• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKSI PERUBAHAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

“PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

YANG LEBIH BERKUALITAS MELALUI ANALISIS SPASIAL AUTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI RTR BUILDER”

NAMA : MUHAMMAD ARSYAD, S.T.,M.T NIP : 198205042009121001

NO. ABSEN : 22

JABATAN : KEPALA SEKSI PERENCANAAN UMUM DAN MONEV

UNIT KERJA

: DIREKTORAT PEMANFAATAN RUANG

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN III PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN TAHUN 2020

(2)

Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat-Nya sehingga Laporan Aksi Perubahan ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam penilaian Pelatihan Kepemimpinan Pengawas.

Pada Laporan Rencana Aksi Perubahan ini penulis membuat dengan judul PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) YANG LEBIH BERKUALITAS MELALUI ANALISIS SPASIAL AUTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI RTR BUILDER dalam laporan ini dibahas mengenai Teknik analisis untuk percepatan pembuatan RDTR.

Selama penelitian dan penulisan laporan ini banyak sekali hambatan yang penulis alami, namun berkat bantuan dorongn serta bimbingan dari berbagai pihak akhir nya laopran rencana aksi perubahan ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam rancangan aksi perubahan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna.

Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 30 Oktober 2020

Penulis

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

“PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

YANG LEBIH BERKUALITAS MELALUI ANALISIS SPASIAL AUTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI RTR BUILDER”

Disahkan di Bogor, Agustus 2020

Coach,

Suwarni, S.E., M.IP.

NIP. 19700705 199403 2 005

Project Leader,

Muhammad Arsyad, S.T.,M.T NIP.198205042009121001

(4)

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR

Laporan Aksi Perubahan diajukan oleh : Nama : Muhammad Arsyad, S.T.,M.T

Jabatan : Kasie Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi / Ketua Pokja Data dan Informasi

NIP : 198205042009121001

Pelatihan : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan : III

Unit Kerja : Direktorat Pemanfaatan Ruang

Judul Laporan Aksi Perubahan :

“PERCEPATAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

YANG LEBIH BERKUALITAS MELALUI ANALISIS SPASIAL AUTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI RTR BUILDER”

Telah diseminarkan dan diterima sebagai salah satu persyaratan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas untuk selanjutnya aksi perubahan ini akan dilanjutkan pada jangka menengah dan jangka Panjang.

Coach,

Suwarni, S.E., M.IP.

NIP. 19700705 199403 2 005

Project Leader,

Muhammad Arsyad, S.T.,M.T NIP.198205042009121001

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Lampiran ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Aksi Perubahan ... 5

C. Manfaat Aksi Perubahan ... 6

BAB II PROFIL KINERJA PELAYANAN... 8

A. Tugas Dan Fungsi Pelayanan ... 8

1. Tugas dan Fungsi Instansi ... 8

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja ... 2

3. Area Bermasalah ... 22

B. Sumber Daya Instansi ... 25

BAB III ANALISIS MASALAH ... 28

A. Identifikasi Masalah Pada Area Tugas dan Fungsi yang Bermasalah ... 28

B. Penetapan Masalah Utama ... 31

1. Man/Sumber Daya Manusia ... 33

2. Material ... 33

3. Method/Procedure ... 33

4. Machine/Pemanfaatan Teknologi ... 33

5. Money/ Sumber dana ... 34

C. Gagasan Perubahan ... 34

D. Analisis Kelayakan Inovasi Automatisasi Analisis Spasial ... 36

BAB IV STRATEGI MENGATASI MASALAH ... 38

A. Terobosan Inovasi... 38

(6)

B. Hasil Inovasi ... 44

C. Manfaat Inovasi ... 50

D. Pemanfaat Sumber Daya ... 51

E. Pengendalian Mutu Pekerjaan ... 54

F. Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aksi Perencanaan ... 56

BAB V LAPORAN AKSI PERUBAHAN ... 57

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan ... 57

1. Membangun Integritas ... 57

2. Pengelolaan Budaya Layanan ... 58

3. Pengelolaan Tim ... 61

B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan ... 62

1. Capaian Tahapan Inovasi ... 62

2. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan ... 68

3. Manfaat Aksi Perubahan ... 74

C. Keberlanjutan Aksi Perubahan ... 74

1. Legalitas Penerapan Inovasi ... 74

2. Perencanaan Keberlanjutan Inovasi ... 75

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77

(7)

Daftar Tabel

Tabel 1. Daftar 57 RDTR OSS ... 10

Tabel 2. Daftar 14 RDTR Yang Disusun Direktorat Pemanfaatan ... 14

Tabel 3. Daftar Sumber Daya Manusia Di Seksi Perencanaan Umum Dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang ... 25

Tabel 4. Daftar Sumber Daya Manusia Di Pokja Data Dan Informasi ... 25

Tabel 5. Daftar Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di Seksi Perencanaan Umum Dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang ... 26

Tabel 6. Daftar Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di Pokja Datin DJTR ... 26

Tabel 7. Manajemen Pengendalian Mutu ... 55

Tabel 8. Realisasi Pelaksanaan Aksi Perubahan ... 62

Tabel 9. Ketercapaian Rancangan Aksi Perubahan……….………63

(8)

Daftar Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tata Ruang ... 8

Gambar 2 Alur kerja sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang ... 13

Gambar 3 Tahapan Monev Implementasi RTR KSN ... 14

Gambar 4 Struktur Organisasi Tim Data dan Informasi ... 18

Gambar 5. Peringkat Indonesia di Website World Bank ... 28

Gambar 6. Peringkat Indonesia dalam berbisnis di Website World Bank ... 29

Gambar 7. Tahapan Permohonan Izin Lokasi melaui OSS ... 29

Gambar 8. Target RDTR Selama 2020-2024 ... 30

Gambar 9. Rencana Strategis 2020-2024 terkait ketersedian RDTR ... 38

Gambar 10. Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang ... 39

Gambar 11. Alur Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ... 40

Gambar 12. Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ ... 41

Gambar 13. Canvas Model Automatisasi Proses Analisis pada Penyusunan RDTR ... 42

Gambar 14. Homepage RTR builder ... 44

Gambar 15. Tampilan aktivitas dalam Proses Penyusunan RTR ... 45

Gambar 16. Tampilan Data Primer Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder ... 46

Gambar 17. Tampilan Data Sekunder Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder ... 47

