• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil observasi dan wawancara serta didukung dengan dokumen yang terkait menunjukkan adanya beberapa temuan tentang pengelolaan kelas di SD N Minomartani 2. Peneliti menganalisis pengelolaan kelas yang efektif, diantaranya berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas, merancang lingkungan fisik, menciptakan iklim belajar yang positif, dan menjadi seorang komunikator yang baik. Dengan melalui tahapan ini, guru dapat mengelola kelas dengan baik sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan.

1. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Guru setidaknya memahami enam prinsip dalam pelaksanaan kegiatan mengelola kelas yang efektif agar tercipta suasana kelas yang kondusif.

79

a. Sikap Hangat dan Antusias

Siswa akan senang mengikuti kegiatan belajar di kelas jika guru bersikap hangat dan antusias kepada mereka. Pelajaran yang dianggap sebagian orang sulit pun dapat menjadi lebih mudah bagi siswa apabila guru bersikap hangat dan antusias kepada mereka. Dalam hal ini kemampuan guru dalam menerapkan prinsip hangat dan antusias di SD Negeri Minomartani 2 rata-rata sudah cukup mampu memberikan sikap hangat dan antusias kepada siswa. Hal itu dikarenakan guru mencari berbagai cara agar siswa bisa lebih dekat dengan guru dan mempunyai semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan wawancara kepada guru dengan hasil bahwa guru mempunyai cara yang berbeda-beda.

Guru Trn melalui penggunaan apersepsi, yaitu berupa lagu ataupun sekedar menanyakan kabar. Guru Dw dan Umt melalui pendekatan kepada siswa dengan berbagai nasehat yang diberikan. Guru Ln melalui bersikap adil kepada siswa dengan memberikan kesempatan pada semua siswa untuk bertanya. Namun, ternyata yang dilakukan oleh guru Ln belum terealisasi.

Lna : Saat siswa itu saat mereka bertanya, ya sebisa mungkin rata satu kelas. Kadang yang nanya cuma itu-itu aja, jadi yang dijawab gak cuma penanya itu-itu terus, kalau bisa satu kelas dipancing untuk bertanya juga. Tetapi ya pada kenyataannya belum maksimal. (11 Mei 2016)

Guru Prh dengan berbicara hal-hal yang positif agar siswa senang dan guru berharap siswa tidak benci dengan guru. Guru Nrl membuat

80

siswa nyaman, saat menerangkan pelajaran harus dimulai dengan semangat, dan membimbing siswa hingga menguasai materi yang diberikan. Selain itu, berpenampilan yang menarik karena dengan melihat guru berpenampilan menarik, siswa akan ikut semangat dan tertarik mengikuti pelajaran.

Hasil wawancara guru didukung oleh pendapat dari siswa kelas I-VI diperoleh informasi bahwa guru sudah menerapkan prinsip hangat dan antusias kepada siswa, melalui siswa dibantu ketika mengalami kesulitan, bersikap adil, dan dibela kalau ada teman yang nakal. Selain itu, siswa diajari dengan pelan-pelan, dibantu ketika jawaban belum tepat, diberi nasehat-nasehat, diperhatikan, dan diajak bernyanyi bersama. Namun, beberapa guru terkadang terlihat murung ketika ada siswa yang ramai di kelas.

Dv : Dikit-dikit seneng, dikit-dikit gak. Kalau gak nya, pas lagi marah soalnya ramai. (siswa kelas I)

Tr : Semangat, mbak. Sama kadang kalau kita susah diatur, bu guru jadi ga semangat bahkan pernah nangis juga. (Siswa kelas V)

(12 Mei 2016)

Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat dengan hasil wawancara dari kepala sekolah yang diperoleh informasi bahwa rata-rata guru sudah memberikan sikap hangat dan antusias kepada siswa. Cara yang dilakukan, seperti memberi bimbingan kalau ada siswa yang belum menguasai materi, memperhatikan karakter tiap siswa, menyampaikan berbagai nasehat, dan menyampaikan materi dengan pelan-pelan. Dalam hal ini, guru kelas VI kreatif mencari media

81

pembelajaran baik media elektronik maupun karya sendiri sehingga siswa memahami materi tersebut serta memiliki semangat ketika mengajar.

Hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan sikap hangat dan antusias guru di sekolah. Hasil observasi tanggal 28 April 2016, guru Trn mendengarkan pendapat semua siswa, mengajak siswa bernyanyi untuk apersepsi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Selain itu, guru Trn menyimpan perlengkapan alat tulis siswa yang ketinggalan, dan rasa gembira ketika mengajar selalu ada.

