• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Proses Kepemimpinan

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR AKSI PERUBAHAN (Halaman 27-43)

BAB IV DESKRIPSI PROSES DAN HASIL IMPLEMENTASI

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan

a. Membangun Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi

Secara etimologis, kata integritas (integrity), integrasi (integration) dan integral (integral) memiliki akar kata Latin yang sama, yaitu “integer” yang berarti “seluruh” (“whole or entire”) atau “suatu bilangan bulat” (“a whole number”), bilangan yang bukan bilangan pecahan. Jadi, sesuatu yang berintegritas merupakan sesuatu yang utuh dalam keseluruhannya, sesuatu yang tidak terbagi, dimana nuansa keutuhan atau kebulatannya tidak dapat dihilangkan. integritas merupakan keutamaan/ kebajikan yang mendorong individu yang memilikinya untuk melakukan upaya partisipatif terbaik mewujudkan kehidupan bersama yang baik (the good life) melalui pengelolaan berfungsinya semua partikularitas yang individu tersebut miliki atau pengaruhi keterwujudannya. Individu yang dimaksud di sini bisa berupa seorang manusia atau suatu institusi/ organisasi yang secara fungsional dikendalikan atau dipengaruhi sekelompok manusia di dalamnya. Pada seorang manusia, integritas merupakan suatu karakter yang baik, sedangkan pada suatu institusi/

organisasi, integritas merupakan suatu budaya organisasi yang baik. Baik pada seorang manusia maupun pada suatu institusi/ organisasi, integritas menimbulkan daya dorong untuk mengarahkan berfungsinya partikularitas demi kebaikan umum yang sebanyak mungkin manusia bisa ikut merasakan (common good)

Pemimpin harus mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional bagi para bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk timnya, dan secara aktif mengelola kinerja timnya.

Pemimpin selalu memastikan bawahannya menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan organisasi, dan mematuhi manajemen risiko yang ada di tempat kerja. Pemimpin menjamin pelaporan internal memfasilitasi deteksi dini dan berkontribusi terhadap perbaikan terus-menerus dari organisasi. Peran kepemimpinan dalam membangun integritas kinerja organisasi dapat ditopang oleh lima hal pokok, yaitu:

1) Etika Kepemimpinan.

2) Manajemen dan pengawasan aktif 3) Pemilihan orang yang tepat

4) Proses yang efektif

5) Pelaporan yang professional

BAB IV

DESKRIPSI PROSES DAN HASIL IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN AKSI PERUBAHAN

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas. Orang-orang sungguh ingin melihat para pemimpin mereka menjadi sumber dari nilai-nilai yang dapat dipercaya dan juga integritas. Mereka melihat kepada para pemimpin untuk jaminan dan keyakinan, untuk kejelasan, visi dan tujuan khususnya pada masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian. Seperti dikatakan oleh W. Clement Stone, “Have the courage to say no. Have the courage to face the truth. Do the right thing because it is right. These are the magic keys to living your life with integrity.”

(Milikilah keberanian untuk mengatakan “tidak”. Milikilah keberanian untuk menghadapi kebenaran. Lakukanlah hal yang benar karena hal itu memang benar).

Akuntabilitas merupakan sebuah konsep yang tidak asing di dalam organisasi pelayanan publik, di mana selalu menjadi sorotan publik dalam pelaksanaannya. Menurut Mardiasmo (2006), akuntabilitas adalah bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodic. Menurut LAN dan BPKP, prinsip-prinsip akuntabilitas adalah sebagai berikut:

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

5) Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.

Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.

Dalam memimpin Aksi Perubahan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Ketua Tim wajib menjalankan nilai-nilai integritas, karena Ketua Tim sebagai pemimpin yang akan dipandang terlebih dahulu oleh orang lain, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi bawahannya. Saat pemimpin menerapkan nilai-nilai integritas, ia akan diterima sekaligus dipercaya oleh bawahannya sebagai sosok panutan. Ia akan bisa mempengaruhi orang lain karena ketegasan dan keselarasannya atas pikiran dan perkataan.

