• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Sekolah

BAB II KAJIAN TEORI

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Sekolah

Terwujudnya prestasi akademik tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung yang mengiringi. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec, Kanada dalam websitenya (2015) menjabarkan enam faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu (1) the support and availability of the parents,(2) the geographical location of the educational institution, (3) the percentage of students in a school whose mother tongue is not the language of instruction,(4) the diversity of student profiles in the same class, (5) the grouping together, in certain schools, of students with severe learning difficulties, or with problems associated with psychosocial integration in special education classes, dan (6) the various practices pertaining to the student admission requirements.

1. Dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua

The support and availability of the parents maksudnya dukungan dan ketersediaan orang tua. Maksud dari pernyataan ini adalah adanya dukungan dan penyediaan fasilitas dari orang tua maupun masyarakat mempengaruhi prestasi akademik. Orang tua atau masyarakat lingkungan yang berada dan ketersediaan fasilitas dari mereka akan membantu segala kegiatan di sekolah.

17

Masyarakat yang situasi dan standar hidupnya tinggi bisa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan akademik di sekolah. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec menyatakan bahwa sekolah di daerah sosioekonomi yang kurang beruntung mendapatkan prestasi yang lebih rendah.

Rhoda dalam Nurkholis (2006:126) mengemukakan keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan. Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses di sekolah. Ketiga, orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah.

2. Lokasi Geografis Institusi Pendidikan

(The geographical location of the educational institution) atau diartikan sebagai lokasi geografis dan keadaan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi akademik. Sekolah yang berdekatan dengan jalan raya, pasar, terminal, stasiun, bandara dan sebagainya dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar maupun kegiatan akademik lain di sekolah. Sebagai contoh, letak sekolah yang berada di kaki gunung, jauh dari hiruk pikuk keramaian manusia, mempunyai suasana yang tenang untuk belajar siswanya. Akan tetapi, lokasi tersebut juga dapat menjadi hambatan karena kurangnya akses transportasi, listrik, internet, dsb sehingga warga sekolah tidak dapat mempunyai banyak pengalaman dan akan ketinggalan

18

perkembangan zaman. Selain itu, letak sekolah yang jauh akan membuat siswa kelelahan karena energinya terbuang saat berangkat sehingga ketika sampai di sekolah siswa kurang semangat untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas lain.

3. Persentase siswa di sekolah yang berbahasa ibu bukan bahasa pengantar Bahasa Ibu sebagai bahasa pertama memiliki daya pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan intelektual dan mental seorang siswa bila dibandingkan dengan bahasa lain (Ahdi Riyono,2013). Kathi (Jannatun, 2014:3) menyatakan bahwa “A mother tongue can be defined as a language learnt before any other language has been learnt”. Hal tersebut mengandung makna bahwa bahasa ibu adalah bahasa yang dipelajari sebelum bahasa lain dipelajari. Dengan kata lain, bahasa ibu diperoleh individu secara alami. Bahasa ibu diperoleh dari lingkungan yang paling dekat, yaitu lingkungan asal individu. Oleh karena itu, bahasa ibu memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan bahasa daerah di mana seorang individu tinggal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bab VII, pasal 33 tentang Bahasa Pengantar menyebutkan bahwa: (1) Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional; (2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada tahap awal pendidikan serta dalam penyampaian pengetahuan dan/atau ketrampilan tertentu; (3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Merujuk pada undang-undang tersebut, berarti

19

yang termasuk bahasa pengantar, yaitu Bahasa Indonesia, bahasa daerah tertentu, atau bahasa asing. Akan tetapi, yang terpenting adalah adanya kesepahaman dalam menggunakan bahasa tersebut, baik yang menyampaikan maupun yang menerima pesan.

Penelitian Jannatun (2014:7) menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pengantar campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa) memberikan pengaruh lebih baik dalam pemahaman materi dibandingkan penggunaan bahasa Jawa saja sebagai bahasa pengantar. Penggunaan bahasa ibu berupa bahasa Jawa memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penggunaan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa pengantar campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa), bahasa ibu berupa bahasa Jawa, memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar, bahasa ibu berupa bahasa Jawa, tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bahasa ibu berupa bahasa Indonesia.

