• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Identitas Key Informan

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan cara mendatangi dan menanyai langsung kepada para informan mengenai hal-hal yang menjadi kepentingan dalam penelitian. Dari pengumpulan data yang diperoleh peneliti, informan pada penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 3

(tiga) orang key informan yaitu laki-laki yang pilihan orientasi seksualnya

homoseksual (gay), 1 (satu) orang informan tambahan yaitu sahabat dari salah

satu key informan, dan 1 (satu) nara sumber yaitu psikolog.

Alasan peneliti mengambil 3 (tiga) orang laki-laki homoseksual sebagai

key informan yaitu berkaitan dengan fenomena yang diteliti yaitu mengenai

presentasi diri yang ditampilkan oleh mahasiswa homoseksual gay kepada orang

lain ketika berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut dilakukan untuk dapat memperoleh sebuah realitas yang objektif dari pelaku secara

langsung. Adapun ketiga orang laki-laki yang menjadi key informan peneliti

sudah mewakili kriteria informan yang telah dibahas di BAB III.

Sebenarnya dalam pencarian key informan, peneliti cukup mendapatkan

kesulitan dalam mendapatkan informan yang bersedia untuk diteliti. Meskipun saat ini banyak individu homoseksual di kota Serang, namun tidak semua

mahasiswa gay yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian bersedia untuk di wawancarai dan juga bersedia menjadi informan. Hal tersebut karena homoseksual masih diaggap hal tabu oleh sebagian masyarakat sehingga laki-laki homoseksual tersebut masih merasa hal tersebut sebagai aib, dan malu apabila orang lain mengetahui.

Dalam penelitian ini, dikarenakan data diri key informan bersifat rahasia,

untuk itulah peneliti tidak menyebutkan nama asli key informan juga tidak

memakai dokumentasi key informan dan hanya memakai inisial nama. Untuk

informan tambahan peneliti menyertakan identitas asli. Berikut merupakan informan dalam penelitian ini:

1. Key Informan 1 AL

AL laki-laki yang berusia 23 tahun ini merupakan anak terakhir dari 8 bersaudara, saudara-saudari AL sudah menikah dan mempunyai anak. AL merupakan mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi t ternama di

kota Serang. AL dilahirkan di lingkungan keluarga yang religius. Dalam keluarga,

AL merasa paling dekat dengan ibu dan saudara perempuannya yang masih tinggal serumah dengannya dan orangtuanya. Karena waktu yang dihabiskan AL dengan ayahnya lebih sedikit, waktu yang ada hanya sebatas pada waktu makan malam saja. Ayah AL merupakan sesosok laki-laki yang taat sekali dengan agama, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk beribadah, yaitu untuk memberikan ajaran mengenai agama kepada lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan juga untuk mengaji.

Meskipun ayahnya mempunyai sedikit waktu dengan AL, dia tidak serta merta menyalahkan ayahnya dengan kondisinya yang saat ini memutuskan untuk menjadi seorang homoseksual. Banyak orang yang menyalahkan orang tuanya

dengan kondisi mereka menjadi seorang laki-laki homoseksual atau gay karena

kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ayahnya. Tetapi AL tidak sama sekali menyalahkan orang tuanya dengan kondisinya yang seperti ini.

Menurut AL dia bisa menjadi seorang gay karena itu pure dari pilihannya sendiri.

Pada saat kecil AL sudah ditanamkan nilai-nilai agama oleh orang tuanya,

karena latar belakang keluarga yang memang religius, orang tua menekankan

pada pendidikan agama, karena menurut mereka pendidikan agama itu yang membawa seseorang untuk bekal di akherat. Tetapi, prinsip AL dalam hidupnya lebih mendekatkan pada pendidikan ilmu pengetahuan, karena dengan semakin tinggi ilmu pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang, maka orang lain akan menghormati dan menghargainya. AL sendiri mengakui dia masih bingung

mengapa dia bisa menjadi laki-laki homoseksual gay, padahal dia sudah

mendapatkan pendidikan agama yang mencukupi dari orang tuanya. Dan waktu AL TK (taman kanak-kanak), dia sekolah TK (taman kanak-kanak) sore yang pendidikannya lebih ditekankan pada agama, AL juga SMP (sekolah menengah pertama) dan SMA (sekolah menengah akhir) disekolahkan di sekolah agama.

