• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR AKSI PERUBAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR AKSI PERUBAHAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA INSPEKTORAT DAERAH

SIMA•ANET

Sistim Informasi Monitoring dan evAluasi penerimaaAN rETribusi (JANGKA MENENGAH)

LAPORAN AKHIR AKSI PERUBAHAN

PEDOMAN LAYANAN PENGAWASAN OPTIMALISASI RETRIBUSI OBJEK WISATA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

JANETTA H.A LAPIAN, ST, MT, CFrA

NIP.19690130 199303 2 004

NDH 15

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Aksi Perubahan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan I Tahun 2021 :

Nama : Janetta Hermin Anna Lapian, ST, MT, CFrA

NIP : 19690130 199303 2 004

NDH : 15

Jabatan : Inspektur Pembantu Wilayah V

Instansi : Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Judul Aksi Perubahan : Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Dinyatakan LAYAK untuk diajukan dalam Seminar Aksi Perubahan pada hari Jumat, 15 Juli 2021 di Kantor Gubernur Sulawesi Utara dan di Kampus Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Manado, 15 Juli 2021 Penguji,

Nansi M. Mokoagouw, SE, M.Sc NIP.19840520 201001 2 009

Coach,

Drs. Jefry A. Sambur, MAP NIP.19650622 199203 1 009

Mentor,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN RANCANGAN AKSI PERUBAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Aksi Perubahan Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan I Tahun 2021 :

Nama : Janetta Hermin Anna Lapian, ST, MT, CFrA

NIP : 19690130 199303 2 004

NDH : 15

Jabatan : Inspektur Pembantu Wilayah V

Instansi : Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Judul Aksi Perubahan : Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara TELAH DISEMINARKAN dalam Seminar Aksi Perubahan pada hari Jumat, 24 September 2021 di Kantor Gubernur Sulawesi Utara dan di Kampus Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Manado, 24 September 2021 Penguji,

Ir. Yulius, M.Si

NIP.19640715 199009 1 002

Coach,

Drs. Jefry A. Sambur, MAP NIP.19650622 199203 1 009

Mentor,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus oleh AnugerahNya dapat menyelesaikan keseluruhan proses dalam aksi perubahan dari mulai Rancangan Aksi Perubahan dan Laporan Aksi Perubahan dengan judul “Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara “ Laporan ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada Pelatihan Kepemimpinan Admistrator (PKA) Angkatan I Tahun 2021, yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Dalam penyusunan Laporan Aksi Perubahan ini, penulis mendapatkan banyak masukan dari stakeholders yang terkait, baik internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian target jangka pendek pada aksi perubahan. Selain itu, dukungan dari mentor dan coach serta tim efektif, sangat menunjang penulis dalam menyelesaikan aksi perubahan ini. Sehingga, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Meiki M. Onibala. MSi , sebagai atasan langsung dan mentor penulis yang telah memberikan dukungan, arahan, serta persetujuan selama pelaksanaan aksi perubahan ini;

2. Bapak Drs. Jefry A. Sambur. MAP , sebagai coach yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan persetujuan terkait aksi perubahan ini;

3. Bapak Henry Katjili, SH sebagai Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provimsi Sulawesi Utara selaku Stakeholder Eksternal yang telah memberikan pernyataan dukungan dan masukan untuk penyempurnaan aksi perubahan ini; beserta jajaran 4. Penguji, Ibu Nancy Mokoagouw dan Ir. Yulius, M.Si memberikan penyempurnaan

terhadap Laporan Aksi Perubahan ini.

5. Tim efektif, Januar B. Saiyang, SE, CFrA ; Renaldo A. Jusuf,ST, MSA; Yustinus Ada, SKM, MSA ; Yuanita I.M. Singal, ST,MSA,CFrA ; David C. Sumarauw, ST ; dan Charly Laloan, SE yang telah mendukung setiap kegiatan dalam aksi perubahan ini;

6. Bapak Drs. Marhaen R. Tumiwa, M.Pd sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Daerah Provinsi Sulawesi Utara beserta staf yang telah memfasilitasi pelaksanaan Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan I Tahun 2021;

7. Rekan-rekan seangkatan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan I Tahun 2021 yang selalu saling mendukung dan memberi semangat dalam pelaksanaan Diklat dan penyusunan aksi perubahan.

8. Terima kasih untuk Suami dan anak-anak tercinta atas doa restu, pengertian, dukungan dan motivasi yang diberikan selama pelaksanaan pendidikan sampai dengan Laporan Aksi Perubahan ini selesai disusun.

Tulisan Laporan Aksi Perubahan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan Laporan Aksi Perubahan ini. Terima Kasih

Manado, 27 September 2021

Janetta H. A. Lapian, ST, MT NIP. 19690130 199303 2 004

(5)

JUDUL : Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 3

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II PROFIL KINERJA ORGANISASI... 6

A. Profil Organisasi ... 6

B. Program, Kegiatan dan Capaian Kinerja ... 7

BAB III RENCANA AKSI PERUBAHAN ... 10

A. Terobosan/Inovasi... 10

B. Milestone dan Tahapan Kegiatan ... 10

C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan) ... 14

D. Manajemen Risiko... 18

BAB IV DESKRIPSI PROSES DAN HASIL IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN AKSI PERUBAHAN ... 20

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan ... 20

B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan ... 36

C. Keberlanjutan Aksi Perubahan ... 39

BAB V PENUTUP ...41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ...43

LAMPIRAN ...44

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Inspektorat Daerah ... 7

Gambar 2 Perbandingan Realisaasi Kinerja dengan Target ... 9

Gambar 3 Identifikasi dan Peta Stakeholder ... 14

Gambar 4 Tata Kelola Aksi Perubahan... 16

Gambar 5 Stakeholder Net-Map ... 16

Gambar 6 Potensi Kendala dan Strategi Penyelesaian... 18

Gambar 7 Tahap Persiapn... 27

Gambar 8 Tahap Pembentukan Organisasi Tim ... 28

Gambar 9 Tahap Perencanaan... 29

Gambar 10 Tahap Penyusunan ... 29

Gambar 11 Tahap Uji Coba ... 30

Gambar 12 Tahap Penyempurnaan... 31

Gambar 13 Tahap Implementasi... 31

Gambar 14 Tahap Pemeliharaan dan Audit ... 32

Gambar 15 Peta Stakeholder dalam Aksi Perubahan ... 33

Gambar 16 Peta Stakeholder terkait pengaruh dan kepentingan terhadap Aksi perubahan ... 34

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Metode Analisis APKL... 4

Tabel 2 Metode Analisis USG ... 4

Tabel 3 Indikator Kinerja Inspektorat Daerah ... 8

Tabel 4 Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2020... 8

Tabel 5 Perbandingan Peningkatan Level Kapabilitas APIP ... 9

Tabel 6 Tabel 7 Milestone dan Tahapan Kegiatan Jangka Pendek... Milestone 1 - Persiapan dan Koordinasi dengan Stakeholder 10 Tabel 8 Internal ... Milestone 2 - Koordinasi dengan Stakeholder Eksternal dan 11 Persiapan Aksi Perubahan ... 11

