• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

5. Deskripsi Data Observasi

Deskripsi data observasi subjek MV dan HL akan dipaparkan dibawah ini. Observasi kepada HL dan MV masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali. Berikut adalah pemaparan hasil observasi MV dan HL.

a. Hasil Observasi MV

Observasi pertama pada subjek MV dilakukan tanggal 23 September 2016 tempat pelaksanaanya adalah kampus MV. Dari hasil observasi itu diketahui bahwa penampilan MV kekampus sesuai dengan dirinya sebagai perempuan, MV mengunakan celana panjang dengan kemeja. Rambut MV yang panjang, keriting, dibiarkan tidak terikat.

MV memiliki banyak teman di kampus. Hal itu terlihat ketika MV memasuki lingkungan kampus banyak teman yang menyapanya. Teman-teman yang menyapa MV dari berbagai angkatan dan berbagai jurusan. MV mudah berintraksi dengan orang lain dan memilki banyak teman. Respon MV menanggapi sapaan teman-temanya juga terlihat sangat ramah. Sesekali, MV memulai sapaan dan ngobrol sebentar dengan teman-temannya.

Aktivitas MV di kampus kuliah, kemudian bertemu dengan beberapa teman untuk berbagi cerita (ngobrol) dan mendengarkan cerita teman-temannya. Cerita yang dibicarakan adalah hal yang membangun satu sama lain. Hal yang MV alami di kuliahnya, masalah-masalah yang dihadapi teman-temannya, mereka saling memberikan masukan dan menguatkan satu sama lain.

Aktivitas lain yang MV lakukan di kampus adalah mengikuti kegiatan kerohanian. MV aktif dalam kegiatan kerohanian di kampus dan ikut terlibat sebagai pelayanan atau

pengurus didalamnya. Kegiatan MV di kampus dari pagi sampai malam. Setelah semua kegiatan MV selesai MV kembali ke rumahnya.

Hasil observasi kedua dilakukan pada tanggal 27 September 2016. Observasi dilakukan di Gereja tempat MV mengikuti sebuah komunitas mahasiswa Kristen dan tempat makan. Observasi ditempat itu dilakukan untuk melihat interaksi MV ketika bersama dengan teman-teman di komunitas yang MV ikuti diluar kampus.

Berdasarkan hasil observasi MV ketika bersama dengan teman-teman dikomunitas luar kampus yang diikutnya MV terlihat mampu bersosialisasi dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari cara berkomunikasi dengan teman-temannya, MV dapat menunjukan nada bicara, akspresi wajah, dan non-verbal yang ramah dan mampu menerima dengan baik teman-temannya. MV juga terlihat percaya diri untuk memulai pembicaraan.

Hal-hal yang bicarakan adalah hal-hal rohani, karena komunitas yang MV ikuti adalah komunitas rohani. Maka, MV dan teman-temannya banyak cerita tentang pengalaman MV selama satu minggu bersama dengan Tuhan, kebaikan Tuhan dalam hidup mereka, dan berbagi firman Tuhan.

Observasi juga dilakukan di tempat makan setelah MV mengikuti kegiatan ibadah dikomunitasnya. Di tempat makan MV

ngobrol dengan teman-temannya. Disela-sela ngobrol tampak MV sesekali tertawa dan becanda dengan teman-temannya. MV terlihat sangat nyaman berada dikomunitasnya.

Observasi ketiga pada subjek MV dilakukan pada tanggal 1 oktober 2016 di kosan MV. Observasi dilakukan di kosan MV untuk mengamati MV pada saat melakukan wawancara. Penampilan subjek pada saat wawancara mengunakan kaos putih dan celana jins dengan rambut terikat. MV tidak terlihat feminim seperti kata MV bahwa MV ingin menunjukan kesan perempuan yang kuat.

