• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demografis Kota Medan 1 Kondisi Demografis

Dalam dokumen BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (Halaman 87-92)

BAB I V GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

2. Demografis Kota Medan 1 Kondisi Demografis

Secara demografis Kota Medan memiliki cirri penting yaitu kemajemukan yang meliputi unsure agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Hal ini telah mendorong terbangunnya karakter sebagian besar penduduk Kota Medan yang bersifat terbuka. Kota Medan pada sat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Koondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai factor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran tersebut adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan kemajuan secara social ekonomi. Disisi lain adanya factor perbaikan gizi, kesehatan yang semakin memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-5  

Tabel 4.2. Jumlah, Laju Pertambahan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2006- 2009

I ndikator Tahun 2006 2007 2008 2009 a) [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] Jumlah Penduduk 2,967,288 2,083,156 2,102,105 2,121,053 ( jiw a) Laju Pertumbuhan 1,53 0,77 0,91 0,90 Penduduk ( % ) Luas Wilayah ( KM2) 265,10 265,10 265,10 265,10 Kepadatan 7,798 7,858 7,929 8,001 Penduduk ( jiw a/ km2)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.121.053 jiwa tahun 2009. Laju Pertumbuhan penduduk antara tahun 2006-2009 rata-rata mencapai 1,03% , walaupun terjadi peningkatan jumlah penduduk namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan penduduk cenderung menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2007. Diketahui, factor alami yang mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Oleh karenanya, upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) harus terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka terjadi peningkatan kepadatan penduduk dari 7.798 jiwa/ KM2 pada tahun 2006 meningkat menjadi 8.001 jiwa/ KM2 pada tahun 2009. Tingkat kepadatan tersebut relative tinggi, sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan semakin menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang terjadi ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tamping lingkungan yang ada. Kombinasi antara kepadatan, commuters (penglaju), para pencari kerja dan peran Pemerintah Kota

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-6  

Medan sebagai pusat pelayanan regional menyebabkan tuntutan akan pelayanan dasar menjadi terus meningkat.

Di samping itu, adanya fenomena penglaju di Kota Medan, menyebabkan jumlah penduduk pada siang hari lebih banyak yaitu sekitar 2,5 juta jiwa dibandingkan jumlah penduduk pada malam hari diperkirakan sebesar 2,1 juta jiwa. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penyebab utama fenomena penglaju di Kota Medan karena adanya pandangan bahwa (1) bekerja di kota lebih bergengsi, (2) lebih mudah mencari pekerjaan di kota, (3) tidak ada lagi yang dapat dikerjakan (diolah) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan social, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakn secara keseluruhan.

Faktor lain yang secara umum cenderung mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006 -2009 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang memasduki kehidupan rumah tangga.

Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan semakin meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep Norma Keluarga kecil dan Sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alas an ekonomi (bekerja) ataupun alas an social dan psikologis lainnya.

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-7  

2.2. Komposisi Penduduk

Dimensi penting aspek kependudukan lainnya dalam pembangunan adalah komposisi penduduk Kota Mdan yang berpengaruh terhadap formulasi kebijakan pemabngunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya- upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masing-masing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan social ekonomi lainnya, terutama lapangan kerja bagi angkatan kerja yang tersedia.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Medan Tahun 2009 a)

Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah

Umur Jiwa Persen Jiwa Persen Jiwa Persen

[ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] [ 6 ] [ 7 ] 0 - 4 85,087 8,15 92,445 8,59 177,532 # # # # # # # # 5 - 9 92,512 8,86 96,262 8,94 188,774 10 - 14 93,386 8,94 102,175 9,49 195,561 15 - 19 111,868 10,71 102,571 9,53 20 - 24 117,833 11,28 124,391 11,56 25 - 29 100,613 9,63 105,766 9,83 30 - 34 84,699 8,11 72,683 6,73 35 - 39 75,403 7,22 88,766 8,25 0,90 40 - 44 76,713 7,33 78,336 7,28 45 - 49 57,337 5,49 52,109 4,84 265,10 50 - 59 47,152 4,51 53,174 4,94 8,001 55 - 59 35,984 3,44 38,889 3,61 60 - 64 27,237 2,61 23,456 2,17 65+ 38,818 3,72 45,388 4,22

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-8  

Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa proporsi anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 8.37 persen dari jumlah penduduk. Besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini relative berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan usia balita, prasarana dan sarana pendidikan anak usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas.

Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan dan program pembangunan kota yang ditempuh selama ini diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini terus dilakukan untuk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja guna mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas.

Komposisi penduduk dalam kelompok usia 15-64 tahun merupakan kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis. Jumlah penduduk dalam kelompok usia 15-64 tahun ini diperkirakan mencapai 1,4 juta jiwa. Di samping itu, di luar kelompok usia produktif terdapat kelompok usia tidak produktif, yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok usia produktif, yang biasa disebut dengan angka beban tanggungan (ABT). Untuk Kota Medan angka beban tanggungan tahun (ABT). Untuk Kota Medan angka beban tanggungan tahun 2009 berkisar 43,80 yang diartikan bahwa setiap 44 orang ditanggung oleh 100 orang produktif.

Jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan 2,1 juta jiwa lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,139 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif.

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-9  

Disamping itu, sangat diperlukan pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berdasarkan jumlah, struktur , distribusi serta kondisi social ekonomi penduduk diketahui ada beberapa masalah pokok kependudukan yang dapat disajikan sebagai berikut :

1. Kecenderungan adanya penurunan fluktuasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006, tahun 2007, tahun 2008 dan tahun 2009.

2. Adanya kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimlikasi kepada pemenuhan fasilitas social yang dibutuhkan.

3. Masalah kemisinan, tenaga kerja dan permasalahan social lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global.

4. Peningkatan kebutuhan penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman.

Dalam dokumen BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (Halaman 87-92)