• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I

Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Setelah peneliti melakukan observasi ke sekolah dan mengetahui prestasi belajar siswa kelas IV SDN Warangan I rendah, peneliti bekerja sama dengan guru kelas IV SDN Warangan I untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penyebab terjadinya permasalahan pada materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan telah teridentifikasi dengan baik oleh peneliti dan guru. Permasalahan rendahnya prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan disebabkan karena masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran Matematika dalam mengajarkan materi kepada siswa ketika pembelajaran Matematika berlangsung, sehingga banyak siswa yang merasa kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan. Melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti bersama guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan alat peraga teropong pecahan yang diharapkan mampu meningkatkan

prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Adapun perancanaan tindakan yang dilakukan antara lain:

1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan yang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas IV SDN Warangan I. RPP ini berguna sebagai pedoman guru pada dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

2) Peneliti menyusun Lembar Kerja Siswa yang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas IV SDN Warangan I.

3) Peneliti menyiapkan lembar observasi.

4) Peneliti menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran yaitu teropong pecahan.

5) Peneliti menyusun soal post-testyang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas IV SDN Warangan I. Soal post-test diberikan pada akhir setiap siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Tindakan Siklus I pertemuan I

Siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin, 30 Mei 2016 pukul 07.00-08.10 WIB. Dalam pelaksanaan tindakan tersebut, siswa mempelajari materi tentang penjumlahan pada pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan berpenyebut tidak sama. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan. Adapun deskripsi dari langkah-langkah

pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal (10 menit)

Pada kegiatan awal pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan mengajak siswa berdoa dilanjutkan dengan mempresensi kehadiran siswa dengan memanggil nama siswa satu per satu. Kemudian guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa ‘Anak-anak siapa di antara kalian yang sering diminta tolong oleh Ibu untuk berbelanja di warung?” “Saya Bu,” Jawab ana-anak. “Coba anak-anak sebutkan biasanya diminta ibu untuk membeli apa?” “Gula, terigu, kerupuk, tempe, dan lain-lain’. “Biasanya ibu menyuruh untuk membeli gula atau terigu seberapa anak-anak?” “setengah kilogram, seperempat kilogram, satu kilogram, (sangat bervariasi jawaban anak-anak.” “Iyaa, ada setengah, seperempat, tiga perempat itu disebut dengan bilangan pecahan. Dalam matematika, pecahan itu dapat dijumlahkan dan dapat dikurangkan. Pada hari ini kita akan belajar tentang penjumlahan pecahan.”

b) Kegiatan Inti (50 menit)

Siswa memperhatikan penjelasan guru yang sedang memberi contoh cara menjumlahkan pecahan berpenyebut sama

dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan. Contoh pertama adalah cara menjumlahkan pecahan

Cara memperagakan soal tersebut menggunakan alat peraga teropong pecahan langkah-langkahnya adalah:

- Memasang lingkaran pecahan dua perlima yang berwarna coklat pada tiang penyangga

- Kemudian memasang lingkaran pecahan satu perlima yang berwarna coklat di atasnya dan mengatur sehingga garis penyekat kedua pecahan berhimpit dan warnanya tersambung.

- Tampak tiga bagian yang berwarna coklat yang memeragakan pecahan

5

3 sehinngga

Setelah itu, guru memberikan contoh cara menjumlahkan pecahan berpenyebut berbeda menggunakan alat peraga teropong pecahan. Contoh kedua yaitu menjumlahkan pecahan ....

6 1 3

2

Cara memperagakan soal tersebut menggunakan alat peraga teropong pecahan langkah-langkahnya adalah:

5 3 5 1 5 2 .... 5 1 5 2

6 1

- Memasang lingkaran pecahan dua pertiga yang berwarna hijau pada tiang penyangga

- Kemudian memasang lingkaran pecahan di atasnya dan mengatur sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit dan warna kedua pecahan tersambung.

- Karena hasilnya belum jelas (garis pembaginya belum terlihat jelas), maka dipasang lingkaran pecahan yang tidak berwarna untuk melihat pembagiannya yang sama. Guru mencoba memasang lingkaran perempatan, perenaman atau perdelapanan. - Tampak lima bagian yang berwarna yang memeragakan pecahan

6 5 , sehingga 6 5 6 1 3 2

Guru memandu siswa untuk membentuk kelompok kecil, satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok, jadi masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Perwakilan siswa dalam satu kelompok maju ke depan kelas untuk mengambil alat peraga untuk kelompoknya dan mengambil Lembar Kerja Siswa. Siswa bersama kelompoknya mulai mengerjakan soal pada Lembar Kerja siswa dan memperagakannya setiap soal dengan menggunakan alat peraga

teropong pecahan secara bergantian dalam satu kelompok agar mendapatkan jawaban yang tepat.

