• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Angkatan III

4.4. Metode Analisis Data 1. Analisis Kelembagaan

Analisis kelembagaan dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya

pesisir dan lautan di Kepulauan Seribu mempergunakan framework Institutional

Analysis and Development (IAD). IAD ini dapat digunakan untuk menganalisis performa dan struktur aransemen kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya

pesisir. Framework IAD dapat dilihat pada Gambar 7.

KELEMBAGAAN

Gambar 7 Framework analisis dan pengembangan kelembagaan (Institutional

Analysis and Development/IAD).

Atribut fisik dari sistem

Aturan/kelembagaan

Atribut masyarakat/

norma sosial dan budaya

Arena aksi : Pelaku (actor) Stakeholders Pola interaksi/ identifikasi konflik •Manfaat ekonomi •Biaya transaksi

4.4.2. Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder adalah analisis yang dilakukan untuk

mengidentifikasi dan memetakan aktor (tingkat kepentingan dan pengaruhnya) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir serta potensi kerjasama dan konflik antar aktor. Aktor merupakan masyarakat yang memiliki daya untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya. Mereka menjadi pengguna dari sumberdaya yang diteliti, akan tetapi bukan menjadi kajian objek sasaran untuk diteliti.

Aktor sangat bervariasi jika dilihat dari derajat pengaruh dan kepentingannya. Aktor ini dapat diketegorikan sesuai dengan banyak atau sedikitnya pengaruh dan kepentingan relatifnya terhadap keberhasilan

pengelolaan sumberdaya alam. Brown et al. membagi aktor dalam beberapa

kategori (Brown et al. 2001, diacu dalam Suhana 2008) yaitu:

1) Aktor primer, yaitu individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh

rendah terhadap hasil kabijakan tetapi kesejahteraannya penting bagi pengambil kebijakan.

2) Aktor sekunder, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi

keputusan yang dibuat. Hal ini disebabkan karena aktor ini adalah sebagian besar merupakan pengambil kebijakan dan terlibat dan implementasi kebijakan. Secara relatif pihak ini tidak penting, demikian pula denga tingkat kesejahteraannya bukan suatu prioritas.

3) Aktor eksternal, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi hasil

dari suatu proses melalui lobby kepada pengambil keputusan, tetapi interest

mereka tidak begitu penting.

Analisis stakeholder dapat dikatakan sebagai suatu sistem untuk

mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar

kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis stakeholder adalah:

1) Identifikasi aktor

2) Membuat tabel aktor

4) Membuat aktor grid

5) Menyepakati hasil analisis dengan aktor utama

Proses penentuan aktor dilakukan dengan beberapa langkah antara lain:

a) Mengidentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman dalam bidang

pembangunan wilayah atau berkaitan dengan perencanaan kebijakan.

b) Mengidentifikasi berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasil

identifikasi ini berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait dengan pembangunan wilayah pesisir.

c) Identifikasi aktor menggunakan pendekatan partisipatif dengan teknik

snowball yaitu setiap aktor mengidentifikasi aktor lainnya untuk diteliti. Berdiskusi dengan aktor pertama kali teridentifikasi dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan aktor penting lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya. Metode ini dapat juga membantu mendapatkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan aktor.

Untuk memudahkan analisis aktor, maka setiap aktor dikategorikan ke dalam lima kategori yakni pemerintah (pengambil kebijakan dan lembaga legislatif), swasta (pengusaha dan lembaga donor), masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi sosial lainnya, serta perguruan tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dan kuesioner terhadap wakil dari masing-masing aktor yang teridentifikasi dari hasil analisis aktor, pengolahan data kualitatif hasil wawancara dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan aktor

Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan Aktor

5 17-20 Sangat Tinggi Sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya 4 13-16 Tinggi Ketergantungan tinggi pada keberadaan sumberdaya 3 9-12 Cukup Tinggi Cukup bergantung pada keberadaan sumberdaya 2 5-8 Kurang Tinggi Ketergantungan pada keberadaan sumberdaya kecil 1 0-4 Rendah Tidak bergantung pada keberadaan sumberdaya

Tabel 3 Lanjutan

Skor Nilai Kriteria Keterangan Pengaruh Aktor

5 17-20 Sangat Tinggi Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas aktor lain 4 13-16 Tinggi Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas aktor lain 3 9-12 Cukup Tinggi Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain 2 5-8 Kurang Tinggi Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas aktor lain 1 0-4 Rendah Jika responnya tidak berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain Sumber: Haswanto (2006)

Untuk mengetahui besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor terhadap pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir, alat analisis selanjutnya adalah analisis grid. Dalam analisis ini, aktor diketegorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sumberdaya. Sebaran posisi aktor menurut kepentingan dan pengaruhnya diilustrasikan pada Gambar 8.

A. Subjek B. Pemain C. Penonton D. Aktor

Gambar 8 Aktor grid (Haswanto 2006).

• Kotak A (subyek) menunjukkan kelompok yang memiliki kepentingan yang

tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya, mencakup anggota organisasi yang melakukan kegiatan dan responsif terhadap pelaksanaan kegiatan tetapi bukan pengambil kebijakan.

Tinggi Rendah Tinggi Rendah Kepentingan Pengaruh

• Kotak B (pemain) merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan seperti tokoh masyarakat, kepala instansi terkait, dan kepala pemerintahan.