Tabel 9 Milestone 3 – Pengumpulan dan Pengelolaan Data ... 12

Tabel 10 Milestone 4 – Merancang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi... 12

Tabel 11 Milestone 5 – Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi Telah Selesai di Buat ... 12

Tabel 12 Milestone 6 – Uji Coba Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi ... 13

Tabel 13 Milestone 7 – Sosialisasi Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi ... 13

Tabel 14 Milestone 8 – Evaluasi dan Penyusunan Laporan ... 13

Tabel 15 Milestone dan Tahapan Kegiatan Jangka Menengah ... 14

Tabel 16 Milestone dan Tahapan Kegiatan Jangka Panjang... 14

Tabel 17 Pencapaian Aksi Perubahan Jangka Pendek ... 35

Tabel 18 Rencana Tindak Lanjut Jangka Menengah ... 37

Tabel 19 Rencana Tindak Lanjut Jangka Panjang ... 38

(8)

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pembangunan nasional menuntut peran pemerintah daerah agar mampu mengatur rumah tangganya sendiri termasuk dalam hal penerimaan daerah. Pajak daerah merupakan penerimaan asli daerah yang paling besar komposisinya dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjelaskan bahwa Pajak Daerah, yaitu kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Retribusi daerah merupakan sumber penerimaan yang sangat penting bagi daerah untuk kelancaraan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan daya dukung bagi perkembangan dan pembangunan daerah, pajak juga diberikan kepada masyarakat dalam bentuk subsidi. Dengan adanya pajak daerah diharapkan mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran pendapatan. Untuk itu perlunya pengelolaan pajak daerah dari proses pendataan, penghitungan, penetapan, penagihan dan pelaporan. Tidak kalah pentingya adalah monitoring dan evaluasi pendapatan pajak daerah sebagai salah satu penentuan kebijakan pemerintah dibidang keuangan maupun fiskal.

Keberhasilan otonomi daerah diperlukan kesiapan pemerintah daerah di segala bidang, terutama kesiapan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan-tantangan dalam pelaksanaan otonomi daerah untuk memberdayakan potensi daerah yang ada sehingga dari segi keuangan yang merupakan unsur utama dalam menjalankan pemerintahan daerah dapat mencapai kemandirian.

Sehubungan dengan itu, maka daerah otonom harus mampu mengelola kewenangan yang luas dengan baik agar dapat mengoptimalkan kemampuan SDM untuk menggali dan mengembangkan potensi sumber keuangannya sendiri (PAD).

Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari penerimaan retribusi pada Obyek Wisata, dimana Obyek Wisata yang menjadi laboratorium pada Aksi Perubahan ini adalah Sumaru Endo, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas layanan kepada wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut. Selain itu juga perlu dilakukan Pengawasan secara kontinyu terhadap pengelolaan penerimaan retribusi di obyek wisata Sumaru Endo mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemanfaatan retribusi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN

(9)

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah berperan sebagai Penjamin Mutu (Quality Assurance) yaitu menjamin bahwa suatu kegiatan dapat berjalan secara efisien, efektif dan sesuai dengan aturannya dalam mencapai tujuan organisasi. Quality Assurance dalam setiap pelaksanaan audit, diharapkan mampu mengidentifikasi risiko dan mendorong proses perbaikan yang berkelanjutan, mendorong Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk melaksanakan salah satu perannya sebagai penjamin mutu.

Disamping sebagai Penjamin Mutu, Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara juga sebaga Konsultan yang harus terus meningkatkan kompetensi dan pengetahuannya, karena sebagai konsultan Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara diharapkan harus lebih banyak mengetahui segala sesuatu dari pada pihak yang melakukan konsultasi terkait pengelolaan keuangan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada dengan tujuan sebagai upaya untuk melakukan pencegahan secara dini agar tidak terjadi adanya fraud atau korupsi atau kerugian negara yang lebih besar.

Sejak mewabahnya Virus Corona (COVID-19) yang melanda Indonesia, kondisi pariwisata di Sulawesi Utara khususnya menurun tajam, hal ini menyebabkan menurunnya penerimaan yang bersumber dari retribusi pada obyek wisata Sumaru Endo sehingga berdampak terhadap tenaga kerja yang ada didalamnya dan mempengaruhi kualitas layanan kepada pengunjung. Situasi ini juga berdampak pada sinergitas antara Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dengan Perangkat Daerah khususnya Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara, dalam pelaksanaan pengawasan masih mengalami masalah, misalnya :

1. Perencanaan pengawasan yang disusun belum fakus pada program strategis dan berbasis resiko.

2. Pelakasanaan pengawasan cenderung mengikuti pola yang telah berjalan selama ini, sehingga kurang optimal dalam menemukan kelemahan/

penyimpangan.

3. Pelaporan hasil pengawasan tidak tepat waktu atau sering terlambat.

Untuk efektifitas pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pengawasan optimalisasi retribusi objek wisata pada Perangkat Daerah, maka dipandang perlu disusunnya Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagi APIP di Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara guna membantu Perangkat Daerah dalam menggali dan mengembangkan Pendapatan Asli Daerah khususnya retribusi objek wisata, sehingga kemandirian yang diamanatkan dalam otonomi daaerah tersebut dapat dicapai.

(10)

B. Analisis Masalah

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 47 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara.

Bagian Ketujuh Inspektur Pembantu Wilayah V

Pasal 13 A

(1) Inspektur Pembantu Wilayah V mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap Pelaksanaan Urusan Pemerintah Daerah dan pada objek pengawasan wilayah 5 serta tugas lain yang diberikan oleh Inspektur Daerah Provinsi.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan terkait dengan pengawasan terhadap perangkat daerah Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;

b. Perencanaan progran pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perangkat daerah Pemerintah Provinsi;

c. Pengkoordinasian pelaksanaan pengawasan fungsional penyelenggaraan urusan pemerintah daerah Pemerintah Privinsi dan Kabupaten/Kota;

d. Pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya;

e. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari Gubernur dan/atau Menteri;

f. Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang meliputi bidang tugas perangkat daerah Pemerintah Provinsi;

g. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaran urusan daerah yang meliputi bidang tugas perangkat daerah Pemerintah Kabupaten/Kota;

h. Pemantauan dan pemutahiran tindak lanjut hasil pengawasan;

i. Pengadmistrasian hasil pengawasan;

j. Kerja sama pelaksanaan pengawasan dengan Aparat Pengawasa Internal Pemerintah lainnya; dan

k. Pelaksanaaan fungsi lain yang diberikan oleh Inspektur Daerah Provinsi.

(11)

Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan retribusi masih mengalami beberapa kendala, yaitu tidak dapat menyajikan dengan cepat dan tepat, hal ini terjadi karena :

a. Belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan

b. Belum maksimal melakukan pengembangan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;

c. Belum tersusunnya pedoman dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap penerimaan Pajak Daerah (Retribusi);

d. Terjadinya Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda Indonesia, secara khusus di Sulawesi Utara;

e. Adanya potensi fraud di dalam penerimaan retribusi daerah;

f. Belum bersinerginya pengawasan antara APIP dengan Dinas Pariwisata Daerah.