Salah satu integritas yang diwujudkan adalah dengan memimpin langsung aksi perubahan yang dilakukan melalui rapat, koordinasi tim, analisis, desain pedoman serta impelementasi pedoman yang dilakukan sesuai jadwal, dan melalui tahapan tahapan berdasarkan komitmen bersama. Hal terpenting dari membangun integritas dari aksi perubahan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara adalah merubah pola pengawasan, yang selama ini pemungutan retribusi diawasi tanpa adanya pedoman yang baku, sekarang sudah menjadi lebih baik, dan bahkan dapat lebih meningkatkan PAD karena dengan adanya pedoman ini, pengelolaan retribusi bisa lebih diperketat lagi (target jangka pendek). Diharapkan selanjutnya juga dapat dikembangkan dari Monitoring dan Evaluasi manual menjadi digital, artinya pengawasan yang selama ini rentan dengan manipulasi digantikan dengan sistem digital yang lebih akurat, efisien , dan bertanggung jawab (target jangka menengah).

Sebelum dilakukan Aksi Perubahan, penerimaan PAD bersumber dari retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo, diawasi tanpa menggunakan pedoman monitoring dan evaluasi yang baku (diformalkan). Hasil observasi oleh Tim Efektif di lokasi wisata, diketahui bahwa selama ini pencatatan penerimaan retribusi hanya dilakukan secara manual. Penerimaan dari penggunaan kolam hanya menggunakan bukti lembar karcis, sedangkan penginapan maupun sewa aula untuk kegiatan/acara hanya menggunakan invoice/kuitansi. PAD yang diterima juga tidak langsung disetor pada hari bersangkutan, tapi kadang menunggu beberapa hari baru disetor sekaligus. Hal ini menyebabkan pungutan retribusi di Kawasan wisata Sumaru Endo rentan disalahgunakan.

Permasalahan ini dapat diselesaikan melalui penyusunan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan untuk jangka menengah dapat disusun solusi berbasis Teknologi Informasi, dalam hal ini pengembangan Aplikasi Monitoring dan Evaluasi berdasarkan Pedoman yang telah dikeluarkan SIMA-ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi). Dalam jangka pendek, Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan memberikan solusi masalah pengawasan dengan yang formal dan terstruktur. Dengan adanya Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara ini diharapkan sistem pemantauan dan pengawasan dari penerimaan retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo lebih optimal, dan dengan adanya SIMA-ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi) proses pengawasan menjadi lebih mudah, memerlukan dana yang lebih kecil dibanding dengan pengawasan on spot, selain itu penerimaan retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo dapat dimonitoring dan evaluasi secara real time.

b. Pengelolaan Budaya Kerja

Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Budaya, dalam arti antropologi dan sejarah, adalah inti dari kelompok atau masyarakat tertentu, apa yang berbeda mengenai cara para anggotanya saling berinteraksi dengan orang dari luar lingkungan dan bagaimana mereka menyelesaikan apa yang dikerjakannya.

Sebenarnya budaya organisasi yang kuat, diakui secara luas sering kali disebutkan sebagai alasan suksesnya organisasi. Sejumlah organisasi menanamkan budaya tertentu seperti upacara, penghargaan, gaya dekoratif, dan berbagai bentuk simbolis lain dari komunikasi yang merupakan sifat budaya perusahaan yang menjadi pedoman tindakan anggota organisasi. Hal- hal yang seyogyanya dilakukan seorang pemimpin adalah mengubah budaya untuk mendorong perubahan organisasi. Namun mengubah budaya bukanlah perkara yang mudah karena memerlukan pengukuran budaya organisasi dalam hubungannya dengan perubahan organisasi Tahapan proses pembentukan budaya organisasi dimulai dari penyusunan nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi. Kemudian diinternalisasikan melalui sosialisasi yang meliputi komunikasi, internalisasi dan implementasi setiap anggota organisasi melalui pembentukan change agent. Serta penyusunan sistem dan prosedur untuk menjaga dan memelihara kesinambungan. Oleh karenanya, untuk membangun budaya organisasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menetapkan Visi dan Misi Organisasi. Visi dan misi organisasi ini akan mengarahkan organisasi dalam menjalankan bisnisnya, sehingga dibutuhkan analisis yang mendalam agar dapat menjadi branding organisasi.