Gambar 18. Tampilan analisis Pengolahan dan Analisa Data pada RTR Builder ... 48

Gambar 19. Tampilan Alur Proses Analisis pada RTR Builder……….……….49

Gambar 20. Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi ……….49

Gambar 21. Susunan Tim Efektif………..……….51

Gambar 22. Bagan Stakeholder……….……….52

Gambar 23. Persiapan Mebuat Activiti Untuk Analisis di RTR Builder……….…..……….64

Gambar 24. Dokumentasi dan Kajian Tim Juknis dan Tim RTR Builder ……….….65

Gambar 25. Dokumentasi Diskusi Dengan Tim Juknis ………….……….……….67

Gambar 26. Proses Model Builder Penentuan Ketersediaan Air Permukaan ………..…….68

Gambar 27. Hasil Ketersediaan Sumber Air Tanah………..……….70

Gambar 28. Model Builder untuk Peta Air Tanah……….……….71

Gambar 29. Proses Model Builder untuk Penentuan Satuan Kemampuan Lahan…….……….72

Gambar 30. Geoprocessing SDA Permukaan………..………..…73

Gambar 31. Geoprocessing SKL Kestabilan Lereng……….………..73

(9)

Daftar Lampiran

LAMPIRAN I RAPAT DESK STUDI ... 77

LAMPIRAN II SK TIM DATIN……….78

LAMPIRAN III FORMAT TABEL KEBUTUHAN DATA ANALISIS RDTR……….82

LAMPIRAN IV BRAINSTROMING DENGAN PARA STAKEHOLDER………..…….……….……….83

LAMPIRAN V DOKUMENTASI RAPAT PEMILIHAN TEKNIS ANALISIS YANG AKAN DIGUNAKAN……….….84

LAMPIRAN VI PEMBUATAN ALGORITMA DAN CODING.………..……….85

LAMPIRAN VII PENGUJIAN FUNGSIONALITAS MODUL DAN PENYEMPURNAAN MODUL……….86

LAMPIRAN VIII HASIL IMPLEMENTASI MODUL KEDALAM GISTARU-RTR BUILDER………..………87

LAMPIRAN IX PENYUSUNAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI MODUL YANG TERINTEGRASI………….…89

LAMPIRAN X DUKUNGAN DARI STAKEHOLDERS………..………..………….………90

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan SDM Aparatur ditujukan pada SDM Aparatur yang memiliki integritas, profesional, netral dan bersih dari praktik KKN, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selain itu, pembangunan SDM juga diarahkan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan global yang sangat dinamis. Oleh karena itu, penyiapan SDM Aparatur ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing yang komprehensif baik terkait penguatan teknologi, infrastruktur, dan sistem, dan juga penguatan terhadap penguasaan pengetahuan, networking, dan kolaborasi serta mendukung terwujudnya world class bureaucracy.

Dalam rangka mendukung terwujudnya tujuan diatas, setiap instansi pemerintah diperlukan sosok pejabat administrator yang memiliki tanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan bagi keberlangsungan unit organisasi, yaitu dalam peningkatan kinerja unit organisasi yang dilakukan oleh pejabat pengawas dan pejabat pelaksana dalam memberikan pelayanan publik.

Pelayanan publik yang dikelola dan dikendalikan dengan baik, merupakan bagian integral dari peningkatan kualitas kinerja unit organisasi. Sosok pejabat pengawas yang dapat memainkan peran tersebut adalah pejabat yang telah memenuhi kriteria kepemimpinan manajemen pelayanan, sehingga cepat atau lambatnya peningkatan pelayanan organisasi akan ditentukan oleh kualitas manajemen pelayanan yang dilakukan oleh pejabat pengawas.

Berdasarkan Pasal 52 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pejabat administrator harus menjamin akuntabilitas jabatannya untuk memimpin pelaksanaan

(11)

seluruh kegiatan yang sudah direncanakan dengan baik dan efisien sesuai standar operasional prosedur dan terselenggaranya peningkatan kinerja secara berkesinambungan.

Untuk mengembangkan kompetensi pejabat dalam memenuhi standar kompetensi manajerial jabatan administrator dan pengawas, perlu pelatihan kepemimpinan administrator dan pelatihan kepemimpinan pengawas. Sebagai pejabat struktural, pejabat administrator dan pejabat pengawas harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, baik pusat maupun daerah, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan.

Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 tahun 2019 tentang Pelatihan Kepemimpinan Pengawas menjadi dasar semua lembaga pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta dalam rangka memenuhi standar kompetensi manajerial. Hasil akhir dari proses pelatihan ini adalah membentuk seorang leader yang memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku PNS yang dapat diamati dan diukur dan terlihat dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Kompetensi tersebut dijelaskan sebagai kompetensi pemimpin melayani dan dapat melahirkan Akuntabilitas Jabatan yakni kemampuan mengendalikan kegiatan pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan pejabat pelaksana sesuai standar operasional prosedur.

Proses mencetak pemimpin yang mampu melayani tersebut dilakukan melalui mencapai kompetensi yang tertuang dalam 4 agenda yaitu;

1. Agenda Kepemimpinan Pancasila dan Bea Negara 2. Agenda Kepemimpinan Pelayanan

3. Agenda Pengendalian Pekerjaan 4. Agenda Aktualisasi Kepemimpinan

a) Studi Lapangan (STULA)

b) Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik

(12)

Pada bagian ini akan banyak diulas tentang Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik. Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik merupakan kertas kerja Peserta untuk menunjukan Kompetensi kepemimpinannya sesuai bidang tugas dengan mengelola perubahan dalam bentuk inovasi, dengan melakukan kolaborasi, dan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya (internal dan eksternal) dalam rangka peningkatan Kualitas Kinerja Pelayanan Publik”.

Kompetensi yang dibangun pada aksi perubahan yaitu peserta dapat mengaktualisasikan kepemimpinan pelayanan dan pengendalian pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya dengan melakukan inovasi, kolaborasi, dan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya internal dan eksternal dalam rangka implementasi peningkatan kinerja pelayanan publik yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.Sehubungan dengan hal tersebut maka Penulis dalam hal ini selaku Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas melakukan Rancangan Aksi Perubahan sesuai dengan tusi yang dilaksanakan pada unit organisasi.

Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. mengemban salah satu tugas yang krusial dalam tahapan penetapan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang yaitu dalam hal pemberian persetujuan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota/kawasan perkotaan.