Observasi pada 10 Mei 2016, guru Dw mendengarkan semua pendapat siswa dan membimbing siswa ketika mengalami kesulitan. Namun, guru Dw kurang terlihat gembira ataupun senyum selama kegiatan pembelajaran dan membiarkan siswa yang memukul teman. Sikap antusias yang ditunjukkan oleh guru Dw belum terlihat karena guru kurang semangat saat mengajar sehingga kondisi kelas kurang kondusif.

Observasi pada 3 Mei 2016, guru Ln membantu siswa yang mengalami kesulitan, membantu siswa merautkan pensil, bersikap adil saat memberikan kesempatan siswa lain untuk bertanya, dan terlihat cukup gembira ketika mengajar. Sikap antusias yang ditunjukkan guru kelas III sudah terlihat dengan semangat guru saat mengajar dan dengan membangkitkan semangat siswa melalui bernyanyi sorak-sorak

82

bergembira. Namun, masih banyak siswa yang terlihat belum semangat dan gembira mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil observasi 7 Mei 2016, guru Prh cukup gembira saat mengajar. Namun, sikap hangat kepada siswa belum terlihat karena perhatian guru masih belum menyeluruh sehingga beberapa siswa terlihat lemas serta banyak siswa asyik berbicara sendiri. Sebelum pembelajaran dimulai, guru selalu mengatakan berbagai hal positif atau pesan kepada siswa agar selalu diingat. Namun, ketika ada siswa yang belum tepat menjawab, guru membantu siswa dengan nada yang sedikit keras sehingga siswa menjadi takut ketika mau mencoba menjawab pertanyaan.

Observasi tanggal 12 Mei 2016, guru Umt mendengarkan pendapat dari semua siswa dan guru langsung membenarkan jawaban siswa yang belum tepat tanpa memarahi. Namun, guru terlihat kurang semangat mengajar ketika banyak siswa yang ramai dan sulit untuk diatur. Hasil observasi 14-16 Maret 2016 didapatkan bahwa guru Nrl menjelaskan dengan lemah lembut pada siswa yang belum paham dengan materi hingga siswa tersebut memahami materi. Selain itu, guru terlihat sangat gembira saat mengajar karena ketika ada siswa yang terlihat kurang semangat, guru membangkitkan semangat siswa melalui bernyanyi “Gambuh” dan“Disini Senang Disana Senang”. Lebih lanjut, bermain tepuk “kalau kau suka hati” dan guru membimbing siswa yang belum tepat menjawab hingga mampu mengerjakan sendiri dapat

83

menciptakan suasana kelas terlihat kondusif. Sikap antusias pun terlihat dari guru tidak pernah lemas selama mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa rata-rata guru di SD Negeri Minomartani 2 cukup mampu menerapkan prinsip hangat dan antusias kepada siswa dengan cara masing-masing. Namun, beberapa kelas masih terlihat kurang kondusif saat kegiatan pembelajaran dimulai. Berbagai cara yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas secara efektif dengan prinsip hangat dan antusias berbeda-beda. Cara yang dilakukan, yaitu melalui apersepsi, bersikap adil, berbicara hal-hal positif, selalu memberikan nasehat, dan membimbing siswa yang belum menguasai materi. Selain itu, memperhatikan tiap siswa, memberikan kenyamanan siswa melalui bernyanyi dan bermain tepuk, berpenampilan menarik dan ceria, serta selalu semangat saat mengajar.

b. Tantangan

Setiap siswa sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahu. Kemampuan guru untuk memberikan tantangan kepada siswa dapat meningkatkan semangat belajar sehingga hal itu dapat mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang. Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada siswa, peneliti melakukan wawancara kepada guru dengan hasil bahwa guru mempunyai cara yang berbeda-beda. Hasil wawancara guru Trn menggunakan apersepsi

84

sehingga siswa akan terpancing untuk saling mengungkapkan pendapat. Hal tersebut dikarenakan dengan cara guru memancing berbagai pertanyaan, maka siswa baru bisa mengeluarkan pendapat masing-masing. Berbeda dengan guru berkata,”Siapa yang mau bertanya?”

Trn : Kalau ditanya-tanya gitu, mereka baru keluar. Kalau ditanya,”siapa yang mau bertanya?” Mereka tidak mau, kita yang harus memancing mereka.

Selanjutnya, hasil wawancara guru Dw dengan memberikan pertanyaan yang cukup sulit untuk siswa sehingga siswa akan mencari jawaban dengan berbagai cara. Cara ini sama dengan yang dilakukan oleh guru kelas III dan IV dengan melalui berbagai pertanyaan yang belum diketahui siswa.

