Metode yang digunakan untuk melihat kondisi karang adalah dengan menggunakan metode Manta Tow. Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat (Gambar 14). Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek yang terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati. Data yang diamati dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan bulat.
Gambar 14 Teknik Manta Taw
Peralatan yang digunakan adalah 1) kaca mata selam (masker), 2) Alat bantu pernapasan di permukaan air (snorkel), 3) Alat bantu renang di kaki (fins), 4) Perahu bermotor (minimal 5 PK), 5) Papan manta (manta board) yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40cm, dan tebal 2 cm, 6) Tali yang panjangnya 20 meter dan berdiameter 1 cm, 7) Pelampung kecil, 8) Papan plastik putih yang permukaannya telah dikasarkan dengan kertas pasir, 9) Pensil, 10) Penghapus, 11) Stop watch/jam, dan 12) Global Positioning System (GPS).
Perahu dengan berkekuatan kurang lebih 5 PK digunakan untuk menarik pengamat dan dapat memberikan kecepatan yang cukup bagi pengamat untuk melakukan pengamatan dengan baik. Kecepatan perahu ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat pada saat melakukan pengamatan. Papan manta yang berukuran 60 cm x 40 cm x 2 cm (panjang x lebar x tebal) digunakan sebagai tempat pegangan pengamat dan untuk meletakkan papan tabel.
Tali sepanjang 20 meter digunakan untuk menghubungkan papan manta dengan perahu. Jarak antara ujung perahu dengan pengamat adalah 18 meter sehingga sisa panjang tali digunakan untuk mengikat ujung perahu. Lebar papan manta dan panjang regangan tali pengikatnya perlu diperhatikan untuk mendapatkan jarak antara pengamat dan ujung perahu yang sesuai. Dua buah pelampung dipasang pada jarak 6 meter dan 12 meter dari ujung perahu ke arah papan manta. Fungsi pelampung ini adalah sebagai tanda untuk menentukan kecerahan air laut. Papan plastik putih digunakan untuk tabel data. Tabel data yang ditempelkan pada papan manta hendaknya menggunakan plastik akrilik dengan posisi tabel diletakkan di tengah papan manta sehingga data yang dilihat oleh pengamat dapat dituliskan pada tabel data tersebut. Jam atau stop watch digunakan untuk menentukan lamanya waktu pengamatan. Lama pengamatan adalah 2 menit pada setiap tarikannya. Global Positioning System digunakan untuk penentuan posisi.
Selanjutnya tingkat kerusakan karang dianalisis dengan menggunakan Metode SIG. Langka awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi luas tutupan karang, kerusakan karang, kecerahan, kedalaman, salinitas, dan suhu air. Selanjutnya menentukan titik stasiun pengamatan dan pengambilan titik sampel. Validasi penutupan lahan di lapangan dilakukan dengan survei penentuan posisi menggunakan global positioning system (GPS). Tampilan SIG dengan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 digunakan untuk menyimpan, memperbaharui, menganalisis dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial tersebut (Prahasta 2001).
Hasil dan Pembahasan
Ekosistem terumbu karang merupakan suatu pandangan alamiah yang menakjubkan yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah. Jenis terumbu utama Taman Nasional Bunaken adalah terumbu tepi, yang merupakan terumbu yang tumbuh disepanjang garis pantai atau di sekeliling pulau. Berbagai spesies karang, ikan, kima, keong, sponge dan berbagai biota lainnya, kawasan terumbu karang menciptakan keindahan panorama alam bawah laut yang luar biasa bagi para penyelam, wisatawan yang melakukan snorkeling, atau melihatnya dari atas kapal yang di dasarnya berkaca.
Terumbu karang sebagai salah satu ekosistem yang ada di Taman nasional Bunaken memberikan peran yang tidak sedikit bagi masyarakat yang ada di sekitar bahkan di luar Taman Nasional Bunaken. Ekosistem terumbu karang dapat dijadikan sebagai salah satu modal penting bagi pengembangan wisata bahari, namun perlu disadari bahwa pemanfaatan sumber daya alam sebagai objek wisata perlu dilakukan secara hati-hati untuk menjaga keberlanjutan lingkungan objek tersebut.
