• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Prestasi Akademik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Deskripsi Prestasi Akademik

Prestasi akademik sekolah mempunyai empat indikator, yakni academic excellence (keunggulan akademik), developmental responsiveness (tanggap perkembangan), social equity (keadilan sosial), dan organizational structure (struktur organisasi). Deskripsi prestasi akademik di SD Muhammadiyah Domban 3 sesuai indikator tersebut adalah sebagai berikut.

a. Keunggulan Akademik (academic excellence)

Pada aspek academic excellence, SD Muhammadiyah Domban 3 selalu berusaha memenuhi standar yang tinggi. Sebagian besar mata

57

pelajaran pokok dipatok dengan KKM 75. Siswa-siswa yang belum bisa memenuhi nilai 75 tidak diperkenankan melanjutkan materi berikutnya. Untuk memenuhi nilai tersebut, tidak hanya siswa yang bekerja keras belajar lebih giat, tetapi guru kelas juga ikut membimbing siswa saat belajar di sekolah dengan lebih intensif. Materi yang dirasa kurang dikuasai siswa, selalu diulang-ulang agar siswa dapat mencapai KKM 75.

Selain dengan mengajarkan siswa secara tekun, guru membantu siswa mencapai KKM dengan sering mengulang-ulang materi melalui latihan soal-soal. Ketika kenaikan kelas, jika memang terdapat siswa yang tidak dapat mencapai KKM, siswa tersebut tidak dinaikkan ke kelas selanjutnya. Sekolah dan guru tegas dalam memberikan penilaian demi kebaikan siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil TKM sekolah dari kelas I-VI. Di tahun ajaran 2013/2014 semester ganjil, SD ini meraih peringkat III dengan rerata 78,37. Kemudian di semester genap tahun ajaran 2013/2014 juga meraih peringkat III dengan rerata 79,85. Pada tahun ajaran 2014/2015, SD Muhammadiyah Domban 3 meraih peringkat II dengan nilai rerata 80,64.

Sejak kepemimpinan Bu Sw di SD Muhammadiyah Domban 3, prestasi akademik meningkat. Peningkatan terlihat dari prestasi UN SD di Kecamatan Tempel. SD Muhammadiyah Domban 3 meraih juara I selama empat tahun berturut sejak tahun ajaran 2011/2012 hingga 2014/2015. Pada tahun ajaran 2011/2012, SD Muhammadiyah Domban 3 mendapatkan rata UN tertiggi di Kecamatan tempel dengan nilai

rata-58

rata 8,69. Di tahun ajaran berikutnya, SD ini kembali meraih juara I untuk rerata UN SD dengan nilai rata-rata 8,81. Dengan segala upaya warga sekolah, SD Muhammadiyah Domban 3 bisa mempertahankan prestasi tersebut di tahun ajaran 2013/2014 dengan nilai rata-rata 8,98. Pada tahun Ajaran 2014/2015, SD Muhammadiyah Domban 3 menjadi juara bertahan untuk peringkat rata-rata UN SD dengan nilai rata-rata 9,08.

Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari program unggulan di SD Muhammadiyah Domban 3. Program akademik unggulan di sekolah ini ada dua, yaitu Menu Pagi dan les siang. Menu Pagi adalah istilah lain dari jam ke-nol. Di sekolah ini, diadakan jam ke-nol untuk menambah jam pelajaran. Menu Pagi dilaksanakan di seluruh kelas, dari kelas I-VI. Materi Menu Pagi untuk kelas I-III difokuskan untuk BTQ (Baca Tulis Quran) karena Bu SW selaku kepala sekolah menginginkan semua siswa harus sudah bisa membaca Al Quran saat kelas III. Meskipun difokuskan BTQ, guru kelas diberi kebebasan juga untuk mengisi dengan materi pelajaran lain selagi siswa mampu. Hal tersebut seperti terjadi di kelas II A. Menu Pagi diisi dengan mengerjakan soal-soal. Secara bergantian guru memanggil siswa untuk mengecek kemampuan BTQ. Sedangkan untuk di kelas IV-VI, Menu Pagi diisi dengan latihan soal-soal maupun tambahan materi pelajaran. Berbeda denga Menu Pagi, les siang diisi dengan mengulang materi yang belum dipahami dan latihan soal.