Persetujuan substansi rencana tata ruang merupakan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 18 yang menyebutkan bahwa:

1) Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri.

2) Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur.

(13)

Dalam tahapan penetapan perda rencana tata ruang, proses persetujuan substansi dilaksanakan setelah pengajuan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang dari gubernur kepada DPRD Provinsi dan sebelum dilakukannya persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tersebut. Hal tersebut diatur dalam PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pasal 28, Pasal 33 dan Pasal 37 berturut- turut untuk rencana tata ruang provinsi, kabupaten dan kota.

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang sebelum memberikan persetujuan substansi yaitu dokumen materi teknis. Berdasarkan lampiran III Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 dokumen materi teknis terdiri dari buku fakta dan analisa (hasil-hasil dari pengolahan dan analisis data), buku rencana (perumusan konsep RDTR dan muatan PZ kabupaten dan kota), album peta. Analisis-analisis yang ada di buku fakta harus sesuai dengan lampiran III Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 yaitu tata cara penyusunan RDTR dan PZ yang berkaitan dengan pengolahan dan analisis data.

Penyusunan materi teknis rencana tata ruang merupakan tahapan krusial sebelum dikeluarkannya persetujuan substansi oleh Menteri ATR/BPN c.q DJTR untuk memastikan rencana tata ruang yang disusun oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota telah selaras dan harmonis dengan rencana tata ruang di level nasional dan pedomanpedoman bidang penataan ruang.

Penyusunan rencana tata ruang dalam hal ini RDTR semakin menjadi primadona dengan adanya isu percepatan investasi sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Dalam sistem Online Single Submission yang telah dikembangkan, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan dasar/acuan dalam pemberian izin lokasi untuk investasi. Rencana investasi yang sesuai dengan peruntukan di RDTR akan secara otomatis keluar izin lokasi (tanpa komitmen) dan izin lain yang diperlukan melalui sistem elektronik. Sayangnya

(14)

RDTR yang tersedia di seluruh Indonesia sampai saat ini baru 65 (enam puluh lima) RDTR dari target 1.876 RDTR yang diamanatkan pada RPJMN 2015-2019.

Sementara pada rancangan renstra 2020-2024 target yang diusulkan sebanyak 2.000 RDTR.

Hal yang lebih penting lagi adalah dari 65 RDTR yang sudah diperdakan tersebut hanya 21 RDTR yang dapat diintegrasikan pada system OSS. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan kualitas dari materi teknis RDTR yang terlah diperdakan tadi pada tahapan penyusunan materi teknis. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan publik penyusunan materi teknis RDTR khususnya dalam hal kecepatan/durasi penyelesaian teknis analisis sehingga mampu mendukung percepatan penyediaan RDTR dalam rangka mendukung percepatan investasi melalui sistem OSS.

B. Tujuan Aksi Perubahan

Mengaktualisasikan materi pelatihan ke dalam inovasi percepatan penyusunan RDTR melalui tools analisis spasial.

a. mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dan semangat Bela Negara dalam melaksanakan peran kepemimpinan melayani yang beretika dan berintegritas.

b. melaksanakan peran kepemimpinan melayani yang mampu memberdayakan tim kerja secara efektif, mampu menunjukkan dan memberdayakan sumberdaya organisasi secara optimal, serta mampu membangun jejaring kerja serta meningkatkan kualitas dan kuantitas RDTR.

c. merancang inovasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RDTR terutama dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

d. mengaktualisasikan pelaksanaan pekerjaan dengan menerapkan manajemen mutu, dan manajemen pengawasan agar inovasi dapat

(15)

berjalan sesuai perencanaan peningkatan kualitas dan kuantitas RDTR (sesuai prinsip total quality service).

C. Manfaat Aksi Perubahan

Inovasi yang digagas penulis memiliki berbagai manfaat baik bagi penulis sebagai team leader, bagi unit kerja dan instansi serta bagi lembaga pelatihan.

1. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Team Leader

a. Memudahkan pengawasan terhadap pelaksanaan penyusunan RDTR.

b. Memudahkan penilaian terhadap kualitas penyusunan RDTR.

c. Memudahkan mengetahui historis dan kronologis proses penyusunan RDTR terutama dalam tahapan pengolahan data yaitu analisis spasial.

d. Memudahkan akses terhadap data dan dokumen yang menjadi input maupun yang dihasilkan dalam proses pengolahan data.

2. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Unit Kerja dan Instansi a. Meningkatkan kuantitas penyusunan RDTR.

b. Meningkatkan kualitas penyusunan RDTR khususnya pada aspek analisis spasial, kemudahan akses dan transparansi bagi pemerintah daerah

c. Memudahkan pimpinan melakukan pemantauan terhadap kualitas penyusunan RDTR dan tindakan koreksi jika diperlukan.

3. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Lembaga Pelatihan PPSDM Kementerian ATR/BPN

a. Memberikan refleksi terhadap kesuksesan metode pelatihan, metode penyampaian bahan ajar dan latihan-latihan yang diberikan kepada peserta.

(16)

b. Memperkaya koleksi ide dan inovasi yang dapat menjadi masukan bagi instansi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN untuk dapat direplikasi di unit kerja lain dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik secara menyeluruh.

4. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Kementerian, Lembaga dan Masyarakat.

a. Tersedianya RDTR sebagai alas spasial untuk pembangunan (investasi).

b. Adanya jaminan kepastian berusaha.

c. Meningkatkan nilai EODB index bagi Negara Indonesia.

d. Adanya kemudahan dalam berinvestasi.

e. Mempercepat dalam berinvestasi.

(17)

BAB II

PROFIL KINERJA PELAYANAN

A. Tugas Dan Fungsi Pelayanan 1. Tugas dan Fungsi Instansi

Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) yang disebut juga sebagai Ditjen I merupakan sebuah unsur pelaksana yang dinaungi oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Secara umum, DJTR menyediakan Rencana Tata Ruang dan juga data penataan kawasan yang dikoleksi dari daerah. Namun secara khusus Ditjen ini juga melakukan proses persetujuan substansi untuk Raperda Rencana Tata Ruang. Untuk melaksanakan tugas tersebut, DJTR menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: penyiapan perumusan kebijakan dan strategi di bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional; Struktur organisasi DJTR adalah sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tata Ruang

Pada Struktur organisasi yang di tunjukkan pada Gambar 7 tersebut terlihat bahwa DJTR terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Perencanaan Tata Ruang, Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Penataan Kawasan dan Direktorat Pembinaan Perencanaan

(18)

Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah. Tugas dari masing-masing Direktorat adalah sebagai berikut:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan DJTR.

b. Direktorat Perencanaan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perencanaan tata ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional.

c. Direktorat Pemanfaatan Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional.

d. Direktorat Penataan Kawasan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penataan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, kawasan baru, dan kawasan ekonomi.

e. Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan Pemanfaaatan Ruang Daerah (PPTRPRD) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang daerah.