Lna : Kadang ngasih pancingan-pancingan pertanyaan yang mereka gak tahu, tapi yang menarik. Terkadang bisa di luar pelajaran yang itu berhubungan. Bisa juga sesuai dengan hobi mereka. (11 Mei 2016)

Prh : Saya selalu menyampaikan beberapa pertanyaan baik yang sesuai dengan pelajaran maupun yang gak. Nanti dengan beberapa pertanyaan itu kan, nanti timbul bermacam-macam pertanyaan pada anak. Sehingga nanti akan ada pengembangan. Pengembangan dari satu bertanya, dan pengembangan untuk dia yang bertanya. (2 Mei 2016) Hasil wawancara guru Umt diperoleh informasi bahwa siswa kelas V sudah terlalu aktif dalam hal bertanya sehingga guru tidak perlu memberikan motivasi ataupun tantangan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Kemudian, hasil wawancara guru Nrl berupa permainan kuis dengan reward agar siswa berlomba-lomba untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Kuis yang diberikan jangan terlalu mudah agar siswa berusaha mencari jawaban=,

85

terutama melalui membaca buku. Dari situlah secara tidak langsung dapat membuat siswa menjadi membaca buku.

Hasil wawancara guru diperkuat dengan pendapat siswa kelas I-VI yang diperoleh informasi bahwa siswa diberi kuis sebelum pelajaran dimulai (breakfast) dan akan pulang sekolah. Selain itu, beberapa guru menyisipkan permainan di kelas sehingga siswa kelas I dan VI mempunyai semangat belajar yang tinggi. Namun, kelas II-V terkadang merasa lemas dan bosan di kelas.

Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat oleh pendapat dari kepala sekolah yang mengatakan bahwa guru kelas I-VI 80% sudah mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Cara yang dilakukan dengan melalui apersepsi atau pancingan pertanyaan yang meminta siswa untuk berlomba menjawab. Hal itu dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan tentang prinsip pemberian tantangan siswa di kelas. Hasil observasi 28 April, 3 Mei, dan 9 Mei 2016, guru Trn, Dw, dan Ln memberikan berbagai pertanyaan bertingkat dan memberikan soal-soal. Dilihat dari hasil observasi tersebut, siswa kelas I lebih banyak yang ingin menjawab dan menyelesaikan soal yang diberikan. Namun, siswa kelas II dan III hanya beberapa siswa yang mau menjawab pertanyaan dan menyelesaikan soal yang diberikan. Observasi yang dilakukan di kelas

86

IV pada tanggal 28 April dan 7 Mei 2016 di mana guru Prh kurang mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa karena dari berbagai pancingan pertanyaan, hanya dua siswa yang mau menjawab. Selain itu, banyak siswa yang tidak mempunyai keinginan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Hasil observasi tanggal 10 Mei 2016, guru Umt memberikan pertanyaan dadakan setelah siswa membaca bacaan dan melihat film sehingga semua siswa berlomba-lomba untuk mencari jawaban. Tanggal 14-16 Maret 2016, guru Nrl memberikan tantangan pada siswa melalui berbagai pancingan pertanyaan, memberikan soal, dan memberikan kuis dadakan di mana siswa yang bisa menjawab akan terbebas dari hukuman. Selain itu, melakukan diskusi tentang penggunaan alat tradisional menggunakan metode Teams Games Tournaments (TGT), dan menceritakan kembali isi film yang telah dilihat sehingga rasa ingin tahu siswa meningkat. Hal ini dapat terlihat melalui antusias siswa saat menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi film yang telah dilihat.

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa prosentase rata-rata guru mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa, yaitu 80%. Beberapa cara yang telah dilakukan guru membuat rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat terutama siswa kelas I, V, dan VI. Adapun cara yang dilakukan guru untuk memberikan tantangan

87

pada siswa berbeda-beda, yaitu memberikan berbagai pertanyaan bertingkat yang bersifat mendadak, menggunakan apersepsi, memberikan soal-soal latihan, permainan kuis dengan menggunakan

reward, dan penggunaan metode Teams Games Tournaments (TGT).

c. Bervariasi

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, variasi gaya mengajar guru sangatlah dibutuhkan karena dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan. Peneliti melakukan wawancara pada guru dengan hasil bahwa guru mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menentukan variasi mengajar di kelas. Guru Trn menggunakan media pembelajaran, pelajaran di luar kelas, dan berdiskusi. Media pembelajaran yang digunakan, seperti gambar, mikrofon, dan kertas lipat. Guru Dw dengan bernyanyi, bermain tepuk, diskusi, atau bisa juga pelajaran di luar kelas. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara oleh guru Ln yang melakukan variasi mengajar, seperti diskusi, tanya jawab, dan permainan. Untuk permainan tidak terlalu sering karena tipe anak yang terlalu senang dengan bermain sehingga suasana kelas akan menjadi ramai.