Menentukan kriteria dan prioritas masalah dengan Metode : Metode Analisis APKL

ANALISIS APKL

(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak)

Deskripsi Isu A P K L Jumlah

Belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata yang aman,

nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan 2 2 4 2 10 Belum maksimal melakukan pengembangan pemasaran pariwisata

yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara

1 1 2 3 7

Belum tersusunnya pedoman dalam melaksanakan monitoring dan

evaluasi terhadap penerimaan Pajak Daerah (Retribusi) 4 4 2 5 15 Terjadinya Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda

Indonesia, secara khusus di Sulawesi Utara 5 4 2 3 14 Adanya potensi fraud di dalam penerimaan retribusi daerah 2 3 1 3 9 Belum bersinerginya pengawasan antara APIP dengan Dinas

Pariwisata Daerah 4 3 1 5 13

Metode Analisis USG

Analisis Kualitas Isu dengan teori Kepner Tregoe USG NO

ISU SITUASI / KERISAUAN

PENILAIAN

TOTAL NILAI KRITERIA

U S G

1 Belum tersusunnya Pedoman Monitoring dan Evaluasi terhadap Penerimaan Pajak Daerah (Retribusi)

4 3 3 10

2 Terjadinya Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda Indonesia, secara khusus di Sulawesi Utara

4 3 2 9

3 Belum adanya sinergitas pengawasan antara APIP

dengan Dinas Pariwisata 3 4 1 8

(12)

C. Tujuan

1. Tujuan jangka pendek.

- Tersusunnya pedoman dalam melaksanakan Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan Retribusi.

- Terbangunnya sinergitas pengawasan antara Dinas Pariwisata Daerah dengan Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

2. Tujuan jangka menengah.

- Diterapkannya Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi pada obyek wisata Sumaru Endo.

- Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari penerimaan retribusi obyek wisata Sumaru Endo.

- Melakukan pengembangan Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Asli Daerah yang telah di tetapkan pedomannya dengan nama SIMA-ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi).

3. Tujuan jangka panjang.

- Diterapkannya Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan Retribusi ke seluruh obyek-obyek penerimaan retribusi di Provinsi Sulawesi Utara dengan terus berkolaborasi dalam melakukan pengawasan bersama dengan Perangkat Daerah terkait.

- Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari penerimaan retribusi.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi peserta.

Meningkatkan kemampuan manajerial, menjadi pelopor terobosan (break through) model percontohan kegiatan operasional dan sebagai pelopor aksi perubahan.

2. Manfaat bagi organisasi.

Manfaat aksi perubahan dalam mendukung reformasi birokrasi dan perbaikan kinerja kebijakan serta kualitas pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab Inspektorat.

3. Manfaat bagi stakeholders eksternal.

a. Mengubah mindset, yang awalnya hanya berorientasi pada kegiatan audit (watch dog), berubah menjadi berpola pikir Quality Assurance dan Early Warning System.

b. Mengubah pola pikir Inspektorat Daerah untuk membiasakan dengan medote pengawasan yang kolaboratif antara Inspektorat Daerah dengan Instansi/Obyek yang diawasi.

(13)

A. Profil Organisasi

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 47 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara.

Sejalan dengan dasar hukum diatas, maka Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara memiliki ruang lingkup Tugas Pokok dan Fungsi Kelembagaan sebagai berikut:

- Tugas Pokok :

Membantu Gubernur dalam membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah.

- Fungsi

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan;

b. Pelaksanaan pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari gubernur dan/atau Menteri;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan;

e. Pelaksanaan koordinasi pencegahan tindak pidana korupsi;

f. Pengawasan pelaksanaan program reformasi birokrasi;

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Daerah Provinsi; dan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya.

Stuktur Organisasi

Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 47 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Tipe A Provinsi Sulawesi Utara memuat Struktur Organisasi sebagai berikut:

BAB II

PROFIL KINERJA ORGANISASI

(14)

Susunan Kepegawaian

Untuk mendukung efektifitas dan efisiensi pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan, Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh Inspektur Provinsi Sulawesi Utara dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Bagian, dan 5 (lima) Inspektur Pembantu Wilayah selaku unsur pelaksana teknis serta Kelompok Jabatan Fungsional Auditor dan Pejabat Pengawas Urusan Pemerintahan Daerah (P2UPD) dengan rincian sebagai berikut :

STUKTURAL : Eselon 2 Eselon 3 Eselon 4

=

=

=

1 Orang 6 Orang 3 Orang FUNGSIONAL: Auditor

P2UPD

=

=

55 Orang 48 Orang

STAF = 42 Orang

TOTAL = 155 Orang

B. Program, Kegiatan dan Capaian Kinerja

Pengukuran capaian kinerja Tahun 2020 merupakan bagian dari penyelenggaraan Akuntabilitas Kinerja Tahunan Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Pengkukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian kinerja dan target yang diperjanjikan dalam dokumen penetapan kinerja Tahun 2020. Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, yang menitikberatkan pengukuran kinerja pada pengukuran pencapaian tujuan/sasaran strategis, maka Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun sasaran strategis dengan melengkapi indikator kinerja. Indikator Kinerja

(15)

tersebut dinilai dapat mempresentasikan kinerja Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam pencapaian tujuan/sasaran strategis secara langsung.

Pelaksanaan rencana aksi perubahan ini berhubungan dengan program Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada Kegiatan Penyusunan Pedoman dan Standar Pengawasan.

Indikator Kinerja Program Kegiatan Target Realisasi Capaian 3.3 Meningkatnya

Level Kapabilitas APIP

Peningkatan Kapasitas

Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah

1. Monitoring dan Evaluasi Mandiri Peningkatan Kapabilitas APIP

Level 3 Level 2 80%

2. Penyusunan Pedoman dan Standar Pengawasan 3. Peningkatan Kompetensi

Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan

Pencapaian kinerja pada indikator kinerja 3.3 Meningkatnya Level Kapabilitas APIP dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2020

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara menargetkan Capaian Kinerja untuk Level Kapabilitas APIP pada Level 3. Level Kapabilitas APIP terealisasi dengan Level 2 belum sesuai dengan target sehingga presentasi capainnya sebesar 80%.

Tabel 4

Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2020

Tahun Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

1) 2) 3) 4) 5)

2020 Meningkatnya Level Kapabilitas APIP

Level 3 Level 2 80

b. Perbandingan antara Realisasi Kinerja serta Capaian Kinerja Tahun 2020 dengan 2 tahun sebelum.

Capaian Kinerja meningkatnya Level Kapabilitas APIP Level 2 belum sesuai target yang ditetapkan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tidak ada peningkatan Capaian dari Level 2 untuk Tahun 2019 tetap pada Level 2 untuk tahun 2020.

(16)

Target PK 2020 Level 3

Realisasi 2020 Level 2

Realisasi 2019 Level 2

Target Akhir Renstra 2021

Level 3 Tabel 5

Perbandingan Peningkatan Level Kapabilitas APIP Tahun 2018 – 2020

Tahun Indikator Sasaran Target Realisasi Capaian (%)

1) 2) 3) 4) 5)

2018 Meningkatnya Level Kapabilitas APIP Level 3 Level 2 80 2019 Meningkatnya Level Kapabilitas APIP Level 3 Level 2 80 2020 Meningkatnya Level Kapabilitas APIP Level 3 Level 2 80

c. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 dengan Target akhir Renstra.