Pada tahun 2019 Direktorat Jenderal Tata Ruang mendapatkan anggaran untuk melakukan percepatan pembuatan 57 RDTR Kabupaten/Kota di daerah yang memilki potensi investasi melalui mekanisme Bantuan Teknis (Bantek). Daerah-daerah tersebut sesuai dengan usulan dari Kementerian

(19)

Koordinator Bidang Perekonomian dan Badan Pembangunan Nasional (Bappenas). 57 RDTR tersebut guna mendukung Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik/Online Single Submission (OSS). Secara tugas dan fungsi pembuatan RDTR di kerjakan atau dilaksanakan oleh Direktorat PPTRPRD. Dikarenakan waktu yang di berikan untuk membuat 57 RDTR tersebut hanya 6 bulan, lebih cepat dari waktu normal yang biasanya di selesaikan lebih dari 12 bulan atau 1 tahun maka pembuatan 57 RDTR OSS tersebut dikerjakan oleh empat direktorat yang ada di DJTR. Masing- masing direktorat menyusun 14 s.d. 15 RDTR. Berikut merupakan daftar 57 RDTR OSS yang di tunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar 57 RDTR OSS

No. Nama RDTR

1 RDTR Kabupaten Sumedang 2 RDTR Kabupaten Subang 3 RDTR Kabupaten Purwakarta 4 RDTR Kabupaten Purbalingga 5 RDTR Kota Kediri

6 RDTR Kabupaten Sidoarjo 7 RDTR Kabupaten Lamongan 8 RDTR Kabupaten Gresik 9 RDTR Kabupaten Tanggamus 10 RDTR Kabupaten Lampung selatan 11 RDTR Kabupaten Konawe

12 RDTR Kota Kendari 13 RDTR Kabupaten Tabalong 14 RDTR Kabupaten Kotabaru 15 RDTR Kabupaten Sumbawa

16 RDTR Kabupaten Halmahera Selatan 17 RDTR Kabupaten Jepara

18 RDTR Kabupaten Cilacap 19 RDTR Kota Makassar 20 RDTR Kabupaten Maros 21 RDTR Kota Bogor

22 RDTR Kabupaten Sukabumi 23 RDTR Kabupaten Majalengka

24 RDTR Kabupaten Bogor 25 RDTR Kabupaten Sintang 26 RDTR Kabupaten Sanggau 27 RDTR Kabupaten Landak 28 RDTR Kabupaten Ketapang 29 RDTR Kota Dumai

30 RDTR Kabupaten Siak 31 RDTR Kabupaten Pelalawan 32 RDTR Kabupaten Indragiri Hilir 33 RDTR Kabupaten Bengkalis 34 RDTR Kabupaten Batu Bara 35 RDTR Kota Batam

36 RDTR Kota Palembang

37 RDTR Kabupaten Musi Banyuasin 38 RDTR Kabupaten Banyuasin 39 RDTR Kota Balikpapan 40 RDTR Kabupaten Kutai Timur 41 RDTR Kabupaten Kutai Barat 42 RDTR Kabupaten Berau 43 RDTR Kabupaten Bulungan

44 RDTR Kabupaten Kotawaringin Timur 45 RDTR Kota Semarang

46 RDTR Kabupaten Pekalongan 47 RDTR Kabupaten Bandung

(20)

48 RDTR Kabupaten Batang 49 RDTR Kota Cilegon

50 RDTR Kabupaten Tangerang 51 RDTR Kabupaten Tapanuli Utara 52 RDTR Kabupaten Deli Serdang

53 RDTR Kabupaten Tapanuli Selatan 54 RDTR Kabupaten Buleleng 55 RDTR Kabupaten Gunung Mas 56 RDTR Kabupaten Bolaang Mangondow 57 RDTR Kabupaten Morowali

Penulis saat ini bertugas di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Subdit Perencanaan dan Kemitraan, Direktorat Pemanfaatan Ruang, Direktorat Jenderal Tata Ruang. Serta menjadi ketua Pokja Data dan Informasi, Direktorat Jenderal Tata Ruang.

2. Tugas dan Fungsi Unit Kerja

1. Tugas dan Fungsi Direktorat Pemanfaatan Ruang

Tugas dari Direktorat Pemanfaatan Ruang adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional. Sedangkan fungsi dari direktorat pemanfaaran ruang yaitu:

a. Penyiapan perumusan kebijakan dan strategi di bidang pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;

b. Penyiapan dan pelaksanaan program di bidang pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional;

c. Penyiapan instrumen dan pelaksanaan peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

d. Penyiapan pengelolaan data dan informasi serta bahan komunikasi;

e. Penyusunan pedoman bidang pemanfaatan ruang;

(21)

f. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi program pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional serta fasilitasi pelaksanaan kerja sama regional;

g. Penyiapan bahan koordinasi lintas sektor dan lintas wilayah dalam penataan ruang;

h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional; dan

i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Direktorat Pemanfaatan Ruang memiliki tugas untuk mengawal serta mewujudkan RTRWN, RTR pulau/kepulauan, dan RTR KSN. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pemanfaatan Ruang memiliki dua fungsi utama yaitu:

a. Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang

Sinkronisasi merupakan sebuah kegiatan untuk menghubungkan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan sektor (kementerian/lembaga). Dalam konteks ini, Direktorat Pemanfaatan Ruang berperan sebagai jembatan antara keduanya. Pada sinkronisasi, terdapat tiga tahapan umum yaitu identifikasi dokumen penilaian prioritasi program, dan usulan program yang merupakan keluaran kegiatan sinkronisasi. Usulan ini berbentuk matriks dan peta dan akan menjadi bahas pembahasan di forum antarsektor. Selain itu, terdapat juga dukungan mitra kementerian/lembaga. Secara lengkap, berikut alur kerja sinkronisasi:

(22)

Gambar 2 Alur kerja sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang

b. Monitoring dan Evaluasi Implementasi Rencana Tata Ruang

Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan sebuah kegiatan untuk melihat implementasi rencana tata ruang. Pada monev, hal pertama yang dilakukan ialah menelaah semua aspek yang terlibat (RTR, kedudukan kementerian dan lembaga, serta kebijakan sektor). Selanjutnya, dilakukan kajian tipologi kesesuaian dengan beberapa parameter seperti progress pengembangan, lokasi, dan waktu. Adapun kajian tipologi yang ditinjau melingkupi struktur ruang dan pola ruang. Kajian ini dilakukan dengan menyandingkan peta rencana dengan peta RBI terbaru untuk dianalisis serta dinilai persentase kesesuaiannya. Selanjutnya, analisis serta kajian akan menghasilkan kesimpulan yang berfungsi untuk peninjauan kembali (PK) dan pengendalian pemanfaatan ruang apabila terjadi penyimpangan. Berikut ialah contoh tahapan monev implementasi RTR KSN.