Kegiatan wisatawan di daerah terumbu karang berupa snorkeling biasanya dilakukan pada daerah tepi terumbu karang yang menyebabkan patahan karang-karang bercabang karena terinjak. Kegiatan snorkeling menyebabkan kerusakan karang lebih besar daripada kegiatan menyelam. Perahu dan kapal juga menyumbang kerusakan, yang membuang jangkar di atas terumbu karang yang mengakibatkan patahan atau hancurnya karang ( Kordi, 2010).
Selain itu kerusakan karang juga dapat terjadi karena untuk menunjang kegiatan pariwisata maka dibangun berbagai sarana dan prasarana seperti hotel, restoran, pelabuhan, jembatan dimana pembangunannya tersebut sering menggunakan batu karang. Disamping itu kegiatan pariwisata juga akan meningkatkan eksploitasi sumberdaya di ekosistem terumbu karang untuk kebutuhan konsumsi maupun cindera mata. Permintaan yang tinggi menyebabkan eksploitasi biota-biota sulit dikendalikan.
Seperti halnya yang terjadi di Taman Nasional Bunaken, dimana luas tutupan karang setiap tahunnya mengalami penurunan, dan salah satu penyebabnya adalah aktivitas pariwisata itu sendiri. Untuk itu diperlukan kajian untuk melihat kondisi karang yang ada dalam menetapkan strategi pengelolaan pariwisata di TNB. Pengambilan data karang di TNB (bagian utara) yang terdiri atas Pulau Bunaken, Siladen, Mantehage, Nain dan Manado Tua dilakukan dengan menggunakan teknikmanta tow.
Pulau Bunaken terdiri atas 10 wilayah analisis, Pulau Siladen empat wilayah analisis, Pulau Mantehage lima wilayah analisis, Pulau Nain enam wilayah analisis, dan Pulau Manado Tua terdiri atas tujuh wilayah analisis. Pembagian wilayah analisis dilakukan berdasarkan kesamaan karakteristik terumbu karang pada wilayah tersebut. Selanjutnya
penilaian karang dilakukan berdasarkan kategori “sangat jelek”, “jelek”, “sedang”, “buruk”,
Tabel 9 K No Kategor 1 Sangat B 2 Baik 3 Sedang 4 Jelek 5 Sangat J Sumber: Dahl (1978) da Berdasarkan hasil anali
Bunaken masuk dalam kategor dalam kategori “jelek” (Gamba
Gambar 15 Kondisi Ka Pulau Bunaken
Pulau Bunaken memi Dalam melakukan analisis P
analisis bunaken 1 secara umum
dalam wilayah analisis tersebut penyelaman tersebut kondisi ka
Wilayah analisis buna
“sangat baik”, dan di dalam Raymond’s dan Mandolin. Kondi kategori “baik”. Wilayah anal kategori “baik”, dan dalam w Tengah dan Fukui. Kedua titik pe
dimana pada dua titik penyelam
-5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Sangat Baik Baik
Kategori penilaian karang
gori Percentile at Baik 76-100% 51-75% ng 31-50% 11-30% at Jelek 0-10%
1978) dalam UNEP (1993); Sukmara et.al. (2001); S nalisis secara umum kondisi karang di lima pula
gori “baik” dimana hanya Pulau Manado Tua da mbar 15).
Karang di Lima Pulau Taman Nasional Bunake
miliki karang dengan rata-rata masuk dalam
s Pulau Bunaken dibagi menjadi 10 wilayah
umum secara umum masuk dalam kategori “sa rsebut terdapat satu titik penyelaman yaitu Mi si karang masuk dalam kategori “sedang”.
bunaken 2 secara umum kondisi karang masuk
m wilayah analisis tersebut terdapat dua titik
Kondisi karang pada dua titik penyelaman terse nalisis bunaken 3 secara umum memiliki kondi
wilayah analisis tersebut terdapat dua titik
tik penyelaman tersebut memiliki karang denga
laman tersebut pada umumnya dikunjungi oleh
Baik Sedang Jelek Sangat Jelek
2001); Sudiono (2008). pulau Taman Nasional
a dan Siladen masuk
ken
am kategori “baik”.
ah analisis. Wilayah
“sangat baik”, dan di u Mike’s. Pada titik
asuk dalam kategori ik penyelaman yaitu
ersebut masuk dalam kondisi karang dalam
ik penyelaman yaitu
gan kategori “jelek”,
oleh penyelam pemula
Sangat Jelek Bunaken Manado Tua Mantehage Nain Siladen
atau untuk belajar menyelam. Hal ini terjadi karena pada dua titik penyelaman tersebut memiliki arus yang tidak kencang, dan rata sehingga sangat memungkinkan untuk kelas pemula.
