3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Desain dan Proses Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan sistem dengan memotret keadaan dan persoalan TNB kemudian merumuskan konsep berdasarkan keadaan tersebut sebagai bahan pengujian. Penerapan pendekatan sistem pada pengelolaan TNB pada hakekatnya untuk keseimbangan antara aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek lingkungan sehingga indikator pengelolaan ekowisata TNB tidak hanya dilihat dari kelayakan ekonomi dan tidak merusak lingkungan tetapi harus juga diterima oleh masyarakat sekitar.
Informasi awal berupa data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta zonasi kawasan TNB, peta hasil interpretasi citra satelit Landsat, peta tutupan karang, peta RTRWP Sulawesi Utara, curah hujan, topografi dan batimetri, suhu, salinitas, gelombang dan arus, dan tingkat kecerahan. Data-data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan SIG untuk melihat peruntukan kawasan pada masing-masing diving spot berdasarkan luas dan kondisi terumbu karang. Perubahan lahan tutupan
karang untuk melihat besarnya tekanan aktivitas kegiatan pariwisata dan masyarakat terhadap kawasan TNB khususnya pada zona pemanfaatan dengan menggunakan data citra satelit Landsat dan selanjutnya dikaji dengan menggunakan SIG. Validasi penutupan lahan di lapangan dilakukan dengan survei penentuan posisi menggunakan global positioning system (GPS). Tampilan SIG dengan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 digunakan untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisis dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial tersebut (Prahasta 2001).
Tahap selanjutnya adalah membuat model untuk melihat pengaruh ekowisata terhadap peningkatan sosial ekonomi. Adapun sub model yang dikembangkan adalah sub model pendapatan masyarakat dan sub model penerimaan daerah dengan menggunakan sistem dinamik. Pada tahap pengkajian terhadap peningkatan pendapatan masyarakat data yang dibutuhkan berupa pendapatan anggota masyarakat yang berasal dari kegiatan ekowisata TNB, yaitu pendapatan masyarakat dari hasil penyewaan perahu, penyewaan peralatan selam, rumah makan, penginapan, pemandu, dan penjualan souvenir. Data ini diperoleh melalui kuisioner maupun wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Pengembangan sub model penerimaan daerah data yang dibutuhkan berupa jenis penerimaan pemerintah dari kegiatan ekowisata TNB yang telah dilakukan pemungutan berasal dari hasil penjualan tiket masuk, penjualan pin, retribusi kapal, restoran, dan penginapan. Pengolahan data akan menggunakan Microsoft Excel dan selanjutnya sub model yang dibangun disimulasikan dalam sistem dinamik menggunakan bantuan perangkat lunak Powersim Constructor untuk memberikan gambaran perilaku sistem baik masa kini maupun masa mendatang.
Kelembagaan pengelolaan kawasan TNB akan di kaji dengan menggunakan analisis Interpretative Structure Modeling (ISM), dengan elemen terkait yaitu: 1) tujuan yang ingin dicapai; 2) Lembaga yang terlibat; dan 3) Program strategi yang diperlukan. Teknik Interpretative Structure Modeling digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan di masa datang. Tahap pertama mengidentifikasi stake holders kunci yang paling berpengaruh dalam pengembangan ekowisata dan kedua, menentukan beberapa faktor kunci yang diperoleh dari need analisis yang dikaji melalui diskusi pakar dan berdasarkan teori dalam sistem kepariwisataan.
Informasi awal stakeholder dengan menggunakan metode snowball dimana stakeholder merekomendasikan stakeholder lainnya sebagai responden (Dunn 2003). Setelah melakukan identifikasi dan pemetaan stakeholder selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan dan aspirasi masing-masing stakeholder terkait menurut skala prioritasnya (Storey, 1999). Kebutuhan dan aspirasi dari masing-masing stakeholder kemudian didiskusikan bersama dengan pakar untuk menetapkan stakeholder kunci. Penentuan pakar didasarkan atas pertimbangan dan kriteria: 1) keberadaan, keterjangkauan, dan kesediaan untuk diwawancarai; 2) reputasi, kedudukan dan kredibilitas sebagai pakar; serta 3) pengalaman pribadi (Eriyatno dan Sofyan 2007). Kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai berikut:
− Mengidentifikasi dan memetakan stakeholder kunci yang terkait dengan pengelolaan TNB serta melakukan penilaian terhadap kapasitas, peran dan jalur yang dapat dimainkannya.