Lna : Tapi permainan gak terlalu sering karena tipe anak kelas saya kan senengnya main. Jadi, kalau sudah main tu jadi ramai. Jadi, biasanya tu kayak dibuat kuis lomba-lomba. Jadi kalau bisa menjawab bisa dapat bintang atau apa. Berbeda dengan guru Prh yang menggunakan kata-kata menghibur, kadang menyindir baik yang positif maupun negatif, dan memberikan gambaran contoh mana perilaku yang baik dan kurang baik. Guru Umt melakukan diskusi, menggunakan media pembelajaran

88

(misalnya, video), metode pembelajaran berupa pelajaran di luar kelas dan metode wawancara, serta memberikan soal-soal latihan. Guru Nrl mengajak siswa bernyanyi yang berkaitan dengan pelajaran, membuat perlombaan kuis dengan reward, dan pelajaran di luar kelas. Perlombaan kuis dengan reward yang dimaksud, yaitu ketika ada siswa yang menjawab benar maupun kurang benar akan mendapatkan reward

yang berbeda.

Hasil wawancara tiap guru diperkuat oleh pendapat dari siswa kelas I-VI diperoleh informasi bahwa guru selalu berpindah posisi saat mengajar di kelas, serta beberapa guru pernah menggunakan alat peraga, seperti video, gambar, dan bagan saat menjelaskan materi. Beberapa guru menjelaskan materi dengan santai sehingga siswa merasa tidak terlalu bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat oleh pendapat dari kepala sekolah bahwa sebagian guru sudah variatif saat mengajar. Rata-rata variasi yang digunakan itu, seperti posisi mengajar guru tidak berpusat pada satu titik, menyampaikan materi dengan santai sehingga siswa mudah memahami, ada juga yang memberikan penekanan pada kata-kata penting, ada yang senyum ataupun datar ketika menyampaikan materi di kelas. Selain itu, media yang digunakan, seperti video dan gambar, serta metode yang digunakan, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, dan permainan. Namun, ternyata guru kelas VI merupakan guru yang paling variatif karena pemilihan materi

89

jelas begitupun dengan metode mengajar guru sehingga siswa merasa tertarik dan ingin langsung bertanya.

Rmnh : Guru kelas VI karena anak-anak kalau dengan gurunya, ketika guru mengajar, pemilihan materi terasa jelas, mereka merasa tertarik, mereka langsung bertanya. Tapi, kalau ditanya apakah anaknya pinter semua? Jawabannya enggak. Tapi, gurunya juga termasuk saya nilai bagus untuk inovasinya. (4 Mei 2016)

Data ini diperkuat dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil observasi tanggal 14-16 Maret 2016, guru Nrl tidak hanya berada pada satu titik saja saat mengajar dan menyampaikan materi dengan santai, menggunakan metode TGT dan bernyanyi “Gambuh” bersama siswa, menggunakan media pembelajaran berupa video, dan bermain tepuk bersama siswa. Tanggal 28 April 2016, guru Trn memberikan penekanan pada kata-kata terpenting, menggerakan anggota badan, serta mimik wajah terkadang senyum dan terkadang tegas. Selain itu, posisi mengajar guru selalu berpindah-pindah, serta menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Hal ini membuat siswa menjadi tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Observasi pada 7 Mei 2016, guru Prh memberikan penekanan pada kata-kata yang penting, menggerakkan anggota badan, serta mimik wajah berubah terkadang senyum dan terkadang serius. Selain itu, posisi mengajar lebih condong berada di depan kelas, serta menggunakan metode ceramah dan diskusi. Lebih lanjut, guru menyisipkan dengan menyindir siswa yang berperilaku sedikit

90

menyimpang. Namun, banyak siswa yang terlihat bosan dan kurang tertarik dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Observasi pada 9 Mei 2016, guru Ln memberikan penekanan pada kata-kata yang penting, menggerakkan anggota badan, mimik wajah berubah terkadang senyum dan terkadang serius, posisi mengajar berpindah-pindah, serta menggunakan metode pemberian tugas, ceramah, dan diskusi. Namun, hanya beberapa siswa yang tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

Observasi 10 Mei 2016, guru Dw memberikan penekanan pada kata-kata yang penting, menggerakan anggota badan, mimik wajah monoton, posisi mengajar berpindah-pindah, dan menggunakan metode diskusi, ceramah, dan tanya jawab. Namun, banyak siswa terlihat bosan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi 12 Mei 2016, guru Umt memberikan penekanan pada kata-kata terpenting, menggerakkan anggota badan, mimik wajah lebih condong datar, dan posisi mengajar berpindah tetapi tidak keseluruhan titik kelas. Selain itu, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, serta menggunakan media pembelajaran berupa video saat menonton film perang kemerdekaan Indonesia. Lebih lanjut, guru menyisipkan bermain tepuk bersama siswa. Hal yang telah dilakukan oleh guru masih belum optimal karena masih banyak siswa yang merasa bosan sehingga banyak siswa berbicara sendiri dan bermain bersama teman ketika kegiatan pembelajaran.

