• Tidak ada hasil yang ditemukan

I ndikator Kesejahteraan Rakyat

Dalam dokumen BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (Halaman 115-125)

BAB I V GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

C. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) atas Dasar Harga Konstan.

4 LI STRI K, GAS DAN AI R 762.39 11

3.1.2. I ndikator Kesejahteraan Rakyat

Disamping indikator makro bidang ekonomi, maka kinerja pembangunan kota selama tahun 2009 juga dapat diamati dengan menggunakan indikator kesejahteraan rakyat, seperti pendidikan,kesehatan, ketenagakerjaan, dan lain-lain. Gambaran pencapaian tingkat pembangunan manusia dapat dilihat melalui I ndeks

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-33  

Pembangunan Manusia (I PM). Human Development I ndex (HDI ) atau I ndeks Pembangunan Manusia (I PM) merupakan salah satu yang secara tidak langsung digunakan untuk melihat besarnya keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan oleh suatu pemerintahan, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat pemerintahan di daerah. Perkembangan angka I PM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di wilayahnya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan sendirinya meningkat.

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan tonggak bagi pengembangan pola pikir yang konstruktif dan kreatif. Dengan pendidikan yang cukup memadai, maka seseorang akan bisa berkembang secara optimal baik secara ekonomi maupun social. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Komponen pendidikan pada konsep I PM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf yang digunakan adalah penduduk usia dewasa (15 tahun ke atas) yang memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan lainnya, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan lamanya penduduk usia dewasa (15 tahun

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-34  

ke atas) yang memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan lainnya, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan lamanya penduduk usia dewasa (15 tahun ke atas) berada di bangku sekolah, yaitu menggunakan dua variable secara simultan; tingkat/ kelas yang sedang/ pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Perkiraan angka melek huruf di masa mendatang didasarkan pada kemajuan capaian angka melek huruf pada masa lampau, sedangkan pada rata-rata lama sekolah dimasukkan pula sumbangsih kenaikan tingkat partisipasi murud yang mungkin dicapai. Hal tersebut dikaitkan pula dengan harapan akan dapat diketahui bagaimana sumbangan kenaikan tingkat partisipasi murid ikut mendongkrak pencapaian rata-rata lama sekolah secara signifikan.

Tingkat partisipasi pendidikan menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tingkat partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh banyak factor, seperti sarana dan fasilitas pendidikan, biaya pendidikan dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat baik dari Angka PArtisipasi Kasar (APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) selama periode 2006-2009.

Gambar 4.1. Angka Partisipasi Kasar Kota Medan Tahun 2006-2009 0 20 40 60 80 100 120 2006 2007 2008 2009 SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA 111 .51 81.0 9 112. 18 98. 36 11 2. 85 98 .4 9 89. 59 112.5 2 98.5 2 90. 84

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-35  

Semakin tinggi angka APK, berarti semakin banyak penduduk usia sekolah SD/ MI , SMP/ MTs, SMA/ MA/ SMK yang bersekolah, sehingga semakin baik. APK untuk SD/ MI melewati 100 karena adanya penduduk dari kabupaten/ Kota sekitar Kota Medan yang bersekolah di Medan, dan hal ini tercatat sebagai siswa sekolah di Kota Medan. Peningkatan Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar dari 111,51 persen pada tahun 2006 menjadi 113,52 persen pada tahun 2009, partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 94,53 persen tahun 2006 menjadi 98,52 persen tahun 2009 dan partisipasi tingkat SLTA dari 81,09 persen pada tahun 2006 meningkat menjadi 90,84 persen pada tahun 2009. Angka partisipasi Kasar (APK) Kota Medan dari tahun 2006-2009 untuk tingkat pendidikan SD/ MI mengalami peningkatan 0,005 persen, SLTP/ MTs 0,01 persen dan SLTA 0,03 persen.

Data di atas menunjukkan bahwa capaian kinerja Pemerintah Kota Medan dilihat dari APK sangat baik terutama bila dikaitkan dengan program wajib belajar 9(Sembilan) tahun dimana pada tahun 2009 sudah mencapai 98,52 persen. Namun demikian, Pemko masih harus terus bekerja keras untuk dapat mencapai angka 100.00 persen lebih karena diasumsikan bahwa untuk tingkat pendidikan SLTP?MTs pun masih ada penduduk kabupaten/ kota sekitar yang bersekolah di Medan. Hal yang sama juga harus dilakukan untuk tingkat pendidikan SLTA

Pembangunan pendidikan di Kota Medan juga mengindikasikan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah yang diteruskan dengan Wajib Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari meningkatnya Angka PArtisipasi Murni SD/ MI dari 91,04 persen pada tahun 2006 menjadi 93.23 persen pada tahun 2009, sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP/ MTS meningkat dari 73,83 persen tahun 2006 menjadi 78,88 persen tahun 2009 dan partisipasi

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-36  

tingkat SMA/ SMK/ MA dari 62,91 persen pada tahun 2006 meningkat menjadi 66.31 persen pada tahun 2009.