Wilayah analisis bunaken 4 secara umum masuk dalam kategori “jelek”, sedangkan
wilayah analisis bunaken 5 secara umum masuk dalam kategori “sedang”. Wilayah analisis
bunaken 5 terdapat satu titik penyelaman yaitu Alung Banua, dengan kondisi karang pada
titik penyelaman tersebut masuk dalam kategori “jelek”. Hal ini disebabkan karena pada titik
penyelaman tersebut aktifitas wisata yang banyak dilakukan adalah snorkeling, sehingga banyak karang yang patah akibat terinjak.
Wilayah analisis bunaken 6 secara umum masuk dalam kategori “baik”, sedangkan
wilayah analisis bunaken 7 secara umum masuk dalam kategori “sedang”. Wilayah analisis
bunaken 6 terdapat satu titik penyelaman yaitu Tawara, dengan kondisi karang pada titik
penyelaman tersebut masuk dalam kategori “jelek”. Kegiatan pariwisata yang banyak
dilakukan pada titik penyelaman tersebut adalah snorkeling, sehingga banyak karang yang patah akibat terinjak.
Wilayah analisis bunaken 8 secara umum masuk dalam kategori “sangat baik”,
dengan titik penyelaman yang terdapat pada wilayah tersebut adalah Celah-celah, Lekuan 1, Lekuan 2 dan Lekuan 3. Kondisi karang pada titik penyelaman Celah-celah yaitu masuk
dalam kategori “sangat baik”, sedangkan pada titik penyelaman Lekuan 1, Lekuan 2, dan Lekuan 3 masuk dalam kategori “baik”. Kegiatan pariwisata yang banyak dilakukan pada
wilayah tersebut adalah menyelam, dan jalur katamaran dari titik penyelaman Lekuan 1 sampai titik penyelaman Muka Kampung (wilayah analisis bunaken 9).
Wilayah analisis bunaken 9 secara umum masuk dlam kategori “baik” dengan titik
penyelaman yang terdapat di dalam wilayah tersebut adalah Muka kampung dan Tanjung
Paser. Kondisi karang pada titik penyelaman Muka Kampung masuk dalam kategori “baik”, sedangkan pada titik penyelaman Tanjung Paser masuk dalam kategori “sangat baik”.
Kegiatan pariwisata yang banyak dilakukan pada wilayah tersebut adalah menyelam dan katamaran.
Wilayah analisis bunaken 10 secara umum masuk dalam kategori “sangat baik”,
dengan titik penyelaman yang terdapat di wilayah tersebut adalah Timur, Pangalisang dan Sachiko. Pada titik penyelaman Timur memiliki karang dalam kategori “sangat baik”, titik penyelaman Pangalisang masuk dalam kategori “baik”, sedangkan pada titik penyelaman Sachiko masuk dalam kategori “jelek”. Kegiatan pariwisata yang banyak dilakukan pada titik
penyelaman tersebut adalah menyelam.
Gambar 16 menunjukkan bahwa jumlah titik penyelaman yang ada di Pulau Bunaken adalah sebanyak 16 titik penyelman. Masing-masing titik penyelaman memiliki daya tarik wisata, seperti pada titik penyelaman Lekuan 1, Lekuan 2 dan Lekuan 3 dimana daya tarik utama pada titik penyelaman di wilayah tersebut karena memiliki tubir vertical, patahan dan lembah, terlindung dari gelombang/ombak, namun pada titik penyelaman Lekuan 2 sering ada arus kuat, dan terkadang arus bergerak ke bawah. Kehidupan bawah air yang terdapat pada titik penyelaman Lekuan 1 berupa berbagai kelompok besar ikan pemakan plankton: fusiliers, pyramid butterfly fishes, banner fishes, dan damselfishes, serta avertebrata berupa giant barrel sponges, black coral, lilin dan kipas laut/bulu ayam. Peluang temuan menarik adalah penyu hijau, hiu ekor hitam, ular laut, kerapu, ikan emperor besar, ikan kakak tua (tandukuhang), napoleon (maming), dan bobara.
