoglikemik dengan obat hipoglikemik sebanyak 59 kejadian interaksi obat (50%) sedangkan hasil kejadian interaksi obat hipoglikemik dengan obat lain sebanyak 60 kejadian interaksi (50%). Jumlah kejadian interaksi obat hipoglikemik dengan obat hipoglikemik dan interaksi obat hipoglikemik dengan obat lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Proporsi kejadian interaksi obat keduanya hampir sama.

Dokumen terkait