Para siswa dan guru harus memahami apa yang sedang siswa pelajari dan alasan mempelajari suatu materi. Hal tersebut juga turut

59

membantu dalam keberhasilan akademik di sekolah. Seperti di kelas II A saat pelajaran PKn, Bu Ng membimbing siswa mempelajari Perilaku Hidup Rukun. Bu Ng menjelaskan materi tersebut dan memberitahukan pentingnya materi tersebut dipelajari, yaitu agar siswa bisa hidup rukun baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Terlihat juga di kelas IA saat awal pelajaran, Bu Ya memberitahukan tujuan pembelajaran. Bu Ya memberitahukan juga kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Saat mempelajari materi, Bu Ya menyampaikan pentingnya materi tersebut dipelajari dan kebermanfaatan untuk siswa. Jadi, para siswa dapat menjelaskan pentingnya apa yang sedang dipelajari kapan pun dan di mana pun.

Visi sekolah dibuat logis dan sesuai dengan apa yang harus para siswa ketahui dan apa yang harus siswa mampu lakukan. Visi ini mencakup pengetahuan yang harus dikuasai dan keterampilan yang harus bisa dilakukan. Visi sekolah diintegrasikan dalam kurikulum, pengajaran, dan penilaian. Kurikulum yang digunakan di sekolah ini adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sehingga sekolah dan guru bisa dengan leluasa mendesain kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi setempat.

Kurikulum menekankan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep penting dan pengembangan keterampilan dasar. Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep pada materi, guru menggunakan media maupun alat pembelajaran. Terkadang guru juga

60

memberikan contoh dan demonstrasi agar konsep tersampaikan dan dipahami dengan baik. Di kelas awal, guru selalu memberikan contoh-contoh untuk menanamkan konsep. Di kelas atas, guru terkadang memberikan contoh, terkadang juga meminta siswa mencari konsep sendiri. Jika konsep yang dicari secara mandiri tidak sesuai dengan tujuan pembelajarannya, maka guru akan mengarahkan dan membimbing ke konsep yang benar. Sebagai contoh, Bu De mengajarkan materi FPB dan KPK di kelas V. Pada mulanya, Bu De mengarahkan siswa untuk memahami dulu faktorisasi prima. Setelah itu, Bu De baru memberikan contoh tentang FPB dan KPK.

Untuk menunjang akademik yang baik perlu adanya pengembangan keterampilan. Sebisa mungkin, dalam pembelajaran terdapat keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan meneliti agar siswa benar-benar paham konsep yang diajarkan. Guru memberikan keterampilan yang sesuai dengan materi. Misalnya, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi berpidato, siswa diminta memperagakan berpidato. Pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang, siswa diminta membuat bangun ruang. Tidak hanya keterampilan tangan yang ditonjolkan, guru juga memberikan pengajaran intensif pada keterampilan berhitung dan menulis. Bahkan di kelas III ada jam pelajaran khusus keterampilan menulis.

Berbagai keterampilan dan strategi pembelajaran digunakan secara beragam. Dengan digunakannya KTSP, guru lebih leluasa dalam

61

mengambil langkah proses pembelajaran. Guru bisa mendesain sendiri kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dengan menarik dan menantang. Sebagai contoh, di kelas IV pada materi pertumbuhan, guru meminta siswa untuk menanam biji kacang hijau. Siswa diminta merawat dan mengamati selama beberapa minggu. Hal ini tentu menantang dan menarik minat siswa untuk belajar tentang pertumbuhan tanaman. Selain itu, selama percobaan ini siswa secara tidak langsung telah diberikan konsep tentang pertumbuhan. Siswa juga diajarkan dan dibiasakan keterampilan merawat tanaman.