Titik penyelaman Lekuan 2 kehidupan bawah air berupa penyu hijau, hiu ekor hitam, ular laut, kerapu, ikan emperor besar, ikan kakak tua (tandukuhang), napoleon (maming), dan bobara. Peluang menarik yang bisa dijumpai adalah berupa ular laut, hiu ekor putih, pari burung, ikan kakatua besar, gerombolan bobara, dan ikan maming (napoleon). Selanjutnya pada titik penyelaman Lekuan 3 karakteristik bawah air berupa ikan: ular laut, hiu ekor putih,
pari, burung, ikan kakatua, besar, gerombolan bobara, dan ikan maming (napoleon). Peluang temuan menarik berupa bara kuda, napoleon, penyu, dan pari papan.
Titik penyelaman Celah Celah dan Alung Banua daya tarik utama adalah penyelaman di malam hari. Karakteristik bawah air berupa tubir vertical dengan banyak patahan dan hancuran karang, sangat terlindung dari gelombang dan arus, dan khusus pada titik penyelaman Alung Banua terdapat beberapa goa kecil. Kehidupan bawah air pada titik penyelaman Celah-celah berupa ikan: ikan kupu-kupu, ikan kakak tua, dan ikan dokter (kulit pasir), serta invertebrates berupa berbagai jenis karang batu, karang hitam, gorgonians, ascidians dan lili laut. Selanjutnya pada titik penyelaman Alung Banua kehidupan bawah air berupa berbagai ikan terumbu: anthiases, ikan kakak tua, kupukupu, dan ikan keling, ikan gobi udang, lepu ayam, dan gerombolan besar gorara hitam serta avertebrata berupa: nudibrancia, karang lunak, spons, ascidians, dan berbagai bentuk karang batu. Peluang temuan menarik yang bisa dijumpai adalah berupa baracuda, napoleon besar, penyu sisik, penyu hijau dan pari papan.
Gambar 16 Peta kategori karang Pulau Bunaken dan Siladen Berdasarkan hasil survey manta tow.
Titik penyelaman Fukui memiliki karakteristik bawah air berupa lereng yang keseluruhannya dipenuhi oleh karang daun dan karang bercabang. Kehidupan bawah air berupa banyak gerombolan ikan: spade fishes, gorara hitam, barakuda sirip hitam, bobara, raja bao, ikan pelatuk besar, dan belut pasir/belut taman, serta invertebrates berupa spons tabung raksasa, dan kima raksasa. Peluang menarik yang dapat dijumpai adalah berupa barakuda besar,sweet lipsbesar, ikan napoleon, ikan kakaktua beasr, pari burung, mola mola, hiu kecil dan pari papan dan yang paling langka dan menarik dijumpai adalah perkawinan ikan keling cahaya, dan paracheilinus filamentous.
Titik penyelaman Mandolin memiliki karakteristik tubir karang vertical, dengan gua-gua kecil pada bagian yang lebih dalam, terumbu bagian atas sangat menarik dan beragam, dan sering ada arus yang kuat. Kehidupan bawah air berupa banyak gerombolan ikan pemakan plankton: lolosi, ikan kupu-kupu, damselfish, dan ikan peri besar, juga banyak terdapat ikan gobi merah. Avertebrata yang terdapat didalamnya berupa: karang hitam, gorgonia besar, dan ascidia. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa Green and Hawksbill turtles, sea snakes, white tip reef sharks, school of big eye tree valleys, barracudas, dogtooth tunas, eagle rays, sting rays, giant sweet lips, groupers and Napoleon wrasses.
Titik penyelaman Raymond’s karakteristik bawah air berupa tubir vertical, dengan
satu gua besar, terumbu bagian atas yang menarik, namun sangat rentan dengan kondisi alam karena terletak pada arah angin yang dapat menimbulkan badai. Kehidupan bawah air berupa ikan, dan mungkin merupakan lokasi paling kaya dalam keragaman ikan seperti: ikan peri, ikan kupu-kupu, ikan keling dan lain-lain, serta memiliki avertebrata berupa banyak lobster, hutan karang dan berbagai jenis karang batu dan karang lunak. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa seasnakes, large emperors, red snappers, groupers , dogtooth tuna, eagle rays and stingrays.