Pada saat melakukan wawancara tampak nada, ekpresi wajah MV menunjukan bahwa MV mengingat dengan jelas peristiwa-peristiwa yang MV alami sejak masa kecilnya. MV menjawab pertanyaan dari peneliti dengan tegas dan jelas. Setelah selesai wawancara MV membicarakan permasalahan pribadinya. Tapi, pada ujung sesi MV memperoleh jawaban dari permasalahan yang dialaminya.

b. Hasil Observasi HL

Observasi pertama pada subjek HL dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2016 tempat dilakukannya observasi adalah kosan HL. Observasi di kosan HL dilakukan untuk mengamati kegiatann HL selama di kosan. HL menyatakan bahwa sehari-hari HL banyak menghabiskan waktu dikosan.

HL jarang keluar kosan untuk sekedar pergi jalan-jalan atau bahkan cari makan. HL biasa masak untuk dia dan ponakannya makan sehari-hari. HL tinggal satu kamar kos bersama ponakan perempuanya. HL bersama ponakan perempuannya membeli sayuran bahan untuk memasak di depan kosannya dan mereka biasa memasak bersama.

Pemampilan HL ketika di kosan terlihat sederhana, HL mengunakan celana pendek dan kaos dengan rambut terikat. Penampilan HL memunculkan kesan keibuan. HL memiliki sifat keibuan, di kosan HL mudah berinterkasi dengan teman-teman kos dan terlihat memiliki hubungan yang dekat dengan mereka.

Kosan HL adalah tempat yang membuat HL merasa nyaman. Selain di kosan, HL menghabiskan waktunya di kampus, greja, dan tempat HL berkomunitas di luar greja. Hal-hal yang biasa dibicarakan oleh HL dan ponakannya adalah hal-hal yang membangun. HL dan ponakannya terbiasa saling curhat satu sama lain. Bahkan tak jarang ada teman-teman ponakan HL datang kesitu untuk curhat atau sekedar bermain di kosan HL.

Observasi kedua pada subjek HL dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2016. Tempat dilaksanakan observasi kedua di kampus HL sambil melakukan wawancara pada HL. Obervasi di kampus HL bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang dibiasa HL lakukan di kampus.

HL mengunakan pakaian yang rapih pada saat kekampus. Pakaian yang HL gunakan waktu itu adalah kaos, jaket, jelana panjang, dan sepatu sandal. HL lebih suka berpergian menggunakan pakaian yang tertutup. HL tidak suka mengunakan make-up dan lebih suka mengikat rambut.

HL mahasiswi yang cukup mengetahui kegiatan-kegiatan di kampus. Walaupun HL tidak banyak terlibat dikegiatan kampus tapi HL mengetahui kegiatan-kegiatan di kampus HL. Kegiatan kampus yang HL ikuti adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki unsur keagamaan.

Ekspresi wajah HL pada saat dilakukan wawancara di kampus terlihat sesekali bingung dan gugup dalam menjawab pertanyaan. Tampaknya HL berusaha mengingat dengan jelas peristiwa child abuse yang HL alami. Tapi, antara kata-kata dan ekpresi wajah HL terdapat kesesuaian. Misalnya HL mengatakan “peristiwa child abuse adalah peristiwa yang menyedihkan” tampak muka HL menunjukan ekpresi kesedihan yang mendalam.

Observasi ketiga pada HL dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2016. Tempat dilaksanakannya observasi adalah di gereja tempat HL berkomunitas diluar komunitas HL di kampus. HL ketika bersama dengan komunitasnya terlihat akrab dengan beberapa orang. HL terlihat nyaman ketika bersama dengan mereka. Hal itu terlihat ketika HL berbicara dengan

teman-temannya sesekali HL memegang tangan mereka. Interaksi HL bersama dengan teman-temannya baik.

Penampilan HL terlihat tertutup. HL kembali mengunakan celana panjang, kaos, dan jaket. Dengan rambut HL yang terikat rapih. HL selalu tersenyum dan menunjukan dia orang yang ceria. HL terlihat bahagia ketika bersama dengan komunitasnya. HL mengikuti kegiatan di komunitasnya dengan baik. HL juga terlibat didalamnya. HL terlihat percaya diri ketika berinteraksi dengan teman-temannnya.