Bahasa ibu berupa bahasa Jawa dan bahasa campuran sebagai bahasa pengantar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pemahaman materi. Bahasa ibu berupa bahasa Indonesia, bahasa campuran sebagai bahasa pengantar tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian, peggunaan bahasa juga berpengaruh terhadap pemahaman materi sehingga akan berpengaruh juga terhadap prestasi akademik. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam aktivitas atau kegiatan akademik di sekolah akan mempengaruhi kesepahaman interaksi

20

warga sekolah. Kesepahaman antarwarga sekolah bisa memudahkan dalam berkomunikasi sehingga mudah untuk mencapai maksud dan tujuan yang dirumuskan.

4. Keragaman profil atau riwayat siswa di kelas

Dalam suatu kelas pasti terdapat siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda karena Tuhan menciptakan setiap makhluknya berbeda-beda. Sekali pun kembar identik, pasti ada perbedaannya. Setiap individu itu unik karena dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan. Hal ini yang membuat dalam satu kelas terdapat keragaman profil/riwayat siswa. Berbagai latar belakang siswa seperti, status sosial ekonomi orang tua, pola asuh, budaya, gen, dan sebagainnya akan mempengaruhi prestasi akademik siswa maupun prestasi akademik sekolah. Sebagai contoh, budaya belajar tiap siswa berbeda. Siswa yang mempunyai budaya membaca akan berpengetahuan luas dan bisa berprestasi dalam bidang cerdas cermat. Prestasi siswa tersebut bisa mewakili sekolah di tingkat-tingkat tertentu. Hal tersebut akan menambah daftar prestasi akademik sekolah.

5. Pengelompokan bersama-sama

The grouping together, in certain schools, of students with severe learning difficulties, or with problems associated with psychosocial integration in special education classes artinya adalah pengelompokan bersama-sama, di sekolah-sekolah tertentu, siswa dengan kesulitan belajar berat, atau dengan masalah yang terkait dengan integrasi psikososial di kelas pendidikan khusus. Adanya pengelompokan sekolah membuat kecemburuan

21

dari sekolah lain. Sekolah reguler yang hanya menampung siswa-siswa normal dan berprestasi cenderung akan mencetak prestasi dibandingkan dengan sekolah yang menampung siswa-siswa buangan. Sekolah reguler yang menampung siswa luar biasa akan membuat sekolah tersebut cenderung menurun prestasinya. Siswa dengan kecerdasan di bawah rata-rata akan sulit mengejar ketertinggalan di sekolah reguler. Untuk itu, siswa tersebut disekolahkan di sekolah luar biasa sehingga saingannya juga sesama siswa luar biasa. Ketika siswa luar biasa tersebut dipindahkan ke sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya, siswa tersebut akan lebih bisa berkembang dan sekolah reguler tadi tidak terhambat prestasinya.

6. Berbagai praktek yang berkaitan dengan persyaratan penerimaan siswa Sistem penerimaan siswa merupakan salah satu faktor dalam prestasi akademik sekolah. Untuk mendaftar ke jenjang yang lebih tinggi, sekolah dapat menyeleksi peserta didik berdasarkan berbagai aspek. Mendikbud pada masa pemerintahan SBY, Mohammad Nuh (Aline, 2014), mengatakan bahwa pertimbangan nilai akademik menjadi cara seleksi utama terutama dari jenjang SD ke SMP. Aline (2014) menambahkan bahwa sekolah dapat menyeleksi peserta didik berdasarkan nilai akademik dan pertimbangan kewilayahan, jauh dekatnya jarak tempat tinggal dengan sekolah. Masih di laman yang sama, Mendikbud Mohammad Nuh menyatakan bahwa sekolah bisa menggunakan variabel jarak tempat tinggal siswa ke sekolah dengan diutamakan yang paling dekat dengan sekolah agar biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi. Lebih lanjut, Mendikbud menambahkan bahwa seleksi dengan nilai akademik juga

22

mendorong kredibilitas sekolah. Dengan persaingan nilai akademik, sekolah akan terus meningkatkan kualitasnya sehingga level batas penerimaan siswa barunya akan ikut meningkat.

