• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik sekolah

Penelitian ini berusaha mengungkapkan faktor yang mempengaruhi kesuksesan prestasi akademik di SD Muhammadiyah Domban 3. Keberhasilan prestasi akademik di sekolah dilihat lima aspek, yakni (a) ketersediaan fasilitas dan dukungan dari masyarakat dan orang tua siswa, (b) sistem penerimaan siswa, (c) kebijakan kepala sekolah, (d) banyaknya

78

kegiatan sekolah, dan (e) tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah. Hasil temuan tentang faktor tersebut, dijabarkan sebagai berikut.

a. Ketersediaan fasilitas dan dukungan dari masyarakat dan orang tua siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SD Muhammadiyah Domban 3 fasilitasnya belum memadai. Hal tersebut dapat dilihat dari fasilitas ruangan kelas maupun ruang yang lain yang belum cukup tersedia (dapat dilihat di lampiran gambar 1, 2, 3, dan 4). Sebagai contoh, ruangan laboratorium IPA. Selama ini, praktikum IPA dilakukan di kelas karena belum mempunyai laboratorium IPA. Sebagai contoh, praktikum kelas 4 tentang pertumbuhan kacang hijau (gambar 25). Pada dasarnya, sekolah kekurangan lahan untuk membuat ruangan laboratorium. Alat-alat KIT IPA pun hanya diletakkan satu ruangan dengan kopsis (dapat dilihat di lampiran gambar 3).

Senasib dengan laboratorium IPA, ruang komputer juga belum memadai. Ruang komputer masih menjadi satu dengan ruang perpustakaan (dapat dilihat di lampiran gambar 4). Komputer yang dipunyai pun hanya tersedia tiga unit. Jadi, siswa bergantian memakai saat praktik. Akan tetapi saat ini ketiga komputer tersebut dalam keadaan tidak berfungsi dengan baik sehingga tidak digunakan lagi. Praktikum juga tidak bisa dilaksanakan. Guru memberikan materi melalui buku pegangan yang siswa punyai.

79

Fasilitas lain yang belum memadai adalah ruang kelas. Ruang kelas III A dan III B pada awalnya masih menjadi satu. Begitu juga dengan kelas II A dan II B. Kemudian, ada salah satu wali murid yang menawarkan untuk menjadikan rumahnya sebagai kelas. Pada tanggal 5 Agustus 2015 para siswa kelas III bisa menempati rumah tersebut sebagai kelas karena sudah ditata seperti kelas. Suasana kelas tidak seperti di gedung utama. Antara kelas III A dan III B disekat oleh triplek. Di kelas juga hanya tersedia meja kursi, papan tulis, dan alat tulis tanpa kelengkapan kelas seperti kelas lain pada umumnya. Fasilitas ini merupakan inisiatif dan kesukarelaan salah satu wali murid serta bentuk dukungan dalam kegiatan akademik di sekolah. “Fasilitas sangat diperlukan sekali, Mbak. Kalau nggak ada fasilitas, kita juga kesulitan pembelajarannya.” Tutur Pak Za.“Nggak enak, Bu kalau dijadikan satu. Kelasnya jadi rame banget.” Tambah siswa A.

Ada lagi bentuk dukungan dan penyediaan fasilitas dari masyarakat dan orang tua wali, yaitu dengan uang. Dalam bentuk uang, orang tua wali membayarkan infak bulanan sukarela. Hal tersebut dapat dilihat dari observasi I, VII, X, XII, XIII, XIV, dan XV. Infak tersebut dibayarkan tiap bulannya sesuai kemampuan. Sekolah memberikan jenjang Rp20.000,00; Rp25.000,00; Rp30.000,00; dan Rp50.000,00. Orang tua siswa disuruh memilih mampu yang berapa. Seperti penjelasan Pak Za, “ Orang tua memilih. Sukarela, ada yang 30 ada yang 20 ada yang 25... Infaknya dipakai beli fasilitas juga.”

80

Ada juga yang tidak memberi infak karena memiliki KPS (Kartu Perlindungan Sosial). Infak yang terkumpul digunakan untuk melengkapi fasilitas belajar di sekolah, di samping dana BOS. Selain itu, infak juga disisihkan untuk memberikan imbalan kepada guru-guru yang memberikan tambahan pelajaran.