B. Pembahasan

Pembahasan ini akan menjelaskan jawaban-jawaban pertanyaan penelitian; (1) Seperti apakah bentuk tindakan child abuse yang dialami oleh subjek? (2) Seperti apakah subjek memaknai peristiwa child abuse ketika subjek mengalaminya? (3) Seperti apakah gambaran konsep diri subjek setelah mengalami peristiwa child abuse? (4) Bagaimakah subjek memaknai peristiwa child abuse setelah subjek dewasa? (5) Seperti apakah gambaran konsep diri yang dimiliki subjek pada saat dewasa? (6) Faktor-faktor apa saja yang membentuk konsep diri subjek ketika subjek dewasa? (7) Bagaimana dinamika yang terjadi dalam diri korban child abuse sehingga korban memiliki konsep diri yang dimilikinya pada saat dewasa ini?. Pada pembahasan ini setiap pertanyaan akan dijawab berdasarkan pada teori-teori yang ada dan hasil dari penelitian.

1. Subjek MV

a. Bentuk tindakan child abuse

Defisini child abuse berdasarkan kesimpulan peneliti adalah peristiwa, perlakuan atau penyalahgunaan fisik, mental, atau seksual pada anak (berusia maksimal 17 tahun dan belum menikah) yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki usia lebih daripada anak atau dewasa. MV mengalami persitiwa, perlakuan atau penyalahgunaan fisik, mental, dan seksual di rentang usia 5 tahun sampai 14 tahun. Yang dilakukan oleh orangtua, kakak keponakan laki-laki, dan kakak keponakan perempuan.

Bentuk tindakan child abuse yang MV alami berdasarkan hasil penelitian adalah MV merasa dirinya tidak disayang, diabaikan, tidak berguna, dan orang tuanya jahat. Hal-hal itu membuat MV dua kali berniat untuk bunuh diri. MV juga mengalami tindakan child abuse secara fisik, seperti dipukulin oleh orang tuanya dengan mengunakan tangan, ikat pingang, dan rotan. MV dipukul berkali-kali seringkali sampai berbekas. MV juga sering dimarahin oleh orangtuanya. Selain itu, MV juga mengalami bentuk child abuse lain berupa pelecehan seksual tiga kali dari ponakan laki-lakinya pada usia 10 tahun. Pelecahan seksual yang pertama dilakukan oleh kakak sepupu laki-lakinya yang berusia 13 tahun dan yang kedua dilakukan oleh kakak sepupu perempuannya yang berusia 15 tahun sebanyak dua kali.

Berdasarkan kategori child abuse menurut American Medical Association tahun 1999 bentuk child abuse yang MV alami berupa phyisical abuse, sexual abuse, neglect, dan emosional abuse. Physical abuse merupakan perlakuan yang salah secara fisik. MV mengalami perlakuan salah secara fisik berupa dipukuli oleh orang tuanya. MV mengalami physical abuse berulang-kali oleh papa dan mama MV. Hal itu dapat dilihat dari hasil personal life line dengan kode PPL04bcaPA1, PLL06bcaPA1, PLL07bcaPA1, PLL08bcaPA1, PLL12bcaPA1, dan PLL15bcaPA1 seperti yang dipaparkan pada bagian deskripsi data. Sedangkan pada hasil wawancara dapat dilihat pada kode WW402bcaPA1, WW402bcaPA1, WW402bcaPA1, WW22i06bcaPA1, dan WW2207bcaPA1. Berikut adalah salah satu kutipan dari hasil personal life line yang menunjukan MV mengalami phsyisical abuse.

Aku semakin dimarahin papahku pulang kerja itu udah sore jam setengah 6 kalau gak salah. Aku dimarahin jam 7 aku inget banget itu pas mau belajar jam 7an. Aku dimarahin, aku dipukulin, pake ikat pinggang aku ingat banget diberdiriin di depan kamar aku dipukul pakai ikat pinggang, kakakku belajar dikasur. Aku ingat banget gak akan lupa aku. PLL05bcaPA1

Bentuk child abuse lain yang MV alami adalah sexual abuse. Sexual abuse merupakan perlakuan salah secara seksual. MV mengalami sexual abuse berupa pelecehan seksual secara fisik (hubungan seksual secara fisik) sebanyak tiga kali. Yang dilakukan

oleh kakak ponakan laki-lakinya sebanyak satu kali, dan kakak ponakan perempuannya dua kali.

