• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Ashri

DENGAN PELAYANAN PUBLIK ASKARI RAZAK

Dosen Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

ABSTRAK: Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dalam proses maupun hasil keputusannya benar-benar mencerminkan akuntabilitas dan transparan, dalam menerima perbedaan dan kontrol dari masyarakat, serta hukum harus ditegakkan secara nyata. Oleh karena itu nayatalah urgensi good governance dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik yang apabila diinternalisasi maka pemenuhan kebutuhan yang bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu tujuan dari pelayanan publik akan dapat terwujud (diimplementasikan).

Kata Kunci: Pelayanan Yang Akuntabel PENDAHULUAN

Good Governance (tata kelola pemerintahan yang baik) sudah lama menjadi harapan banyak orang di Indonesia. Kendati pemahaman mereka mengenai good governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak di antara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki praktik governance yang lebih baik maka kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.

Pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung ”berjalan di tempat” sedangkan implikasinya sangat luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain. Dalam kehidupan ekonomi, perbaikan pelayanan publik akan memperbaiki iklim investasi yang sangat diperlukan bangsa ini agar dapat segera keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Buruknya pelayanan publik di Indonesia sering menjadi variabel yang dominan mempengaruhi penurunan investasi yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja. Sayangnya, perbaikan pelayanan publik dalam berbagai studi yang dilakukan tidaklah berjalan linear dengan reformasi yang dilakukan dalam berbagai sektor sehingga pertumbuhan investasi malah bergerak ke arah negatif. Akibatnya harapan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat menolong bangsa ini keluar dari berbagai krisis ekonomi belum terwujud.

Dalam kehidupan politik, perbaikan pelayanan publik juga sangat berimplikasi luas khususnya dalam memperbaiki tingkat kepercayaan kepada pemerintah. Buruknya pelayanan publik selama ini menjadi salah satu variabel penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Krisis kepercayaan masyarakat teraktualisasi dalam bentuk protes dan demonstrasi yang cenderung tidak

84

sehat menunjukkan kefrustasian publik terhadap pemerintahnya. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan publik mutlak diperlukan agar image buruk masyarakat kepada pemerintah dapat diperbaiki, karena dengan perbaikan kualitas pelayanan publik yang semakin baik, dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dibangun kembali.

Sementara itu di dalam bidang sosial budaya, pelayanan publik yang buruk mengakibatkan terganggunya psikologi masyarakat yang terindikasi dari berkurangnya rasa saling menghargai di kalangan masyarakat, timbulnya saling curiga, meningkatnya sifat eksklusifisme yang berlebihan, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpedulaian masyarakat baik terhadap pemerintah maupun terhadap sesama. Akibat yang sangat buruk terlihat melalui berbagai kerusuhan dan tindakan anarkhis di berbagai daerah. Seiring dengan hal itu masyarakat cenderung memilih jalan pintas yang menjurus ke arah negatif dengan berbagai tindakan yang tidak rasional dan cenderung melanggar hukum. Berbagai masalah yang teridentifikasi tersebut tampaknya dapat diatasi secara perlahan dengan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai pelayan publik dengan cara menginternalisasi nilai-nilai good governance.

Tidak dapat dipungkiri, baik di negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang, birokrasi pemerintah masih mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peran yang dimainkan oleh birokrasi pemerintah; mulai dari peran mengatur kehidupan masyarakat (regulative), melindungi masyarakat (protective), mendistribusikan sumberdaya yang terbatas dari kelompok yang mampu ke kelompok yang kurang mampu (redistributive), memberikan subsidi agar masyarakat mau melakukan kegiatan yang diinginkan pemerintah (distributive), sampai pemberian pelayanan publik (public service). Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika ada pameo sebagaimana yang dikatakan oleh Stiglitz: from birth to death, our lives are affected in countless ways by the activities of governm (yang artinya kurang lebih adalah sejak lahir sampai mati seorang warga negara tidak akan dapat melepaskan diri dari jangkauan birokrasi pemerintah).

Merujuk pada bentangan uraian di atas, dan mengingat peran good governance dalam hubungannya dengan pelayanan publik (public service) memiliki kompleksitas yang tinggi dan kendala yang tidak sedikit namun urgen, maka menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Dan untuk hal tersebut dalam makalah ini akan diulas dengan terlebih dahulu mengajukan suatu pertanyaan bahwa: ”Sejauh mana peran good governance dalam mewujudkan pelayanan publik?”

PEMBAHASAN

Pengertian Good Governance

Guna memberikan pemahaman terhadap objek kajian yang akan dibahas dalam makalah ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa deskripsi atau pengertian dari good governance dan pelayanan publik.

Membincang mengenai pemerintahan (governance) maka secara refrensial (refrensial) ditemukan berbagai peristilahan yang mengatributinya. Di antara peristilahan dimaksud adalah antara lain: Tata Pemerintahan, Penyelenggaraan Negara, Tata Kelola Pemerintahan, kepemerintahan yang baik dan masih terdapat berbagai terjemahan lainnya.

Dari sekian banyak peristilahan sebagaimana dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa persoalan governance (good governance) sungguh-sungguh mengandung muatan yang sarat dengan kompleksitasnya. Kompleksitas dimaksud tergambar secara visualistik dari pengertian yang menyebutkan bahwa apapun terjemahannya ggod governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah dan institusi-institusi lain, LSM, Perusahaan Swasta maupun warga negara. Bahkan institusi non pemerintah ini, dapat saja memegang peran dominan dalam governance tersebut, atau malah lebih dari itu pemerintah tidak mengambil peran apapun (governance without government).

Meskipun perspektif governance mengimplementasikan terjadinya pengurangan peran atau intervensi pemerintah namun pemerintah secara eksistensial sebagai suatu institusi tidak dapat dinafikan begitu saja. Dalam kerangka ini pemerintah dituntut untuk memposisikan keberdayaannya atau bersikap dalam hal keberlangsungan suatu proses governance dalam konteks government atau pemerintah dituntut untuk berperan secara profesional dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Deskripsi lain dari governance juga telah didefinisikan oleh World Bank sebagai ”The way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai ”The exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nations’s affair at all levels”.

Mencermati deskripsi di atas, dapatlah dipahami bahwa secara substansial governance ditopang oleh tiga komponen yaitu:

1. Political governance yang dimaknai sebagai proses keputusan untuk formulasi kebijakan.

2. Economic governance yang didalamnya melingkupi proses pembuatan keputusan (decision making process) yang memfasilitasi terwujudnya equity, proverty and quality of live.

3. Administrative governance adalah dimaksudkan sebagai sistem implementasi proses kebijakan.

Dari ketiga bagunan komponen governance di atas, yang dalam hal ini governance dalam kerangka institusi, menderivasi tiga domain, yaitu state (negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik.

86