Bantuan lain yang diberikan orang tua wali dan masyarakat adalah menyumbangkan tenaga untuk membangun mushola dan toilet, serta menyediakan jajanan kantin sekolah. Salah satu tukang memaparkan, “Tenaganya ada yang dari luar ada dari warga juga. Ya kalau untuk kemajuan sekolah pasti kami bantu.” Bantuan tenaga untuk membangun mushola dan toilet terlihat dalam observasi I-XV. Untuk membangun mushola yang tinggal finishing bagian luar, masyarakat yang turut membantu ada tiga orang. Di lain tempat, ada dua orang yang membangun toilet di dekat kelas IV.

Bantuan lain dari masyarakat adalah dengan berjualan di kantin sekolah. Ibu penjual di kantin menurutkan, “Yang jualan di sini saya sama ada satu warga lagi, tapi belum dateng... Dibolehin jualan sama Bu Sw biar anak-anak nggak jajan keluar.” Kantin ini terletak di sebelah barat kelas IV. Bu Sw menjelaskan, “Kalau jajan di luar berbahaya. Makanannya belum tentu bersih. Apalagi sekolah dekat jalan rame.” Kantin dikelola oleh masyarakat atas seizin kepala sekolah. Yang dijual adalah berbagai jajanan khas anak-anak dan jajanan pasar. Selain itu, Bu SW sebagai kepala sekolah juga memberi

81

saran untuk berjualan nasi sehingga guru maupun siswa bisa membeli makan di kantin.

b. Sistem penerimaan siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penerimaan siswa di SD Muhammadiyah Domban 3 dilaksanakan secara wajar sesuai Peraturan Bersama Mendikbud dan Menag No.4 Tahun 2011 tentang PPDB pada TK/RA/BA dan Sekolah/Madrasah. Pendaftaran di sekolah ini cukup menyebutkan nama saja. Pendaftar yang mempunyai akta kelahiran atau kartu keluarga diminta menunjukkan fotokopinya serta membawa KPS (Kartu Perlindungan Sosial) agar bisa didaftarkkan sebagai penerima beasiswa. Pada tahun ajaran 2015/2016, sekolah kembali membuka dua rombongan belajar dengan masing-masing kelas targetnya 25 siswa. Jumlah pendaftar yang didapat ada 49 orang. Sekolah menerima semua pendaftar yang ingin bersekolah di SD Muhammadiyah Domban 3. Untuk siswa baru kelas 1, tidak ada seleksi untuk masuk di SD Muhammadiyah Domban 3, baik itu seleksi membaca, menulis, maupun berhitung. Pada penelitian ini, terdapat siswa kelas 1A dan 1B yang belum lancar membaca masing-masing dua siswa dan tiga siswa. Hasil belajar Bahasa Indonesia Bab Diri Sendiri siswa kelas 1A maupun 1B berada di atas KKM, yaitu 77,68 dan 78,63. Ketelatenan guru dan pendampingan yang terus menerus terhadap siswa yang belum lancar, membuat siswa tersebut mampu bersaing dengan siswa lain yang sudah lancar membaca. Hal ini

82

menunjukkan, siswa yang lancar maupun belum lancar bisa mengikuti materi dan tuntutan kompetensi. Pak Yo menuturkan, “Kalau sini ndak ada (seleksi). Hanya pakai fotokopi akte, umurnya berapa, sudah. Ndak menggunakan seleksi baca tulis gitu. Kadang saya heran juga. Ada anak yang kelas satu ndak bisa baca, malah mungkin di kelas atas itu bisa juara satu. Kalau saya anggapnya di sini itu tidak ada anak yang bodoh itu tidak ada. Hanya tinggal kita mengolahnya saja.”

Siswa baru juga tidak harus berasal dari TK. Akan tetapi sebagian besar pendaftar SD Muhammadiyah Domban 3 berasal dari TK. Terlebih TK yang bersebelahan dengan sekolah, yaitu TK ABA Tegal Domban. Bahkan tahun ajaran 2015/2016 semua siswa berasal dari TK. Di kelas atas, yaitu 5 dan 6 ada yang tidak berasal dari TK.