− Observasi terhadap kepentingan, konflik dan peranan stakeholder dalam hubungan dengan sumberdaya.
− Mengidentifikasi hubungan antar stakeholder yang akan dibangun dalam upaya menghasilkan suatu kebijakan yang tepat.
− Mengelompokkan stakeholder menurut kepentingan dan pengaruhnya.
− Mengidentifikasi kelembagaan yang ada terkait penelitian
− Mengidentifikasi kendala terkait pengelolaan ekowisata
Selanjutnya pakar dimintakan untuk mengisi kuesioner, dengan cara melihat hubungan antar faktor kunci ditulis dalam bentuk huruf (V, A, X, O) pada matriks yang memuat pasangan faktor secara dua arah, misalnya pengaruh faktor A terhadap faktor B, dan sebaliknya pengaruh faktor B terhadap faktor A seperti diilustrasikan di bagian atas matriks (Tabel 3). Huruf yang digunakan adalah sebagai berikut:
V = Faktor A lebih penting dari pada faktor B A = Faktor B lebih penting dari pada faktor A
X = Faktor A dan Faktor B mempunyai nilai tingkat kepentingan yang sama dan saling terkait.
O = Faktor A dan faktor B tidak saling terkait Tabel 3 Pendapat pakar
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Berdasarkan hasil analisis yang ada selanjutnya di lakukan pengkajian untuk merumuskan kebijakan pengelolaan ekowisata TNB dengan mengacu pada prinsip-prinsip keberlanjutan. Untuk lebih jelas tahap dan proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
Kolom
Gambar 11 Tahapan, Proses dan Analisis Penelitian.
Tujuan Survei/Pengumpulan Data Analisis Pembahasan Implementasi
Pengelolaan Wisata TNB Strategi, Program dan Kegiatan Wisata TNB yang Berkelanjutan Model Kebijakan Pengelolaan Ekowisata Analisis SIG
Kondisi existing & Pola Kerusakan Terumbu Karang Ekologi
Sosial Budaya Kelembagaan ISM
Fisik lingkungan, Terumbu Karang Sosial Ekonomi Pendapatan Masyarakat, Pendapatan Pemerintah Analisis Sistem Dinamik 31
Pengumpulan data
Berdasarkan jenisnya, data yang penelitian dibedakan sebagai data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, kuesioner, dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan tokoh masyarakat, dinas terkait, dunia usaha yang melakukan kegiatan usahanya di sekitar TNB (tour operator) dan LSM terkait (Tabel 4).
Tabel 4 Jenis data, alat yang dibutuhkan dan metode pengumpulan data.
No Kebutuhan Data Alat/Metode Keterangan
1 Fisik:
Luasan tutupan karang, kondisi terumbu karang
Manta Tow (Hill and Wilkinson, 2004) Alat yang dibutuhkan:
- Masker - Snorkel - Fins
- Perahu bermotor (minimal 5 PK) - Papan manta (manta board) yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm.
- Tali yang panjangnya 20 meter dan berdiameter 1 cm.
- Pelampung kecil
- Papan plastik putih yang
permukaannya telah dikasarkan dengan kertas pasir.
- Pensil - Penghapus - Stop watch
- Global Positioning System (GPS)
Data Sekunder: - Peta zonasi kawasan TNB - Peta hasil interpretasi citra satelit Landsat - Peta tutupan karang - Peta RTRWP Sulawesi Utara
Lanjutan.
Sosial ekonomi dan kelembagaan
No Kebutuhan Data Atribut Sumber/Metode
Pengumpulan data 1. Karakteristik
sosial ekonomi dan budaya masyarakat
Pemanfaatan SDA, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata bahari, persepsi dan perilaku masyarakat terhadap wisatawan, pengetahuan tentang ekowisata, jumlah dan pertumbuhan penduduk, konflik, etnis, nilai budaya lokal, dan kualitas hidup masyarakat.