• Kotak C (penonton) mewakili kelompok aktor yang rendah pengaruh dan

kepentingannya, Interest mereka dibutuhkan untuk memastikan dua hal yakni:

(a) interest-nya tidak terpengaruh sebaliknya, dan (b) kepentingan dan pengaruhnya tidak mengubah keadaan.

• Kotak D (aktor) merupakan aktor yang berpengaruh tetapi rendah

kepentingannya dalam pencapaian tujuan dan hasil kebijakan. 4.4.3. Analisis Konflik Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Untuk menganalisis berbagai konflik antar pemangku kepentingan

(stakeholders) dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu

digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Fisher et al. (2000). Dalam metode

analisis ini, sebelumnya dipahami dahulu mengapa konflik itu terjadi : (1) agar dipahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini, (2) identifikasi kelompok yang terlibat, dan tidak hanya kelompok yang menonjol saja; (3) agar memahami pandangan semua kelompok dan lebih mendalami bagaimana hubungan mereka satu sama lain; (4) identifikasi faktor-faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik; dan (5) agar belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan (Fisher et al. 2000).

4.4.4. Analisis Pendapatan terhadap Kesejahteraan Pembudidaya

Dalam penelitian ini akan dihitung besarnya pendapatan pembudidaya ikan

sebagai implikasi dari adanya pemberian dana bergulir (revolving fund) yang

menjadi basis pembinaan kegiatan kelompok melalui pembelian benih ikan kerapu di tingkat pembudidaya, sehingga dapat diketahui pengaruh keberhasilan sistem pemberian dana bergulir tersebut terhadap pendapatan pembudidaya yang bermuara kepada tingkat kesejahteraan pembudidaya sebagai penerima dana. Untuk itu persamaan yang digunakan untuk menghitung pendapatan pembudidaya adalah :

Dimana :

π

( Pendapatan) : Pendapatan

TR (Total Revenue) : Total Penerimaan

TC (Total Cost) : Total Biaya

4.4.5. Analisis Biaya Transaksi

Masing-masing biaya transaksi yang dihadapi kelompok masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu tidak selalu sama. Komponen biaya transaksi terkait dengan mekanisme internal

pelaksanaan organisasi kelompok masyarakat program sea farming di

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang akan dihitung adalah meliputi biaya pengambilan keputusan (Z1), biaya operasional bersama (Z2), dan biaya

informasi (Z3). Untuk menghitung besarnya total biaya transaksi (TrC) menurut

Anggraini (2005) adalah : TrCij=

Zij

……….………(1.1) 4.4.6. Analisis Keefektifan Biaya

Analisis Keefektifan Biaya (AKB) adalah suatu teknik untuk memilih berbagai pilihan strategis dengan keterbatasan sumberdaya. Partowidagdo (1999) menyatakan bahwa AKB digunakan apabila sulit untuk memberikan nilai uang pada manfaat. Pada analisis ini diukur berapa rasio biaya terhadap satuan manfaat pelayanan publik, sehingga lebih mudah diaplikasikan. Secara matematis AKB dapat ditulis sebagai berikut (Partowidagdo 1999) :

AKB =

Biaya

Manfaat

………. (3)

Terkait dengan hal tersebut maka analisis ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas biaya mekanisme internal pelaksanaan organisasi kelompok

masyarakat komunitas pembudidaya (Kelompok Sea Farming) di Kelurahan

Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS).

Berdasarkan persamaan (2) dan (3) maka persamaan untuk menghitung AKB dapat ditulis menjadi :

AKB = ) (TrCij Transaksi Biaya

idaya bagiPembud Manfaat

Keterangan :

Manfaat bagi pembudidaya dalam penelitian ini adalah manfaat langsung bagi

pembudidaya ikan kerapu anggota kelompok sea farming, yaitu keuntungan (π)

pembudidaya dari hasil usaha budidaya ikan kerapu. 4.4.7. Analisis Evaluasi Skenario Program

Dalam rangka pengambilan keputusan (decision making) mengenai tindak

lanjut program sea farming maka dilakukan wawancara para stakeholder

(responden) yang sekaligus sebagai pakar sehingga dapat memahami kondisi

maupun visi ke depan prgram sea farming. Dalam wawancara tersebut digunakan

4 domain yakni lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan, dan pengelolaan program yang terbagi menjadi 12 indikator. Jawaban dari masing-masing diberikan skor sesuai skala Saaty dan selanjutnya analisis yang digunakan adalah

SMART (Simple Multiple Attributing Rating Techniques) dengan alat bantu

perangkat lunak Criterium Decision Plus version 3.0. Tahapan dari proses

pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Domain dan Indikator

Dalam analisis ini digunakan 4 domain dan 12 indikator utama yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4 Indikator dan parameter yang digunakan dalam skenario evaluasi

No. Domain Indikator Uraian

1. Lingkungan Luas kegiatan sea farming yang dilaksanakan

Perbandingan antara rencana jumlah atau luasan kegiatan sea farming yang diprogramkan dengan yang telah dilaksanakan

2. Sosial Ekonomi Jumlah rumah tangga yang tersosialisasi program

Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan sosialisasi program, relatif terhadap jumlah rumah tangga dalam program

Keterlibatan masyarakat Jumlah masyarakat yang terlibat dalam program

3. Kelembagaan Tata kelembagaan program Kesesuaian keterlibatan lembaga-lembaga yang terkait dengan program Peran institusi terkait dalam

pencapaian tujuan program

Kesesuaian peran lembaga-lembaga dalam mencapai keberhasilan program