Titik penyelaman Mike’s karakteristik bawah air berupa tubir vertical berbentuk
amfiiheater, serta puncak terumbu terbuka terhadap ombak. Kehidupan bawah air berupa banyak anthias, ikan peri, tilefishes, dan memiliki avertebrata berupa bongkahan karang besar-besar, karang hitam, gorgonia raksasa, dan ascidia. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa white tip sharks, giant trivially, eagle rays, and occasionally very large, silvertip sharks.
Titik penyelaman Timur memiliki karakteristik bawah air berupa tubir vertical, dengan banyak celah dan gua kecil dan sangat menarik untuk kegiatan wisata snorkling. Memiliki kehidupan bawah air berupa ikan kupu-kupu, ikan dokter, ikan kakaktua, dan ikan keling/maming, dan avertebrata berupa banyak karang lunak (Nephthiidae), karang hitam, gorgonia, dan ascidia. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa penyu, hiu ekorputih, dan pari.
Titik penyelaman Muka Kampung memiliki karakteristik bawah air berupa lereng yang curam dengan celah dan gua kecil, sering terdapat arus yang kuat serta puncak terumbu bervariasi. Kehidupan bawah air yang terdapat di dalamnya berupa keragaman karang, spons dan ikannya tinggi. Banyak ikan pemakan plankton seperti lolosi, ikan kupu-kupu, banner fishes, dan damselfishes, goropa dan gorara malam, serta memiliki avertebrata berupa spons tabung raksasa, gorgonian, whip corals, dan ascidia. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa penyu hijau, ular laut, hiu ekor putih, pari burung, ikan emperor besar, bobara, dan juga terdapat kuda laut kate.
Titik penyelaman Tawar memiliki memiliki karakteristik bawah air berupa tubir vertikal, puncak terumbu terbuka terhadap ombak. Kehidupan bawah air yang terdapat di dalamnya berupa ikan dokter, ikan behang dan ikan kakak tua, serta memiliki avertebrata berupa spong tabung, karang hitam, gorgonia besar, dan ascidians. Peluang menarik yang dapat dijumpai adalah bobara besar dan ikan pelagis lainnya.
Titik penyelaman Saciko memiliki karakteristik bawah air berupa tubir vertikal dengan goa karang pada kedalaman, sangat terbuka terhadap ombak, terdapat karang-karang masif besar pada bagian atas terumbu. Kehidupan bawah air yang terdapat di dalamnya berupa ikan pemakan planton, lolosi, ikan kupu-kupu, ikan keling, ikan pelatuk gigi merah, dan ikan pari besar, serta ikan kaca pada goa-goa besar, serta memiliki avertebrata berupa karang hitam, gorgoniansbesar, danascidians. Peluang menarik yang dapat dijumpai adalah penyu hijau, barakuda, ular laut, ikan komet, hiu ekor putih, pari burung, ribbon sweetlips, ikanemperorsbesar, dan bobara. Jika beruntung dapat terlihat hiu paus.
Titik penyelaman Tengah memiliki karakteristik bawah air berupa dinding lereng curam, sering terdapat arus yang kuat, puncak terumbu bervariasi, serta keragaman karang spons dan ikan tinggi. Kehidupan air yang terdapat di dalamnya berupa ikan pemakan planton, lolosi, ikan kupu-kupu,bannerfishes,damselfishes, kerapu dan gorango malam, serta memiliki avertebrata berupagorgonians, spons, nudibracia,danascidians.
Titik penyelaman Pangalisang memiliki karakteristik bawah air berupa tubir vertikal dengan banyak celah dan gua kecil. Memiliki kehidupan bawah air berupa ikan kupu-kupu, ikan dokter, ikan kakak tua dan ikan maming, serta memiliki avertebrata berupa banyak karang lunak, karang hitam, gorgonia dan ascidians. Peluang menarik yang dapat dijumpai adalah penyu, hiu ekor putih dan pari.