Tidak Tercapai Tetap

d. Penyebab Keberhasilan

Tahun 2020 ini target Kinerja meningkatnya Level Kapabilitas APIP tercapai 100% sesuai target. Hal tersebut disebabkan oleh belum dilaksanakannya Telaan Sejawat.

e. Program dan Kegiatan yang menunjang keberhasilan percapaian kinerja.

Untuk menunjang tercapaianya target kinerja meningkatnya Level Kapabilitas APIP di tunjang dengan 1 (satu) Program yaitu Peningkatan Kapabilitas APIP dan 3 Kegiatan dengan pagu anggaran senilai Rp.106.191.900,-

Ada kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan karena adanya realokasi dan refocusing anggaran untuk APBD TA 2020 oleh karena adanya Pandemi Covid-19.

(17)

A. Terobosan/Inovasi

Dari seluruh target kinerja tersebut, salah satunya adalah melaksanakan proses pengembangan monitoring dan evaluasi pendapatan pajak daerah berbasis Web melalui aplikasi. Dimana dalam hal pemberian informasi pelaporan monitoring dan evaluasi perlu mendapatkan perhatian dengan pertimbangan kondisi saat ini sebagai berikut:

a. Melakukan koordinasi aksi perubahan.

b. Pengembangan pedoman monitoring dan evaluasi pengelolaan penerimaan retribusi.

c. Meningkatkan kapasitas tim kerja.

d. Pemantapan implementasi aksi perubahan.

e. Mengoptimalkan pedoman dimaksud dalam pelaksanaan pengawasan penerimaan retribusi untuk menjamin pengelolaan keuangan yang efektif, efisien dan ekonomis.

f. Sosialisasi pedoman monitoring dan evaluasi pengelolaan penerimaan retribusi kepada APIP.

B. Milestone dan Tahapan Kegiatan a. Jangka Pendek

No. Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Persiapan dan koordinasi dengan stakeholder internal

Tanggal 19 Juli s/d 18 September 2021 2 koordinasi dengan stakeholder eksternal dan

persiapan aksi perubahan

3 pengumpulan dan pengelolaan data 4 merancang bangun pedoman Monitoring

Dan Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi

5 Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi telah tersusun / telah selesai dibuat.

6 Uji coba pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi

7 Sosialisasi pedoman Monitoring Dan

Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi 8 Evaluasi dan penyusunan laporan

MILESTONE 1 : Persiapan dan Koordinasi dengan Stakeholder Internal

Tahap paling awal pada implementasi aksi perubahan adalah pembentukan Tim Efektif, yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2021 dengan hasil di keluarkannya keputusan Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor :

BAB III

RENCANA AKSI PERUBAHAN

(18)

11 Tahun 2021 tentang Pembentukan Tim Efektif, dengan masa kerja Tim Efektif terhitung sejak tanggal 19 Juli 2021 sampai dengan 18 September 2021 yang dapat diperpanjang apabila diperlukan. Setelah dibentuk Tim Efektif, Project Leader menyampaikan laporan dan koordinasi dengan Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara Bapak Drs. Meiki M. Onibala, M.Si sebagai Stakeholder Internal sekaligus sebagai Mentor mengenai proses Pelatihan Kepemimpinan Administrator serta gagasan atas aksi perubahan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dari Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara lebih khusus pada Wilayah V sebagai Wilayah Pencegahan dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap optimalisasi pengelolaan retribusi Objek Wisata di Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Milestone 1 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Persiapan dan

Koordinasi dengan Stakeholder Internal

Pembentukan Tim Efektif

Project Leader dan Calon Tim

Efektif

SK Inspektur ttg

Tim Efektif 19 Juli 2021 Laporan dan

Koordinasi

Project Leader, Mentor dan Stakeholder

Internal

Dukungan Pimpinan dalam Aksi Perubahan

19 Juli 2021

MILESTONE 2 : Koordinasi dengan Stakeholder Eksternal dan Persiapan Aksi Perubahan

Setelah Tim Efektif telah terbentuk, Project Leader bersama dengan Tim Efektif melakukan koordinasi dengan Stakeholder Eksternal yaitu Bapak Henry Katjili, SH sebagai Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Selanjutnya, Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara menerima dengan sangat baik dalam menunjang program dan kegiatan yang ada di Perangkat Daerahnya.

Milestone 2 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Koordinasi Penyampaian

program dan kegiatan Aksi Perubahan

kepada Stakeholder

Eksternal

Dukungan

dengan Project Leader, Kepala Dinas

Stakeholder Stakeholder Pariwisata 26 s/d 30 Juli Eksternal dan Eksternal, dan Daerah Provinsi 2021 Persiapan Aksi Tim Efektif Sulut dalam Aksi

Perubahan Perubahan

MILESTONE 3 : Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Tim Efektif telah melakukan pemindai data dan pengumpulan data serta informasi terkait pengelolaan retribusi objek wisata sejak tanggal 26 Juli 2021 sampai dengan 6 Agustus 2021. Dalam proses pengumpulan data dan informasi optimalisasi pengelolaan retribusi Objek Wisata di Pemerintah Daerah

(19)

Provinsi Sulawesi Utara, tim pengumpulan data juga sekaligus melaksanakan koordinasi dengan Perangkat Daerah, sehingga mendapatkan data dan informasi yang cukup serta dapat diyakini kebenarannya.

Milestone 3 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu

Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Pengumpulan data dan informasi dari

Perangkat Daerah yang

memiliki Retribusi Objek

Wisata

Project Leader, Stakeholder Eksternal, dan

Tim Efektif

Soft/Hard Copy Data dan informasi alur

pelaksanaan pengelolaan

retribusi

2 s/d 6 Agustus 2021

MILESTONE 4 : Merancang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi.

Sebelum dilakukan penyusunan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dilakukan penyusunan kerangka monitoring dan evaluasi pengawasan pengelolaan retribusi objek wisata oleh Project Leader dibantu dengan Tim Efektif.

Milestone 4 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Merancang

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi

Melakukan kunjungan dan survei ke Lokasi

Objek Wisata

Project Leader, Stakeholder Eksternal dan

Tim Efektif

Rancangan Pedoman Pengawasan

pengelolaan penerimaan Retribusi

9 s/d 13 Agustus 2021

MILESTONE 5 : Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi Telah Tersusun/Selesai di Buat.

Setelah Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dirancang, Project Leader menyampaikan kepada Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara sekaligus sebagai Mentor untuk disahkan (Dokumen terlampir) sebagai salah satu panduan APIP dalam melakukan pengawasan sekaligus pendampingan.

Milestone 5 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Pedoman Monitoring dan

Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi Telah Tersusun/Selesai di Buat

Penyusunan dan Penetapan Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan retribusi

Project Leader, dan

Tim Efektif

Pedoman Pengawasan

pengelolaan penerimaan Retribusi

16 s/d 27 Agustus 2021

(20)

MILESTONE 6 : Uji Coba Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi.