2) Mensosialisasikan Visi dan Misi. Setelah visi dan misi ditetapkan langkah selanjutnya adalah sosialisasi kepada seluruh elemen organisasi agar mengetahui, memahami, menginternalisasi dan mengimplementasikan mengenai visi dan misi organisasi.

3) Menetapkan Budaya Kerja. Budaya kerja sebagai suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuasaan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu organisasi. Kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.

Oleh karena itu, memahami dan mengimplementasikan budaya kerja merupakan tugas berat yang harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh karena menyangkut proses pembangunan karakter, sikap, dan perilaku manusia.

4) Mengimplementasikan Budaya Kerja secara Konsisten. Setiap budaya kerja yang sudah ditetapkan wajib diimplementasikan dalam praktik kerja sehari- hari di dalam maupun di luar organisasi. Fungsinya adalah agar masing- masing anggota organisasi terlatih untuk menjalankan budaya kerja yang sudah ditetapkan.

5) Mengukur Implementasi Budaya Kerja. Pengukuran implementasi budaya kerja ini untuk mengetahui hasil yang sudah dicapai dari penerapan budaya kerja secara periodik. Sehingga akan terbentuk sebuah proses sistim kerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan berjangka waktu.

6) Memberikan Reward dan Punishment. Pemberian reward dan punishment terhadap anggota organisasi yang sudah ataupun belum menjalankan budaya kerja sangat dibutuhkan agar anggota organisasi tetap bersemangat mengimplementasikan budaya kerja.

Pelayanan publik bisa dibilang merupakan bagian penting dalam sebuah sistem pemerintahan karena dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera. Tanpa adanya pelayanan publik yang baik, bisa dipastikan peluang masyarakat untuk hidup sejahtera pun berkurang. Pelayanan publik bisa berjalan secara optimal dengan adanya dukungan dari budaya kerja yang maksimal. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab, ASN menggunakan peraturan/pedoman sebagai sarana dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Adanya Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memudahkan ASN di Dinas Pariwisata Daerah untuk mengendalikan pengelolaan penerimaan retribusi, selain itu juga dapat digunakan oleh Inspektorat Daerah selaku APIP dalam melakukan peran dan fungsinya dalam mengawal akuntabilitas pengelolaan keuangan Perangkat Daerah.

c. Membangun Jejarin Kerja dan Kolaborasi

Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada hakekatnya adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun Jejaring Kerja (kemitraan) yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organisasi tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan organisasi.

Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, Lembaga pendidikan, dunia usaha dan industri, tokoh masyarakat dan stakeholder lainnya.

2) Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Sebagai contoh, lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan competitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan kebutuhan pasar.

Langkah-langkah membangun jejaring kerja dan kolaborasi dalam organisasi dapat dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pemetaan. Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang lembaga/organisasi yang sekiranya bisa diajak bekerjasama baik di wilayah sekitarnya maupun jangkauan yang lebih luas. Adapun pemetaan didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap organisasi. Stakeholders dapat melibatkan Lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.

2) Menggali dan mengumpulkan informasi. Setelah dilakukan pemetaan maka Langkah selanjutnya adalah menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi misi dan lain seb. Informasi ini berguna untuk menjajagi kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal.

3) Menganalisis informasi Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang

perlu ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.

4) Penjajagan kerjasama. Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu dilakukanpenjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan dengan cara melakukan audiensi atau presentasi tentang profil perusahaan/organisasi dan penawaran program-program yang bisa dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal.

5) Penyusunan rencana kerjasama. Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka Langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.

6) Membuat kesepakatan Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggungjawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut Memorandum Of Understanding (MOU).

7) Penandatanganan akad kerjasama MOU. Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani oleh pihak-pihak yang bermitra.

Pelaksanaan kegiatan tahap ini adalah merupakan tahap implementasi dari rencana kerjasama yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak yang bermitra.

8) Monitoring dan evaluasi. Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu juga segala permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk mengetahui kegiatan mana yang belum bisa berjalan sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah/kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.

9) Perbaikan hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan selanjutnya apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

10) Perencanaan selanjutnya. Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan kerjasama, maka mereka perlu merencanakan

kembali kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.