(23)

Gambar 3 Tahapan Monev Implementasi RTR KSN

Selain melakukan sinkronisasi program dan monitoring dan evaluasi program pemanfaatan ruang, Direktorat pemanfaata pada tahun 2019 juga melakukan penyusunan RDTR OSS yang termasuk di dalam 57 RDTR OSS. Berikut merupakan daftar RDTR OSS yang disusun oleh Direktorat Pemanfaatan yang di tunjukkan pada Table 2.

Tabel 2. Daftar 14 RDTR yang disusun Direktorat Pemanfaatan

No. Nama RDTR

1. RDTR Kota Dumai 2. RDTR Kabupaten Siak

3. RDTR Kabupaten Indragiri Hilir 4. RDTR Kabupaten Bengkalis 5. RDTR Kabupaten Bulungan 6. RDTR Kota Balikpapan 7. RDTR Kabupaten Kutai Timur

No. Nama RDTR

8. RDTR Kabupaten Kutai Barat 9. RDTR Kabupaten Berau 10. RDTR Kabupaten Bogor 11. RDTR Kabupaten Majalengka 12. RDTR Kabupaten Subang 13. RDTR Kabupaten Sukabumi 14. RDTR Kota Bogor

(24)

Dalam Permen ATR/BPN No. 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, disebutkan bahwa Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan strategi operasional, rencana dan program, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis dan program di bidang pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional.

Tugas penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan strategi operasional, rencana dan program meliputi:

a. Mempersiapakan usulan Renstra b. Melakukan review Renstra

c. Mengusulkan revisi Renstra

d. Melakukan penentuan alokasi pagu per kegiatan berdasarkan alokasi Pagu Indikatif, Pagu Anggaran dan Pagu Alokasi Anggaran

e. Menerima usulan RKAKL dan kelengkapan Pagu Indikatif, Anggaran, Alokasi Anggaran dari Unit Eselon II

f. Memverifikasi dan gabungan data usulan RKAKL dan kelengkapan serta melakukan perbaikan jika berdasarkan terdapat usulan yang tidak sesuai

g. Memverifikasi, perbaikan dan menggabung data usulan RKAKL serta kelengkapannya

h. Melakukan review/penelitian internal, perbaikan dan menggabungkan data usulan RKAKL serta kelengkapannya dan menyusun draft nota dinas RKAKL, ADK RKAKL hasil verifikasi dan kelengkapannya

(25)

i. Melaporkan ADK hasil review/penelitian dan konsep nota dinas Sesditjen-Kepala Biro kepada Kasubag Program dan Anggaran j. Memeriksa ADK hasil verifikasi dan kelengkapannya serta

konsep nota dinas

k. Memeriksa ADK hasil verifikasi, kelengkapan dan konsep nota dinas

l. Memeriksa nota dinas, ADK dan kelengkapannya sebagai lampiran

m. Melakukan koordinasi dengan Unit Eselon III untuk menyusun TOR dan RAB

n. Melakukan koordinasi dengan Bagian Program terkait pagu alokasi anggaran dan penyesuaiannya di TOR serta RAB

Tugas monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis dan program di bidang pemanfaatan ruang meliputi:

a. Melakukan input form kinerja bulanan

b. Melakukan progres monitoring dan evaluasi fisik serta keuangan per triwulan

c. Melakukan analisis penentuan bobot dan target IKK Unit Eselon II

d. Melakukan input realisasi fisik dan keuangan ke dalam aplikasi e-monev Bappenas, SKMPP, dan SMART DJA

e. Melakukan monitoring progres pelaksanaan kegiatan pada masing-masing Unit Eselon III

f. Melakukan penyusunan Laporan Kinerja

(26)

2. Tugas dan Fungsi pada Pokja Datin (Ad-Hoc)

Selain penulis bertugas di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang penulis juga bertugas di Pokja Data dan Informasi (Datin). Dimana Pokja Data dan Informasi DJTR memiliki struktur organisasi sebagai berikut yang di tunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Struktur Organisasi Tim Data dan Informasi

Pokja Datin DJTR merupakan Pokja yang bertugas menyebarluaskan informasi penyelenggaraan penataan ruang secara efektif dan efisien kepada semua stakeholder. Pokja Datin terbentuk berdasarkan SK Direktur Jenderal Tata Ruang Nomor 04/KPTS/200/III/2017 Tentang Pembentukan Tim Data dan Informasi. Saat ini SK tersebut telah diperbaharui dengan SK Nomor 04/SK.200.OT.01/VII/2019. Pokja Datin terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tim Pengarah terdiri

(27)

dari Ketua dan Sekretaris. Tim Teknis terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota bidang Jaringan, Pengembangan Sistem dan Data Website.

Berikut merupakan tugas dari masing-masing bagian.

1) Tim Pengarah bertugas:

a. memberikan arahan dan saran kepada Tim Teknis dalam pelaksanaan data dan informasi yang dimohonkan kepada Direktorat Jenderal Tata Ruang; dan

b. melakukan monitoring, pengawasan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan data dan informasi yang dilakukan oleh Tim Teknis.