Guru menggunakan berbagai metode untuk menilai dan memantau kemajuan belajar siswa (misalnya, tes, kuis, tugas, pameran, proyek, tugas kinerja, dan portofolio). Di SD Muhammadiyah Domban 3, guru memantau kemajuan belajar siswa dengan tes, kuis, tugas kinerja, dan portofolio. Tes dilakukan rutin dengan adanya Menu Pagi, yaitu setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Terkadang tes juga dilakukan diakhir pelajaran. Kuis juga diterapkan untuk menilai kemajuan siswa. Tugas kinerja banyak digunakan guru terutama pada mata pelajaran IPA. Selain itu, tugas portofolio dilaksanakan di setiap akhir bab. Dari situ, guru mengetahui apa yang telah dipelajari siswa dan yang masih perlu dipelajari.

Siswa-siswa yang masih perlu belajar disediakan waktu khusus oleh guru untuk dibimbing. Guru memberikan waktu untuk siswa memenuhi standar akademik yang ketat di SD ini. Di luar jam pelajaran intrasekolah, guru memberikan bimbingan khusus kepada siswa-siswa

62

yang kurang paham. Siswa juga berinisiatif bertanya kepada guru jika belum paham baik saat di kelas, saat jam istirahat, maupun setelah pulang sekolah.

Ada kasus menarik di sekolah ini. Berdasarkan penuturan Bu Yu, pernah ada siswa sampai dengan kelas V masih belum bisa berhitung matematika. Dengan kerja keras wali kelas, yaitu Bu De, membimbing siswa tersebut sampai paham dan mahir di mata pelajaran matematika. Bu De menuturkan bahwa beliau memprivat siswa tersebut di rumah setiap hari. Saat UN pun hasilnya siswa yang biasanya pandai matematika bisa terkalahkan oleh siswa tersebut. Hal ini banyak dipengaruhi oleh ketekunan Bu De dalam mengajari matematika sampai siswa tersebut mahir dan pandai.

Tak hanya ketekunan guru dalam membimbing siswa, jadwal utama di SD Muhammadiyah Domban 3 memberikan waktu kepada siswa untuk memenuhi standar akademis yang ketat. Jadwal untuk mata pelajaran pokok UN, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA diberikan 6 jam per minggu. Ada juga tambahan jam pelajaran les siang dan Menu Pagi jam ke-nol.

Kepala sekolah dan guru menyediakan waktu dan banyak kesempatan untuk meningkatkan prestasi siswa melalui berbagai cara. Guru-guru di SD Muhammadiyah Domban 3 sering bertukar informasi pada saat istirahat. Terkadang mereka membicarakan kesulitan dalam mengajar siswa tertentu. Kemudian guru yang lain memberi solusi. Cara

63

yang lain adalah bekerja sama dengan sesama guru untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mengajar. Tak hanya itu, ada juga kegiatan KKG se-kecamatan Tempel yang dilaksanakan sekali dalam satu bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan guru, bertukar informasi dan pengalaman mengajar, dan meningkatkan kualitas mengajar sehingga bisa optimal dalam mengajar di kelas masing-masing.

b. Tanggap Perkembangan (developmental responsiveness)

Sekolah berprestasi tinggi peka terhadap tantangan perkembangan, baik perkembangan zaman maupun perkembangan peserta didik yang unik. Sekolah menyediakan layanan internet wifi untuk keperluan akademik. Penggunaan wifi hanya sebatas guru saja. Para siswa belum boleh diperkenankan menggunakan wifi secara cuma-cuma karena sekolah belum bisa memproteksi internet. Sekolah khawatir akan pengaruh buruk internet ke siswa jika internetnya belum diproteksi. Sementara waktu, internet hanya digunakan guru untuk pembelajaran, misalnya memutar video yang berhubungan dengan pembelajaran. Pada pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) juga digunakan internet hanya sebatas pengenalan untuk siswa agar siswa bisa ikut mengikuti perkembangan teknologi.