AL mulai merasakan gejala dia lebih tertarik dengan sesama jenis yaitu laki-laki pada saat dia SD (sekolah dasar) tepatnya pada saat AL duduk di bangku kelas 3 SD (sekolah dasar). AL lebih tertarik bersosialisasi dengan perempuan, tapi sikap yang ditampilkan AL pada saat itu tidak meniru seperti tingkah laku

seorang perempuan yang apabila dalam bahasa pokem atau gaulnya yaitu “ngondek”. AL mulai merasakan ada keanehan dalam dirinya ketika dia merasa tertarik dengan laki-laki yang lebih dewasa sejak dia masih kecil. Pernah pada saat dia masih kecil, AL menyaksikan adegan film “dewasa”, dan justru AL merasa lebih tertarik melihat laki-lakinya ketimbang adegan yang dimainkan oleh perempuan.

Key informan pertama ini yaitu AL merupakan pribadi dengan kriteria gay

sebagai tipe boyish. Karena tidak nampak secara nyata atau tidak cenderung

menunjukkan homoseksualitasnya. AL merupakan individu homoseksual gay

dengan karakter pribadinya yang masih cenderung tertutup dengan orang disekitar

lingkungan sosialnya mengenai identitasnya sebagai seorang gay. Hal ini

disebabkan karena lingkungan tempat tinggalnya yaitu di Cilegon dan kota Serang tempat dia menjalani aktivitasnya sebagai seorang mahasiswa, masih memandang

bahwa individu homoseksual khususnya gay masih tabu dan belum bisa diterima

keberadaannya. Sehingga AL harus tetap menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya tersebut, sehingga AL menyadari bahwa dia seperti mempunyai 2 (dua) kepribadian, dengan situasi sosial dan identitas sosial yang berbeda.

2. Key Informan 2 EL

EL laki-laki kelahiran Serang, pada saat ini berusia 22 tahun. Merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Saudara pertama laki-laki dan yang kedua saudari perempuan. EL merupakan mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi terkemuka

yang ada di kota Serang. Dalam perkuliahannya dia mengambil jurusan manajemen.

EL dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis. Meskipun EL tidak seperti AL yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang menekankan kepada

ajaran agama atau religius tetapi EL memahami ajaran agamanya dengan baik. EL

mengetahui bahwa dalam ajaran agamamnya tidak diperbolehkan hubungan antar sesama jenis. Oleh sebab itu sama halnya dengan AL, EL termasuk pribadi yang

tertutup mengenai pilihan orientasi seksualnya sebagai homoseksual gay di

lingkungan sosialnya. Hal ini karena EL merasa selaku individu homoseksual yang tinggal di kota Serang, dengan serang yang identik dengan kota santri

sehingga masih sulit bagi EL untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai gay ketika

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

“untuk gay mungkin dari cara pandang kita ya… it’s okay aja, ya kaya cewek sama cowok aja melakukan hubungan seksual kaya gitu, nah.. kalo ini bedanya kita ya sesama, cuma kalo untuk yang normalnya kalo di Indonesia itu sangat dilarang gitu, dan untuk di lingkungan saya sendiri di kota Serang itu menjadi masalah yang tabu, sangat tabu malah, karena mungkin masih daerah mungkin yaa mereka masih takut gitu, mungkin kaya kota-kota besar kaya Jakarta, Bandung, kalo gak Bali dan Bali juga baru ini katanya sudah ada pernikahan sesama kaya gitu.” 48

Proses EL mulai merasa tertarik dengan laki-laki hampir sama dengan key

informan yang pertama, yaitu pada saat dia masih duduk di bangku SD (sekolah dasar), akan tetapi, EL mulai menyadari dan yakin bahwa dirinya adalah seorang

gay yaitu pada saat dia duduk di bangku SMA (Sekolah menengah atas), di mana

sewaktu SMA (sekolah menengah atas) adalah masa-masanya remaja yang sedang mencari jati diri, penasasran akan segala hal. Di mana pada saat remaja itu dia

                                                                                                                         

48

pernah diajak oleh pasangan laki-lakinya untuk melakukan hubungan intim atau

making love, dan EL merasakan sebuah rasa kenikmatan seksual dan yang pada akhirnya menguatkan perasaan EL lebih tertarik dengan laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Penampilan EL seperti halnya laki-laki metroseksual dimana EL sangat menjaga penampilan tubuhnya, mulai dari kerapihan cara berpakaian, menjaga

kebersihan badan dan kulit muka serta senang menggunakan parfum untuk

wangi-wangian di tubuhnya. EL mengakui bahwa merawat kebersihan badan terutama kulit wajah sangat penting. Bahkan dia pun tidak sungkan untuk pergi ke salon

khusus hanya untuk sekedar facial dan merapihkan rambut dan ke tempat gym

untuk melakukan fitness. Menurut EL dia hampir sama dengan laki-laki metroseksual yang senang untuk menjaga kebersihan dan kerapihan penampilannya, hanya saja terdapat perbedaan yang terletak pada pilihan orientasi seksualnya. Apabila pria metroseksual tertarik dengan perempuan, sedangkan dia sebagai pria homoseksual lebih tertarik dengan sesama jenis yaitu laki-laki.

