• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KEGIATAN MOBILISASI MASYARAKAT

3. Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemam-puan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (DEPKES 2007). Dalam bidang kesehatan ibu dan anak (KIA) pemberdayaan masyarakat ini diharapkan mampu membangun sebuah sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat terkait kehamilan dan persalinan.

Tabel 4. Jumlah Desa Siaga

No Variabel Jumlah Persentase

1 Jumlah Desa Siaga 1092 71,4%

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Di wilayah Provinsi Banten terdapat 1092 (71,4%) desa siaga, sehingga masih ada 25,6% desa yang belum terbentuk menjadi desa siaga. Hal ini perlu didorong mengingat desa siaga sebagai komunitas kesehatan yang berbasis masyarakat akan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Salah satu kriteria dari desa siaga adalah adanya pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa adalah pondok persalinan desa (Polindes), dan pos kesehatan desa (Poskesdes). Adapun kriteria lain desa siaga adalah adanya forum masyarakat desa, adanya pelayanan kesehatan dasar, adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat, dibina puskesmas PONED, memiliki sistem surveilans (faktor risiko dan penyakit) berbasis masyarakat, memiliki sistem kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat, memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat, memiliki lingkungan yang sehat, dan masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 5. Desa dengan Poskesdes, Polindes, Donor Darah dan Pemantauan KIA

No Variabel Jumlah Persentase

1 Jumlah Desa yang telah memiliki poskesdes 371 34,0%

2 Jumlah Desa yang masih mempunyai polindes 204 13,3%

4 Jumlah poskesdes yang berfungsi sebagai polindes 107 52,5% 5 Jumlah Desa yang memiliki kelompok donor darah 530 34,7% 6 Jumlah Desa yang memilki kelompok donor darah yang 231 43,6%

sudah berfungsi

7 Jumlah desa yang melakukan koordinasi dan

musyawarah terhadap hasil kegiatan pemantauan KIA 1256 82,1% 8 Jumlah desa yang menggunakan hasil kegiatan

pemantauan KIA untuk pengambilan keputusan di 1125 73,6% tingkat desa

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 11 diatas menunjukkan bahwa diantara 8 Kabupaten/Kota di Banten, Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang dan Kota Cilegon memiliki proporsi desa siaga diatas angka Provinsi Banten yaitu 71,4%. Sedangkan di Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan proporsi desa siaganya lebih rendah dari proporsi desa siaga Provinsi Banten. Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan tahun 2008 menargetkan pada tahun 2015 jumlah desa siaga aktif mencapai 80%.

a) Poskesdes dan Polindes

Menurut konsep yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Hal ini menjadi syarat dalam pembentukan desa siaga. Sebagai salah satu kriteria desa siaga, Pos kesehatan desa (Poskesdes) memiliki fungsi pelayanan kesehatan dasar ditingkat masyarakat desa.

Kepala desa/Lurah: ....Poskesdes itu manfaatnya kalo ada masyarakat yang sakit sedikit apa segala berobat sudah kumpulnya itu seminggu 3 kali, seminggu 3 kali itu standby

bidannya kader-kader itu kumpul disitu jadi masyarakat kumpul disitu menanyakan ato segala macam. Poskesdes sudah ada (Transkrip wawancara).

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 12. Jumlah Poskesdes Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Banten, 2010

Sedangkan Polindes adalah bangunan yang dibangun dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal Bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan antenatal dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

b) Kelompok Donor Darah

Dalam konsep Desa Siaga, desa diharapkan memiliki kelompok pendonor darah sebagai penyedia darah bagi PMI yang dapat digunakan oleh ibu bersalin yang memerlukan darah.

Dari data dilapangan, Kota Serang memiliki proporsi kelompok donor darah tertinggi. Sedangkan Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan adalah kota/ kabupaten dengan proporsi kelompok donor darah yang paling rendah. Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan merupakan kabupaten/kota dengan proporsi desa yang kelompok donor darah di bawah proporsi Provinsi Banten yang angkanya 34,7%. Demikian pula jika dilihat dari proporsi kelompok donor darah yang berfungsi, daerah – daerah tersebut angkanya di bawah proporsi Provinsi Banten yang berjumlah 43,6%.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 14. Desa/Kelurahan yang Memiliki Kelompok Donor Darah dan telah Berfungsi Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Dari data diatas, terlihat bahwa kelompok donor darah lebih banyak di wilayah rural seperti Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Berbeda dengan wilayah perkotaan, kelompok donor ini justru tidak terlalu banyak. Hal ini bisa jadi membuktikan bahwa masyarakat mencoba mengatasi kesulitannya sendiri dengan melakukan pemberdayaan dari diri sendiri. Pada data ini, angka Provinsi Banten sendiri hanya sejumlah 34,7%.

c) Pendataan Ibu Hamil, Bayi dan Balita

Data adalah hal yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan program kesehatan ibu dan anak. Pendataan ibu hamil, bayi maupun balita dimaksudkan untuk mempermudah mengontrol faktor-fakktor resiko yang mungkin bisa terjadi, sehingga bila kasus yang beresiko petugas kesehatan cepat bergerak.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 15. Pelaksanaan Pendataan Ibu Hamil di Desa/Kelurahan Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 16. Pelaksanaan Pendataan Bayi di Desa/Kelurahan Berdasarkan Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten, 2010

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 17. Pelaksanaan Pendataan Anak Balita di Desa/Kelurahan Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Banyak kabupaten memiliki angka pendataan bumil, bayi, dan balita oleh kader didesa yang sudah mencapai 100%. Di Banten pendataan bumil mencapai 98,7%. Angka ini cukup baik dan diharapkan kedepannya, pendataan tetap dapat dilakukan sehinggamencapai angka optimal.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 18. Hasil Kegiatan Surveilans KIA Desa/Kelurahan yang Dilaporkan ke Puskesmas per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Dari Grafik di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang adalah kabupaten yang proporsi pelaporan surveilans KIAnya di bawah angka Provinsi Banten (95,7%).

d) Ambulans Desa

Berdasarkan Grafik di bawah ini bahwa kepemilikan ambulans desa sangat bervariasi antar kabupaten kota. Terlihat bahwa Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak adalah wilayah yang memiliki proporsi ambulans desa terbanyak. Hal sebaliknya, proporsi ambulans desa justru rendah di wilayah perkotaan, kecuali Kabupaten Tangerang. Hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat di wilayah selatan (remote) umumnya lebih berperan dalam mencari solusi yang terkait dengan persoalan kesehatannya.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 19. Proporsi Ambulans Desa yang berfungsi per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Grafik berikut ini memperlihatkan proporsi ambulan desa yang masih berfungsi di semua kabupaten/kota di Provinsi Banten.

Sumber : Survey GAVI HSS, 2010

Grafik 20. Proporsi Ambulans Desa yang berfungsi per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2010

Hal yang sama dengan Grafik sebelumnya memperlihatkan bahwa ambulans desa yang berfungsi lebih banyak di wilayah kabupaten (Pandeglang, Lebak, dan Serang). Hal sebaliknya, proporsi ambulans desa berfungsi rendah di wilayah perkotaan. Kondisi masyarakat di wilayah sulit memaksa penggunaan ambulans desa lebih berfungsi.

Dokumen terkait