Gambaran peristiwa sexual abuse yang dialami MV itu dapat dilihat pada hasil personal life line dengan kode PLL09bcaSA1, PLL10bcaSA1, dan PLL11bcaSA1. Selain itu, dapat dilihat dari hasil wawancara dengan kode WW9a08bcaSA1 seperti yang telah dipaparkan dalam deskripsi data. Berikut salah satu kutipan dari hasil personal life line MV yang menjelaskan peristiwa sexual abuse yang MV alami.

Aku mengalami pelecehan secara fisik. Aku gak ngerti ya dalam hatikupun seringkali aku bertanya aku perempuan tapi aku sudah mengalami pelecehan secara fisik… (jeda beberapa waktu) yah.. bisa diartikan sendiri. PLL10bcaSA1

MV juga mengalami bentuk child abuse berupa Neglect. Neglect merupakan tindakan diabaikan atau dilalaikan. Tindakan Neglect yang MV alami berupa MV merasa bahwa kebutuhan akan dukungan emosional dan cinta dari orangtunya tidak terpernuhi. MV tidak mendapat kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ingin MV lakukan di rumah. Tapi, MV hanya diperbolehkan melakukan hal-hal yang orang tua MV mau MV lakukan. Berikut adalah kutipan dari hasil personal life line MV.

Aku cuma tau aku dimarahin dan cuma melakukan apa yang mereka minta kalau gak aku dipukuin gitu. WW504bcaNg1

Peristiwa physical abuse memperkuat perasaan MV merasa kebutuhan akan dukungan emosional dan cinta dari orang tuanya tidak dipenuhi. Bahkan hal itu membuat MV seringkali ingin mengakhiri hidupnya. Hal itu dapat dilihat dari jawaban wawancara MV dengan kode WW705bcaNg1, WW705gkda1. Dapat dilihat juga dari jawaban personal life line MV pada kode PLL02-3rpca1, PLL03-4rpca1, PLL04-4rpca1, dan PLL05-5rpca1.

Bentuk child abuse lain yang MV juga alami adalah emosional abuse. Emosional abuse merupakan perlakuan yang salah secara emosional. Seperti yang telah dipaparkan pada bagian teori hal-hal yang anak alami membuat dia merasa tidak berharga. MV merasa diabaikan oleh orang tuanya, karena dari kecil MV sering ditinggal oleh kedua orang tuanya dan ketika MV akan berangkat kesekolah dan pulang sekolah MV pergi bersama tantenya. Hal itu dapat dilhat dari hasil personal life line MV dengan kode PLL02bcaEA1, PLL03bcaEA1. Berikut adalah salah satu kutipan hasil personal life line MV.

Itu pernah sampai aku merasa seperti itu. Papaku sering anter kesekolah tapi pagi sebelum berangkat kerja anter, tapi papaku dari aku kecil udah sering pergi-pergi dan memang aku lebih dekat sama omaku sama tanteku. Merasa terabaikan iya, tapi karena waktu itu posisiku TK jadi aku tidak merasa gimana-gimana. Tapi pada waktu aku SD aku merasa seperti itu. Bahkan merasa sangat terbaikan. PLL02bcaEA1

Peristiwa emosional abuse lain yang MV alami adalah semakin merasa tidak disayang karena punya adik,

dibanding-bandingkan dengan kakak MV, dikata-katai, diteriaki, MV merasa diabaikan, tidak dianggap (ditinggal di rumah sendirian), dan papa MV selingkuh. Hal itu dapat dilihat dari hasil personal life line MV dengan kode PLL04bcaEA1, PLL14bcaEA1, PLL16bcaEA1, dan dari hasil wawancara pada kode WW01bcaEA1 seperti yang telah dipaparkan pada bagian deskripsi data.

b. Pemaknaan MV terhadap peristiwa child abuse setelah mengalaminya.

