• Tidak ada hasil yang ditemukan

3) Analisis implikasi skenario

7.8. Desain Kelembagaan Pengelolaan Sea Farming ke Depan

Perbaikan sistemik dari program sea farming perlu dilakukan untuk mendukung keberlanjutan program. Dengan demikian diperlukan desain kelembagaan yang adaptif didasarkan pada karakteristik sumberdaya, lingkungan maupun pengelolaannya. Merencanakan suatu desain kelembagaan pengelolaan

sea farming merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan, mengingat berbagai komponen yang mempunyai kepentingan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Desain kelembagaan ini harus dilakukan dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat dimana tidak terjadi perubahan di dalam fungsi dan karakternya.

Bromley (1988) mengatakan jika kondisi-kondisi ekonomi dan sosial masyarakat berubah, maka struktur kelembagaan yang ada tidak akan cocok lagi untuk dipakai. Anggota-anggota masyarakat akan berusaha merancang suatu aransemen kelembagaan yang baru yang lebih sesuai dengan keadaan, keterbatasan, teknologi maupun selera masyarakat pada kondisi saat itu.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk mewadahi kepentingan masing-masing aktor yang terlibat, maka perlu dibuat suatu lembaga khusus dengan struktur, keanggotaan, mekanisme pengambilan keputusan dan kewenangan yang harus disepakati oleh para aktor. Ada tiga hal penting yang harus mendapatkan kesepakatan dari para aktor tersebut yaitu:

1). Format lembaga. Struktur lembaga harus disusun sedemikian rupa sehingga kepentingan masing-masing aktor secara proporsional dapat terwakili dalam lembaga tersebut. Kepentingan-kepentingan itu harus terpresentasikan dalam konfigurasi keanggotaan yang akan dipilih berdasarkan mekanisme yang disepakati sebelumnya.

2). Mekanisme pengambilan keputusan. Sebagai sebuah lembaga yang melibatkan multi kepentingan, maka sejak awal perlu ditetapkan mekanisme pengambilan keputusan. Secara teoritik, mekanisme pengambilan keputusan

itu dapat berupa musyawarah-mufakat, pemungutan suara atau kombinasi keduanya.

3). Kewenangan Lembaga. Kewenangan dari lembaga kerjasama tersebut juga harus disepakati, diantaranya adalah pemetaan wilayah kewenangan daerah laut, identifikasi potensi sumberdaya perikanan dan sumberdaya sosial kelembagaan, perumusan kerangka kebijakan pengembangan kawasan, serta mekanisme resolusi konflik.

Berdasarkan hasil analisis dalam tata kelola kelembagaan sebelumnya, maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS), harus melibatkan komponen masyarakat pembudidaya, pemerintah, pihak swasta/usaha dan perguruan tinggi. Upaya ini dalam rangka mengintegrasikan masing-masing aktor ke dalam suatu tatanan kelembagaan pengelolaan yang baik dan terpadu sehingga masing-masing kepentingan dapat terwakili dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan. Secara lengkap, desain kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan dapat dilihat pada Gambar 28.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya maka lembaga yang direkomendasikan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu harus melibatkan masyarakat, pemerintah, pihak swasta/usaha dan perguruan tinggi. Lembaga tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua level.

Pertama level penentu kebijakan (Collective Choice Level). Level ini berperan dalam penentuan berbagai kebijakan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Pada level ini kelompok yang terlibat adalah : 1) Pemerintah yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di sekitar wilayah perairan Kelurahan Pulau Panggang KAKS terdiri atas Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan. Selanjutnya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, Bupati KAKS serta Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, ketiga lembaga tersebut bersifat pemberi instruksi kepada Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS. Disamping itu Taman Nasional Kepulauan

Seribu (TNKS) mempunyai fungsi koordinasi dengan Suku Dinas Kelautan dan Pertanian KAKS dalam hal pengelolaan zona pemanfaatan.

2) Kelompok Masyarakat, yang tergabung dalam musyawarah kelompok masyarakat pengelola sumberdaya perikanan. Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk untuk bersama-sama mendiskusikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh kelompok pembudidaya dan nelayan, baik yang formal maupun informal. Hasil dari rapat koordinasi lembaga ini biasanya akan merupakan masukan kepada pihak pengambil kebijakan dalam menentukan arah kebijakan yang terkait dengan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang ada di Kelurahan Pulau Panggang KAKS.

3) Akademisi berperan dalam memberikan masukan kepada pemerintah daerah atau lembaga lain yang membutuhkan mengenai hasil-hasil penelitian ilmiah sehingga dapat dijadikan dasar pijak bagi pengambilan keputusan oleh pemerintah atau pihak-pihak lain terkait pengelolaan dan pengembangan sumberdaya ikan di KAKS. Akademisi ini beranggotakan unsur-unsur perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Kedua, level operasional (Operational Choice Level). Level ini berperan dalam mengimplementasikan berbagai kesepakatan yang telah dilakukan oleh lembaga musyawarah kelompok masyarakat di Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Selain itu level ini juga bertugas memberi dukungan dan mengkoordinasikan aspek usaha pengelolaan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Kelompok ini terdiri atas:

1) Kelompok lembaga pengelolaan sumberdaya ikan yang berada di Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Lembaga ini terdiri dari kelompok pembudidaya dan nelayan, Pernitas (Perhimpunan Nelayan, Pedagang Ikan dan Tanaman Hias) dan Kelompok Sea Farming.

2) Kelompok lembaga pemasaran hasil perikanan, yang terdiri dari Koperasi, Pernitas, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), swasta, pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai kelompok yang memasarkan hasil produksi perikanan dari kelompok nelayan. Disamping itu, kelompok ini juga berperan dalam memberikan akses permodalan bagi pembudidaya dan nelayan yang akan mengembangkan usaha perikanan.

3) Kelompok lembaga pengawas sumberdaya perikanan yang berfungsi untuk mengawasi wilayah perairan KAKS, dan juga bertugas sebagai lembaga penegak hukum bagi pelanggaran aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Lembaga ini terdiri dari Kepolisian dan Dinas Perhubungan. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga ini akan sering memantau keadaan laut serta aktifitas yang terjadi dalam pemanfaatannya.

Gambar 28 Desain kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Berdasarkan Gambar 28 di atas terlihat bagaimana peran dari masing-masing lembaga dan sistem koordinasi yang dibangun dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kelurahan Pulau Panggang KAKS. Peran dan fungsi masing-masing lembaga tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya dimana masing – masing saling ada keterkaitan antar lembaga. Peran yang cukup menonjol adalah Lembaga Musyawarah Kelompok Masyarakat pengelola sumberdaya perikanan. Hal ini disebabkan karena keberadaan lembaga tersebut menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah dengan implementasi di tingkat masyarakat. Oleh karena itu untuk memperkuat eksistensi lembaga tersebut harus mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Selain itu lembaga tersebut harus merumuskan aturan-aturan main bagi masing-masing aktor yang menjadi anggotanya. Hal ini dimaksudkan agar interaksi masing-masing aktor dalam lembaga dapat berjalan secara baik . Selain itu juga aturan main tersebut untuk menghindari berbagai konflik kepentingan yang dapat muncul dari masing-masing aktor. Peran pemerintah daerah akan semakin berkurang karena para nelayan dan pembudidaya sudah memiliki aturan main dalam melakukan aktivitasnya.