2) Tim Teknis yang terdiri atas:

a. Ketua, yang bertugas:

i. Menyusun program kerja dan melakukan monitoring, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kinerja anggota tim teknis;

ii. Mengkoordinasikan rapat pembahasan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan tim teknis;

iii. Mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi mengenai data dan informasi di bidang penataan ruang kepada stakeholder yang berkepentingan;

iv. Mengkoordinasikan pelaksanaan digitalisasi rencana tata ruang dalam rangka integrasi data dan informasi kedalam sistem di Lingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang; dan

v. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan kepada Tim Pengarah setiap 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu, atau setiap dibutuhkan.

b. Sekretaris, yang bertugas:

(28)

i. Membantu Ketua dalam menyusun rencana kerja Pokja Datin;

ii. Membantu penyelenggaraan rapat pembahasan yang diperlukan oleh Tim Teknis; dan

iii. Menyimpan dan mendokumentasikan hasil pelaksanaan pekerjaan Pokja Datin.

c. Anggota yang dibagi menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu:

i. Bidang Jaringan dan Hardware, yang bertugas:

a) Menjalankan petunjuk dan arahan dari Ketua dan Sekretaris;

b) Membantu Ketua dan Sekretaris dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan;

c) Melakukan penyediaan, pelayanan, dan pemeliharaan jaringan dan hardware untuk mendukung pekerjaan pengelolaan daya dan informasi bidang tata ruang;

d) Melakukan analisis kebutuhan

penyediaan/pengembangan hardware; dan

e) Melaporkan pekerjaan kepada Ketua setiap 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau setiap dibutuhkan.

ii. Bidang Pengembangan Sistem, yang bertugas:

a) Menjalankan petunjuk dan arahan dari Ketua dan Sekretaris;

b) Membantu Ketua dan Sekretaris dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan;

c) Melakukan perencanaan pengembangan sistem;

(29)

d) Membuat blueprint Teknologi Informasi dan roadmap pengembangan sistem dilingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang;

e) Melakukan supervisi konversi rencana tata ruang menjadi suatu struktur digital yang siap untuk dimasukkan kedalam sistem di Lingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang;

f) Melakukan input data hasil konversi yang dilakukan oleh pihak ketiga kedalam sistem di Lingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang; dan

g) Melaporkan pekerjaan kepada Ketua setiap 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau setiap dibutuhkan.

iii. Bidang Data Website, yang bertugas:

a) Menjalankan petunjuk dan arahan dari Ketua dan Sekretaris;

b) Membantu Ketua dan Sekretaris dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan;

c) Mengumpulkan dokumen, data, berita dan keterangan yang diperlukan untuk mengisi konten website baik dari reporter maupun seksi data dan informasi di lingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang

d) Melaporkan pekerjaan kepada Ketua setiap 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau setiap dibutuhkan.

Terkait dengan tugas tersebut, pengembangan sistem merupakan bagian dari mengkoordinasikan pelaksanaan digitalisasi rencana tata ruang dalam rangka integrasi data dan informasi menjadi tanggung jawab Pokja Data dan Informasi. Pengembangan sistem yang ada harus

(30)

berkaitan dengan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tata Ruang.

3. Area Bermasalah

Tugas penulis sebagai kepala Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi di Direktorat Pemanfaatan Ruang berfokus pada penyiapan bahan penyusunan kebijakan dan strategi operasional, rencana dan program, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis dan program di bidang pemanfaatan ruang wilayah nasional, pulau/kepulauan, dan kawasan strategis nasional.

Berdasarkan data diatas maka permasalah yang dihadapi pada seksi Perencanaan Umum dan Monev adalah sebagai berikut

a. Kegiatan yang dilakukan pada Seksi Perencanaan Umum dan Monev memiliki time frame yang pendek sehingga batas waktu untuk penyelesaian pekerjaan amatlah singkat.

b. Kerapkali perlu dilakukannya perubahan pada kegiatan yang dilakukan sehingga memerlukan revisi yang berulang.

c. Untuk monitoring dan pengendalian pekerjaan, banyaknya input yang harus dilakukan pada berbagai aplikasi misalnya form evaluasi bulanan, form evaluasi realisasi keuangan dan fisik triwulan, form e-monev Bappenas, form Smart DJA, form e-monev SKMPP, form progress pelaksanaan kegiatan.

d. Sulitnya memperkecil gap antara realisasi fisik (substansi) dengan realisasi keuangan.

Sedangkan tugas penulis sebagai ketua Pokja Datin berfokus pada pemberian arahan dan saran serta melakukan monitoring, pengawasan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh tim teknis. Kegiatan yang dilakukan oleh tim teknis Datin adalah pengelolaan dan pengembangan sistem informasi serta jaringan yang ada di DJTR.

(31)

Pekerjaan di Pokja Datin disesuaikan dengan kebutuhan DJTR dan sering kali memerlukan suatu inovasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan data diatas permasalah yang dihadapi pada Pokja Datin adalah sebagai berikut

a. Sedikitnya Rencana Tata Ruang yang sudah diundangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan Daerah (Perda) terlebih Rencana Detail Tata Ruang.

b. Beragamnya kualitas Rencana Tata Ruang yang dihasilkan.

Terutama Rencana Detail Tata Ruang dikarenakan memiliki skala ketelitian peta 1: 5000.

c. Proses penyusunan materi teknis RDTR saat ini masih dilakukan secara manual dikarenakan belum adanya aplikasi yang dapat mengawal proses penyusunan.

Dikarenakan usulan Renstra DJTR 2020-2024 adalah tersedianya 2000 RDTR maka area permasalahan yang dijadikan usulan sebagai rencana aksi perubahan adalah terkait dengan tugas dan fungsi pada Pokja Datin.

Saat ini analisis rencana tata ruang dilakukan secara manual dan terpisah (belum ada aplikasi yang membantu automatisasi) dan belum memiliki standar analisis pembuatan rencana tata ruang yang ditetapkan. Sehingga saat ini masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk proses analisis.

Berdasarkan Lampiran III Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota ada beberapa analisis penyusunan RDTR yang harus dilakukan baik itu analisis spasial maupun non spasial. Analisis yang perlu dilakukan berdasarkan Gambar 8 yaitu :

a. analisis struktur internal BWP;

b. analisis sistem penggunaan lahan (land use);

(32)

c. analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas;

d. analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan BWP;

e. analisis sosial budaya;

f. analisis kependudukan;

g. analisis ekonomi dan sektor unggulan;

h. analisis transportasi (pergerakan);

i. analisis sumber daya buatan;

j. analisis lingkungan binaan;

k. analisis kelembagaan; dan

l. analisis pembiayaan pembangunan.