Uji coba Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman stakeholder terhadap pengelolaan retribusi objek wisata yang dikelolanya, mengetahui tingkat pengendalian stakeholder terhadap pengelolaan retribusi objek wisata sehingga dapat memberikan masukkan dan saran terkait dengan pedoman sehinga hasil dari aksi perubahan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak yang terlibat.

Milestone 6 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Uji Coba Pedoman Melakukan uji coba Project Hasil Survei

30 Agustus

2021 Monitoring dan Pedoman melalui Leader, dan

Evaluasi Kuesioner dan Wawancara Stakeholder perbaikan Pengelolaan kepada Perangkat Daerah Eksternal, terhadap Penerimaan yang memiliki Retribusi dan Tim Pedoman Retribusi Objek Wisata Efektif Pengawasan

MILESTONE 7 : Sosialisasi Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Penerimaan Retribusi.

Penyampaian sosialisasi kepada stakeholders dilakukan komunikasi langsung dan melalui FGD oleh Project Leader kepada Perangkat Daerah yang memiliki pengelolaan retribusi terutama objek wisata.

Milestone 7 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu Sosialisasi Pedoman Melakukan sosialisasi Project

Foto dan Daftar Hadir

Sosialisasi

1 s/d 3 September

2021 Monitoring dan melalui FGD dan Leader,

Evaluasi komunikasi langsung Stakeholder Pengelolaan dengan Stakeholder Eksternal, Penerimaan Eksternal & Pejabat dan Tim Retribusi Fungsional Inspektorat Efektif

MILESTONE 8 : Evaluasi dan Penyusunan Laporan.

Berdasarkan masukan dari uji coba dan sosialisasi Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Tim Efektif melakukan evaluasi terhadap pedoman monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 14 september 2021.

Milestone 8 Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pelaksana Output Waktu

Evaluasi dan Penyusunan Laporan

Melakukan evaluasi Pedoman

berdasarkan Uji Coba dan Sosialisasi serta Menyusun Laporan

Project Leader dan

Tim Efektif

Laporan Hasil Perubahan

6 s/d 14 September

2021

(21)

b. Jangka Menengah

No. Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Diterapkannya Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Pengelolaan penerimaan Retribusi

pada obyek wisata Sumaru Endo Tanggal 23 September 2021 s/d

22 Desember 2022 2 Melakukan pengembangan Aplikasi

Monitoring dan Evaluasi berdasarkan Pedoman yang telah dikeluarkan SIMA- ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi) c. Jangka Panjang

No. Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah berbasis Aplikasi

atau Web Tanggal 23 Januari

2023 s/d 22 September 2023 2 Penerimaan retribusi di Provinsi Sulawesi

Utara dengan terus berkolaborasi dalam melakukan pengawasan bersama dengan Perangkat Daerah terkait

.

C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan) 1. Identifikasi stakeholders.

Aksi perubahan ini melibatkan stakeholder yang mempunyai pengaruh dan/atau dipengaruhi oleh objek perubahan ini. Stakeholder yang telibat terbagi dalam dua kategori, yaitu:

STAKEHOLDER INTERNAL 1. Inspektur Daerah Provinsi

Sulawesi Utara (Mentor) 2. Sekretaris Inspektorat Daerah

Provinsi Sulawesi Utara

3. Inspektur Pembantu Wilayah I – IV Inspektorat Daerah Provinsi

Sulawesi Utara

4. Para Kepala Sub Bagian

STAKEHOLDER EKSTERNAL 1. Gubernur Sulawesi Utara

2. Wakil Gubernur Sulawesi Utara 3. Sekretaris Daerah Provinsi

Sulawesi Utara

4. Asisten Administrasi Umum 5. Kepala Dinas Pariwisata

Daerah Provinsi Sulawesi Utara

2. Peta stakeholders.

LATENS

1. Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara

2. BPKP Perwakilan Sulawesi Utara

APPATHETIC

1. Usaha Bidang Pariwisata 2. Dinas Pariwisata Daerah

Kab/Kota

PROMOTERS

1. Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara 2. Inspektorat Daerah Provinsi

Sulawesi Utara.

DEFENDERS

1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara

2. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

(22)

3. Tugas tim kerja.

Peran dan tugas dari masing-masing tim kerja pendukung aksi perubahan adalah sebagai berikut:

a. Project leader adalah Inspektur Pembantu Wilayah V atas nama Janetta H.

A. Lapian, ST., MT., CfrA.

1) Menyusun rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan.

2) Mengkoordinasikan dan membagi tugas Tim Efektif dalam pencapaian tujuan aksi perubahan.

3) Berkomunikasi dan berkoordinasi dengan stakeholder untuk mendukung pencapaian tujuan aksi perubahan.

4) Melaksanakan seluruh kegiatan untuk tercapainya tujuan aksi perubahan.

b. Mentor adalah Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara atas nama bapak Drs. Meiki M. Onibala, M.Si:

1) Membimbing dan memberikan arahan kepada Project Leader dalam perumusan masalah sebagai dasar pelaksanaan aksi perubahan.

2) Memberikan persetujuan terhadap ide gagasan dan rancangan aksi perubahan.

3) Memantau perkembangan sesuai milestone yang ditetapkan.

4) Memberi inspirasi dan dukungan terkait pelaksanaan aksi perubahan.

c. Coach adalah bapak Drs. Djefri A. Sambur, MAP:

1) Memberikan motivasi, masukkan dan melakukan monitoring terhadap perkembangan penyusunan rancangan aksi perubahan.

2) Memberikan feedback terhadap laporan perkembangan aksi perubahan.

d. Tim Efektif, terdiri dari Tim Kerja Pengumpulan Data, Tim Kerja Aspek Legal dan Tim Kerja Sistem Informasi:

1) Tim kerja Pengumpulan Data yang terdiri dari Auditor Muda Wilayah V mempunyai tugas menyiapkan data dan permasalahan terkait optimalisasi pengelolaan retribusi objek wisata.

2) Tim Kerja Aspek Legal yang terdiri dari Auditor Muda Wilayah V mempunyai tugas menyiapkan peraturan perundangan atau pedoman terkait pengawasan optmalisasi retribusi objek wisata.

3) Tim Kerja Sistem Informasi yang terdiri dari Auditor Muda Wilayah V mempunyai tugas menyusun rancangan dan pembangunan sistem Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata berbasis aplikasi.

e. Stakeholders, mempunyai peran memberikan dukungan dan masukkan terkait pelaksanaan aksi perubahan.

(23)

SEKDA PROVINSI

KEPALA BPKP PERWAKILAN

-/+ 5 INSPEKTUR

PROVINSI

PROJECT

LEADER

KADIS PARIWISATA

PROVINSI

KEPALA DINAS PERIWISATA KAB/KO

-/+ 2

Gambar Tata Kelola Aksi Perubahan

4. Penilaian stakeholders.

Hubungan stakeholder dapat dilihat dalam stakeholder Net-Map sebagai berikut:

-/+ 5 +6

-/+ 5 +9

+8 -/+ 2

Konsultasi +/- : Sikap Eksternal Koordinasi 1-10 : Pengaruh Internal

5. Analisa stakeholders.

a. Dalam gambaran Net-Mapping Stakeholder diatas terlihat hubungan masing-masing stakeholder serta sikap dan pengaruhnya terhadap rencana aksi perubahan yang akan dilaksanakan.

