• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.35

3.1.1 Metode penelitian

Pendekatan dan Jenis Penelitian dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.36 Untuk

mendekati subjek penelitian agar peneliti mendapatkan data senatural mungkin. Alasan lain dari pemilihan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, yaitu karena pendekatan ini digunakan untuk menggali informasi yang lebih rinci dan lengkap melalui wawancara mendalam yang dilakukan untuk mengungkap hal-hal yang belum terlihat jika hanya melalui pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada Presentasi Diri Mahasiswa Homoseksual di Kota Serang kemudian akan dilanjutkan dengan wawancara mendalam sebagai konfirmasi serta pengungkapan hal-hal yang belum terlihat saat peneliti melakukan observasi.

                                                                                                                         

35

 Dedy Mulyanana. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal 115.

36

 Lexy J. Moleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal. 3.  

Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap serta lebih mendalam sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, dan dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seorang maupun sekelompok orang

dalam lingkungan kerjanya.37

Untuk mengetahui pengelolaan informasi yang dilakukan oleh mahasiswa

homoseksual, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi, Untuk

mengetahui presentasi diri yang ditampilkan oleh mahasiswa homoseksual kepada masyarakat atau lingkungan sosialnya, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana dalam pendekatan ini peneliti langsung meneliti sebuah

kesadaran dari pengalaman (awareness of experience), yaitu keadaan yang

memberikan sudut pandang pengalaman dari orang pertama. Jadi dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, peneliti meneliti secara langsung pada

pria homoseksual yang secara jelas menyatakan dirinya sebagai seorang gay dan

bukan biseksual sebagai key informan penelitian ini, dan berusaha untuk menggali

pengelolaan kesan yang ditampilkan.

Dalam Buku Little John38 pendekatan fenomenologis berasumsi bahwa

orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Pendekatan fenomenologi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui dunia dari sudut

                                                                                                                         

37

 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 181.  

38

Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss. 2011 Teori Komunikasi (Theories of Human Comunication). Jakarta: Salemba Humanika. Hal. 65.

pandang orang yang mengalaminya secara langsung dan berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang dilekatkan padanya.

Tidak hanya itu, untuk melengkapi penelitian yang dilakukan, peneliti

juga akan melakukan wawancara kepada sahabat dari key informan dan para ahli

dibidangnya, berkaitan dengan pilihan orientasi seksual seperti homoseksual dari aspek psiklogis atau kepribadian. Wawancara tersebut peneliti lakukan untuk memperkuat dan melengkapi penelitian mengenai ‘Presentasi Diri Mahasiswa Homoseksual di Kota Serang’.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antara variable penelitian. Secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk membuat panca indra (deskripsi). Menggambarkan mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan yang diakumulasikan data kasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak untuk mencari atau mendapatkan makna dan implikasi dan data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka.39 Oleh karena itu, pendekatan kualitatif lebih

cocok dengan fokus penelitian, dimana penelitian ini bukan dalam rangka pengujian hipotesis untuk memperoleh signifikansi atau hubungan antar variabel, melainkan hanya untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

                                                                                                                         

3.1.2. Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Hidayat (2003),

mengajukan tipologi yang mencakup empat paradigma: positivisme,

postpositivisme, Kritikal et al, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing. Dedi Mulyana (2003) mendefinisikan paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Adapun paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kontruktivis. Paradigma konstruktivistis

menempatkan ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap socially

meaningful action atau pengamatan langsung yang dilakukan secara alamiah. Paradigma ini bersifat ilmiah, yakni menempatkan peneliti pada posisi objek yang ditelitinya atau dengan kata lain peneliti berusaha memahami cara berfikir objek

yang ditelitinya.40

Paradigma ini menyatakan bahwa (1) dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru

dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam

berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial. Realitas sosial tergantung pada bagaimana seseorang memahami dunia, bagaimana seseorang menafsirkannya. Karena itu, peristiwa dan realitas yang sama, bisa saja menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda-beda dari orang yang berbeda pula. Karena, setiap orang mempunyai pengalaman, persepsi,

                                                                                                                         

40

Dedy N. Hidayat. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Hal. 3.  

pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu, dimana kesemua itu suatu saat akan digunakan untuk menafsirkan realitas sosial yang ada disekelilingnya dengan konstruksinya masing-masing. Karena itu, pertanyaan kunci dalam penelitian konstruktivis adalah bagaimana seseorang memandang realitas? Bagaimana mereka menciptakan dan membagi makna sehingga mempunyai pemaknaan semacam itu.

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui bagaimakah presentasi diri mahasiswa homoseksual yang mereka tampilkan di depan masyarakat sehingga identitas mereka sebagai mahasiswa homoseksual tetap terjaga. Dan karena dengan paradigma konstruktivis peneliti bisa mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari individu yang diteliti. Dimana substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Dan juga melihat bahwa tiap individu akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya dimana tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman.

Dokumen terkait