Staf dan guru di SD Muhammadiyah Domban 3 menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan intelektual, etika, sosial, dan perkembangan fisik peserta didik. Guru memberikan materi

64

kepada siswa secara adil. Siswa yang belum dapat memahami materi karena belum mampu mengikuti, diberikan soal khusus, waktu khusus, dan bimbingan khusus agar bisa mengejar ketertinggalan. Seperti terlihat di kelas IB. Siswa Tr belum lancar membaca. Kemudian Bu Yu memberikan waktu tambahan dan bimbingan khusus dalam mengerjakan soal sehingga dia bisa segera menyamai penguasaan materi dengan siswa lain. dari hal tersebut nampak staf dan guru menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan intelektual dengan diberikannya kegiatan intra yang bermakna.

Staf dan guru juga turut menciptakan lingkungan sekolah yang sadar etika. Para siswa diajarkan etika menyapa, etika belajar, etika makan, dan sebagainya. Untuk menunjang hal tersebut, di dinding luar kelas juga telah dipasang papan berisikan cara beretika yang baik. Salah satunya di dinding kelas VI, terdapat papan etika berdoa. Kemudian di dinding luar kelas II B ada papan etika makan.

SD Muhammadyah Domban 3 juga menyediakan layanan yang komprehensif untuk mendorong kesehatan fisik, sosial, emosional, dan perkembangan intelektual. Akses layanan untuk kesehatan fisik berupa disediakannya UKS, adanya jam pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, serta senam pagi rutin setiap Jumat. Akses layanan di bidang sosial yang disediakan berupa penciptaan suasana yang nyaman pada relasi antarsiswa, antarguru, dan antara guru dengan siswa. Warga sekolah dibiasakan untuk melakukan 5s, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, dan

65

santun. Sebelum KBM dimulai, guru menyambut siswa di halaman sekolah sambil mengecek dan membenahi penampilan siswa.

Pada segi emosional, sekolah menyediakan akses layanan berupa pemberian bimbingan dan motivasi dari guru dan kepala sekolah dibantu orang tua siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa. Layanan di bidang perkembangan intelektual disediakan untuk siswa melalui kegiatan intra dan ekstra. Pada kegiatan intra, KBM dimulai pukul 07.00-11.25 untuk kelas I dan jam 07.00-13.00 untuk kelas II-VI. Sekolah juga melaksanakan jam ke-nol untuk siswa kelas II-VI pada jam 06.30-07.00 WIB. Kegiatan siang hari ada les dan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler dilaksanakan setelah pulang sekolah sesuai jadwal dan maksimal berakhir pukul 16.30 WIB.

Guru mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keterampilan sosial dalam lingkungan yang mendukung guna melatih siswa peka terhadap perkembangan zaman. Saat pembelajaran, siswa diberikan gambar, pertanyaan, atau sebuah permasalahan untuk memancing rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari. Seperti yang sering dilakukan Pak Yo, dalam pembelajaran intra maupun les, Pak Yo menampilkan gambar atau video melalui slide show. Kemudian Pak Yo memberikan pertanyaan atau pun permasalahan kepada siswa untuk diselesaikan sehingga siswa timbul rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan.

66

Guru juga mendorong kreativitas siswa dengan mengintegrasikan keterampilan dalam materi ajar. Seperti terlihat di kelas IV, terdapat papan karya siswa yang menampilkan hasil karya siswa. Ada juga mind map yang dibuat oleh siswa. Selain itu, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya juga merupakan bentuk latihan keterampilan sosial. Siswa yang mempunyai keterampilan sosial yang baik dapat memprediksi akibat buruk bila membuang sampah sembarangan. Emosinya bisa mengendalikan untuk terbiasa melakukan hal baik (membuang sampah pada tempatnya). Siswa juga selalu sadar bahwa sebagai manusia dilarang berbuat kerusakan di muka bumi, dan secara ekologis telah mampu mencintai lingkungan. Tak jarang, guru menggunakan alat peraga juga agar siswa bisa ikut mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keterampilan sosialnya.

Sekolah dan guru membuat kurikulum yang bermakna secara sosial dan relevan dengan kepentingan pribadi dan karir peserta didik. Guru menciptakan suasana pembelajaran dan menyusun materi sesuai dengan keadaan di lingkungan. Para siswa dituntut untuk berbicara tentng isu-isu sehari-hari di tempat tinggal mereka dan di dunia mereka. Guru sebagai perancang kegiatan siswa, membuat kurikulum dengan disesuaikan kondisi sekolah dan daerah, relevan dengan kepentingan pribadi siswa dan karirnya. Sebagai contoh, Bu Yu merancang pembelajaran dengan memberi tugas kepada siswa untuk mengamati proses pemilihan lurah di Margorejo. Pemberian tugas ini dimaksudkan agar siswa juga berinteraksi dengan lingkungan sosial di rumah.