Gambar 4.2. Angka Partisipasi Murni Kota Medan Tahun 2006-2009 0 20 40 60 80 100 2006 2007 2008 2009 S/MI SLTP/MTs SLTA/MA 91.0 4 73. 83 91.79 76. 18 64. 71 92.5 4 77. 53 65. 51 93.29 78.8 8 66.3 1

Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Medan dari tahun 2006-2009 untuk tingkat pendidikan SD/ MI mengalami peningkatan 0.008 persen, SMP/ MTs 0.02 persen dan SMA/ SMK/ MA 0.01 persen.

Beberapa faktor yang turut mendukung keberhasilan tersebut antara lain : semakin baik dan meningkatnya daya serap sekolah unutk menampung anak-anak usia sekolah : semakin meningkatnya kesadaran masyarakat (orang tua) untuk menyekolahkan anaknya, dan kesadaran (kemauan) yang meningkat pula dari anak usia sekolah itu sendiri. Kondisi tersebut tidak terlepas dari program-program yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan selama ini, baik program-program yang bersumber dari dana APBD Kota Medan, APBD Provinsi, dan APBN. Namun harus diakui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah Angka Partisipasi Murninya. Hal ini antara lain disebabkan masih tingginya jenjang pendidikan. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan yang akan

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-37  

dimasuki maka akan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan. Untuk itu akan diupayakan program-program yang dapat meningkatkan APM ini pada tahun-tahun berikutnya.

Gambar 4.3. APK dan APM Kota Medan Tahun 2009

Berdasarkan data Gambar 4.3. diketahui, Angka Partisipasi KAsar (APK), maupun Angka PArtisipasi Murni (APM) baik SD/ MI , SMP/ MTS, dan SMA/ MA/ MK Tahun 2009 terus mengalami peningkatan, seiring dengan prioritas pembangunan pendidikan yang diselenggarakan.

Tabel 4.15. Angka PArtisipasi Sekolah Kota Medan Tahun 2006-2009 Kelompok Tahun Umur 2006 2007 2008 2009 [ 1] [ 2] [ 3] [ 4] [ 5] 7 - 12 99.15 99.31 99.50 99.70 13 - 15 92.19 94.04 96.00 97.00 16 - 18 72.17 79.21 81.00 82.00 19 - 24 22.90 24.19 26.00 27.00

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-38  

I ndikasi kemajuan penyelenggaraan pendidikan masyarakat selama periode 2006-2009 juga ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut usia sekolah. JUmlah penduduk usia sekolah yang masih sekolahmengalami kenaikan pada seluruh kelompok usia pada tahun 2009, anak usia 07-12 tahun yang bersekolah mencapai hamper 100 persen (99,70 persen), dan sebanyak 97 persen anak usia 13-15 tahun masih bersekolah. Adanya anak usia sekolah yang putus sekolah, khususnya pada usia 16-18 tahun lebih disebabkan alasan-alasan ekonomi.

Upaya penting yang dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menjadikanpenduduk usia 7-18 tahun untuk tetap bersekolah bagi yang putus sekolahdan mendorong anak usia sekolah untuk bersekolah adalah menempuh kebijakan pemberian beasiswa terarah, baik di jenjang pendidikan SD sampai ke tingkat SMP dan SLTA. Melalui kebijakan ini diharapkan biaya pendidikan, khususnya bagi anak kurang mampu dapat diatasi sehingga mereka tidak perlu lagi memikul biaya pendidikan untuk dapat bersekolah sesuai dengan bakat dan potensi yang dimiliki. Disamping itu, penyelenggaraan pendidikan di Kota Medan, diupayakan semakin baik, khususnya untuk tetap mendorong anak usia bersekolah, agar dapatbersekolah. Selaras dengan keinginan tersebut, maka Pemerintah Kota Medan akan terus bekerja keras untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasaran pendidikan. Di samping sarana dan prasarana, peningkatan kapasitas guru dan perangkat sekolah lainnya juga akan terus ditingkatkan untuk menghasilkan siswa-siswa yang memiliki kecakapan dan kompetensi (SDM) yang baik dan berkualitas.

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-39  

b. Kesehatan

Aspek kesehatan merupakan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) dan menjadi salah satu program prioritas nasional yang harus diikuti oleh daerah selain aspek pendidikan. Karena itu, dimensi kesehatan juga merupakan factor penting bagi pembangunan kota, karena erat kaitannya dengan mutu sumber daya manusia sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada giliran akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian selain urusan pendidikan, Pemerintah Kota Medan juga menyelenggarakan berbagai kebijakan prioritas guna peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum.

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan menurunkan angka kematian khususnya angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan angka kematian balita. Selain itu ditargetkan pula upaya meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan perilaku sehat pada masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat Kota Medan juga merupakan indikator penting yang mengindikasikan kemajuan pembangunan kota selama tahun 2006-2009. Hal ini disebabkan, derajat kesehatan pada dasarnya dapat digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM yang ada. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai, ditunjang dengan kesehatan yang baik, dapat menjadi asset pembangunan kota yang berkualitas. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat kota secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Upaya-upaya itu antara lain dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan meningkatkan pemertaan dan mutu pelayanan.