MV memaknai peristiwa child abuse setelah MV mengalaminya sebagai peristiwa yang menyedihkan. Peristwa child abuse yang MV alami membuat MV merasa tidak berguna, tidak bisa menerima diri MV sendiri, kecewa dengan dirinya dan orang yang melakukan child abuse. MV juga menjadi orang yang lebih penakut, MV mengalami ketakutan ketika ingin melakukan sesuatu. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dalam hasil wawancara MV dengan kode WW501pcap1, WW202pcap1, dan WW403pcap1.

Peristiwa child abuse yang MV alami juga membuat MV lebih berhati-hati dalam melakukan banyak hal. Bahkan, seringkali MV bersembunyi-sembunyi ketika MV ingin melakukan sesuatu atau berbohong. Tampaknya MV benar-benar memaknai peristiwa child abuse yang MV alami sebagai peristiwa yang menyedihkan hal itu terlihat juga dari usaha MV untuk mengakhiri hidupnya atau

bunuh diri sebanyak tiga kali. Setiap pengalaman child abuse yang MV alami dari orang tuanya membuat MV merasa memiliki orang tua yang jahat. MV menyimpulkan setiap pemaknaannya demikian karena faktor sinetron. Berikut kutipan hasil wawancara MV.

Iya kan waktu masih kecil suka nonton sinetron aku. Sinetron kan kaya gitu papa mamaku jahat. Tapi itu memang kenyataan. WW704pcad1

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat MV menceritakan peristiwa child abuse yang MV alami terlihat jelas bahwa MV sedikit susah untuk menceritakan setiap peristiwa child abuse. Peneliti meyakini bahwa MV mengingat dengan jelas setiap peristiwa child abuse yang MV alami, karena MV menceritakannya dengan keyakinan, tidak terlihat ragu-ragu. Namun, MV menceritakan peristiwa itu dengan nada berat, sesekali harus terdiam dan menahan nafas. Peneliti menarik kesimpulan bahwa peristiwa child abuse yang MV alami adalah peristiwa yang paling menyedihkan dalam hidup MV. Hal itu dapat dilihat juga dari grafik personal life line yang dibuat MV, setiap peristiwa child abuse yang MV alami grafik itu turun dan beberapa grafik lebih turun dari peristiwa yang lannya.

MV merasa hidupnya tidak bermakna, dilihat dari pemaknaan MV yang negatif seperti yang dipaparkan diatas. Drs. Djamaludin Ancok (dalam Victor; 2003) mengatakan bahwa hidup tanpa makna akan menghasilkan para koruptor, peminum, pecandu

narkotik, dan orang yang membunuh dirinya sendiri. Hal itu juga dialami oleh MV, setelah MV mengalami peristiwa child abuse MV sempat menjadi peminum, pergi keklub malam, balapan liar, mastrubasi, dan melakukan kenakalan-kenakalan remaja. Kehilangan makna hidup membuat MV hidup menyakiti diri sendiri.

c. Konsep diri MV setelah mengalami child abuse

Gambaran konsep diri MV setelah mengalami child abuse sebelumnya telah dipaparkan pada bagian deskripsi data. Berdasarkan teori menurut Agustiani (2006) aspek-aspek dalam konsep diri terbagi menjadi 4 yaitu; aspek fisik, aspek psikologis, aspek moral, dan aspek sosial.

Aspek fisik yang ada dalam diri MV setelah peristiwa child abuse itu MV merasa bahwa dirinya berdosa akibat sexual child abuse yang dia alami. Perasaan itu muncul akibat kondisi fisiknya yang sudah tidak perawan lagi. Hal itu didapati dari hasil wawancara dengan MV. Berikut kutipan wawancara MV.

Iya aku menjadi korban. Tapi kan kalau aku dibegituin aku tetap berdosa. Ya aku korban tapi kan aku yang diperlakukan seperti demikian ya tetap aku berdosa. WW701af1

MV menyakini bahwa pada waktu MV mengalami sexual child abuse penampillan MV biasa saja seperti anak-anak pada umumnya, MV merasa bahwa penampilannya pada waktu

anak-lebih cantik dari ketiga saudaranya yang pada saat bersamaan ada bersama MV. Tapi, disisi lain MV juga merasa penampilannya biasa saja. Hal itu dapat dillihat dari hasil wawancara MV dengan kode WW1902af1, WW1903af1, WW1904af1, WW1905af1, dan WW1906af1. Berikut salah satu kutipan hasil wawancara dengan MV.