c. Kebijakan kepala sekolah

Prestasi akademik sedikit banyak dipengaruhi oleh perubahan kebijakan kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SD Muhammadiyah Domban 3, pergantian kepala sekolah yang juga berganti kebijakannya membawa SD Muhammadiyah Domban 3 meraih banyak prestasi. Hal ini dapat dilihat dari dokumen 3. Pasalnya, kepala sekolah yang sekarang memberi kebijakan untuk kegiatan di sekolah lebih banyak dan lebih intensif seperti les, jam ke-nol, dan kegiatan lainnya (SK kepala sekolah dapat dilihat di lampiran dokumen 5). Bu Sw menjelaskan, “Tambahan jam itu harus dijalankan betul-betul. Karena apa? Lha anak-anak kalau nggak ada les ya

83

gimana? Nanti di rumah juga hanya dolan, main. Kalau di sini kan ada tambahan jam. Alhamdulilah ya bisa. Anaknya ya dapat, gurunya juga dapat.” Salah satu siswa kelas VI berpendapat, “Kita jadi lebih paham materinya soalnya diulang pas les.”

Kepala sekolah yang sekarang lebih peduli dan perhatian. Hal ini ditunjukkan dengan mencarikan solusi untuk masalah fasilitas belajar di sekolah. Bu Sw selaku kepala sekolah mengumpulkan wali murid dalam pengajian sekolah. Selain untuk silaturahim mempererat hubungan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat, kegiatan ini dimaksudkan untuk sharing program sekolah, termasuk di dalamnya kekurangan yang membutuhkan bantuan mereka. Keterangan tersebut didapat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru dan wali murid. (Dapat dilihat di transkrip wawancara I, III, IV, VII, VIII, dan XI)

Kepala sekolah yang sekarang selalu berusaha menambah fasilitas di sekolah dengan program-program pembangunan fisik. Pembangunan fisik yang terlihat pada saat penelitian berlangsung adalah pembuatan mushola dan pembuatan toilet (dapat dilihat di observasi I-XV). Ada juga pembelian buku paket baru untuk siswa kelas I-VI. Dana yang didapatkan untuk menambah fasilitas adalah dari pemerintah, donatur, maupun infak wali murid.

Kepala sekolah yang sekarang dianggap lebih baik kinerja dan etos kerjanya. Kepala sekolah yang sekarang peduli dengan

84

kesejahteraan guru. Melalui kebijakannya, kepala sekolah bisa menyejahterakan guru dari segi finansial. Kepala sekolah secara terbuka kepada orang tua wali murid menjabarkan kekurangan dan kebutuhan sekolah, siswa, maupun guru. Dari keterbukaan tersebut, ditawarkan solusi untuk diadakan infak bulanan guna menunjang kebutuhan dan melengkapi kekurangan di sekolah, siswa, maupun guru. “Yang jelas kepala sekolah kan me-manage guru. Gurunya me-manage siswa. Berarti kan berantai. Kalau kepala sekolah bagus, gurunya bagus, insya Allah muridnya juga bagus. Ketika kepala sekolah dengan gurunya tidak cocok, ya sudah. Ndak akan berhasil.” Tutur Pak Yo. Lebih lanjut, dapat dilihat pada transkrip wawancara I, III, IV, VII, VIII, dan XI.

d. Banyaknya kegiatan sekolah

Keberhasilan prestasi akademik sekolah bisa juga dipengaruhi oleh banyaknya kegiatan sekolah. Sekolah yang banyak kegiatan sekolah terutama bidang akademiknya bisa berprestasi akademiknya pula. Banyaknya kegiatan sekolah di SD Muhammadiyah Domban 3 ini ditandai dengan pelaksanaan les mata pelajaran, jam ke-nol, pembinaan intensif lomba, dan KKG.

Pelakasanaan les mata pelajaran setiap hari senin sampai kamis. Pelaksanaan les hari senin dilaksanakan oleh kelas 5 dan 6. Untuk les kelas 5 dilaksanakan berlanjutan dengan KBM. Sejak dari jam 13.00-14.00. Sementara pelaksanaan les hari Senin oleh kelas 6