Dan analisis penyusunan PZ ada 9 analisis yang perlu dilakukan diantaranya yaitu:

a. analisis karakteristik peruntukan zona;

b. analisis jenis dan karakteristik kegiatan;

c. analisis kesesuaian kegiatan terhadap zona;

d. analisis dampak kegiatan;

e. analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk;

f. analisis gap antara kualitas zona dengan kondisi eksisting;

g. analisis karakteristik spesifik lokasi;

h. analisis ketentuan standar setiap sektor;

i. analisis kewenangan.

Ada dua belas analisis penyusunan RDTR dan sembilan analisis penyusunan PZ yang perlu dilakukan dan pastinya memerlukan waktu yang cukup banyak. Saat ini analisis dilakukan oleh konsultan atau pemerintah daerah yang sedang menyusun RDTR sehingga belum diketahui secara pasti kualitas dari RDTR yang disusun tersebut. Oleh karena itu Pokja Datin melakukan pengembangan aplikasi dalam analisis rencana tata ruang melaui RTR Builder. Diharapkan dengan adanya

(33)

aplikasi tersebut kualitas dari RDTR lebih dapat terpantau serta mempercepat dalam proses analisis. Sehingga target 2000 RDTR dapat tercapai.

B. Sumber Daya Instansi 1. Sumber Daya Manusia

Tabel 3. Daftar sumber daya manusia di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang

No. Jabatan/Posisi/Fungsi Jenjang

Pendidikan Latar Belakang Pendidikan

1 Kepala seksi S2

S1 Teknik Informatika S2 Proyek Manajemen Konstruksi

2 Jafung Analisis

Perencana S1 S1 Administrasi Perkantoran

3

Tenaga Ahli

Perencanaan Wilayah

dan Kota S1 S1 Perencanaan Wilayah dan

Kota (PWK) 4 Tenaga Ahli Kebijakan

Publik S1 S1 Perencanaan Wilayah dan

Kota (PWK)

5 Tenaga Ahli Ekonomi S1 S1 Akuntansi

Tabel 4. Daftar sumber daya manusia di Pokja Data dan Informasi

No. Jabatan/Posisi/Fungsi Jumlah Jenjang

Pendidikan Latar Belakang

Pendidikan

1 Kepala Pokja 1 S2 S1 Teknik Informatika

S2 2 Tenaga Ahli Sistem

Analis 1 S1 S1 Sistem Informasi

3 Tenaga Ahli

Programmer GIS 1 2 S1 S1 Teknik Geodesi/

S1 Teknik Informatika 4 Tenaga Ahli

Programmer 2 S1 S1 Sistem Informasi

5 Tenaga Ahli Jaringan 2 S1 S1 Teknik Informatika

6 Tenaga Ahli

Komunikasi Publik 1 S1 S1 Ilmu Komunikasi

7 Tenaga Ahli Data

Entry 1 2 S1 S1 Teknik Informatika

(34)

Berdasarkan Tabel 3, sumber daya manusia di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang ada bermacam-macam latar belakang pendidikan dari mulai bidang administrasi perkantoran, PWK, hingga akutansi. Sedangkan berdasarkan Tabel 4, sumber daya manusia di Pokja Data dan Informasi keseluruhan merupakan tenaga ahli dengan mayoritas berlatarbelakang pendidikan sistem informasi dan teknik informasi. Namun ada beberapa yang berlatarbelakang pendidikan selain sistem informasi yaitu pada bagian administrasi dan pengelolaan berita/konten website. Oleh karena itu Ada beberapa kegiatan yang dikerjakan oleh Pokja Datin salah satunya adalah pengembangan RTR Builder.

2. Sarana dan Prasarana

Tabel 5. Daftar sarana dan Prasarana yang ada di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang

No. Nama sarana/prasarana jumlah

1 laptop 3

2 komputer 4

3 scanner 2

4 printer 3

Tabel 6. Daftar sarana dan Prasarana yang ada di Pokja Datin DJTR

No. Nama sarana/prasarana jumlah

1 laptop 3

2 komputer 4

3 scanner 2

4 printer 3

Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang berdasarkan tabel 5 diatas adalah 3 laptop, 4 computer, 2 scanner, dan 3 printer. Berdasarkan tabel 6 jumlah sarana dan prasarana yang ada di Pokja Datin adalah 3 laptop, 11 komputer, 2 scanner, dan 1 printer.

(35)

3. Anggaran

Kegiatan yang ada pada Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang pada tahun 2020 ini adalah kegiatan perencanaan umum dan kegiatan monitoring evaluasi. Nilai pagu untuk kegiatan perencanaan umum atau program adalah sebesar Rp. 333.014.00,-.

Nilai pagu untuk kegiatan monitoring evaluasi adalah sebesar Rp. 610.370.000,- Tahun 2020, Pokja Datin menyelenggarakan tiga kegiatan yaitu Pengelolaan Website dan Network DJTR dengan nilai pagu Rp. 1.015.000.000,- , Pengembangan Aplikasi RDTR Interaktif dengan nilai pagu 1.685.000.000,- dan Pengembangan Aplikasi RTR Builder dengan nilai pagu Rp 1.700.000.000,-

(36)

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah Pada Area Tugas dan Fungsi yang Bermasalah

Salah satu isu strategis terkait tata ruang yang sedang hangat di level nasional adalah terkait percepatan investasi. Seluruh kementerian termasuk Kementerian ATR/BPN melalui Inpres No. 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha diminta melakukan langkah-langkah untuk mendukung kemudahan dan percepatan investasi dalam rangka peningkatan peringkat indeks Ease of Doing Business (EODB) menjadi peringkat 50.

Gambar 5. Peringkat Indonesia di Website World Bank

Di tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 91 dunia, meningkat menjadi peringkat 72 di 2018 dan diperingkat 73 pada 2019. Meskipun peringkat di 2018 dan 2019 menurun, namun indeks EODB mengalami peningkatan dari 67,96 pada tahun 2018 menjadi 69,6 pada tahun 2019.

(37)

Gambar 6. Peringkat Indonesia dalam berbisnis di Website World Bank

Kementerian ATR/BPN khususnya Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) sangat berperan dalam Pembuatan Rencana Tata Ruang. Ada banyak Rencana Tata Ruang yang di Indonesia salah satunya adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). RDTR merupakan salah satu yang memegang peran besar dalam percepatan pemberian izin investasi melalui sistem Online Single Submission (OSS), seperti yang tercantum pada PP No. 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Gambar 7. Tahapan Permohonan Izin Lokasi melaui OSS

(38)

Hal ini menjadi salah satu isu yang diangkat dalam penyusunan Renstra Kementerian ATR/BPN Tahun 2020 – 2024. Sejak UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disahkan, baru terdapat 65 Perda RDTR yang ditetapkan di seluruh Indonesia. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan RDTR yang harus disusun berdasarkan RPJMN 2015-2019 yaitu sebanyak 1876 RDTR.