Biasa saja menurutku tapi kalau masalah kecantikan gak tau si. Aku gak tau kenapa aku. Padahal penampilanku kaya anak cowo tomboy tapi aku gak anti rok. Aku tomboy waktu kecil, tapi aku juga cewe ya maksudnya aku tomboy aku suka main, mainan anak cowo tapi aku juga main, mainan anak cowo. Aku tomboy rambutku pendek. Sampai aku SD kelas 2 kelas 3 aku itu udah rambutku panjang lagi. Sampai aku mengalami pelecehan itu aku udah kaya cewe lah perilakunya itu masih… aku gak takut gitu lho,.. lebih berani.. berani dalam arti ya seperti itu. WW1906af1 Berdasarkan kutipan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa sikap MV saja yang seperti laki-laki. Bukan pemampilan MV secara fisik walaupun rambut MV pendek. Tapi, lebih kepada suka bermain dengan laki-laki dan memainkan mainan laki-laki. Pada waktu kecil MV tidak suka main boneka barbie, main masak-masakan, atau mainan perempuan pada umumnya. Berdasarkan kutipan diatas juga MV menyatakan bahwa penampilan MV setelah SD kelas 2 atau 3 mengalami perubahan lebih feminim. Tapi, MV mengaku bahwa hal itu bukan karena peristiwa sexual child abuse yang MV alami.

Peristiwa child abuse lain yang MV alami dari orang tuanya ketika di rumah, MV menganggap dia mengalaminya

karena dia lebih kuat dari kakak MV. Hal itu dikarenakan dari kecil MV jarang sakit, sedangkan kakak MV sering sakit-sakitan. Penampilan MV yang tomboy menimbulkan kesan bahwa MV orang yang kuat menurut MV. MV menyatakan bahwa diri MV menjadi seperti “cowo” karena papa MV memperlakukan dia seperti cowo, membelikan mainan-maian cowo. Perlakuan itu berbeda dengan perlakukan papa MV kepada kakak MV. Berikut kutipan hasil wawancara MV.

Mungkin menurut orang tuaku aku lebih kuat daripada kakakku, karena aku waktu kecil sering sakit tapi gak sesering kakaku. Jadi aku dianggap lebih kuat. Lebih strong, secara fisik waktu masih kecil aku juga kaya anak cowo gitu lho. Tomboy. Jadi gitu, karena dari kecil ya papaku ini kalau misalnya kemana mau beli apa atau apa dikasihnya mainan cowo. Jadi kaya cowo, mungkin mereka meganggap aku lebih strong lebih kuat. WW1903af1

Peristiwa child abuse yang MV alami juga membuat MV merasa minder dengan kondisi fisiknya. Hal itu dikarenakan kondisi fisik MV yang tinggi dan sedikit membungkuk (karena memiliki kelainan tulang) berbeda dengan kondisi fisik kakak dia yang memiliki tubuh kecil. MV sering dimarahin sama mama dia akibat kondisi fisiknya yang membungkuk. Kondisi tubuh MV juga sering dibanding-bandingkan dengan kakak MV oleh supupu-sepupu MV. Akibat dari sering dibanding-bandingkan MV kehilangan rasa percaya diri. “Tidak PD” istilah yang digunakan MV untuk mengambarkan kondisi fisik diri MV waktu itu. Hal itu

Aspek psikologis MV yang MV miliki setelah mengalami child abuse adalah akibat MV sering dibanding-bandingkan dengan kakak MV, MV menjadi tidak percaya diri. Peristiwa child abuse yang MV alami membuat MV merasa minder, dengan kedua orang tuanya MV merasa sangat kecewa, MV juga mengalami kesulitan percaya dengan orang lain. MV juga tidak

Dokumen terkait