85

dilaksanakan jam 14.00 sampai jam 15.30 atau 16.00 sesuai kebutuhan dan kondisi. Pelaksanaan les di kelas 6 sedikit berbeda karena para siswa pulang terlebih dahulu sebelum les siang. Hal ini tampak pada observasi XIII. Begitu juga dengan les kelas 6 hari selasa dan kamis. Pada intinya, kelas 6 mendapatkan keistimewaan dengan bisa pulang terlebih dahulu sebelum les dilaksanakan sehingga ada jeda waktu untuk istirahat. Berbeda dengan kelas yang lain. Kelas 5 diadakan les setiap hari senin, selasa, dan kamis dari jam 13.00-14.00 WIB. Sementara kelas 4 melaksanakan les hari selasa dan kamis jam 13.00-14.00 WIB. Pelaksanaan les kelas 3 setiap hari selasa dan kamis juga akan tetapi dimulai dari pukul 12.25-13.25 WIB. Kelas 2 melaksanakan les setiap hari selasa, rabu, dan kamis jam 12.00-13.00 WIB. Pelaksanaan les dapat ditunjukkan dari observasi VIII, IX, X, XIII, XIV,XV, dan XVI.

Selain les, ada juga tambahan jam ke-nol. Jam ke-nol, yang di sana disebut Menu Pagi, dilaksanakan setiap hari selasa , rabu, dan kamis. Hal ini ditunjukkan dari observasi VIII, IX, X, XIII, XIV, dan XV. Untuk kelas bawah seperti kelas II dan III, soal Menu Pagi dituliskan guru di papan tulis sehari sebelum pelaksanaan Menu Pagi. Jika hari selasa ada Menu Pagi, maka hari senin setelah siswa pulang sekolah, guru kelas menuliskan soal Menu Pagi di papan tulis. Untuk kelas atas seperti kelas IV, V, dan VI, soal Menu Pagi dituliskan oleh siswa yang mendapat giliran piket menulis. Pada pagi harinya, siswa

86

berangkat lebih awal dari biasanya agar bisa mengerjakan soal Menu Pagi. Siswa tidak harus menunggu gurunya datang. Ketika sudah ada soal Menu Pagi di papan tulis, siswa langsung mengerjakan (dapat dilihat di lampiran gambar 9). Keuntungan bagi siswa yang datang paling awal bisa mengerjakan dengan waktu lebih lama. Untuk kelas II, Menu Pagi diselingi dengan latihan membaca Iqro. Siswa yang sudah selesai mengerjakan, diminta guru untuk maju membaca iqro. Hal ini sesuai dengan kebijakan kepala sekolah yang menyatakan bahwa mewajibkan setiap siswa bisa membaca Quran di kelas III. Oleh karena itu, guru kelas bawah menyelingi dengan latihan membaca Iqro saat Menu Pagi berlangsung.

Adanya les, jam ke-nol, dan ekstra membuat siswa menghabiskan banyak waktu di sekolah. “Seneng. Soalnya jadi sering ketemu temen-temen. Nggak bosen. Kalau di rumah bosen, nggak ada temen.” kata Fe. Siswa lain ikut berpendapat, “Nggak capek. Kan malah jadi bisa macem-macem. Mata pelajaran bisa, silat bisa, musik bisa. Banyaklah.”

Pembinaan intensif lomba dilaksanakan sesering mungkin. Di hari Senin, 7 September 2015 berlangsung pembinaan lomba keagamaan oleh Pak Za dan Pak Dar. Pak Za membina para siswa yang akan mengikuti lomba MTQ, MTTQ, MHQ, dan adzan. Sementara itu, Pak Dar membina siswa yang akan mengikuti lomba pidato, membuat kaligrafi, dan seni suara keagamaan. Untuk lomba

87

CCA, Pak Za telah menyiapkan beberapa soal untuk dikerjakan di rumah secara kelompok oleh siswa yang sudah ditunjuk. Pembinaan berlangsung sampai sehari sebelum tanggal perlombaan.

Pelaksanaan KKG untuk tiap kelas adalah sebulan sekali. Dalam penelitian ini, pelaksanaan KKG teramati sebanyak tiga kali, yaitu pada observasi I, VIII, dan XII. Satu kali dilaksanakan di bulan Agustus oleh Bu Dy untuk KKG kelas 4. Dua kali dilaksanakan di bulan September oleh Bu Dy untuk KKG kelas 4 dan oleh Bu De untuk KKG kelas 5. KKG hanya teramati sebanyak tiga kali karena KKG dilaksanakan satu kali sebulan pada masing-masing kelas. Waktu untuk KKG juga tidak selalu sama, tergantung kesepakatan anggota KKG. Menurut penuturan Bu Dy sebagai guru kelas IV, KKG kelas 4 dilaksanakan di minggu pertama atau kedua awal bulan. Penetapan jadwal KKG di awal bulan dimaksudkan agar bisa menyiapkan materi dan perangkat pembelajaran lebih awal. Bu Dy melanjutkan, KKG sebagai sarana bertukar informasi dan pengalaman sehingga akan dapat membantu guru dalam mengajar siswa dengan efektif.

e. Tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah

Tingkat pengetahuan dan keterampilan warga sekolah bisa menjadi pemicu berhasilnya prestasi akademik di suatu sekolah. Di SD Muhamadiyah Domban 3 budaya bacanya belum tinggi, masih sedang-sedang saja. Meskipun begitu, guru menyiasati dengan memberikan

88

pengajaran secara telaten dan memberikan pengetahuan di luar buku pedoman yang siswa punyai. Guru tidak segan-segan meluangkan waktu lebih untuk menelateni satu siswa atau beberapa yang belum benar-benar paham tentang yang diajarkan. Terlihat saat Bu De menyempatkan mengajari siswa yang masih kebingungan (gambar 27). Tak hanya Bu De yang tertangkap kamera sedang meluangkan waktu memberi pengajaran lebih, Bu Ya dan Bu Yu juga melakukan hal tersebut (gambar 28 dan 29).

Guru suka memberikan tugas yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman baru bagi siswa. Misalnya diminta mencermati berita di TV (wawancara VII). Warga sekolah mengakses informasi dari buku, internet, majalah/surat kabar, dari kepala sekolah, dan dari dinas. Sekolah berlangganan majalah Suara Muhammadiyah dan Candra. Hal ini dapat terlihat saat Bu Ng menunggu bel masuk, Bu Ng terlihat membaca majalah Candra (observasi XVI dan gambar 14). Majalah/surat kabar dan internet masih diperuntukkan di kalangan guru. Sementara untuk siswa, belum ada.

Kesadaran baca untuk guru di sekolah terbilang cukup. Beda halnya dengan siswa, masih kurang. Hal ini terlihat saat para siswa istirahat, tidak banyak yang mengunjungi perpustakaan atau sekedar membaca buku di kelas atau di tempat lain. Para siswa lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya dengan jajan dan bermain dengan

89

teman-teman. Mereka terlihat membaca hanya saat pelajaran saja. Di luar itu, belum terlihat.

Pada saat pembelajaran, guru sudah menggunakan teknologi terkini, yaitu menggunakan LCD proyektor. Akan tetapi baru Pak Yo, Bu De, dan Bu Dy yang sering menggunakan LCD Proyektor karena sudah tersedia di kelas. Sementara, kelas lain belum ada LCD Proyektornya. Saat guru menggunakan LCD Proyektor dalam pembelajarannya, para siswa terlihat lebih antusias dari pada melihat papan tulis. Hal ini dapat memicu siswa untuk semangat belajar.

Guru memberikan pengetahuan tambahan di luar pengetahuan yang ada di buku sehingga memungkinkan siswa untuk berwawasan luas. Terkadang, guru memutarkan video. Hal ini terlihat saat Pak Yo mengajar IPA. Beliau memutarkan video tentang Buaya (dapat dilihat di gambar 26). Pada saat itu materinya tentang Perkembangbiakan Makhluk Hidup.

Pelaksanaan keterampilan baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai materi. Keterangan Dev mengatakan bahwa sering ada kegitan keterampilan meski pelajaran eksak, seperti membuat bangun ruang saat pelajaran matematika. Ada pengadaan jam musik selama dua jam pelajaran setiap minggunya di masing-masing kelas. Ada juga pengadaan jam melukis selama dua jam pelajaran di masing-masing kelas setiap minggunya. Ada juga jam pengembangan diri, yang isinya adalah untuk mengulangi atau

90

melanjutkan materi yang dirasa kurang oleh siswa. Tambahan jam pengembangan ini juga diperuntukkan untuk mendongkrak semangat belajar dan pemahaman siswa guna mencapai grade yang sudah menjadi patokan. Pelaksanaan kegiatan tersebut tercantum dalam SK Kepala Sekolah tentang Struktur Kurikulum Peningkatan Mutu SD Muhammadiyah Domban 3 Tahun Ajaran 2015/2016 (lampiran dokumen 6).

Dokumen terkait