67

Guru menggunakan pendekatan interdisipliner untuk memperkuat konsep-konsep penting, keterampilan, dan menyampaikan pesan masalah di dunia nyata. Sebagai contoh, Bu Ya memberikan materi tentang anggota tubuh yang termasuk dalam mata pelajaran IPA. Kemudian, Bu Ya menyelipkan juga matematika di dalamnya, yaitu menghitung jumlah jari. Dalam hal ini Bu Ya mengintegrasikan mata pelajaran matematika melalui berhitung 1-20. Bu Ya meminta siswa untuk mendeskripsikan anggota tubuh teman semeja. Ini termasuk ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Lalu untuk pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, Bu Ya menyelipkan materi tentang pentingnya merawat anggota tubuh.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi beragam topik dan minat untuk mengembangkan jati diri siswa, untuk belajar tentang kekuatan mereka, menemukan dan menunjukkan kompetensi mereka sendiri, dan merencanakan masa depan mereka. Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan secara lisan, merefleksikan pengalaman, dan berpartisipasi dalam keputusan dan kegiatan kepemimpinan. Sebagai contoh, saat pembelajaran Matematika kelas V, banyak siswa yang bertanya kepada Bu De tentang materi FPB dan KPK. Siswa pun diminta untuk merefleksikan kembali pengalaman mereka dalam mempelajari materi FPB dan KPK. Partisipasi siswa di kelas juga bagus. Siswa ikut dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam pembelian buku paket Bahasa Jawa. Kemudian dalam kegiatan kepemimpinan, siswa dibiasakan dan diacak untuk menjadi

68

pemimpin dalam kelompok sehingga semua siswa dapat merasakan menjadi pemimpin. Selain itu, kegiatan kepemimpinan juga diajarkan dalam ekstrakurikuler HW (Hisbul Wathan).

Untuk meningkatkan dan mendukung kesejahteraan para siswa, kepala sekolah; guru-guru; dan staf mengembangkan kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Hal tersebut biasa dilakukan dalam kegiatan pengajian rutin tiga bulanan. Kemudian, masyarakat juga diperbolehkan untuk berjualan di kantin sekolah dengan syarat makanan dan minuman yang dijual adalah makanan dan minuman yang sehat. Tak hanya membantu berjualan di kantin, masyarakat juga membantu dalam pembangunan mushola, pegadaan toilet, dan penyediaan ruang kelas. Dukungan lainnya juga melalui bantuan dana sukarela dari wali murid maupun masyarakat.

Guru menyediakan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, menggunakan masyarakat sebagai ruang kelas, dan untuk melibatkan masyarakat dalam menyediakan sumber daya dan dukungan. Hal tersebut seperti yang dilakukan Bu Yu saat ada pemilihan kepala desa Margorejo. Bu Yu menugaskan siswa mengamati jalannya pemilu dan aktivitas apa saja yang ada saat pemilu berlangsung. Hal ini tentu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan masyarakat sebagai ruang kelas. Masyarakat pun secara tidak langsung telah terlibat dalam menyediakan

69

sumber daya dan dukungan untuk keberlangsungan kegiatan akademik di sekolah.