MENTOR

Drs. Meiki M. Onibala, M.Si

STAKEHOLDERS PROJECT LEADER COACH

Janetta H. A. Lapian, ST, MT Drs. Djefri A. Sambur, MAP

TIM EFEKTIF

ASPEK LEGAL PENGUMPUL DATA SISTEM INFORMASI

1. Yuanita I. M. Singal, ST, MSA 2. Yustinus Ada, SKM

1. Januar B. Saiyang, SE 2. Renaldo A. Jusuf, ST

1. David Ch. Sumarauw, ST 2. Charly S. T. Laloan, SE

KEPALA BPBD PROVINSI

KADIS KESEHATAN

PROVINSI

PENGUSAHA PARIWISATA

(24)

b. Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara, dan Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan stakeholder internal yang dianggap mempunyai sikap yang positif terhadap pelaksanaan rencana aksi perubahan karena merupakan optimalisasi pengelolaan retribusi objek wisata merupakan salah satu tanggungjawab Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam menjalankan fungsinya di pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

c. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberlangsungan rencana aksi perubahan, tanpa dukungannya yang positif dapat berpotensi menggagalkan pelaksanaan rancana aksi perubahan.

d. Kepala Dinas Pariwista Kabupaten/Kota dan Pengusaha Pariwisata adalah stakeholder eksternal yang bisa mempunyai sifat negatif atau positif, karena tidak memiliki kepentingan tinggi terhadap tujuan rencana aksi, juga tidak terlalu tinggi pengaruh dan potensinya untuk menggagalkan rencana aksi.

e. Namun potensi sikap dari masing-masing stakeholder harus dijaga agar tetap memberikan dukungan terhadap keberhasilan rencana aksi perubahan.

6. Mobilisasi stakeholders.

Selain analisis terhadap tingkat pengaruh dan kepentingan, bentuk strategi komunikasi terhadap masing-masing stakeholder juga perlu diidentifikasi.

Bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan antara lain:

a. Inspektur Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Kepala Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Utara serta jajarannya masuk dalam kuadran Promotor (Key Player) karena memiliki pengaruh yang besar dan kepentingan yang tinggi, sehingga strategi komunikasi yang diterapkan lebih bersifat informatif dan konsultatif.

b. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara beserta jajarannya berada pada kuadran defender, karena memiliki kepentingan yang tinggi namun tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan aksi perubahan, sehingga strategi komunikasi dapat dilakukan secara informatif, edukatif, dan konsultatif.

c. Pada kuadran latens mempunyai pengaruh yang besar namun kepentingan yang kecil, berpotensi dapat mempengaruhi keberhasilan recana aksi

(25)

perubahan, maka perlu strategi komunikasi persuasive yang baik agar dapat positif mendukung pelaksanan rencana aksi.

D. Manajemen Resiko 1. Potensi kendala.

Dalam mengimplementasikan aksi perubahan selalu akan mengalami kendala yang menghambat tercapaiya target dalam aksi perubahan.

a. Kendala internal.

1) Terbatasnya sumber daya manusia bagian data dan informasi yang melakukan pengelolaan retribusi objek wisata sehingga pekerjaan tidak fokus dan tumpang tindih dengan pekerjaan lainnya.

2) Sumber pendanaan yang belum terencana dengan baik yang menyebabkan proses revisi anggaran yang memakan waktu lama sehingga jadwal pelaksanaan tertunda.

b. Kendala eksternal.

1) Masih adanya resistensi terhadap aksi perubahan dan menganggap menambah pekerjaan bagi pengelola retribusi objek wisata, serta pesimisme terhadap keberhasilan.

2) Belum adanya komitmen dan payung hukum yang tegas dalam pelaksanaan pengawasan optimalisasi pengelolaan retribusi objek wisata sehingga manfaat dari aksi perubahan masih dianggap belum optimal.

2. Resiko yang dihadapi.

Potensi-potensi permasalahan ke depan yang dapat menjadi kendala selama pelaksanaan rencana aksi perubahan serta strategi penyelesaian yang akan diambil antara lain:

Gambar Potensi Kendala dan Strategi Penyelesaian

(26)

• Dukungan stakeholder merupakan hal yang penting dalam keberhasilan rencana aksi perubahan ini, maka komunikasi yang intensif diperlukan agar menjaga hubungan yang baik setiap stakeholder.

• Komitmen Pimpinan dan stakeholder dalam hal utama, dengan adanya komitmen bersama keberhasilan rencana aksi sudah 50% tercapai.

• Tim Efektif merupakan motor penggerak keberhasilan rencana aksi perubahan, dengan koordinasi dan komunikasi yang baik kerjasama Tim Efektif dapat maksimal.

• Setiap rencana aksi perubahan tidak lepas dari unsur pendanaan, maka perlu dilakukan optimalisasi anggaran demi keberlangsungan rencana aksi perubahan.

3. Strategi Mengatasi Kendala

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengantisipasi dan mencegah terjadinya kendala internal dan eksternal dilakukan beberapa hal antara lain:

a. Pembagian dan manajemen waktu dan tugas antara pelaksana kegiatan anggota Tim Efektif dan saling membackup bila ada permasalahan yang harus segera ditangani.

b. Strategi komunikasi baik secara formal maupun informal yang baik untuk dapat menjaga keberlangsungan jejaring kerja. Penggunaan teknologi komunikasi seperti Whatsapp group sangat membantu dalam mengefektifkan koordinasi.

c. Optimalisasi sumber pendanaan dan kolaborasi dengan Tim Efektif untuk pelaksanaan kegiatan sehingga masalah pendanaan dapat terpenuhi.

d. Terus melakukan sosialisasi terhadap penerapan atau implementasi Sistem Informasi dengan melakukan Try and Error dalam membangun prosedur yang user frendly.

e. Meningkatkan koordinasi dan monitoring pelaksanaan pekerjaan dalam tim efektif serta stakeholder untuk meningkatkan pemahaman terhadap aksi perubahan yang dilaksanakan.

f. Melakukan kontrol terhadap pembagian tugas secara terus menerus, sehingga waktu penyelesaian pekerjaan dapat dipantau.

(27)

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan

a. Membangun Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi

Secara etimologis, kata integritas (integrity), integrasi (integration) dan integral (integral) memiliki akar kata Latin yang sama, yaitu “integer” yang berarti “seluruh” (“whole or entire”) atau “suatu bilangan bulat” (“a whole number”), bilangan yang bukan bilangan pecahan. Jadi, sesuatu yang berintegritas merupakan sesuatu yang utuh dalam keseluruhannya, sesuatu yang tidak terbagi, dimana nuansa keutuhan atau kebulatannya tidak dapat dihilangkan. integritas merupakan keutamaan/ kebajikan yang mendorong individu yang memilikinya untuk melakukan upaya partisipatif terbaik mewujudkan kehidupan bersama yang baik (the good life) melalui pengelolaan berfungsinya semua partikularitas yang individu tersebut miliki atau pengaruhi keterwujudannya. Individu yang dimaksud di sini bisa berupa seorang manusia atau suatu institusi/ organisasi yang secara fungsional dikendalikan atau dipengaruhi sekelompok manusia di dalamnya. Pada seorang manusia, integritas merupakan suatu karakter yang baik, sedangkan pada suatu institusi/

organisasi, integritas merupakan suatu budaya organisasi yang baik. Baik pada seorang manusia maupun pada suatu institusi/ organisasi, integritas menimbulkan daya dorong untuk mengarahkan berfungsinya partikularitas demi kebaikan umum yang sebanyak mungkin manusia bisa ikut merasakan (common good)

Pemimpin harus mampu memimpin dengan contoh dan menciptakan lingkungan kerja yang profesional bagi para bawahannya. Pemimpin bertanggung jawab untuk timnya, dan secara aktif mengelola kinerja timnya.