3. Key Informan 3 YEL

YEL merupakan laki-laki berusia 22 tahun yang berprofesi sebagai seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota Serang. YEL tinggal di daerah Cilegon. YEL merupakan anak terakhir dari 3 (tiga) bersaudara. Saudara pertamanya adalah perempuan dengan jarak usia 7 tahun dengannya, sedangkan saudari keduanya adalah perempuan dengan jarak usia 3 tahun dengan YEL. Kedua saudara perempuannya sudah menikah dan mempunyai seorang anak. YEL adalah anak yatim sejak usianya 9 tahun, dia tinggal bersama dengan ibu dan

kedua saudara kandungnya. Di keluarga, YEL dekat dengan ibunya, karena memang YEL sudah di tinggal pergi (yatim) oleh ayahnya dari usianya yang masih kecil, gambaran mengenai sosok ayahnya sendiri sudah agak memudar dari ingatannya, yang dia ingat ayahnya adalah sesosok laki-laki yang tegas.

Informan ketiga ini yaitu YEL mengakui bahwa keluarganya bukanlah

orang yang terlalu religius dengan agama. Bagi YEL kehidupan itu harus balance

sehingga dia tidak hanya menekankan kehidupanya dalam aspek agama tetapi juga sosial dan ilmu pengetahuan. Meskipun begitu YEL tetap berusaha untuk menjalankan rutinitas ibadah dalam agamanya dengan sebaik mungkin. YEL juga memahami hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam agamanya, salah satunya yaitu tentang pilihan orientasi seksual. Bahwa pilihan orientasi seksual yang diperbolehkan yaitu heteroseksual, sedangkan pilihan orietasi yang dipilihnya merupakan pilhan yang menyimpang dalam agamanya. Akan tetapi, YEL memiliki kebebasan dalam memilih pilihan orientasi seksualnya tersebut. Karena bagi YEL yang mengetahui perasaan dan keinginan yang sesungguhnya diinginkan olehnya hanyalah dirinya seorang. Orang lain tidak bisa mengetahui apa yang dia rasakan.

YEL merupakan individu dengan karakter yang ceria dan agak sedikit

lenjeh dari gaya berbicaranya. YEL termasuk juga dalam kategori gay sebagai

tipe sissy, kata itu dimaksudkan untuk menunjukkan perilaku mereka yang secara

aneh sebagai kewanita-wanitaa. YEL termasuk pribadi yang dapat meramaikan suasana ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya. YEL juga tidak menutup kemungkinan untuk berteman dengan siapa saja. Karena baginya orang

juga tidak akan menilai dirinya yang aneh-aneh atau berpikiran bahwa dirinya adalah seorang pria homoseksual selagi YEL tetap berperilaku sebagaimana semestinya dengan menjaga sikapnya. Meskipun karakter YEL yang dia tampilkan seperti itu, YEL merupakan orang yang sangat menjaga akan kerahasiaan orientasi seksualnya yang dianggap berbeda dengan yang lain. Dia berusaha menyembunyikan perilaku homoseksualnya dari lingkungannya. Hal ini dia lakukan sebagai upaya untuk tetap menjaga nama baik dan perasaan ibunya. Dimana menurutnya ibunya merupakan seorang perempuan sensitif.

Proses key informan ketiga ini menjadi gay, berbeda dengan key informan

sebelumnya, di mana key informan yang ketiga ini, yaitu YEL pada saat dia masih

kecil, dia pernah mengalami pelecehan seksual, YEL sendiri pernah di suruh untuk berbuat penetrasi “onani”. Beberapa tahun kemudian YEL pernah melakukan kegiatan seksual seperti itu lagi terhadap sesama jenis, dan sadisnya perbuatan tersebut dilakukan dengan saudaranya. Setelah peristiwa tersebut terjadi, YEL merasakan mendapatkan kenikmatan seksual dari hsil berhubungan

intim (making love) nya tersebut dengan laki-laki, sehingga hal-hal ini yang

membuat EL merasa lebih nyaman dan merasa lebih tertarik dengan sesama jenis yaitu laki-laki dibandingkan dengan seorang perempuan, yang pada akhirnya hal ini menguatkan perasaan YEL, bahwa dia merasa berbeda dengan laki-laki normal pada umumnya yang menyukai perempuan. Sehingga dia menyadari bahwa dia

adalah seorang homoseksual gay.