Sekolah menyediakan kegiatan ko-kurikuler sesuai usia siswa untuk membina keterampilan sosial dan karakter, dan untuk mengembangkan minat di luar lingkungan kelas. Kegiatan tersebut antara lain: diadakannya jam pelajaran tambahan les siang, jam ke-nol yang biasa disebut Menu Pagi, pemberian tugas mengamati aktivitas di masyarakat, melakukan wawancara dengan masyarakat, dan outbond. Outbond biasanya dilakukan untuk kelas atas di akhir semester. Berdasarkan wawancara dengan Pak Yo,tahun ajaran yang lalu, kelas VI outbond di pemancingan di daerah Tempel.

c. Keadilan Sosial (Social Equity)

Keadilan sosial yang terlihat di SD Muhammadiyah Domban 3 adalah pemberian kesempatan sama kepada siswa untuk berpartisipasi. Semaksimal mungkin semua siswa, termasuk siswa penyandang cacat maupun siswa berbakat, berpartisipasi dalam kelas heterogen dengan harapan akademik dan perilakunya tinggi. Di SD Muhammadiyah Domban 3, semua siswa yang mendaftar diterima, baik penyandang cacat maupun berbakat, baik dari daerah setempat maupun dari luar daerah, dan dari keluarga mampu maupun kurang mampu. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar bertoleransi dan bersosial dengan siswa yang berbeda. Dari hal ini, siswa belajar menghargai perbedaan. Dengan adanya kelas heterogen, siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari dan menghargai budaya

70

orang lain dan budaya mereka sendiri. Selain itu, siswa juga bisa bertambah wawasannya karena saling bertukar informasi atas perbedaan tersebut sehingga bisa memacu untuk berprestasi tinggi dan berperilaku yang baik. Semua warga sekolah tahu dan mengenal setiap siswa dengan baik. Dengan saling mengenal, siswa menjadi mempunyai banyak relasi. Kemampuan sosialnya pun bisa berkembang dan meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa warga sekolah memahami dan mendukung latar belakang keluarga dan menghargai siswa.

Di sisi lain, siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan beragam pendekatan untuk mencapai dan menunjukkan kompetensi dan penguasaan standar. Guru memberikan kebebasan kepada siswa mengeksplorasi diri sesuai minat dan bakat siswa. Guru memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk mencari informasi atau pengetahuan di luar yang diajarkan guru, boleh melalui buku, majalah, surat kabar, maupun media elektronik. Guru pun memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling belajar diantara sesama. Guru mengimbau siswa yang sudah paham untuk membantu temannya yang belum paham. Hal ini sudah terlihat di SD Muhamadiyah kelas IV, V, dan VI.

Guru terus beradaptasi terhadap kurikulum, pengajaran, penilaian, dan penjadwalan untuk memenuhi beragam kebutuhan siswa. Bahkan, guru rela memberikan pengajaran kepada siswa di luar jam pelajaran demi meningkatkan prestasi siswanya. Guru membimbing siswa secara intensif baik dilakukan di sekolah saat istirahat dan sepulang sekolah, maupun di

71

rumah. Guru merancang jadwal dengan menyesuaikan kebutuhan siswa. Sebagai contoh, di kelas III, terdapat jam keterampilan menulis. Hal ini dimaksudkan agar siswa mempunyai keterampilan menulis karena menulis dan membaca adalah dasar seseorang untuk berwawasan luas. Tak jarang guru mengganti jadwal pelajaran karena mata pelajaran tertentu dirasa kurang matang pemahaman siswa terhadap materinya. Hal tersebut tidak dipermasalahakan selama guru dan siswa mampu mencapai target. Ada juga jam pengembangan diri, yang digunakan guru untuk mengulang atau mendalami materi yang sekiranya belum tuntas.

Aturan sekolah dibuat jelas, adil, dan diterapkan secara konsisten. Aturan di SD Muhammadiyah Domban 3 ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Aturan tidak tertulis misalnya penggunaan seragam. Hari senin dan selasa, siswa menggunakan seragam merah putih lengkap dengan dasi dan topi. Hari rabu dan kamis, siswa menggunakan pakaian coklat-krem. Hari jumat dan sabtu, siswa menggunakan seragam HW. Aturan larangan ditempel di dinding luar kelas VI. Terdapat dua puluh larangan di sekolah, yaitu berpakaian tidak sesuai aturan, datang terlambat tanpa alasan tepat, membuat model rambut tidak sesuai aturan, berkuku panjang, mengecat kuku, membuang sampah sembarangan, mengambil atau menggunakan barang orang lain tanpa izin pemilik, membolos,

Dokumen terkait