Pemimpin selalu memastikan bawahannya menjalankan tugasnya sesuai dengan harapan organisasi, dan mematuhi manajemen risiko yang ada di tempat kerja. Pemimpin menjamin pelaporan internal memfasilitasi deteksi dini dan berkontribusi terhadap perbaikan terus-menerus dari organisasi. Peran kepemimpinan dalam membangun integritas kinerja organisasi dapat ditopang oleh lima hal pokok, yaitu:

1) Etika Kepemimpinan.

2) Manajemen dan pengawasan aktif 3) Pemilihan orang yang tepat

4) Proses yang efektif

5) Pelaporan yang professional

BAB IV

DESKRIPSI PROSES DAN HASIL IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN AKSI PERUBAHAN

(28)

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh kepemimpinan adalah memimpin dengan integritas. Orang-orang sungguh ingin melihat para pemimpin mereka menjadi sumber dari nilai-nilai yang dapat dipercaya dan juga integritas. Mereka melihat kepada para pemimpin untuk jaminan dan keyakinan, untuk kejelasan, visi dan tujuan khususnya pada masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian. Seperti dikatakan oleh W. Clement Stone, “Have the courage to say no. Have the courage to face the truth. Do the right thing because it is right. These are the magic keys to living your life with integrity.”

(Milikilah keberanian untuk mengatakan “tidak”. Milikilah keberanian untuk menghadapi kebenaran. Lakukanlah hal yang benar karena hal itu memang benar).

Akuntabilitas merupakan sebuah konsep yang tidak asing di dalam organisasi pelayanan publik, di mana selalu menjadi sorotan publik dalam pelaksanaannya. Menurut Mardiasmo (2006), akuntabilitas adalah bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodic. Menurut LAN dan BPKP, prinsip-prinsip akuntabilitas adalah sebagai berikut:

1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.

5) Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.

Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada orang lain (lead by example), adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen pula, terhindarnya dari aspek-aspek yang dapat menggagalkan kinerja yang baik yaitu hambatan politis maupun keterbatasan sumber daya, sehinggadengan adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi.

(29)

Dalam memimpin Aksi Perubahan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Ketua Tim wajib menjalankan nilai-nilai integritas, karena Ketua Tim sebagai pemimpin yang akan dipandang terlebih dahulu oleh orang lain, dijadikan contoh dan teladan terutama bagi bawahannya. Saat pemimpin menerapkan nilai-nilai integritas, ia akan diterima sekaligus dipercaya oleh bawahannya sebagai sosok panutan. Ia akan bisa mempengaruhi orang lain karena ketegasan dan keselarasannya atas pikiran dan perkataan.

Salah satu integritas yang diwujudkan adalah dengan memimpin langsung aksi perubahan yang dilakukan melalui rapat, koordinasi tim, analisis, desain pedoman serta impelementasi pedoman yang dilakukan sesuai jadwal, dan melalui tahapan tahapan berdasarkan komitmen bersama. Hal terpenting dari membangun integritas dari aksi perubahan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara adalah merubah pola pengawasan, yang selama ini pemungutan retribusi diawasi tanpa adanya pedoman yang baku, sekarang sudah menjadi lebih baik, dan bahkan dapat lebih meningkatkan PAD karena dengan adanya pedoman ini, pengelolaan retribusi bisa lebih diperketat lagi (target jangka pendek). Diharapkan selanjutnya juga dapat dikembangkan dari Monitoring dan Evaluasi manual menjadi digital, artinya pengawasan yang selama ini rentan dengan manipulasi digantikan dengan sistem digital yang lebih akurat, efisien , dan bertanggung jawab (target jangka menengah).

Sebelum dilakukan Aksi Perubahan, penerimaan PAD bersumber dari retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo, diawasi tanpa menggunakan pedoman monitoring dan evaluasi yang baku (diformalkan). Hasil observasi oleh Tim Efektif di lokasi wisata, diketahui bahwa selama ini pencatatan penerimaan retribusi hanya dilakukan secara manual. Penerimaan dari penggunaan kolam hanya menggunakan bukti lembar karcis, sedangkan penginapan maupun sewa aula untuk kegiatan/acara hanya menggunakan invoice/kuitansi. PAD yang diterima juga tidak langsung disetor pada hari bersangkutan, tapi kadang menunggu beberapa hari baru disetor sekaligus. Hal ini menyebabkan pungutan retribusi di Kawasan wisata Sumaru Endo rentan disalahgunakan.

Permasalahan ini dapat diselesaikan melalui penyusunan Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan untuk jangka menengah dapat disusun solusi berbasis Teknologi Informasi, dalam hal ini pengembangan Aplikasi Monitoring dan Evaluasi berdasarkan Pedoman yang telah dikeluarkan SIMA-ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi). Dalam jangka pendek, Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata

(30)

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan memberikan solusi masalah pengawasan dengan yang formal dan terstruktur. Dengan adanya Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara ini diharapkan sistem pemantauan dan pengawasan dari penerimaan retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo lebih optimal, dan dengan adanya SIMA-ANET (Sistem Informasi Monitoring dan evAluasi – penerimaAN rETribusi) proses pengawasan menjadi lebih mudah, memerlukan dana yang lebih kecil dibanding dengan pengawasan on spot, selain itu penerimaan retribusi pada Objek Wisata Sumaru Endo dapat dimonitoring dan evaluasi secara real time.

b. Pengelolaan Budaya Kerja

Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Budaya, dalam arti antropologi dan sejarah, adalah inti dari kelompok atau masyarakat tertentu, apa yang berbeda mengenai cara para anggotanya saling berinteraksi dengan orang dari luar lingkungan dan bagaimana mereka menyelesaikan apa yang dikerjakannya.

Sebenarnya budaya organisasi yang kuat, diakui secara luas sering kali disebutkan sebagai alasan suksesnya organisasi. Sejumlah organisasi menanamkan budaya tertentu seperti upacara, penghargaan, gaya dekoratif, dan berbagai bentuk simbolis lain dari komunikasi yang merupakan sifat budaya perusahaan yang menjadi pedoman tindakan anggota organisasi. Hal- hal yang seyogyanya dilakukan seorang pemimpin adalah mengubah budaya untuk mendorong perubahan organisasi. Namun mengubah budaya bukanlah perkara yang mudah karena memerlukan pengukuran budaya organisasi dalam hubungannya dengan perubahan organisasi Tahapan proses pembentukan budaya organisasi dimulai dari penyusunan nilai-nilai yang berlaku dalam organisasi. Kemudian diinternalisasikan melalui sosialisasi yang meliputi komunikasi, internalisasi dan implementasi setiap anggota organisasi melalui pembentukan change agent. Serta penyusunan sistem dan prosedur untuk menjaga dan memelihara kesinambungan. Oleh karenanya, untuk membangun budaya organisasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menetapkan Visi dan Misi Organisasi. Visi dan misi organisasi ini akan mengarahkan organisasi dalam menjalankan bisnisnya, sehingga dibutuhkan analisis yang mendalam agar dapat menjadi branding organisasi.