Beberapa lembaga pendidikan menerima siswa tanpa pandang bulu, sedangkan lainnya memilih siswa atas dasar prestasi akademik sebelumnya atau hasil pada tes bakat. Lembaga atau institusi pendidikan yang menerima siswa tanpa pandang bulu cenderung demokratis dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk memperoleh pendidikan. Dinas Pendidikan Pemerintahan Quebec, Prancis dalam websitenya (2015) menyatakan institusi pendidikan yang hanya menerima siswa dengan prestasi akademik tinggi dan berbakat akan mempunyai prestasi akademik sekolah yang tinggi juga. Kalau institusi pendidikan tersebut hanya boleh dihuni oleh siswa yang pandai dan berbakat, maka peluang mereka untuk menjadi anak yang semakin pandai dan bertambah cerdas sangat besar. Namun, jika anak yang “tidak pintar” itu hanya diperkenankan menikmati bangku belajar di sekolah-sekolah pinggiran, maka masa depan siswa tersebut juga akan terpinggirkan. Sekolah tersebut juga akan kurang berprestasi.

Sekolah diartikan sebagai sebuah organisasi, yaitu organiasi sosial yang mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan (Anwar Efendi, 2008:5). Untuk dapat berprestasi, sekolah sebagai suatu organisasi dipengaruhi beberapa faktor. Ignatius Wursanto (2005:309) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi sekolah sebagai organisasi dibagi menjadi dua, yaitu

23

faktor internal dan eksternal. Ignatius Wursanto (2005:309-310) menjabarkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi sekolah sebagai berikut.

1. Perubahan Kebijakan Pimpinan

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi sekolah, memotivasi perilaku warga sekolah untuk mencapai tujuan, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri. Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai kekuasaan untuk menentukn kebijakan bagi sekolahnya. Kepala sekolah yang jiwa kepemimpinannya bagus akan membawa sekolah tersebut ke arah yang lebih baik, bahkan bisa juga membuat sekolah meraih banyak prestasi.

2. Perubahan Tujuan

Tujuan yang semula belum dapat dicapai, diubah menjadi tujuan yang lebih spesifik dan jelas sehingga akan membantu warga sekolah dalam bekerja melaksanakan tugas masing-masing. Tujuan yang diubah tersebut juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bersama. Ketika warga sekolah telah paham dengan tugasnya untuk mencapai tujuan bersama, maka tujuan pun akan mudah dicapai sehingga prestasi pun juga ikut mengiringi.

24

3. Pemekaran atau perluasan wilayah organisasi

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah perluasan jaringan, misalnya perekrutan siswa baru tidak hanya dari orang sekitar sekolah, tetapi juga orang yang jauh di luar sekolah. Selain itu, perluasan sekolah dibutuhkan untuk menambah fasilitas sekolah agar warga sekolah nyaman. Jika warga sudah merasa nyaman, maka untuk berprestasi pun bukan hal yang sulit. 4. Kuantitas kegiatan yang bertambah banyak

Kegiatan akademik sekolah merupakan sarana untuk mencapai prestasi akademik. Misalnya, pembelajaran di kelas dilaksanakan dari jam 7 sampai jam 12. Untuk mencapai pretasi yang lebih, sekolah mengadakan kegiatan tambahan di luar jam tersebut seperti les atau ekstra. Penambahan jam tersebut dilakukan agar warga sekolah lebih mahir, berpengetahuan luas, terampil, dan lebih menguasai bidang akademik. Penguasaan tersebut akan membawa sekolah pada prestasi akademik yang lebih bik dari sebelumnya. 5. Tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota

Untuk dapat berprestasi di bidang akademik diperlukan pengetahuan yang luas dan keterampilan yang mahir. Sekolah yang warganya berpengetahuan luas dan mempunyai ketermpilan yang baik akan dapat bersaing dan menunjukkan bakatnya di sekolah maupun di luar sekolah dalam ajang lomba sehingga sekolah yang diwakilinya ikut mempunyai prestasi akademik.

25

Warga sekolah yang mempunyai sikap-sikap baik cenderung bisa dikendalikan dan diajak bekerjasama. Terlebih lagi diajak bekkerjasama untuk mencapai prestasi. Sekolah yang warganya bersikap kurang baik akan sulit dikendalikan. Mereka juga sulit diaajak untuk maju sehingga sekolah tersebut akan kurang berprestasi.

7. Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku dalam organisasi Ketentuan dan peraturan sekolah yang lama dan tidak diperbaharui akan menjadikan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan masih mengggunkan ketentuan dan peraturan yang lama, sekolah akan ketinggaan prestasi dibanding sekolah lain yang sudah menetapkan peraturan baru yang sesuai dengan zaman. Untuk itu, perlu adanya ketentuan dan peraturan baru dalam organisasi atau sekolah. Hal tersebut dimaksudkan agar sekolah selalu ada pembaharuan sehingga bisa mengikuti zaman dan dapat mencapai prestasi akademik. Sebagai contoh,sekolah A membuat ketentuan dalam pembelajaran harus menggunakan teknologi modern. Sekolah B masih menggunakan ketentuan pembelajaran menggunakan teknologi sederhana. Antara sekolah A dan B, jika diikutkan dalam lomba, tentu akan lebih berprestasi sekolah A daripada B karena sekolah A sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi modern yang notabene memudahkan mencari informasi. Contoh lain dalam perlombaan keagamaan hafalan surah ditentukan dalam peraturan lama surah Dhuha sampai Nas. Sedangkan peraturan baru menentukan kriteriannya dri surah Naba sampai Nas. Sekolah yang menganut peraturan lama tentu akan kalah dalam perlombaan tersebut

26

karena tidak memperbaharui ketentuan. Justru sekolah yang sudah memperbaharui ketentuan akan berprestasi.

Selanjutnya, Ignatius (2005:310) menjabarkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi organisasi, yaitu politik, kebudayaan, teknologi, sumber alam, dan Demografi. Suasana politik di sekitar institusi pendidikan atau bahkan yang masuk ke dalam sekolah akan mempengaruhi kegiatan akademik di sekolah. Jika pengaruh politik tersebut positif, akan dapat membantu prestasi akademik. Akan tetapi, pengaruh politik yang mengganggu kegiatan akademik akan menghambat prestasi akademik di sekolah tersebut. Selain itu, kebudayaan sekitar sekolah juga membawa pengaruh bagi prestasi akademik sekolah. Budaya jam belajar yang tegak di daerah sekitar sekolah akan turut membuat warga sekolah melaksanakannya juga. Dengan adanya budaya jam belajar, warga sekolah akan sering belajar dengan teratur sehingga dapat mendongkrak prestasi akademik di sekolah. Penyediaan teknologi di sekolah akan memudahkan siswa belajar dan mengikuti perkembangan zaman. Kekinian pegetahuan dari teknologi yang tersedia membuat siswa mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain sehingga bisa membantu mencetak prestasi. Sumber alam yang berda di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan untuk menunjang prestasi. Warga sekolah dapat melatih keterampilan melalui sumber daya alam sekitar dan juga dapat memperluasan wawasan pengetahuan melalui sumber alam tersebut.

Hubungan antara demografi dengan pendidikan sangat berperan penting karena dengan ketersediaan data demografi baik dari sensus, survei maupun

27

pencatatan kejadian-kejadian penting akan di jadikan dasar atau pedoman dalam perencanaan pembangunan bidang pendidikan. Faktor-faktor demografi, diantaranya dengan melalui sensus penduduk dan survei, ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas untuk membantu dalam perumusan kebijakan misalnya menentukan besar anggaran untuk bidang pendidikan. Kualitas sumber daya manusia pada suatu daerah juga tergantung kualitas pendidikan penduduknya. Misalnya, di kecamatan A kebanyakan pendidikannya rendah, berarti kualitas sumber daya manusianya rendah. Selain itu, semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut.

Dari pendapat-pendapat tentang faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah adalah (1) dukungan dan ketersediaan fasilitas dari orang tua wali dan masyarakat, (2) lokasi geografis sekolah (3) penggunaan bahasa di sekolah, (4) keragaman profil siswa, (5) pengelompokkan sekolah, (6) sistem penerimaan siswa, (7) perubahan kebijakan kepala sekolah, (8) perubahan tujuan sekolah, (9) perluasan wilayah sekolah, (10) banyaknya kegiatan sekolah, (11) tingkat pengetahuan dan ketermpilan warga sekolah, (12) ketentuan dan aturan baru sekolah, dan (13) faktor eksternal seperti politik, kebudayaan, teknologi, sumber alam, dan demografi.

28

Dokumen terkait