Pulau Siladen
Secara umum kondisi karang di Pulau Siladen masuk dalam kategori “jelek”, karena
pada umumnya merupakan pulau pasir karang tanpa topografi yang berarti. Wilayah analisis Pulau Siladen dibagi menjadi empat wilayah analisis. Kondisi karang pada wilayah analisis
siladen 1 secara umum masuk dlam kategori “baik”, sedangkan wilayah analisis siladen 2
secara umum masuk dalam kategori “jelek”. Wilayah analisis siladen 2 di dalamnya terdapat
satu titik penyelaman yaitu Siladen 1, dengan kategori karang pada titik penyelaman tersebut
adalah “sedang”.
Wilayah analisis siladen 3 secara umum memiliki karang dalam kategori “jelek”, dan
wilayah analisis siladen 4 secara umum memiliki karang dalam kategori “sangat jelek”.
Wilayah analisis siladen 4 didalmnya terdapat satu titik penyelaman yaitu Siladen 2 dengan
kondisi karang pada titik penyelaman tersebut masuk dalam kategori “jelek”. Adapun daya
tarik wisata pada titik penyelaman Siladen 1, yaitu memiliki karakteristik bawah air berupa dinding karang vertikal, serta memiliki berbagai jenis karang batu dan karang lunak. Memiliki kehidupan bawah air berupa ikan kupu-kupu, goropa, ikan kakak tua, sidat, dan enam jenis anemon, serta memiliki avertebrata berupa karang lunak, gorgonia, lili laut, dan kima raksasa. Peluang menarik yang dapat dijumpai berupa penyu hijau, ikan cakalang, dan pari.
Titik penyelaman Siladen 2 memiliki karakteristik bawah air berupa rataan terumbu dengan pasir dan pecahan karang seperti bentuk aliran sungai akibat arus dan gelombang, terdapat karang batu (Porites) yang besar dan sering ada arus kuat. Kehidupan bawah air yang dimiliki berupa ikan goropa dan gorara besar, ikan keling, pari, dan belut pasir, serta memiliki avertebrata seperti gorgonia, karang lunak, whip corals, lobsters, dan udang mantis. Peluang temuan menarik yang dapat dijumpai berupa barakuda besar, ikan emperor besar, hiu ekor putih yang sedang istirahat, penyu, ikan napoleon dan pari burung.
Pulau Manado Tua
Secara umum Pulau Manado Tua memiliki karang dalam kategori “jelek”, dengan
umum mask dalam kategori “baik”, dimana dalam wilayah analisis tersebut terdapat dua titik penyelaman yaitu Tanjung Kopi dan Pangalingan. Kondisi karang pada titik penyelaman
Tanjung Kopi masuk dalam dalam kaegori “jelek”, sedangkan pada titik penyelaman Pangalingan masuk dalam kategori “sedang”.
Wilayah analisis manado tua 2 secara umummemiliki karang dalam kategori “jelek”,
sedangkan pada wilayah analisis manado tua 3 secara umum memiliki karang dalam kategori
“sedang”. Pada wilayah analisis manado tua 3 terdapat terdapat dua titik penyelaman yaitu
Batu Hitam dan Bualo. Kondisi karang pada titik penyelaman Batu Hitam masuk dalam
kategori “jelek”, sedangkan pada titik penyelaman Bualo masuk dalam kategori “jelek”. Wilayah analisis manado tua 4 secara umum memiliki karang dalam kategori “sangat
jelek”, sedangkan pada wilayah analisis manado tua 5 secara umum masuk dalam kategori
“sedang”. Wilayah analisis manado tua 5 terdapat satu titik penyelaman yaitu Negeri, dengan kondisi karang pada titik penyelaman tersebut masuk dalam kategori “baik”. Wilayah analisis
manado tua 6 secara umum masuk dalam kategori “jelek”, sedangkan pada wilayah analisis manado tua 7 secara umum memiliki karang dalam kategori “sedang” (Gambar 17).
Adapun daya tarik wisata pada titik penyelaman Bualo memiliki, dimana karakteristik bawah air seperti pemandangan dinding karang dengan banyak celah dan lembah serta gua kecil, sehingga baik untuk kegiatan wisata snorkeling. Memiliki kehidupan bawah air seperti