Data primer dan sekunder
Wawancara dan studi literatur
2. Operasional usaha wisata bahari
Profil usaha wisata bahari, upah & tenaga kerja, promosi, cottage/hotel, manajemen wisata, dermaga, sarana penunjang, peralatan wisata, keselamatan.
Data primer Wawancara dan pengamatan
3. Profil Wisatawan Karakteristik personal wisatawan, perjalanan turis dan motivasi berkunjung ke TNB, persepsi dan perilaku wisatawan, penilaian ekonomi terhadap obyek wisata dan biaya yang dikeluarkan, penilaian terhadap pelayanan dan ketersediaan infrastruktur, dan jumlah wisatawan
Data primer dan sekunder
Wawancara
4. Kelembagaan Regulasi lokal, aturan formal, pembagian peranstakeholders terkait (pemerintah, swasta dan masyarakat), aturan
adat/kelompok, lembaga
Data primer dan sekunder
Wawancara, diskusi pakar dan studi literatur
Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka atau telaah literatur, dokumen, data/informasi spasial dan lain sebagainya yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Data sekunder meliputi kondisi keberadaan SDA, geografi, demografi, keadaan sosial-ekonomi-budaya masyarakat, program-program yang berkaitan dengan pengelolaan TNB serta data penunjang lainnya. Data primer meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Responden penelitian merupakan stakeholder yang dipilih secara hati-hati dengan persyaratan tertentu yakni terkait dengan pengelolaan TNB, mempunyai komitmen terhadap pengelolaan TNB, terbuka dalam menerima pendapat responden lain.
Analisis Data
Analisis data terumbu karang dilakukan dengan cara pengelompokan berdasarkan life form menurut kriteria kondisi yaitu baik, sedang dan rusak (Dahl, 1978 dalam Sudiono, 2008). Kriteria penentuan kondisi terumbu karang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persentase penutupan, sebagai penduga kondisi terumbu karang.
Kriteria Penutupan (%)
Kategori Sangat Jelek 0–10
Kategori Jelek 11–30
Kategori Sedang 30–50
Kategori Baik
Kategori Sangat Baik
51–75 76–100
Sumber : Dahl (1978) dalam UNEP (1993); Sukmaraet al(2001); Sudiono (2008). Luas tutupan karang dan tingkat kerusakan karang selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan metode SIG untuk melihat peruntukannya. Langka awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi luas tutupan karang, kerusakan karang, kecerahan, kedalaman, salinitas, dan suhu air. Selanjutnya menentukan titik stasiun pengamatan dan pengambilan titik sampel. Validasi penutupan lahan di lapangan dilakukan dengan survei penentuan posisi menggunakan global positioning system (GPS). Tampilan SIG dengan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 digunakan untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisis dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial tersebut (Prahasta 2001).
Tahap selanjutnya adalah membuat model untuk melihat pengaruh ekowisata terhadap lingkungan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Tahap pertama yang dilakukan adalah analis kebutuhan untuk melihat kebutuhan masing-masing stakeholder. Adapun stakeholder yang terlibat pengelolaan wisata TNB dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Stakeholder yang terlibat.
No. Stakeholder Kebutuhan
1. Tokoh Masyarakat 1. Terjaganya Kondisi lingkungan
2. Terjaganya kebudayaan lokal serta proteksi terhadap kebudayaan luar
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 4. Perluasan kesempatan kerja
5. Peningkatan industri kecil
2. Pemerintah 1. Membuat regulasi terkait pengelolaan wisata TNB
2. Mengatur manajemen pengelolaan wisata TNB
3. Membuat zonasi
3. Swasta 1. Dapat melakukan aktivitas pariwisata pada titik-titik penyelaman
2. Tidak boleh merusak karang 3. Kemudahan memperoleh ijin usaha 4. Kemudahan memperoleh lahan usaha 4 Akademisi 1. Pemantauan terumbu karang
2. Monitoring berkala 3. Melakukan penelitian
5 LSM 1. Memfasilitasi masyarakat menjaga
kelestarian lingkungan
2. Memfasilitasi masyarakat menjaga dan melestarikan budaya lokal
3. Memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
4. Memfasilitasi masyarakat dalam perluasan lapangan kerja
Tahap berikutnya melakukan identifikasi sistem yang merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dengan kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencakup kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat (causal loop), seperti dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Diagram sebab akibat sistem pengelolaan ekowisata TNB.