Meskipun YEL sering kali menyadari bahwa terdapat kontra di dalam dirinya, YEL berusaha untuk meyakinkan akan jati diri yang sebenarnya, sampai

YEL pernah menjalin hubungan dengan perempuan, akan tetapi dari hubungan yang di jalin oleh YEL itu dengan perempuan, dia merasa ada ketidaknyamanan dalam diri dan hatinya. Kemudian sejak peristiwa itu, YEL menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain mengenai pilihan orientasi seksualnya yaitu YEL lebih tertarik dengan laki-laki.

“sebenarnya mungkin sih dari kecil kali ya.. pernah dilecehkan kaya gitu, pernah ada pelecehan seksual, pernah disuruh sesuatu kaya onani gitu.. nah dari situ awalnya sih namanya anak kecil gimana sih ya.. ya ngikutin aja, terus udah selesai, terus berapa tahun kemudian pernah sama suadara juga kaya gitu, ya.. akhirnya jadi berkelanjutan, tapi pas SMA itu enggak terlalu mikirin seks banget, karena emang udah banyak banget kegiatan juga enggak mikirin kesana-sana, pas meyakinkan diri sendiri bahwa ini ada yang aneh dari gue.. tapi apa, dan gue cari-cari terus keganjelan itu, gue ngerasa tertarik sama cowok itu pas gue SMA sih sebenarnya, dan kebetulan tuh sekolah banyak yang kece, yang lucu-lucu yang kece-kece, kan temennya juga yang kadang suka iseng sering melukin, temenan sih temenan cuman kan kalo yang setiap hari dipeluk dari belakang lah, mungkin yang kadang mereka yang manjain kita, mereka yang minta manja sama kita, kan orang kadang-kadang timbul perasaan ya.. perasaan juga kebawa gitu loh, terus tiba-tiba ko aneh ya gitu loh, tapi disitu masih ada sedikit nyangkal juga, masih yang paling suka doang temenan segala macem.. gitu, dan mulai kuliah, saat gue punya temen-temen yang rajin sholat yang religius.. yang sering ngajakin gue sholat gue jadi ngerasa tertarik sama salah satu dari temen gue yang cowok itu.. dari situ yang ngerasa ko gue gini lagi.. terus nyangkal lagi dan gue berusaha untuk deket sama cewek dan pernah ngejalin hubungan sama cewek, tapi ko malah gak nyaman, gak ngerasa pas gitu sama hati.”

49

4.1.2 Deskripsi Identitas Narasumber Sake Pramawisakti, S.Psi

Informan pendukung yang pertama yakni seorang praktisi yaitu psikolog Sake Pramawisakti. Berprofesi sebagai PNS yang bertugas di Rumah Sakit Umum Serang, beliau juga berprofesi sebagai pengajar di perguruan tinggi, dan juga membuka praktek mandiri. Psikolog lulusan Universitas Islam Bandung ini

                                                                                                                         

49

aktif sebagai pengajar di perguruan tinggi dan sebelum tahun 2010 pernah mengajar di jurusan ilmu komunikasi Untirta. Dalam penelitian ini Sake Pramawisakti berperan sebagai informan yang memberikan informasi terkait individu homoseksual di kota Serang dalam aspek psikologi dan juga kondisi

psikologis individu homoseksual gay dalam kaitannya tentang aktualisasi diri di

tengah-tengah masyarakat heteroseksual

Gambar 4.1

Informan Tambahan: Sake Pramawisakti, S.Psi

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 07 Oktober 2015 4.1.3 Deskripsi Identitas Informan Tambahan

Lady Marriet

Informan pendukung yang kedua yakni seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi terkemuka dan ternama di kota Serang. Lahir di Tangerang. Kelahiran tanggal 8 februari 1993. Anak terakhir dari 2 (dua bersaudara) ini, memiliki hobi yaitu bermain futsal. Dan masih aktif dalam organisasi futsal yang diikutinya sejak SMA (sekolah menengah atas). Perempuan ini merupakan

sahabat dari salah satu key informan yang menjadi objek dalam kajian penelitian

menjadi teman dekat. Dia mengetahui bahwa sahabatnya tersebut adalah seorang

gay pada saat dia memasuki semester 6. Di mana sahabatnya itu yang

menceritakan mengenai kondisi dirinya itu sebagai seorang gay. Meskipun dia

sama sekali tidak mencurigai bahwa terdapat kelainan dalam diri sahabatnya

tersebut. Key informan ini bersedia untuk di wawancarai sebagai informan

tambahan dengan syarat, biodata asli berupa nama dan dokumentasi gambarnya tidak diikutsertakan untuk dimasuki dalam penelitian ini. Untuk menghargai dan menjaga rahasia akan jati diri sahabatnya tersebut.

Dokumen terkait