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-40  

Salah satu indikator kesehatan penduduk adalah kelahiran total. Angka ini menunjukkan banyaknya bayi lahir dalam keadaan hidup per 1000 penduduk. Tinggi rendahnya indikator ini disebabkan oleh banyak factor antara lain : kondisi kesehatan, perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun sikap terhadap besarnya anggota keluarga.

I ndikator lain yang digunakan adalah angka kesakitan (morbidity rate). Berdasarkan perhitungan selama tahun 2006-2009, angka kesakitan umum pada masyarakat Kota Medan relative tidak mengalami perubahan berarti dari 20.43 persen pada tahun 2006 menjadi 20.13 persen pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2008 sebesar 20.15 persen dan tahun 2009 menurun tajam menjadi 18.00 persen. Penurunan angka kesakitan ini menunjukkan keberhasilan dalam menangani berbagai masalah kesehatan yang menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang relative semakin membaik, juga tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yangdijalankan. Dalam rangka hal tersebut Pemerintah Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir telah melaksanakan kebijakan dan program- program yang mendukung pelayanan kesehatan masyarakat seperti pelayanan dasar dan rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengembangan pembinaan lingkungan sehat, pembinaan pos pelayanan terpadu (posyandu), peningkatan quality assurance di puskesmas, imunisasi, dukungan Forum Kesehatan Kota, dan lain-lain.

Berdasarkan indikator makro kesehatan masyarakat tahun 2006-2009 diketahui juga bahwa, peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan ditunjukkan oleh angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun dari 15 bayi pada tahun 2006 menjadi 14 bayi pada tahun 2007, tahun 2008 sebesar 11 bayi dan pada tahun 2009 menjadi 10 bayi dalam 1000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-41  

bayi ini menunjukkan bahwa program-program yang dibuat selama ini telah membuahkan hasil.

Rata-rata angka lahir hidup pada tahun 2009 semakin membaik yaitu semakin turun menjadi 1.31 jiwa dari angka sebelumnya tahun 2008 sebesar 1.33 jiwa dari angka sebelumnya tahun 2008 sebesar 1.33 jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2009 rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang wanita lebih kecil dibandingkan jumlah rata-rata bayi yang dilahirkan pada tahun 2008. Sedangkan angka anak masih hidup juga menunjukkan perbaikan yaitu dari 1.33 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1.29 jiwa pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan-perbaikan kesehatan masyarakat tersebut secara keseluruhan.

Tabel 4.16. I ndikator Kesehatan Masyarakat Kota Medan Tahun 2006 – 2009

Jenis I ndikator Satuan

Tahun 2006 2007 2008 2009 [ 1] [ 2] [ 3] [ 4] [ 5] [ 6]

1. Aqngka Kelahiran Total, TFR %

2.16 2.13 2.11 2.01

2. Angka Harapan Hidup Thn

70.70 71.10 71.20 71.50

3. Angka Kematian Bayi, I MR %

15.10 13.80 10.50 9.80

4. Rata-rata Anak Lahir Hidup Jiwa

1.39 1.34 1.33 1.31

5. Rata-rata Anak Masih Hidup Jiwa

1.33 1.29 1.29 1.29

6. Angka Kesakitan Umum %

20.43 20.13 20.15 18.00

Peningkatan derajat kesehatan di Kota Medan juga diikuti dengan semakin tingginya angka harapan hidup yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Angka harapan hidup tahun 2006 sebesar 70.70 tahun menjadi 71.1 tahun pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi 71,2 tahun, sedangkan tahun 2009 sebesar 71,5 tahun yang artinya bahwa rata-rata umur hidup yang dpat dicapai seseorang adalah 71.5 tahun. Jadi jika

PEMETAAN PENDUDUK MISKIN KOTA MEDAN  

IV-42  

seseorang pada tahun 2009 berumur 40 tahun, maka ia diperkirakan akan hidup 31,5 tahun lagi.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Medan selama tahun 2006-2009 juga dibarengi oleh peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rajukan yang diberikan. Pelayanan dasar kesehatan ini diberikan oleh Puskesmas/ Puskesmas pembantu yang saat ini mencapai 39 unit dan 40 unit puskesmas pembantu, disamping Puskesmas Keliling 27 unit, Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, Praktek Dokter, dan lain-lain. Jangkauan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah juga meningkat, seiring dengan adanya pelayanan kesehatan dasar tanpa bayar di tingkat Puskesmas.

c. Ketenagakerjaan

Dalam dimensi ketenagakerjaan, yang sering dilihat adlah angka penganguran. Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi selama periode 2006-2009 adalah relative masih tingginya tingkat pengangguran terbuka. Munculnya penganguran disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampau laju pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga mengakibatkan relative masih tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan.

Tabel 4.17. I ndikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2006-2009 Jenis I ndikator Tahun 2006 2007 2008 2009 [ 1] [ 2] [ 3] [ 4] [ 5] 1. Angkatan Kerja 889,352 853,562 959,309 961,410 - Bekerja 755,882 729,892 833,832 824,250 - Pengangguran 133,470 123,670 125,477 137,160

Dalam dokumen BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (Halaman 115-125)