2) Mensosialisasikan Visi dan Misi. Setelah visi dan misi ditetapkan langkah selanjutnya adalah sosialisasi kepada seluruh elemen organisasi agar mengetahui, memahami, menginternalisasi dan mengimplementasikan mengenai visi dan misi organisasi.

(31)

3) Menetapkan Budaya Kerja. Budaya kerja sebagai suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuasaan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu organisasi. Kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.

Oleh karena itu, memahami dan mengimplementasikan budaya kerja merupakan tugas berat yang harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh karena menyangkut proses pembangunan karakter, sikap, dan perilaku manusia.

4) Mengimplementasikan Budaya Kerja secara Konsisten. Setiap budaya kerja yang sudah ditetapkan wajib diimplementasikan dalam praktik kerja sehari- hari di dalam maupun di luar organisasi. Fungsinya adalah agar masing- masing anggota organisasi terlatih untuk menjalankan budaya kerja yang sudah ditetapkan.

5) Mengukur Implementasi Budaya Kerja. Pengukuran implementasi budaya kerja ini untuk mengetahui hasil yang sudah dicapai dari penerapan budaya kerja secara periodik. Sehingga akan terbentuk sebuah proses sistim kerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan berjangka waktu.

6) Memberikan Reward dan Punishment. Pemberian reward dan punishment terhadap anggota organisasi yang sudah ataupun belum menjalankan budaya kerja sangat dibutuhkan agar anggota organisasi tetap bersemangat mengimplementasikan budaya kerja.

Pelayanan publik bisa dibilang merupakan bagian penting dalam sebuah sistem pemerintahan karena dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih sejahtera. Tanpa adanya pelayanan publik yang baik, bisa dipastikan peluang masyarakat untuk hidup sejahtera pun berkurang. Pelayanan publik bisa berjalan secara optimal dengan adanya dukungan dari budaya kerja yang maksimal. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab, ASN menggunakan peraturan/pedoman sebagai sarana dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Adanya Pedoman Layanan Pengawasan Optimalisasi Retribusi Objek Wisata Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memudahkan ASN di Dinas Pariwisata Daerah untuk mengendalikan pengelolaan penerimaan retribusi, selain itu juga dapat digunakan oleh Inspektorat Daerah selaku APIP dalam melakukan peran dan fungsinya dalam mengawal akuntabilitas pengelolaan keuangan Perangkat Daerah.

(32)

c. Membangun Jejarin Kerja dan Kolaborasi

Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada hakekatnya adalah sebuah proses membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun Jejaring Kerja (kemitraan) yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja (kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organisasi tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan organisasi.

Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, Lembaga pendidikan, dunia usaha dan industri, tokoh masyarakat dan stakeholder lainnya.

2) Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan masyarakat sangat tinggi. Sebagai contoh, lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan competitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi, peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar. Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan kebutuhan pasar.

Langkah-langkah membangun jejaring kerja dan kolaborasi dalam organisasi dapat dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pemetaan. Setiap organisasi perlu melakukan pemetaan tentang lembaga/organisasi yang sekiranya bisa diajak bekerjasama baik di wilayah sekitarnya maupun jangkauan yang lebih luas. Adapun pemetaan didasarkan karakteristik dan kebutuhan setiap organisasi. Stakeholders dapat melibatkan Lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.

2) Menggali dan mengumpulkan informasi. Setelah dilakukan pemetaan maka Langkah selanjutnya adalah menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan (bidang garapan), visi misi dan lain seb. Informasi ini berguna untuk menjajagi kemungkinan membangun jaringan dan kemitraan. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal.

3) Menganalisis informasi Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya kita menganalisis dan menetapkan mana pihak-pihak yang

(33)

perlu ditindaklanjuti untuk penjajagan kerjasama yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi.

4) Penjajagan kerjasama. Menindak lanjuti hasil analisis data dan informasi, perlu dilakukanpenjajagan lebih mendalam dan intens dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan dengan cara melakukan audiensi atau presentasi tentang profil perusahaan/organisasi dan penawaran program-program yang bisa dikerjasamakan baik secara formal maupun non formal.

5) Penyusunan rencana kerjasama. Jika beberapa pihak sepakat untuk bekerjasama maka Langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaan harus melibatkan pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.

6) Membuat kesepakatan Pihak-pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggungjawab masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang dituangkan dalam nota kesepahaman atau sering disebut Memorandum Of Understanding (MOU).

7) Penandatanganan akad kerjasama MOU. Nota kesepahaman yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani oleh pihak-pihak yang bermitra.

Pelaksanaan kegiatan tahap ini adalah merupakan tahap implementasi dari rencana kerjasama yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak yang bermitra.

8) Monitoring dan evaluasi. Selama pelaksanaan kerjasama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang ingin dicapai. Di samping itu juga segala permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan dapat dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra untuk mengetahui kegiatan mana yang belum bisa berjalan sesuai rencana dan mana yang sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah/kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.

9) Perbaikan hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam melakukan perbaikan dan pengambilan keputusan selanjutnya apakah kerjasama akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

10) Perencanaan selanjutnya. Jika pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan kerjasama, maka mereka perlu merencanakan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan suatu penerapan sistem monitoring kinerja yang telah dibuat, operator engine diharapkan dapat dengan mudah mengetahui seberapa besar deviasi (penyimpangan)

Sepanjang tahun 2020, masih terdapat pejabat pengelola keuangan pada Satker Polda Bengkulu yang terindikasi melakukan penyalahgunaan wewenang pengelolaan anggaran bahkan satu

Pelaksanaan Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Yang Lebih Berkualitas Melalui Analisis Spasial Automatis Dengan Menggunakan Aplikasi RTR Builder

Pelaksanaan aksi perubahan memerlukan komitmen bersama stakeholder eksternal dan internal pada Kantor Pertanahan Kota Madiun, terutama pada Seksi Pengandalian

Hasil dari pelaksanaan aksi perubahan Efektifitas Pelaporan Data Kependudukan Di Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Melalui Sistem Online SIKAPOL (Sistem

Aksi Perubahan yang dilakukan dengan pembuatan inovasi layanan Peningkatan Hak dalam periode pelaksanaan jangka pendek telah dilalui dengan terwujudnya Formulir

Tujuan utama dari rencana aksi perubahan adalah untuk memudahkan dan menyeragamkan Format Aplikasi laporan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) ASN dalam bentuk Aplikasi

Imunisasi merupakan pemberian vaksin dengan tujuan agar dapat terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tapi imunisasi sering diikuti terjadinya efek