Guru mengecek ketepatan peragaan yang dilakukan siswa dalam kelompoknya. Setelah itu, setiap kelompok diminta untuk mendemonstrasikan peragaan tentang penjumlahan pada pecahan tersebut di depan kelas. Setiap kelompok memperagakan satu soal beserta jawabannya. Siswa yang lain diminta untuk menanggapi apa yang disampaikan temannya, kemudian kelompok lain juga melakukan hal yang sama yaitu mendemonstrasikan peragaan setelah kelompok sebelumnya telah selesai melakukan peragaan. c) Kegiatan Akhir (10 menit)

Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari kemudian memberikan motivasi kepada siswa. Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam.

2) Tindakan siklus I pertemuan II

Tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Mei 2016 pukul 07.00-08.10 WIB. Pada pertemuan ini, materi yang diajarkan adalah pengurangan pada pecahan berpenyebut sama, dan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda. Deskripsi langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan II adalahsebagai berikut:

a) Kegiatan awal (5 menit)

Pada kegiatan awal siklus I pertemuan II, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan mengajak siswa berdoa bersama-sama. Setelah berdoa, guru mempresensi kehadiran siswa. Kemudian guru menyampaikan apersepsi dengan menanyakan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan inti (25 menit)

Siswa memperhatikan penjelasan guru yang sedang memberi contoh cara mengurangkan pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan. Contoh pertama adalah cara mengurangkan pecahan

6 2 6 5

Cara memperagakan soal tersebut menggunakan alat peraga teropong pecahan langkah-langkahnya adalah:

- Memasang lingkaran pecahan lima perenam yang berwarna biru pada tiang penyangga

Kemudian memasang lingkaran pecahan dua perenam yang berwarna abu-abu di atasnya dan mengatur sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit dan warna kedua pecahan bertumpuk.

- Tampak lingkaran enam sama besar dan warna yang tidak tertutupi tiga bagian. Jadi,

6 3 6 2 6 5

Setelah itu, guru memberikan contoh cara mengurangkan pecahan berpenyebut berbeda menggunakan alat peraga teropong pecahan. Contoh kedua yaitu mengurangkan pecahan

8 3 4 2

Cara memperagakan soal tersebut menggunakan alat peraga teropong pecahan langkah-langkahnya adalah:

- Memasang lingkaran pecahan dua perempat yang berwarna kuning pada tiang penyangga

Kemudian memasang lingkaran pecahan tiga perdelapan yang berwarna abu-abu di atasnya dan mengatur sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit dan warna kedua pecahan bertumpuk.

- Karena hasilnya belum jelas (garis pembaginya belum terlihat jelas), maka dipasang lingkaran pecahan yang tidak berwarna untuk melihat pembagiannya yang sama. Guru mencoba memasang lingkaran perempatan, perenaman atau perdelapanan.

- Kemudian guru mengatur agar semua garis pembagi pecahan-pecahan yang berwarna dapat berimpit dengan garis pembagi pecahan tanpa warna sehingga dapat ditemukan penyebut untuk hasil pecahan

8 3 4 2

- Kemudian dihitung berapa bagian warna yang tidak tertutupi warna abu-abu. Tampak bahwa ada 1 bagian yang tidak tertutupi warna abu-abu, sehingga

8 1 8 3 4 2

Guru mengarahkan siswa untuk berkumpul bersama kelompok masing-masing seperti pertemuan sebelumnya, kemudian perwakilan setiap kelompok diminta untuk mengambil alat peraga teropong pecahan beserta Lembar Kerja Siswa. Setiap kelompok mengerjakan soal pada Lembar Kerja Siswa dengan cara menggunakan alat peraga teropong pecahan secara bergantian agar diperoleh hasil yang tepat. Guru mengecek ketepatan peragaan yang dilakukan siswa. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, setiap kelompok maju kedepan secara bergantian untuk mendemonstrasikan peragaan soal pengurangan beserta jawabannya yang terdapat pada Lembar Kerja Siswa. Sementara itu, kelompok lain diminta untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh kelompok yang sedang melakukan demonstrasi.

c) Kegiatan Akhir (40 menit)

Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan soal post-test

kepada siswa tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tidak sama. Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan guna mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tak sama menggunakan alat peraga teropong pecahan. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan berpenyebut sama dan berpenyebut tak sama menggunakan alat peraga teropong pecahan pada tindakan siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:

1) Butir pengamatan 3, guru membagi siswa menjadi 3-4 orang per kelompok. Ketika siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, siswa sibuk mencari teman satu kelompoknya, kondisi kelas menjadi tidak tenang.

2) Butir pengamatan 4, siswa duduk dengan kelompok masing-masing. Terdapat anggota kelompok yang berjalan kesana-kemari sehingga mengganggu aktivitas kerja kelompok.

3) Butir pengamatan 5, guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Guru belum menjelaskan aturan penggunaan teropong pecahan dengan baik dikarenakan baru pertama kali mengenalkan alat peraga teropong pecahan. Guru butuh berlatih lebih banyak lagi dalam menjelasakan penggunaan alat peraga teropong pecahan.

4) Butir pengamatan 6, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Beberapa siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan sehingga kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.

5) Butir pengamatan 7, siswa memahami aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Terdapat beberapa siswa yang belum memahami aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan dan mengalami kesulitan untuk memperagakan penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga teropong pecahan.

6) Butir pengamatan 8, kerjasama siswa dalam kelompok. Kerjasama siswa pada saat diskusi kelompok masih kurang, hanya beberapa siswa yang aktif berdiskusi, beberapa siswa yang lain hanya diam, bermain sendiri, berjalan-jalan ke kelompok lain, dan mengganggu temannya.

7) Butir pengamatan 9, ketepatan siswa dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan. Beberapa siswa masih bingung dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan

8) Butir pengamatan 14, guru menguasai materi pembelajaran. Guru belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran. Terkadang guru masih beracuan pada buku.

9) Butir pengamatan 15, siswa aktif bertanya apabila materi yang disampaikan guru belum jelas. Sebagian besar siswa tidak bertanya ketika mengalami kesulitan atau materi yang disampaikan guru belum jelas.

Pada pelaksanaan tindakan Siklus I juga terdapat beberapa aspek yang sudah tercapai dalam penggunaan alat peraga teropong pecahan, yaitu sebagai berikut:

1) Butir pengamatan 1, guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru telah mempersiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan, sehingga saat pembelajaran berlangsung guru sudah melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan baik.

2) Butir pengamatan 2, guru mempersiapkan alat peraga teropong pecahan. Guru telah mempersiapkan alat peraga teropong pecahan sebelum pembelajaran dimulai, sehingga saat pembelajaran dimulai alat peraga teropong pecahan sudah siap digunakan.

3) Butir pengamatan 10, guru membimbing siswa menggunakan alat peraga teropong pecahan. Guru membimbing siswa secara merata kepada masing-masing kelompok secara bergantian dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan.

4) Butir pengamatan 11, guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru memberikan motivasi kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

5) Butir pengamatan 12, guru menjelaskan materi pembelajaran secara runtut. Guru menyampaikan materi dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir secara runtut.

6) Butir pengamatan 13, guru menggunakan alat peraga teropong pecahan di dalam pembelajaran secara efektif. Guru selalu menggunakan alat peraga teropong pecahan ketika menjelaskan, sehingga alat peraga teropong pecahan berguna secara efektif.

Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan pada pertemuan I diperoleh skor 36 (60%) dan pertemuan II diperoleh skor 49 (81,67 %), dari skor maksimum ideal 60. Hal itu dapat diketahui dari rangkuman hasil observasi pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan

No Pertemuan JumlahSkor Persentase

1. Ke-1 36 60%

2. Ke-2 49 81,67%

Persentase Skor Rata-rata Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan pada Pelaksanaan Siklus I

70,83%

Berdasarkan tabel 7, hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam penggunaan alat peraga teropong pecahan pada siklus I diperoleh persentase skor rata-rata 70,83%. Hasil observasi tindakan siklus I pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan nilai post-test siklus I pada materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan berpenyebut sama dan tak sama menggunakan alat peraga teropong pecahan di SDN Warangan I menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60,2 Siswa yang berhasil mencapai KKM adalah 8 siswa (53,33%) dan siswa yang belum mencapai KKM adalah 7 siswa (46,67%). Data nilaipost-test

pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Peningkatan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pada pecahan di kelas IV SDN Warangan I dari tahap pra siklus ke siklus I dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada Siklus I No Tahap Nilai Rata-rata Kelas Tuntas BelumKetuntasan Persentase

Tuntas Tuntas TuntasBelum

1 Pra siklus 43,78 4 11 26,67% 73,33%

2 Siklus I 60,2 8 7 53,33% 46,57%

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata kelas pra siklus ke siklus I meningkat sebanyak 16,42 yaitu 43,78 menjadi 60,2. Persentase siswa yang mencapai KKM pada tahap siklus I juga mengalami peningkatan sebanyak 26,66% (53,33%-26,67%) dari pra siklus. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan pra siklus.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran. Pada tahap refleksi siklus I, guru dan observer berdiskusi untuk mencari tahu penyebab terjadinya kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan. Hasil diskusi guru dan observer menunjukkan bahwa kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Butir pengamatan 3, guru membagi siswa menjadi 3-4 orang per kelompok. Ketika siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4 siswa, siswa sibuk mencari teman satu kelompoknya, kondisi kelas

menjadi tidak tenang. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa diminta untuk berhitung pada waktu pembentukan kelompok, sehingga siswa masih kebingungan untuk mengingat nomor yang disebutkan dan membuat susasana menjadi ramai.

2) Butir pengamatan 4, siswa duduk dengan kelompok masing-masing. Terdapat anggota kelompok yang berjalan kesana-kemari sehingga mengganggu aktivitas kerja kelompok. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa tidak mau bergabung dengan teman lain karena merasa tidak cocok dengan teman satu kelompoknya. Meskipun demikian, akhirnya mereka mau bergabung dengan kelompoknya walaupun dengan sedikit terpaksa.

3) Butir pengamatan 5, guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan tersebut belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya karenan guru baru pertama kali mengenalkan alat peraga teropong pecahan. Guru butuh berlatih lebih banyak lagi dalam menjelasakan penggunaan alat peraga teropong pecahan dalam proses pembelajaran.

4) Butir pengamatan 6, siswa memperhatikan saat guru menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan sehingga kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.

5) Butir pengamatan 7, siswa memahami aturan penggunaan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan tersebut belum berjalan dengan baik. Kemungkinan penyebabnya adalah siswa baru pertaama kali menggunakan alat peraga teropong pecahan sehingga siswa belum begitu paham dengan penggunaan alat peraga teropong pecahan dan mengalami kesulitan untuk memperagakan penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga teropong pecahan.

6) Butir pengamatan 8, kerjasama siswa dalam kelompok. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan hal ini disebabkan hanya beberapa anggota kelompok saja yang paham cara penggunaan alat peraga teropong pecahan dan mereka belum dapat mengajari teman yang belum bisa, sehingga kerja kelompok belum bisa berjalan dengan baik.

7) Butir pengamatan 9, ketepatan siswa dalam menggunakan alat peraga teropong pecahan. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Kemungkinan hal ini disebabkan sebagian siswa bingung dalam menggunakan lingkaran pecahan.

8) Butir pengamatan 14, guru menguasai materi pembelajaran. Guru belum sepenuhnya menguasai materi pembelajaran. Terkadang guru masih beracuan pada buku. Guru belum menguasai sepenuhnya materi yang akan disampaikan sehingga diperlukan latihan lebih banyak lagi.

9) Butir pengamatan 15, siswa aktif bertanya apabila materi yang disampaikan guru belum jelas. Butir pengamatan ini belum berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa tidak bertanya ketika mengalami kesulitan atau materi yang disampaikan guru belum jelas. Kemungkinan hal ini disebabkan karena siswa merasa malu atau takut untuk menyampaikan pendapat.

Hasil post-test pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat 7 siswa yang belum mencapai KKM. Hal tersebut disebabkan karena siswa tersebut belum sepenuhnya paham terhadap penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tak sama. Selain itu, keterbatasan waktu penelitian juga menjadi salah satu faktor belum tercapainya hasil yang baik karena guru belum memberikan kesempatan kepada siswa ntuk menjelaskan hal-hal yang siswa belum paham tentang materi yang diajarkan. Post-test I juga menunjukkan persentase siswa yang sudah mencapai KKM belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%, sedangkan pencapaian nilai rata-rata kelas masih belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu ≥ 65, sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II.

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II

Dokumen terkait