Perencanaan selanjutnya perlu mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumnya. Di samping itu, mungkin dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama dengan atau tanpa perubahan nota kesepahaman.

Kegiatan Aksi Perubahan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dimulai dengan kegiatan pertama yaitu Persiapan pelaksaaan Aksi Perubahan, meliputi Penjelasan dan Rapat Koordinasi dengan mentor, anggota tim lainnya.

Kegiatan Kedua yang merupakan inti dari pekerjaan ini adalah Analisis, Perancangan, Penyusunan dan Implementasi. Dalam penyusunan rencana aksi perubahan, Tim Efektif melakukan Langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Tahapan persiapan dilakukan untuk memahami kebutuhan penyusunan atau pengembangan Pedoman Monev serta menyusun alternatif tindakan yang harus dilakukan oleh unit kerja. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahap ini adalah:

a) Mengetahui Kebutuhan.

b) Mengevaluasi dan menilai kebutuhan.

c) Menetapkan kebutuhan.

d) Menetapkan alternatif tindakan.

Milestone 1 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Persiapan dan

Koordinasi dengan Stakeholder Internal

Pembentukan Tim Efektif

Project Leader dan Calon Tim

Efektif

SK Inspektur ttg

Tim Efektif 19 Juli 2021 Laporan dan

Koordinasi

Project Leader, Mentor dan Stakeholder

Internal

Dukungan Pimpinan dalam Aksi Perubahan

19 Juli 2021

2) Tahap Pembentukan Organisasi Tim.

Tujuan dilakukannya tahapan ini adalah menetapkan orang atau tim dari unit kerja yang bertangung jawab melaksanakan alternatif tindakan yang telah dibuat dalam tahap persiapan. Sehingga, didapat pembagian tugas dan kontrol pekerjaan, Tahapan ini terdiri dari:

a) Menetapkan orang atau tim yang bertugas sebagai penanggung jawab pelaksana, yang bisa disebut unit kerja.

b) Menyusun pembagian tugas pelaksanaan.

c) Menetapkan orang yang diberi tanggungjawab atas pelaksanaan secara garis besar.

d) Menetapkan mekanisme kontrol pekerjaan.

Milestone 2 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Koordinasi Penyampaian

program dan kegiatan Aksi Perubahan

kepada Stakeholder

Eksternal

Dukungan

dengan Project Leader, Kepala Dinas

Stakeholder Stakeholder Pariwisata 26 s/d 30 Juli Eksternal dan

Persiapan Aksi

Eksternal, dan Tim Efektif

Daerah Provinsi Sulut dalam Aksi

2021

Perubahan Perubahan

3) Tahap Perencanaan

Tahapan ini bertujuan menyusun serta menetapkan strategi, metodologi, rencana dan program kerja yang akan digunakan oleh tim pelaksana penyusunan agar didapat program kerja yang lebih rinci. Langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain:

a) Menyusun strategi dan metodologi kerja.

b) Menyusun perencanaan kerja.

c) Menyusun program-program kerja rinci.

Milestone 3 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu

Pengumpulan

4) Tahap Penyusunan

Pada tahap ini akan dilakukan penyusunan Pedoman Monev sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun produk dari tahapan ini adalah draf Pedoman Monev. Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan ini adalah:

a) Mengumpulkan informasi terkait dengan metode pendekatan pengumpulan yaitu dengan metode pendekatan system atau risiko kegiatan.

b) Mengumpulkan informasi pelengkap, yaitu alur otorisasi, kebijakan, pihak yang terlibat, formulir, kaitan dengan prosedur lain, dan kode prosedur.

c) Menetapkan metode dan teknik penulisan Pedoman Monev yang dipilih.

d) Melaksanakan penulisan Pedoman Monev.

e) Membuat draf Pedoman Monev.

Milestone 4 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Merancang

5) Tahap Uji Coba

Tahapan ini dilakukan untuk menerapkan Pedoman Monev dalam bentuk uji coba rencana Pedoman Monev yang telah dibuat dalam tahap penyusunan.

Sehingga menghasilkan laporan hasil uji coba yang digunakan untuk melakukan penyempurnaan draf Pedoman Monev. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan ini, antara lain :

a) Merancang metodologi uji coba.

b) Mempersiapkan materi uji coba.

c) Menetapkan tim pelaksanaan uji coba.

d) Mempersiapkan sarana uji coba.

e) Melaksanakan uji coba.

f) Menyusun laporan hasil uji coba.

Milestone 5 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Pedoman Monitoring dan Penyusunan dan

Penetapan Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan retribusi

Pedoman

Evaluasi Pengelolaan Project Pengawasan 16 s/d 27 Penerimaan Retribusi Leader, dan pengelolaan Agustus Telah Tersusun/Selesai Tim Efektif penerimaan 2021

di Buat Retribusi

6) Tahap Penyempurnaan

Tahapan ini bertujuan menyempurnakan Pedoman Monev berdasarkan pada laporan hasil uji coba yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahap ini adalah Pedoman Monev akhir (final manual atau final guidance) yang dapat digunakan sebagai pedoman standar dalam unit kerja. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan ini, antara lain:

a) Mendiskusikan laporan hasil uji coba.

b) Merancang dan merencanakan langkah-langkah penyempurnaan Pedoman Monev.

c) Menyusun pembagian tugas penyempurnaan.

d) Melaksanakan penyempurnaan.

e) Melakukan uji coba terbatas dengan tim atau tim penyeimbang (counterpart) atau kelompok fokus (focus group) yang dibentuk secara khusus.

f) Menyusun Pedoman Monev akhir akhir (final manual).

Milestone 6 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Uji Coba Pedoman Melakukan uji coba Project Hasil Survei

30 Agustus

2021 Monitoring dan Pedoman melalui Leader, dan

Evaluasi Kuesioner dan Wawancara Stakeholder perbaikan Pengelolaan kepada Perangkat Daerah Eksternal, terhadap Penerimaan yang memiliki Retribusi dan Tim Pedoman Retribusi Objek Wisata Efektif Pengawasan

7) Tahap Implementasi

Tahap implementasi dilakukan dengan tujuan mengimplementasikan Pedoman Monev akhir secara menyeluruh ke dalam organisasi. Tahapan ini menghasilkan sebuah laporan implementasi yang akan menjadi dasar dalam melakukan tahapan pemeliharaan dan audit. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan ini, antara lain:

a) Merancang metodologi implementasi.

b) Mempersiapkan materi implementasi.

c) Menetapkan tim pelaksana implementasi.

d) Mempersiapkan sarana implementasi.

e) Melaksanakan implementasi.

f) Menyusun laporan implementasi.

Milestone 7 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Sosialisasi Pedoman Melakukan sosialisasi

melalui FGD dan komunikasi langsung dengan Stakeholder Eksternal & Pejabat Fungsional

Inspektorat

Project

Foto dan Daftar Hadir

Sosialisasi

1 s/d 3 September

2021

Monitoring dan Leader,

Evaluasi Stakeholder

Pengelolaan Eksternal,

Penerimaan dan Tim

Retribusi Efektif

8) Tahap Pemeliharaan dan Audit

Tahap pemeliharaan dan audit merupakan tahap akhir dari seluruh tahap- tahap teknis penyusunan Pedoman Monev. Tujuan dari diselenggarakannya tahapan ini adalah untuk memelihara dan mengaudit pelaksanaan penerapan Pedoman Monev selama periode tertentu. Ada beberapa hal yang dihasilkan dalam tahapan ini, yakni laporan perbaikan rutin, dan laporan kebutuhan perbaikan besar atas Pedoman Monev. Langkah-

Tahap pemeliharaan dan audit merupakan tahap akhir dari seluruh tahap- tahap teknis penyusunan Pedoman Monev. Tujuan dari diselenggarakannya tahapan ini adalah untuk memelihara dan mengaudit pelaksanaan penerapan Pedoman Monev selama periode tertentu. Ada beberapa hal yang dihasilkan dalam tahapan ini, yakni laporan perbaikan rutin, dan laporan kebutuhan perbaikan besar atas Pedoman Monev. Langkah-

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR AKSI PERUBAHAN (Halaman 27-43)

Dokumen terkait