Hal terpenting dalam mengidentifikasi system adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box). Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Adapun diagram kotak gelap pengelolaan wisata TNB dapat dilihat pada Gambar 13
W isat aw an Tut upan Karang Daya Dukung Lingkungan Pemasukan Pemerint ah Pemasukan Masyarakat Kenyamanan Keamanan I n f r a s t r u k t u r Penunjang Akses Akomodasi Guide Promosi (+ ) (-) (+ ) (-) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ ) (+ )
Gambar 13 Diagram kotak gelap ( INPUT – OUTPUT) model pengelolaan wisata TNB.
Tahap pengkajian sub model ekowisata yang dikaji adalah jumlah wisatawan, luas tutupan karang, pendapatan masyarakat dan pendapatan menerintah. Data yang dibutuhkan berupa jumlah kunjungan wisatawan, luas tutupan karang, pendapatan masyarakat dari pariwisata (penyewaan perahu, penyewaan peralatan selam, rumah makan, penginapan, pemandu, dan penjualan souvenir), dan pendapatan (hasil penjualan tiket masuk dan retribusi kapal). Data yang diperoleh diolah dengan menggunakanMicrosoft Excel, selanjutnya model dibangun dan disimulasikan dalam sistem dinamik dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Powersim Constructor, untuk memberikan gambaran perilaku sistem baik masa kini maupun masa mendatang. Tahap berikutnya adalah melakukan pengujian dalam validasi model yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja. AME (absolute means error) adalah penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap aktual. AVE (absolute variationerror) adalah penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual.
Kelembagaan pengelolaan kawasan TNB akan di kaji dengan menggunakan analisis Interpretative Structure Modeling (ISM). Metode ini dilakukan untuk melihat derajat kepentingan antar elemen-elemen yang terkait dalam pengelolaan wisata Taman Nasional Bunaken dengan mengacu pada pendapat pakar. Tahap-tahap yang dilakukan adalah 1) Melakukan identifikasi elemen-elemen yang akan dikaji melalui penelitian, brainstorming, dan lain-lain yang terkait dengan pengelolaan wisata TNB, 2) Desain kuesioner dan pengambilan data pakar, 3) Membuat Matriks Interaksi Tunggal, 4) Membuat Matriks Reachability, dan 5) melakukan analisis berdasarkan struktur dan hirarki. Analisis ini pada dasarnya untuk menyusun hirarki setiap sub elemen pada elemen yang dikaji, dan kemudian
OUTPUT TAK DIINGINKAN
- Kerusakan lingkungan - Konflik kepentingan INPUT TERKONTROL - Daya dukung - Kelembagaan - Reguls i - Manajemen INPUT TAK TERKONTROL - Aktifitas wisatawan - Cuaca MODEL PENGELOLAAN WISATA TNB FEEDBACK INPUT LINGKUNGAN UU No. 32 Tahun 2009 UU No. 5 Tahun 1990 OUTPUT DIINGINKAN - Kelestarian lingkungan - Peningkatan Kesejahteraan masyarakat & PAD
- Terkontrolnya jumlah wisatawan berdasarkan daya dukung lingkungan
membuat klasifikasi ke dalam empat sektor, untuk menentukan sub elemen mana yang termasuk ke dalam variabel AUTONOMUS, DEPENDENT, LINKAGE atau INDEPENDENT (Marimin, 2004). Berdasarkan pendapat pakar ditetapkan lima elemen yang terkait dalam pengelolaan wisata Taman Nasional Bunaken yaitu: 1) Tujuan yang ingin dicapai, 2) Lembaga yang terlibat, dan 3) Program strategi yang diperlukan. Berdasarkan hasil analisis yang ada selanjutnya di lakukan pengkajian untuk merumuskan model pengelolaan wisata TNB dengan mengacu pada prinsip-prinsip keberlanjutan.
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN