• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG PECAHAN DI KELAS IV SDN WARANGAN I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG PECAHAN DI KELAS IV SDN WARANGAN I."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

TEROPONG PECAHAN DI KELAS IV SDN WARANGAN I

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Wahidatul Arifah NIM 12108241166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Berhitung itu dimulai dari angka terkecil hingga terbesar, seperti hal nya menimba ilmu, dimulai dari hal kecil yang bisa menghasilkan hal besar”

(Penulis)

“Ilmu itu diperoleh dari lidah yang gemar bertanya serta akal yang suka berpikir” (Abdullah bin Abbas)

(6)

PERSEMBAHAN

Teriring ucapan Alhamdulillah, karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

TEROPONG PECAHAN DI KELAS IV SDN WARANGAN I

Oleh Wahidatul Arifah NIM 12108241166

ABSTRAK

Prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa kelas IV SDN Warangan I masih rendah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penggunaan alat peraga matematika. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan di kelas IV SDN Warangan I.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan model spiral Kemmis & Mc. Tanggart (Sujati: 2003: 23) Langkah kegiatan setiap siklus dalam penelitian terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Warangan 1 yang berjumlah 14 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes dengan instrumen penelitian yaitu lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data berupa analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan di kelas IV SDN Warangan I. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan peningkatan nilai rata-rata tes. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada pre-test sebesar 26,67%, akhir siklus I sebesar 53,33%, dan pada akhir siklus II sebesar 86,67% siswa telah mencapai KKM, sedangkan nilai rata-rata tes sebelum tindakan adalah 43,78, akhir siklus I adalah 60,20, dan akhir siklus II adalah 80,67.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Menggunakan Alat Peraga Teropong Pecahan di Kelas IV SDN Warangan I”. Penyusunan skripsi ini disusun sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, perhatian, pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

pada penulis untuk menempuh studi di universitas ini.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan ijin dalam penyusunan proposal skripsi ini.

4. Bapak Petrus Sarjiman, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Yosephine Nurasih selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat terkait dengan hal-hal akademik kepada penulis.

(9)

7. Ibu Umi Sismawati, S. Pd.SD selaku guru kelas IV SD Negeri Warangan 1 yang telah bekerjasama dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri Warangan 1 yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

9. Bapak, Ibu dan kedua adikku beserta keluarga yang selalu mendukung dan memberi motivasi.

10. Teman-teman seperjuangan kelas B yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat pelangi, sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi.

12. Renny Rakhma Tsani, Nur Endah Pratiwi, dan Eki Dwi Larasati, teman satu kontrakan yang selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Maulana Taufiqurrohman, yang selalu memberikan motivasi, dukungan serta

bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang telah membantu serta memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 24 Oktober 2016

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... .ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 10

1. Pengertian Prestasi Belajar... 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 12

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan... 23

(11)

2. Konsep Penjumlahan Pecahan dan Pengurangan Pecahan ... 25

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga Teropong Pecahan ... 28

1. Pegertian Alat Peraga... 28

2. Fungsi Alat Peraga... 29

3. Alat Peraga Teropong Pecahan... 31

D. Penelitian yang Relevan ... 43

E. Kerangka Pikir ... 44

F. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 47

B. SettingPenelitian ... 47

1. Tempat Penelitian... 47

2. Subjek Penelitian... 48

3. Objek Penelitian... 48

4. Waktu Penelitian... 48

C. Desain Penelitian... 49

D. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 50

C. Teknik Pengumpulan Data... 52

1. Observasi ... 53

2. Tes ... 53

D. Instrumen Penelitian... 53

1. Lembar Observasi... 54

2. Soal Tes... 54

E. Teknik Analisis Data... 55

1. Analisis Data Observasi... 56

2. Analisis Data Tes... 57

F. Kriteria Keberhasilan... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 60

1. Deskripsi Data Awal Siswa Pra Siklus... 60

(12)

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II... 78

B. Pembahasan... 96

C. Keterbatasan Penelitian... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 104

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA... 106

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi... 54 Tabel 2 Kisi-kisi Soal Post Test Siklus I... 55 Tabel 3 Kriteria Penilaian... 56 Tabel 4 Kriteria Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

dalam Penggunaan Alat Peraga Teropong Pecahan... 57 Tabel 5 Kriteria Penilaian Tes Prestasi Belajar Penjumlahan dan

Pengurangan Pecahan... 58 Tabel 6 Data HasilPre-testpada Tahap Pra Siklus... 60 Tabel 7 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan Alat

Peraga Teropong Pecahan... 74 Tabel 8 Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada Siklus I... 75 Tabel 9 Persentase Skor Aktivitas Guru dan Siswa dalam Penggunaan

Alat Peraga Teropong Pecahan pada Pelaksanaan Tindakan

Siklus II... 94 Tabel 10 Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Tahap Siklus I

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Ilustrasi Pecahan... 24

Gambar 2 Alat Peraga Teropong Pecahan dari Samping... 32

Gambar 3 Alat Peraga Teropong Pecahan dari Atas ... 33

Gambar 4 Lingkaran Pecahan ... 34

Gambar 5 Contoh Lingkaran Pecahan... 34

Gambar 6 Lingkaran Pecahan Tanpa Warna... 34

Gambar 7 Membandingkan Dua Pecahan... 36

Gambar 8 Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama... 37

Gambar 9 Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Berbeda... 37

Gambar 10 Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama... 38

Gambar 11 Pengurangan Pecahan Berpenyebut Berbeda... 39

Gambar 12 Skema Kerangka Pikir... 45

Gambar 13 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis&Mc. Taggart... 49

Gambar 14 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata HasilPre-test, Post-test Siklus I danPost-testSiklus II... 97

Gambar 15 Grafik Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas belajar pada pra Siklus, Akhir Siklus I, dan Akhir SIklus II... 99

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.... 108

Lampiran 2 Materi Pembelajaran Siklus I dan Siklus II... 125

Lampiran 3 Contoh Lembar Kerja Siswa Siklus I dan Siklus II... 127

Lampiran 4 SoalPre-test, Post-testSiklus I,Post-testSiklus II, dan Kunci Jawaban... 131

Lampiran 5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa... 145

Lampiran 6 Contoh Hasil PekerjaanPre-testdanPost-testSiswa... 153

Lampiran 7 Daftar Nilai Hasil Pre-test, Post-test Siklus I, dan Post-test Siklus II... 157

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian... 158

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian dari SDN Warangan I... 164

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi semua manusia. Salah satu peran penting pendidikan yaitu untuk mencerdaskan suatu bangsa. Di suatu bangsa, pendidikan juga memberi kontribusi yang cukup besar. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia bisa terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikan juga memainkan peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religius, moral, sosial, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

Pendidikan diselenggarakan tentu memiliki arah dan tujuan tertentu. Menurut Suharjo (2006:1), sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkan mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama.

(17)

Dalam pelaksanaan pendidikan, Matematika diberikan mulai dari sekolah dasar, pendidikan menengah, sampai pada jenjang pendidikan selanjutnya. Menurut Antonius Cahya Prihandoko, (2006:1) Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Hal itu menjadi tugas guru untuk menggunakan metode yang cocok dalam menyampaikan materi matematika pada saat pembelajaran agar konsep-konsep dalam matematika tersebut dapat dipahami oleh siswa.

(18)

Prihandoko (2006: 5) Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Menurut saya, pelajaran Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang berperan penting dalam dunia pendidikan. Matematika telah diajarkan kepada anak sejak kecil, mulai dari mengenalkan angka-angka dan diajak berhitung. Pelajaran Matematika juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari misalnya dalam jual beli, kita akan menjumpai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

(19)

konkret. Artinya untuk memahami suatu konsep, siswa masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Anak usia SD perlu suatu media yang menarik agar lebih termotivasi ketika mengikuti pelajaran Matematika dan menjadi pelajaran yang disukai oleh anak-anak.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru Matematika di SDN Warangan I kecamatan Pakis kabupaten Magelang di kelas 4 pada tanggal 8 Februari 2016, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa belum memahami materi pecahan sehingga prestasi belajarnya rendah. KKM mata pelajaran Matematika di SDN Warangan I adalah 6,5. Pada ulangan harian I materi pecahan, dari 14 siswa, hanya 7 siswa yang mencapai KKM. Pada ulangan harian II, hanya 6 siswa yang mencapai KKM. Sebagian besar siswa baru mendapatkan nilai diatas 50. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa belum paham tentang konsep pecahan.

(20)

anak tersebut. Bahkan matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pun belum dikuasai. Pada saat pelajaran Matematika berlangsung, semua siswa di kelas memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan. Akan tetapi, ketika diberikan soal latihan, sebagian besar siswa tidak bisa mengerjakan.

(21)

penelitian tentang Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Menggunakan Alat Peraga Teropong Pecahan di Kelas IV SD Negeri Warangan I.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dibandingkan mata pelajaran lainnya.

2. Prestasi belajar matematika materi pecahan rendah.

3. Masih banyak guru yang belum optimal dalam menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika materi pecahan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini akan dibatasi pada penggunaan alat peraga teropong pecahan dalam meningkatkan prestasi belajar matematika materi pecahan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimana penggunaan alat peraga teropong pecahan dapat meningkatkan

(22)

siswa kelas IV SDN Warangan 1 Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?”

E. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Warangan I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan.

F. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi Siswa

a) Mempermudah pemahaman dan minat belajar siswa terhadap pelajaran Matematika materi pecahan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan.

b) Meningkatkan prestasi belajar matematika materi pecahan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan.

2. Bagi Guru

(23)

3. Bagi Peneliti

a) Peneliti mampu menemukan permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

b) Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika pada materi pecahan.

c) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan agar dapat mengetahui alat peraga yang bervariasi dalam memperbaiki dan meningkatkan kreativitas pembelajaran Matematika terutama materi pecahan.

G. Definisi Operasional

1. Prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan

(24)

2. Alat peraga teropong pecahan

Alat peraga teropong pecahan adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui nilai penjumlahan dan pengurangan pada pecahan yang melibatkan siswa secara langsung. Alat peraga teropong pecahan juga dapat digunakan untuk memahami konsep bilangan pecahan, dan membandingkan dua pecahan. Alat peraga ini terdiri atas 2 komponen, yang disebut penyangga dan lingkaran pecahan. Penyangga terbuat dari papan kayu berbentuk lingkaran berdiameter 20 dan di cat putih yang di bagian tengah ditancapkan kawat besi atau paku setinggi 10 cm. Lingkaran pecahan adalah bangun lingkaran yang terbuat dari mika, dengan diameter maksimal sama dengan diameter maksimal sama dengan diameter alas penyangga dan diberi lubang pada titik pusat lingkaran. Lingkaran pecahan dari mika tersebut menggambarkan nilai pecahan. Cara menggunakan alat peraga teropong pecahan adalah dengan memasukkan lingkaran pcahan ke dalam tiang penyangga.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar.

Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan. Muhibbin Syah (2008: 225) mengemukakan bahwa prestasi

belajar meliputi prestasi kognitif, prestasi afektif, dan prestasi

psikomotor.

Ngalim Purwanto (1966: 28) menyatakan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar

sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Maka prestasi belajar

merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar.

Hasil pengukuran dan penilaian prestasi belajar itu dicatat dalam

buku akademik yang merupakan alat implementasi program bimbingan

lembaga pendidikan tinggi atau mutlak perlu, dan alat yang vital untuk

laporan orang tua siswa pada tiap semester kemajuan anaknya.

(26)

learning situation, interpretation, response, learning outcomes, and reactions to learning”. Artinya bahwa kegiatan belajar itu meliputi beberapa faktor seperti tujuan belajar, kesiapan belajar, situasi belajar,

interpretasi, respon, hasil belajar, dan reaksi terhadap belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melalui usaha

belajar yang ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah

laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu

tertentu. Prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai atau

huruf dan hasil tes atau ujian. Hasil pengukuran dan penilaian prestasi

belajar itu dicatat dalam raport.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 120-121)

prestasi belajar dapat dinilai dengan cara sebagai berikut:

a. Tes formatif

Tes ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes

ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar

bahan/pokok bahasan tertentu dalam waktu tertentu. Dapat pula

dimanfaatkan untuk mengetahui keberhasilan PBM.

b. Tes sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap

(27)

satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya untuk menetapkan tingkat

keberhasilan siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Tes ini

meliputi ulangan akhir semester, tes kenaikan kelas, ujian akhir

sekolah, dan Ujian Nasional (UN).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:138-147)

mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang

merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik

dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)

individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid

dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dn sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

(28)

2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal ialah:

a. Faktor sosial yang terdiri atas:

1) Lingkngan keluarga;

2) Lingkungan sekolah;

3) Lingkungan masyarakat;

4) Lingkungan kelompok;

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,

iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun

tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak

faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga

macam, yaitu:

a. Faktor-faktor stimulus belajar.

b. Faktor-faktor metode belajar.

(29)

Berikut ini diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor

tersebut.

a. Faktor-faktor stimulus belajar

Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar di sini aitu segala hal di

luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.

Stimulus dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana

lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh pelajar. Berikut

ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor

stimulus belajar.

1) Banyaknya bahan pelajaran

Banyaknya bahan pelajaran berhubungan dengan jumlah bahan

pelajaran. Semakin banyak bahan pelajaran, semakin banyak pula

waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya.

Bahkan yang terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu

dalam belajar. Kesulitan belajar individu itu tidak semata-mata

karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih

berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar

dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.

Dengan bahan yang terlalu banyak hal ini membutuhkan waktu

yang panjang pula dalam mempelajarinya. Panjangnya waktu

belajar juga dapat menimbulkan beberapa “interferensi” atas

(30)

reproduksi atau kesan lama dengan kesan baru. Kedua kesan itu

muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak

disadari.

2) Kesulitan Bahan Pelajaran

Tiap-tiap pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan

pelajran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit sesuatu

bahan pelajaran, makin lambatlah orang mempelajarinya.

Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran makin cepatlah orang

dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas

belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana

mengurangi intensitas belajar seseorang.

3) Berartinya Bahan Pelajaran

Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari

belajar waktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa

penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal

pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajari

di waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat

dikenali. Bahna yang berarti memungkinkan individu untuk belajar,

karena individu dapat mengenalnya. Bahan yang tanpa arti sukar

dikenal, akibatnya tak ada pengertian individu terhadap bahan itu.

4) Berat Ringannya Tugas

Mengenai berat atau ringannya tugas, hal ini erat hubungannya

(31)

kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini

disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka

tidak sama. Boleh jadi, berat ringannya suatu tugas berhubungan

dengan usia individu. Ini berarti, bahwa kematangan individu ikut

menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas bagi individu

yang bersangkutan.

Dapat dibuktikan, bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau

mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas

yang terlalu berat atau sukar membuat individu kapok (jera) untuk

belajar.

5) Suasana lingkungan eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara

lain cuaca (suhu udara, mendung, hujan, kelembaban), waktu (pagi,

siang, sore, petang, malam): kondisi tempat (kebersihan), letak

sekolah, pengaturan fiik kelas, ketengangan, kegaduhan;

penerangan (berlampu, bersinar matahari, gelap, remang-remang);

dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi

individu dalam aktivitas belajarnya, sebab individu yang belajar

adalah interaksi dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor Metode Belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi

(32)

bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal

berikut ini.

1) Kegiatan Berlatih atau Praktik

Kegiatan berlatih dapat diberikan dalam dosis besar maupun

dosis kecil. Berlatih dapat diberikan secara maraton (non-stop) atau

secara terdistribusi (dengan selingan waktu-waktu istirahat).

Latihan yang dilakukan secara maraton dapat melelahkan dan

membosankan, sedang latihan yang terdistribusi menjamin

terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar.

Jam pelajaran atau lathan yang terlalu panjang adalah kurang

efektif. Semakin pendek-pendek distribusi waktu untuk bekerja atau

berlatih, semakin efektiflah pekerjaan atau latihan itu. Latihan atau

kerja memerlukan waktu istirahat. Lamanya istirahat tergantung

kepada jenis tugas atau keterampilan yang dipelajari, atau pada

lamanya periode waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.

Kegiatan berlatih secara maraton baru mungkin apabila tugas

mudah dikenal, mudah dilakukan dan materi pernah dipelajari

sebelumnya.

2) OverlearningdanDrill(Belajar lebih danDrill)

Untuk kegiatan yang bersifat abstrak seperti misalnya

(33)

materi pelajaran tertentu. Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan

yang pernah dipelajari tetapi dalam sementara waktu tidak

dipraktikkan. Overlearning yang terlalu lama menjadi kurang efektif bagi kegiatan praktik.

Drill adalah suatu metode pengajaran dengan melatih peserta didik terhadap bahan yang sudah diajarkan/diberikan agar

memiliki ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah

dipelajari (Sudjana, 1995: 86). Drill berlaku bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Mekanisme drill tidak berbeda dengan overlearning. Baik drill maupun overlearning berguna untuk memantapkan reaksi dalam belajar.

3) Resitasi Selama Belajar

Resitasi adalah suatu metode dengan cara menyajikan bahan

bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk

dipelajari yang kemudian dipertanggungjawabkan di depan kelas.

Metode resitasi juga sering disebut dengan metode pemberian tugas

yakni metode dimana siswa diberi tugas khusus di luar jam

pelajaran (Soekarwati, 1995: 19).

Kombinasi kegiatan membaca dengan resitasi sangat

bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri,

(34)

kemudian si pelajar berusaha untuk menghafalnya tanpa melihat

bacaannya. Jika ia telah menguasai suatu bagian, dapat melanjutkan

ke bagian berikutnya dan seterusnya. Resitasi lebih cocok untuk

diterapkan pada belajar membaca atau belajar hafalan.

4) Pengenalan tentang Hasil-Hasil Belajar

Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang

perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Penelitian

menunjukkan bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau

kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui

hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha

meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

5) Belajar dengan Keseluruhan atau Bagian-Bagian

Menurut beberapa penelitian, perbedaan efektivitas antara

belajar dengan keseluruhan belajar dengan bagian-bagian adalah

belum ditemukan. Hanya apabila kedua prosedur itu dipakai secara

simultan, ternyata belajar mulai dari keseluruhan ke bagian-bagian

adalah lebih menguntungkan daripada belajar mulai dari

bagian-bagian karena dengan muali dari keseluruhan individu

menemukan set yang tepat untuk belajar. Kelemahan dari metode

keseluruhan adalah membutuhkan banyak waktu dan pemikiran

(35)

6) Penggunaan Modalitas Indra

Modalitas indra yang digunakan individu berbeda. Dalam hal

itu ada tiga impresi yang penting dalam belajar, yaitu oral, visual,

dan kinestetik. Setiap individu dalam menggunakan impresi

tersebut berbeda-beda.

7) Bimbingan dalam Belajar

Intensitas bimbingan yang diberikan guru cenderung membuat

pelajar menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam

batas-batas yang diperlukan oleh individu. Hal terpenting yaitu

perlunya pemberian modal kecakapan pada individu sehingga yang

bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan dengan

sedikit bantuan dari pihak lain.

8) Kondisi-kondisi insentif

Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat

memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan, melainkan

alat untuk mencapai tujuan. Insentif-insentif dapat digolongkan

menjadi sua macam, yaitu:

a) Insentif intrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan

fungsional dengan tugas dan tujuan.

b) Insentif ekstrinsik, yaitu objek atau situasi yang tidak

(36)

c. Faktor-faktor individual

Selain faktor stimulus dan metode belajar, faktor individu dapat

berpengaruh terhadap belajar seseorang. Faktor-faktor individu

menyangkut hal-hal, antara lain:

1) Kematangan

Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan

fisiologisnya. Dengan berkembangnya fungsi otak dan system

syaraf, akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang. Kapasitas

mental seseorang mempengaruhi belajar seseorang.

2) Faktor usia kronologis

Semakin tua usia individu, maka kematangan berbagai fungsi

fisiologisnya juga meningkat. Usia kronologis merupakan faktor

penentu daripada tingkat kemampuan belajar individu.

3) Faktor perbedaan jenis kelamin

Perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan wanita merupakan hasil

dari perbedaan tradisi kehidupan. Peranan dan perhatian terhadap

suatu pekerjaan berbeda antara laki-laki dan wanita. Ini disebabkan

oleh pengaruh kultural.

4) Pengalaman sebelumnya

Lingkungan mempengaruhi perkembangan dan memberikan

pengalaman bagi individu. Pengalaman yang diperoleh individu

(37)

5) Kapasitas mental

Dalam tahap perkembangan tertentu, individu mempunyai

kapasitas-kapasitas mental yang berkembang akibat dari

pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisiologis pada system

syaraf dan jaringan otak. Dalam hal ini, inteligensi menentukan

prestasi belajar seseorang.

6) Kondisi kesehatan jasmani

Orang yang belajar membutuhkan kondisi kesehatan. Orang yang

sakit mengakibatkan tidak dapat belajar dengan efektif.

7) Kondisi kesehatan rohani

Gangguan mental pada seseorang dapat mengganggu belajar

seseorang. Orang yang mengalami cacat mental tidak dapat belajar

dengan baik.

8) Motivasi

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan,

mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi penting dalam

belajar karena motivasi dapat menggerakkan organisme,

mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang paling

berguna bagi kehidupan individu.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi belajar berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor

(38)

maupun negatif. Seorang individu harus dapat memahami faktor-faktor

tersebut sehingga mampu meningkatkan prestasi dalam belajarnya.

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Pecahan

1. Pengertian Pecahan

Menurut Ebbert dan Straker (dalam Marsigit, 2004: 4), materi

pembelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan meliputi

fakta (facts), pengertian (concepts), keterampilan penalaran, keterampilan algoritmik, keterampilan menyelesaikan masalah

matematika (problem solving), dan keterampilan melakukan penyelidikan(investigation).

Menurut Simanjuntak, dkk (1992: 153) Pengertian bilangan

pecahan pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas

pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama.

Bilangan pecahan adalah bilangan yang lambangnya dapat ditulis

dengan bentuk dimana a dan b bilangan bulat dan b≠0. Pada

pecahan , a disebut pembilang dan b disebut penyebut pecahan

tersebut (Darhim, 1991: 163).

Menurut Sri Subarinah (2006: 79) pada prinsipnya, pecahan

digunakan untuk menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian

yang sama. Jumlah seluruh bagian yang sama ini bersama-sama

membentuk satuan (unit). Dengan demikian pecahan adalah

bagian-bagian yang sama dari keseluruhan. b

a

(39)

Jika suatu daerah persegi dibagi menjadi delapan bagian yang sama

besar, maka setiap bagian mempunyai luas seperdelapan dari luas daerah

[image:39.592.267.352.180.244.2]

persegi seluruhnya (Cholis Sa’dijah, 1998: 148)

Gambar 1. Ilustrasi Pecahan

Luas bagian yang diarsir adalah seperdelapan dari luas daerah

seluruhnya dan ditulis dengan lambang sedangkan luas bagian yang

tidak diarsir adalah tujuh perdelapan dari luas daerah seluruhnya dan

ditulis dengan lambang bentuk penulisan tersebut disebut pecahan.

Secara umum, bentuk penulisan disebut pecahan dengan a dan

b bilangan cacah dan b≠0. Dalam hal ini a disebut pembilang dan b

disebut penyebut.

Pembelajaran konsep awal pecahan perlu ditanamkan secara baik

sehingga meresap betul dalam benak siswa. Manipulasi terhadap benda

nyata (kertas, karton, kelereng, kerikil, mata uang, pensil, buku, dll)

perlu direncanakan dengan baik dan berintikan kegiatan yang

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk langsung

merasakan dan menghayati bagaimana konsep tersebut tertanam.

Menurut Kennedy (dalam Sukayati, 2003: 2), makna dari pecahan

dapatmuncul dari situasi-situasi sebagai berikut: 8 1

8 7

(40)

a. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau

keseluruhan. Sebagai contoh bahwa pecahan

4 menunjukkan menunjukkan banyaknya bagian-bagianyang sama

dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut penyebut, sedangkan 1

menunjukkan banyaknya bagian yang diarsir dan menjadi perhatian

pada saat tertentu disebut pembilang.

b. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang

beranggotakan sama banyak, atau menyatakan pembagian.

Contoh: sekumpulan objek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi

2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka disini setiap

kelompok menyatakan

c. Pecahan sebagai perbandingan (rasio). Hubungan antara sepasang

bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Contoh

situasi yang memunculkan rasio misalnya sebuah tali A panjangnya

10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30 m. Rasio

panjang tali A terhadap panjangnya tali B tersebut adalah 10:30 itu

juga diartikan sebagai pecahan.

2. Konsep Penjumlahan Pecahan dan Pengurangan Pecahan

Menurut Sri Subarinah (2006:87-100) penjumlahan dan

pengurangan pecahan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

a. Konsep Penjumlahan Pecahan

Konsep penjumlahan pada bilangan pecahan pada dasarnya

sama dengan konsep penjumlahan bilangan-bilangan yang lain, 4

1

(41)

. c b a c b c

a  yaitu menggabungkan. Untuk langkah awal pengenalan

penjumlahan pecahan adalah dengan menjumlahkan

pecahan-pecahan senama. Setelah konsep ini tertanam dengan baik

kemudian dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan yang tidak

senama dan pecahan campuran. Berikut ini merupakan konsep

penjumlahan pada pecahan:

1) Penjumlahan Pecahan Senama

Untuk a, b, c bilangan bulat dengan c ≠ 0, maka

2) Penjumlahan pecahan Tak Senama

Untuk menjumlahkan dua pecahan dengan penyebut yang tidak

sama, lakukan langkah-langkah berikut:

a) Carilah KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut.

b) Ubah kedua pecahan tersebut sehingga kedua pecahan

senama dengan penyebut KPK yang diperoleh dalam

langkah a)

c) Setelah kedua pecahan tersebut senama, jumlahkan dengan

ketentuan seperti di bawah ini.

Contoh:

Jawab: KPK dari 2 dan 3 adalah 6

(42)

b. Konsep Pengurangan Pecahan

Konsep pengurangan pada pecahan pada dasarnya juga sama

dengan konsep pengurangan pada bilangna bulat. Hanya saja

pengurangan pada pecahan lebih rumit, terutama pada pengurangan

pecahan campuran. Mengurangi berarti mengambil. Jadi a-b pada

dasarnya adalah mengambil b dari a. Berikut ini merupakan konsep

pengurangan pecahan:

1) Pengurangan Pecahan Senama

Untuk a, b, c bilangan bulat dengan c≠ 0,maka

2) Pengurangan Pecahan Tak Senama

Untuk mengurangkan dua pecahan dengan penyebut yang tidak

sama, lakukan langkah-langkah berikut:

i. Carilah KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut.

ii. Ubah kedua pecahan tersebut sehingga kedua pecahan

senama dengan penyebut KPK yang diperoleh dalam

langkah 1

iii. Setelah kedua pecahan tersebut senama, kita kurangkan

dengan ketentuan seperti di bagian a.

Contoh :

KPK dari 2 dan 5 adalah 10, sehingga

2

1 senilai dengan 10 5 ... 5 2 2 1

c b a c b c

(43)

5

2 senilai dengan 10

4

Jadi

10 1 10

4 10

5 5 2 2

1

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga Teropong Pecahan

1. Pengertian Alat Peraga

Dalam mengajarkan Matematika kita harus berusaha agar anak-anak

itu lebih banyak mengerti dan mengikuti pelajaran Matematika dengan

gembira, sehingga minatnya dalam Matematika akan lebih besar.

Anak-anak akan lebih besar minatnya dalam Matematika bila pelajaran

itu disajikan dengan baik dan menarik. Dengan dipergunakannya alat

peraga maka anak-anak akan lebih tertarik dalam Matematika

(Ruseffendi, 1984:383).

Menurut Nana Sujana (2005:110), alat bantu pengajaran atau lebih

populer disebut alat peraga pengajaran harus menjadi bagian integral

dalam proses belajar-pembelajaran terutama dalam metode

pembelajaran.

Dari pendapat dua ahli di atas dapat penulis simpulkan, bahwa alat

peraga merupakan alat bantu untuk membantu guru dalam

menyampaikan materi serta meningkatkan motivasi belajar anak

terutama utuk pelajara Matematika yang abstrak. Penggunaan alat peraga

juga bertujuan agar siswa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran

(44)

Alat peraga yang baik harus memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya:

a. Tahan Lama

b. Bentuk dan warnanya menarik

c. Sederhana dan mudah digunakan

d. Ukurannya sesuai, tidak terlalu besar atau terlalu kecil untuk anak

e. Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk nyata,

gambar, atau diagram

f. Sesuai dengan konsep matematika.

g. Aman atau tidak membahayakan bagi siswa.

2. Fungsi Alat Peraga

Menurut Nana Sujana (2005:99-100), ada emam pokok fungsi

dari alat peraga dalam proses belajar-pembelajaran. Keenam fungsi

tersebut adalah:

a) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-pembelajaran bukan

merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki fungsi tersendiri

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-pembelajaran

yang efektif.

b) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang intergral dari

seluruh situasi pembelajaran. Ini berarti bahwa alat peraga

merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru.

c) Alat peraga dalam pembelajaran penggunaanya integral dengan

(45)

bahwa penggunaan alat peraga harus melihat pada tujuan dan bahan

pembelajaran.

d) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat

hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses

belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

e) Penggunaaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar pembelajaran dan membantu siswa

dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

f) Pengguanaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar-pembelajaran. Dengan perkataan lain

menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan

lama di ingat siswa sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Ruseffendi (1984:384), pentingnya alat peraga untuk

mengajarkan Matematika adalah:

1. Supaya anak-anak lebih besar minatnya.

2. Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih

mengerti dan lebih besar daya ingatnya.

3. Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang

dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat.

Sedangkan menurut Rusgianto (1984:iv) fungsi alat peraga

(46)

1. Merupakan alat bantu guru atau siswa dalam pengajaran Matematika

sehingga diharapkan memperjelas penanaman konsep Matematika

pada siswa.

2. Meningkatkan efisiensi waktu dalam proses belajar mengajar

Matematika.

3. Meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar

Matematika, dan

4. Meningkatkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika yang abstrak memerlukan alat

bantu yang konkret agar siswa mudah memahami dan menangkap

materi pelajaran. Alat bantu tersebut bertujuan untuk memberikan

ingatan dan meningkatkan motivasi belajar siswa terutama

pelajaran Matematika. Pembelajaran yang bersifat hafalan siswa

akan mudah untuk lupa. Pembelajaran akan lebih mudah dingat

apabila dilakukan perbuatan yaitu dengan memerlukan alat peraga.

3. Alat Peraga Teropong Pecahan

1) Pengertian alat peraga teropong pecahan

Alat peraga teropong pecahan adalah alat yang digunakan untuk

mengetahui nilai penjumlahan dan pengurangan pada pecahan yang

melibatkan siswa secara langsung, karena belajar matematika adalah

(47)

materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep dan

struktur matematika itu.

Menurut Pitadjeng (2006:141) alat peraga teropong pecahan

digunakan untuk membantu anak memahami konsep bilangan pecahan,

membandingkan dua pecahan (relasi <, =, dan >), penjumlahan dan

pengurangan pecahan. Alat peraga teropong pecahan terdiri atas dua

komponen, yang disebut penyangga dan lingkaran pecahan.

2) Cara membuat

Cara membuat alat peraga teropong pecahan menurut Pitadjeng

(2006: 142) adalah sebagai berikut:

a) Penyangga

Buatlah lingkaran dari papan kayu dengan diameter kira-kira

20 cm. Haluskan dan dicat putih bagian atasnya. Tancapkan kawat

besi dengan panjang kira-kira 10 cm di tengah lingkaran yang telah

dicat putih.

Tiang (Terbuat dari kawat)

Alas (Terbuat dari kayu atau

tripleks di cat putih)

(48)

Tiang

[image:48.592.208.375.85.155.2]

Alas

Gambar 3. Teropong pecahan dari atas

b) Lingkaran pecahan

Lingkaran pecahan merupakan model bangun lingkaran yang

dibuat dari mika atau kaca, dengan diameter maksimal sama dengan

diameter alas perangkat keras. Warna gambar arsiran dan garis pembagi

yang dipakai untuk membagi sama pada satu nama pecahan, berbeda

dengan warna pada nama pecahan yang lain. Misalkan warna yang

dipakai untuk pembagi 2 sama (pecahan seperdua) merah, warna untuk

pembagi 3 sama (pecahan sepertiga, duapertiga) hijau, warna untuk

pecahan perempatan kuning, dan lain sebagainya.

Lubang Lubang

Model lingkaran pecahan (dari mika atau kaca)

Gambar 4. Lingkaran Pecahan

Cara membuatanya, gambarlah lingkaran di transparansi dengan

diameter 20 cm. Bagilah dengan garis pembagi menurut diameter

menjadi bagian-bagian yang sama sesuai dengan bilangan pecahan yang

dikehendaki. Kemudian arsirlah beberapa bagian dengan warna.

[image:48.592.177.464.455.531.2]
(49)

dari diameter tiang. Untuk menggunakannya, tiang dimasukkan ke

lubang di tengah lingkaran. Berikut ini merupakan contoh lingkaran

[image:49.592.175.458.169.317.2]

pecahan:

Gambar 5. Contoh lingkaran pecahan

Gambar lingkaran-lingkaran di atas merupakan beberapa contoh

lingkaran pecahan yang menunjukkan pecahan

Banyaknya lingkaran pecahan menurut kebutuhan, sesuai dengan

keluasaan bilangan pecah yang dipelajari anak. Misalkan topik perduaan,

pertigaan, dan perempatan diperlukan lingkaran pecahan dengan warna

serta lingkaran pecahan tanpa warna untuk perduaan, pertigaan,

[image:49.592.144.502.564.634.2]

perempatan, perenaman, dan perduabelasan.

Gambar 6. Lingkaran pecahan tanpa warna

(50)

3) Cara menggunakan

Berikut ini akan dijabarkan cara menggunakan alat peraga teropong

pecahan (Pitadjeng, 2006: 142-146) sesuai dengan materi yang disampaikan.

a) Konsep bilangan pecahan

Untuk memahami konsep bilangan dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

i. Ambillah pecahan berwarna setengah, lalu pasang pada tiang

penyangga.

ii. Untuk membuktikan bahwa pembagiannya sama besar, ambillah

lingkaran pecahan setengah tanpa warna, pasang di atasnya dan

aturlah sehingga garis pembaginya berimpit.

iii. Apabila garis pembaginya sudah berimpit, putarlah lingkaran tanpa

warna sampai bagian lingkaran yang tadinya berimpit berpindah

tempat serta garis pembaginya berimpit. Hal ini menunjukkan

bahwa kedua bagian itu sama besar sehingga disebut pecahan

Kegiatan untuk menunjukkan konsep pecahan seperempat, sepertiga,

dan lainnya sama caranya dengan pecahan setengah.

b) Membandingkan dua pecahan (relasi <, =, >)

Misalnya akan membandingkan pecahan dengan pecahan

dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

i. Ambillah pecahan duapertiga berwarna hijau dan pasang di

penyangga.

2 1

2 1 3

(51)

ii. Kemudian amnbil pecahan setengah berwarna merah, pasang di atas

pecahan duapertiga dan aturlah sehingga salah satu garis pembagi

sisi yang berwarna berimpit dan warnanya bertumpuk. Amatilah

mana warna yang lebih luas. Tampak warna hijau lebih luas dari

merah, jadi,

&

[image:51.592.181.508.196.317.2]

& >

Gambar 7. Membandingkan dua pecahan

Dengan cara yang sama, dapat dibandingkan antara dua pecahan,

pecahan mana yang lebih besar, pecahan mana yang lebih kecil, atau dua

pecahan yang sama.

c) Menjumlahkan dua pecahan

Misalnya untuk menjumlahkan pecahan dilakukan

langkah-langkah seperti berikut ini:

i. Pasanglah pecahan dua perempat yang berwarna kuning pada tiang

penyangga.

ii. Kemudian pasanglah pecahan seperempat yang berwarna kuning di

atasnya, dan aturlah sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit

dan warna kuning bersambung dengan warna kuning.

iii. Tampak lingkaran terbagi empat sama besar dan yang berwarna 3

bagian. Jadi, 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 2 1 4 1 4 2 4 3 4 1 4

(52)
[image:52.592.191.501.89.190.2]

+ =

Gambar 8. Penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama

Contoh lain dalam menjumlahkan pecahan

langkah-langkahnya sebagai berikut:

i. Pasanglah pecahan setengah yang berwarna merah pada tiang

penyangga.

ii. Kemudian pasang pecahan sepertiga yang berwarna hijau di atasnya

dan atur sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit dan

warnanya menyambung.

+ = ?

Gambar 9. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Berbeda

iii. Karena hasilnya belum jelas (pembaginya belum terlihat jelas),

maka pasanglah lingkaran pecahan tanpa warna untuk melihat

pembagiannya yang sama. Cobalah pasang lingkaran perempatan,

perenaman atau perdelapanan.

3 1 2 1 2

1

4 1

4 3

2 1

[image:52.592.189.491.427.532.2]
(53)

iv. Aturlah agar semua garis pembagi pecahan-pecahan yang berwarna

dapat berimpit dengan garis pembagi pecahan tanpa warna. Maka

akan didapatkan hasil bahwa pecahan perenaman yang dapat

berimpit dengan garis pembaginya.

&

v. Jadi tampak bahwa ada lima bagian yang berwarna sehingga

setengah dikurangi sepertiga sama dengan lima perenam.

d) Mengurangkan dua pecahan

Misalkan untuk mengurangkan dua pecahan dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

i. Pasanglah pecahan dua pertiga berwarna hijau pada tiang

penyangga.

ii. Kemudian pasang pecahan satu pertiga yang berwarna abu-abu di

atasnya dan aturlah sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit

dan warna abu-abu menutup di atas warna hijau.

[image:53.592.165.514.557.656.2]

- =

Gambar 10. Pengurangan dua pecahan berpenyebut sama

3 1 3 2

3 2

3 1

(54)

iii. Tampak lingkaran terbagi tiga sama besar dan warna hijau yang

tidak tertutupi abu-abu satu bagian. Jadi,

Contoh lain dalam mengurangkan pecahan

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

i. Pasanglah pasangan setengah berwarna merah pada tiang

penyangga.

ii. Kemudian pasang pecahan sepertiga yang berwarna abu-abu di

atasnya dan atur sehingga garis pembagi kedua pecahan berimpit

dan warnanya bertumpuk.

[image:54.592.182.518.319.432.2]

- = ?

Gambar 11. Pengurangan dua pecahan berpenyebut berbeda

iv. Karena hasilnya belum jelas (pembaginya belum terlihat jelas),

maka dipasang lingkaran yang tidak berwarna untuk melihat

pembagian yang sama. Cobalah pasang lingkaran perempatan,

perenaman, atau perdelapanan.

v. Aturlah agar semua garis pembagi pecahan-pecahan dapat berimpit

dengan garis pembagi pecahan tanpa warna. Maka akan didapatkan

hasil bahwa pecahan perenaman yang dapat berimpit dengan garis

pembaginya.

3 1 3 1 3

2

3 1 2 1

2 1

(55)

vi. Kemudian hitunglah berapa bagian warna merah yang tidak tertutupi

warna abu-abu.

&

vii. Jadi tampak bahwa ada satu bagian berwarna merah yang tidak

tertutup sehingga

Untuk mencari selisih dua pecahan pada penggunaan alat peraga ini

belum menggunakan KPK. Dengan pendekatan induktif-induktif dapat

digunakan untuk menemukan rumus pengurangan dua pecahan tak

senama. Dalam alat peraga ini digunakan bentuk lingkaran karena bagian

lingkaran berbentuk juring lingkaran. Perbedaan yang jelas tersebut

diperlukan untuk memudahkan anak memahami konsep bagian.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar disesuaikan dengan

karakteristik pembelajaran yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa.

Menurut Brunner (Pitadjeng, 2006: 29) terdapat tiga tahap proses belajar

matematika, yaitu: 1) tahap enaktif, 2) tahap ikonik, dan 3) tahap

simbolik. Implikasi dari tahapan tersebut dalam pembelajaran

menggunakan alat peraga teropong pecahan adalah sebagai berikut:

a) Tahap enaktif

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk menggunakan atau

memanipulasi objek-objek konkret secara langsung yaitu 6

1 3 1 2

(56)

matematika materi pecahan. Siswa memerlukan pengalaman untuk

menggunakan alat peraga secara langsung sebelum masuk pada

tahap membayangkan objek konkret tersebut.

b) Tahap ikonik

Tahap ikonik merupakan tahapan dimana siswa memberikan

gambaran terhadap objek-objek konkret. Implikasinya dalam

penjumlahan dan pengurangan pecahan, setelah siswa

menggunakan objek secara langsung siswa diminta untuk

menggambarkan ke dalam objek dua dimensi yaitu dalam media

kertas sesuai dengan apa yang mereka lihat. Tahapan ini berkaitan

erat dengan mental siswa untuk membayangkan dan

menggambarkan alat peraga teropong pecahan dan menuangkannya

dalam media gambar.

c) Tahap simbolik

Tahap simbolik merupakan tahap dimana siswa memanipulasi

simbol-simbol secara langsung. Dalam hal ini siswa sudah tidak

lagi bergantung pada alat peraga yang digunakan sebelumnya.

4) Keunggulan dan kelemahan alat peraga teropong pecahan

Setiap alat peraga tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan

masing-masing. Keunggulan dari alat peraga teropong pecahan ini sudah

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu,

keunggulan lainnya adalah alat peraga teropong pecahan telah

(57)

i. Dapat digunakan untuk membantu anak memahami konsep

bilangan pecahan, membandingkan dua pecahan, penjumlahan dan

pengurangan pecahan.

ii. Menarik perhatian siswa karena berwarna-warni.

iii. Tahan lama dan reusable karena terbuat dari papan kayu sehingga bisa digunakan lagi pada pembelajaran yang akan datang.

iv. Bentuknya sederhana dan mudah digunakan

v. Ukurannya sesuai, tidak terlalu besar atau terlalu kecil untuk siswa

kelas IV.

vi. Bahan dasarnya mudah diperoleh.

vii. Siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga teropong pecahan.

b) Kelemahan alat peraga teropong pecahan

Selain memiliki keunggulan, alat peraga teropong pecahan juga

memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

i. Tidak bisa digunakan untuk penjumlahan dan pengurangan pecahan

yang hasilnya >1 (lebih dari satu) dan <0 (kurang dari nol).

ii. Tiang penyangga yang terbuat dari besi memungkinkan dapat

(58)

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Kristanti Widyastuti (2011) berjudul “Peningkatan Pretasi

Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui pembelajaran dengan

Bantuan Alat Peraga Teropong Pecahan Bagi Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 2 Temanggung 1 Kabupaten Temanggung”,

menyimpulkan bahwa dengan menggunakan bantuan alat peraga

teropong pecahan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

dan kualitas proses pembelajaran siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2

Temanggung 1. Meningkatnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari

nilai rata-rata sebelum diberi tindakan adalah 40,5 dengan ketuntasan

belajar sebesar 11%, nilai rata-rata post test siklus pertama sebesar 62,2 dengan ketuntasan belajar sebesar 61% dan nilai rata-ratapost testsiklus kedua sebesar 80,5 dengan ketuntasan belajar sebesar 89%.

Meningkatnya kualitas proses pembelajaran ditandai dengan partisipasi

siswa meningkat dibandingkan sebelum diberi tindakan. Presentase

peningkatan partisipasi siswa selama proses pembelajaran siklus

pertama ke siklus kedua adalah 42%.

2. Penelitian Widyana Cahyaning Gerhastuti berjudul “Meningkatkan

Pemahaman Konsep Pengurangan pada Pecahan Menggunakan Alat

Peraga Teropong Pecahan Siswa Kelas IVB SD Negeri Bangirejo 1

Yogyakarta. Meningkatnya pemahaman konsep pengurangan pada

pecahan dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata tes dan

(59)

akhir siklus II. Nilai rata-rata siswa sebelum tindakan adalah 54, nilai

rata-rata siswa pada akhir siklus I adalah 69,03 dan nilai rata-rata siswa

pada akhir siklus II adalah 88,19. Jumlah siswa yang mencapai KKM

pada hasilpre-test sebanyak 7 siswa (28%) pada hasilpost-testsiklus II semua siswa (100%) mencapai KKM.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disusun kerangka pikir sebagai

berikut. Prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa kelas

IV SDN Warangan 1 Magelang tergolong rendah. Salah satu penyebabnya

adalah guru belum menggunakan alat peraga yang dapat meningkatkan

pemahaman siswa dalam mengajarkan materi pecahan. Karakteristik siswa

kelas IVSD adalah berada dalam tahap belajar operasional konkret (7-12

tahun). Oleh karena itu mereka akan lebih mudah belajar jika disajikan objek

konkret atau gambar-gambar objek konkret.

Alat peraga sangat penting dihadirkan dalam proses pembelajaran materi

penjumlahan dan pengurangan pecahan. Tanpa alat peraga, siswa akan sulit

memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.. Penggunaan alat

peraga pada saat proses pembelajaran dapat memudahkan siswa menerima

pelajaran. Siswa juga akan memiliki persepsi yang kuat sehingga dapat

menerima materi yang disampaikan, merangsang perhatian siswa terhadap

materi yang disampaikan sehingga pemahaman konsep meningkat. Salah

(60)

mengenal pecahan, membandingkan dua pecahan, sampai pada penjumlahan

dan pengurangan pada pecahan.

Siswa SD yang berada pada tahap belajar operasional konkret akan lebih

memudahkan guru dalam mengajarkan materi penjumlahan dan pengurangan

pecahan dengan menggunakan alat peraga teropong pecahan dalam

pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa alat peraga teropong pecahan

sangat tepat apabila digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar

penjumlahan dan pengurangan pecahan.

[image:60.592.132.513.328.677.2]

Pernyataan di atas dapat dijelaskan pada bagan di bawah ini.

Gambar 12. Skema Kerangka Pikir Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir Belum menggunakan alat peraga/ media pembelajaran dalam pembelajaran

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tergolong rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya.

Menggunakan alat peraga teropong pecahan dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan Menggunakan alat peraga teropong pecahan pada penjumlahan dan pengurangan pecahan yang bersiklus

(61)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan alat peraga teropong

pecahan dapat meningkatkan prestasi belajar penjumlahan dan pengurangan

(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti dan guru di kelasnya sendiri dengan

cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Wijaya Kusumah, 2011: 9).

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IV di

SDN Warangan I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Tindakan dalam

penelitian ini berupa penggunaan alat peraga teropong pecahan dengan tujuan

meningkatkan prestasi belajar konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan di

kelas IV SDN Warangan I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

B. SettingPenelitian

Settingpeneltian tindakan kelas (PTK) ini meliputi: tempat penelitian, subjek

penelitian, dan waktu penelitian. Adapunsettingpenelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Tempat yang dipilih untuk penelitian ini adalah kelas IV SDN Warangan

(63)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Warangan I dengan jumlah

siswa 15 orang yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

Alasan peneliti memilih siswa kelas IV SDN Warangan I sebagai subjeek

penelitian adalah karena masalah yang diangkat peneliti benar-benar dialami

oleh siswa kelas IV SDN Warangan I. Hal tersebut diketahui oleh peneliti

dari wawancara terhadap guru yang diperkuat dengan pengamatan peneliti

terhadap hasil ulangan harian. Peneliti bersama guru sepakat untuk

mengatasi masalah tersebut.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar penjumlahan

dan pengurangan pada pecahan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada bulan Mei pada

semester II tahun ajaran 2015/2016. Jika hasil dalam siklus pertama yang

didapatkan belum sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian, maka

penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus kedua. Namun jika hasil yang

didapatkan pada siklus pertama diperoleh hasil yang sesuai indikator

keberhasilan penelitian, tidak perlu lagi melanjutkan ke siklus kedua. Untuk

jadwal penelitian, peneliti menyesuaikan dengan jadwal kelas IV SDN

(64)

C. Desain Penelitian

Kemmis & Mc. Taggart (Sujati, 2000:23) mengembangkan modelnya

berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Lewin, dengan disertai beberapa

perubahan. Dalam perencanaan Kemmis & Mc. Taggart menggunakan siklus

sistem spiral, yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

1. Rencana : Rencana tindakan apa yang akan dilakukan peneliti untuk

memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas.

2. Tindakan : Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki

dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang

diharapkan dapat tercapai.

3. Observasi : Peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakannya.

4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas

dampak dari tindakannya dengan menggunakan berbagai kriteria.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti melakukan modifikasi terhadap

rencana tindakan berikutnya.

[image:64.612.144.454.521.633.2]

Keempat langkah tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 13. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc. Taggart (Sujati) Keterangan:

Siklus I : 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II : 4. Perencanaan II

(65)

D. Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Peneliti dalam penelitian tindakan ini bekerjasama dengan guru kelas IV

dimana peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran sedangkan guru kelas

melakukan pengamatan terhadap tindakan berupa penggunaan alat peraga

teropong pecahan dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pada

pecahan. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Perencanaan(Planning)

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang akan

dilaksanakan sebagai berikut.

1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

tentang materi yang akan diajarkan yang kemudian dikonsultasikan

kepada guru kelas IV SDN Warangan I. RPP ini berguna sebagai

pedoman guru pada dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

2) Peneliti menyiapkan lembar observasi.

3) Peneliti menyiapkan alat peraga yang digunakan dalam

pembelajaran yaitu teropong pecahan.

4) Peneliti menyusun soal post-test yang kemudian dikonsultasikan

kepada guru kelas IV SDN Warangan I. Soal post-test diberikan

(66)

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tindakan dalam penelitian tindakan kelas adalah guru sebagai

peneliti yang dilakukan secara sadar dan terkendali dan yang merupakan

variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Selama melaksanakan

tindakan, guru mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan

disepakati bersama dengan teman sejawat. Peneliti yang akan mengubah

atau melaksanakan perbaikan atas metode tindakan kelas, perlu ada

alasan yang mendasar dan ada kesepakatan bersama. Untuk itu, situasi

kelas ataupun faktor lain yang dapat mempengaruhi penyimpangan

kegiatan di kelas harus dihindari sehingga perubahan yang muncul

benar-benar diakibatkan adanya tindakan yang sengaja dilakukan untuk

perbaikan, bukan karena faktor lain.

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelemahan dalam

pelaksanaan tindakan, persiapan, dan perencanaan perlu dilakukan

secara maksimal.

c. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran.

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu

untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran dengan menggunakan alat

(67)

terhadap materi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Observasi

dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu guru SDN Warangan I

dengan menggunakan lembar observasi terhadap pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan

yang terjadi secara kritis pada siswa, suasana kelas, dan guru (Suharsimi

Arikunto, dkk, 2015: 229). Refleksi bertujuan untuk menemukan

kemungkinan penyebab terjadinya kekurangan-kekurangan yang terjadi

selama pelaksanaan tindakan. Apabila ditemukan cara atau strateginya

maka diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan atau siklus

berikutnya. Siklus ini merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya,

tahapan dari setiap siklus perlu disusun rencana yang matang dengan

memperhatikan hasil refleksi dari siklus sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2011: 308). Adapun

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

(68)

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 220).

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.

Beberapa hal yang diamati terhadap pelaksanaan tindakan misalnya tingkah

laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar,

kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan

alat peraga pada waktu mengajar dengan menggunakan alat peraga teropong

pecahan pada materi konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan siswa

kelas IV SDN Warangan I.

2. Tes

Suharsimi Arikunto (2006: 150) menyatakan bahwa tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

(69)

data mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk pengamatan guna memperoleh

data-data tentang kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran

menggunakan alat peraga teropong pecahan. Lembar observasi disediakan

oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Adapun

[image:69.612.154.535.334.395.2]

kisi-kisi instrumen lembar observasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi

No Aspek Jumlah Butir Nomor Butir

1 Persiapan 8 1,2,3,4,5,6

2 Pelaksanaan 7 7,8,9,10,11,12,13,14,15

Total Butir 15

Berdasarkan Tabel 1, kisi-kisi lembar observasi terdiri atas 2 aspek yaitu

aspek persiapan dan pelaksanaan. Terdiri atas 15 butir, aspek persiapan pada

nomor butir 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dan aspek pelaksanaan pada nomor butir 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15,

2. Soal tes

Tes digunakan sebagai alat untuk memperoleh data hasil belajar konsep

penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Tes disediakan oleh peneliti

(70)

pertemuan setiap siklus. Tes ini berbentuk soal essay yang dikerjakan oleh

[image:70.612.160.534.166.365.2]

siswa secara individu. Kisi-kisi instrumen soal terdapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Post Test Siklus I

Kompetensi Dasar Materi Indikator Butir Soal

6.3 Menjumlahkan

Pecahhan PenjumlahanPecahan 6.3.1 Menjumlahkandua pecahan biasa berpenyebut sama

1, 2, 9, 10

6.3.2 Menjumlahkan dua pecahan biasa berpenyebut tidak sama

3, 4, 11, 12

6.4 Mengurangkan

Pecahan PenguranganPecahan 6.4.1 Mengurangkandua pecahan biasa berpenyebut sama

5, 6, 13, 14

6.4.2 Mengurangkan dua pecahan biasa berpenyebut berbeda

7, 8, 15, 16

Berdasarkan tabel 2, kisi-kisi instrumen terdiri atas em

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Pecahan
Gambar 4. Lingkaran Pecahan
Gambar 5. Contoh lingkaran pecahan
Gambar 7. Membandingkan dua pecahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada berbagai penyebab kematian ini baik penyebab langsung maupun tidak langsung, maupun faktor penyebab yang sebenarnya

Proses yang terjadi pada DFD level 2 proses update data hampir sama dengan proses input data, yaitu admin menngubah data yang telah di- input sebelumnya,

Pada akhir tahun 2010 telah terimplementasikan sistem informasi manajemen terpadu yang mensinergikan sistem informasi akademik (SIKADU), kepegawaian

Menentukan modus dari data yang disajikan dalam bentuk diagram, tabel, atau data acak. Modus dari data di atas

vonis yang berat terhadap pelaku kejahatan seksual tersebut sebagaimana yang. termaktub dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Pelanggaran: Permukiman illegal yang ada di sepanjang sempadan rel kereta Stasiun Semut menyalahi aturan penataan ruang karena pada dasarnya sepanjang rel kereta diperuntukan.

Dengan menganalisa teks berita Laporan Utama yang diterbitkan majalah Tempo maka dapat diketahui seberapa dalam fakta yang diungkap oleh wartawan majalah Tempo yang