91

Berdasarkan hasil wawancara guru, siswa, dan kepala sekolah serta observasi yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa sebagian guru sudah variatif saat mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kelas yang mempunyai semangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, yaitu kelas I dan VI. Variasi mengajar tiap guru berbeda-beda cara, yaitu berupa memberikan penekanan pada kata-kata terpenting, menyampaikan materi dengan santai dengan menggerakan anggota badan, dan mengelola mimik wajah. Selain itu, posisi mengajar guru berpindah-pindah, serta metode yang digunakan berupa ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, pelajaran di luar kelas, permainan, dan TGT. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan, yaitu gambar, video, kertas lipat, dan mikrofon. Lebih lanjut, saat pelajaran terdapat guru yang menyisipkan bernyanyi bersama, bermain tepuk, melakukan lelucon, dan menyindir anak. Cara lain yang digunakan, yaitu memberikan gambaran contoh perilaku baik maupun kurang baik sehingga siswa merasa tidak bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

d. Keluwesan

Keluwesan dalam konteks mengelola kelas merupakan keluwesan perilaku guru untuk mengubah metode mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa. Peneliti melakukan wawancara pada guru dengan hasil bahwa guru mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menerapkan prinsip keluwesan. Guru Trn memberikan sarapan soal dan

92

sebelum pulang memberi soal MTK dapat meningkatkan kemampuan siswa pada materi MTK karena masih banyak siswa yang belum menguasai materi penjumlahan dan pengurangan. Guru Dw menggunakan metode make a match dan NHT dapat membuat siswa tidak bosan untuk mengikuti pelajaran di kelas dan meningkatkan kemampuan pada masing-masing siswa dalam memahami materi. Guru Ln melempar pertanyaan kepada tiap siswa dengan rata akan mengetahui siswa mana yang belum memahami materi yang disampaikan.

Lebih lanjut, guru Prh diperoleh informasi bahwa materi dapat tersampaikan dengan baik dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru Umt dengan berdiskusi, siswa akan jauh lebih memahami materi yang disampaikan. Guru Nrl menggunakan metode permainan, diskusi, dan perlombaan antar kelompok. Metode permainan dimaksudkan agar siswa tidak mudah bosan dan menjadi semangat belajar. Diskusi mengajarkan siswa untuk kerjasama sekaligus meningkatkan pemahaman siswa, serta perlombaan antar kelompok bertujuan untuk membuat siswa menjadi aktif, cekatan, dan tentunya lebih memahami materi dari setiap pertanyaan yang diajukan.

Hasil wawancara tiap guru diperkuat dengan pendapat dari siswa kelas I-VI diperoleh informasi bahwa siswa diberi sarapan soal dan sebelum pulang pulang diberi soal, tanya jawab, permainan, dan perlombaan kuis. Hal tersebut membuat siswa memahami materi yang

93

disampaikan oleh guru dan tidak mudah bosan. Hasil wawancara guru dan siswa diperkuat oleh pendapat dari kepala sekolah di mana sebagian guru sudah mampu menerapkan prinsip keluwesan.

Adapun prinsip keluwesan yang dilihat selama penilaian, seperti menggunakan metode tanya jawab untuk mengetahui kemampuan siswa dan permainan untuk membangkitkan semangat siswa. Selain itu, menggunakan perlombaan kuis (TGT) untuk melatih kerja sama tiap kelompok dan meningkatkan pengetahuan tiap siswa. Namun, tingkat keluwesan paling tinggi dimiliki oleh guru kelas VI. Hal ini dikarenakan mampu menyesuaikan metode mengajar dengan kondisi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pelajaran sehingga suasana kelas terlihat kondusif.

Rmnh : Guru kelas VI karena kalau saya menilai itu beliau bisa menyesuaikan metode mengajar dengan kondisi siswanya. Jadi, siswa tidak terlihat bosan. Cara mengajarnya juga membuat anak jadi bisa fokus

Dokumen terkait