Gambar 8. Target RDTR Selama 2020-2024

Seperti yang terlihat pada Gambar 8 usulan Renstra 2020-2024 diatas, untuk periode 2020-2024 ditargetkan 2000 RDTR, saat ini baru ada 65 RDTR yang sudah diperdakan. Masih sedikitnya RDTR yang sudah disusun dan diperdakan tersebut disebabkan:

1. kurangnya ketersediaan peta dasar skala 1 : 5.000 yang menjadi kewenangan BIG untuk menyediakan dan peta tematik skala 1 : 5.000 yang dimiliki oleh masing-masing Kementerian atau Lembaga (K/L).

2. Lamanya proses penyusunan RDTR.

3. Selain itu alasan lainnya adalah tidak tersedianya dana yang cukup untuk menyelesaikan penyusunan 1.876 RDTR pada RPJMN 2015- 2019 baik melalui mekanisme Bantek maupun Bimtek.

4. seakan adanya keengganan daerah untuk memperdakan RDTR yang terlah disusun, dikarena ditakutkan RDTR ini akan sangat mengikat sehingga diskresi kepala daerah yang selama ini kerap dilakukan menjadi tidak lagi berlaku, ini juga sejalan dengan juga disinyalir

(39)

adanya praktek “tidak terpuji dari pimpinan daerah” terkait dengan penggunakan diskresi ini sehingga menimbulkan celah terjadinya praktek pelanggaran hukum.

Dari beberapa masalah diatas, hal yang berada pada rentang kendali DJTR pada saat pelaksanaan adalah Lamanya proses penyusunan materi teknis RDTR. Terdapat setidaknya tiga masalah utama terkait hal ini yaitu.

1. Lama proses pengumpulan data untuk Menyusun RDTR.

2. Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR.

3. Warkah’ Penyusunan RDTR Belum terdokumentasi dengan baik

Apabila 2000 RDTR yang ditargetkan pada Renstra DJTR tahun 2020- 2024 tidak terselesaikan maka percepatan investasi yang di inginkan oleh Presiden Joko Widodo besar kemungkinan tidak dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan suatu terobosan untuk membantu percepatan penyusunan RDTR salah satunya dengan cara menciptakan tools analisis penyusunan RDTR yang kemudian dapat distandarkan. Tools tersebut akan masuk ke dalam aplikasi RTR Builder.

B. Penetapan Masalah Utama

Tiga masalah utama yang telah diidentifikasi pada Subbab III.A. perlu diprioritisasi untuk membuat aksi perubahan lebih spesifik dan fokus. Untuk itu, penulis menggunakan kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk memilih 1 (satu) masalah untuk dibahas dan dicarikan solusinya dalam aksi perubahan.

(40)

Tabel 4 Pemilihan Masalah Menjadi Gagasan Perubahan dengan Kriteria USG

NO MASALAH

NILAI

TOTAL

RANKING

U S G

1 Lamanya proses

pengumpulan data untuk Menyusun RDTR

4 3 5 12 3

2 Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR.

5 5 4 14 1

3 Warkah’ Penyusunan RDTR Belum

terdokumentasi dengan baik

5 4 4 13 2

Dari pemilihan masalah tersebut diperoleh hasil bahwa masalah yang memiliki nilai paling tinggi adalah masalah Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR. Dari penilaian USG pada kriteria Urgency, masalah ini merupakan masalah yang sangat mendesak untuk segera diatasi karena target DJTR untuk menyelesaikan 2000 RDTR harus selesai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dari 2020 – 2024. Dari kriteria kegawatan/seriousness, masalah ini dinilai sangat serius karena dampak keterlambatan proses penyusunan materi teknis yang akan berakibat lamanya persetujuan substansi sangat berpengaruh terhadap keterlambatan penetapan perda dan pada akhirnya dapat menunda rencana pembangunan/investasi. Dari kriteria Growth, untuk saat ini kondisi tersebut memang tidak mengarah ke kondisi yang lebih buruk, namun jika tidak diatasi segera akan membuat target Renstra tidak tercapai.

Untuk dapat menemukan solusi yang tepat terhadap masalah utama yang telah dipilih, perlu dilakukan analisis lanjutan untuk menemukan akar masalahnya. Untuk melakukan analisis tersebut, penulis menggunakan Ishikawa fishbone diagram (cause and effect) analysis. Komponen kunci yang

(41)

digunakan sebagai pemandu adalah man, material, method/procedure, environment, measurement, dan machine.

1. Man/Sumber Daya Manusia a. Dari aspek kuantitas, SDM.

b. Selain aspek kuantitas, kualitas SDM.

c. Selain SDM pelaksana evaluasi, SDM pemerintah daerah 2. Material

Material dalam konteks analisis pada saat penyusunan materi teknis RDTR dimaknai oleh penulis sebagai dokumen matek yang disusun (dokumen input) Beberapa permasalahan yaitu:

a. Saat ini belum ada kriteria dan standar kualitas substansi RDTR yang dalam proses penyusunan Matek.

b. Dokumen yang dihasilkan dalam proses persetujuan substansi masih diarsipkan secara manual.

3. Method/Procedure

Beberapa permasalahan terkait prosedur yang berpengaruh terhadap kecepatan penyelesaian penyusunan RDTR adalah sebagai berikut:

a. Banyaknya pihak dan unit kerja yang terlibat dalam proses penyusunan RDTR.

b. Belum ada standar metode analisis dan tools automatisasi analisis yang digunakan dalam Penyusunan RDTR.

4. Machine/Pemanfaatan Teknologi

Pemanfaatan teknologi dalam proses penyusunan RDTR belum dimanfaatkan secara optimal. Serta belum tersedianya Big Data

“warkah” RDTR.

(42)

5. Money/ Sumber dana

Pada rentang tahun 2015-2019, tidak berhasilnya dicapainya target salah satunya adalah minimnya sumber dana yang teralokasikan untuk penyusunan RDTR baik pada pusat maupun daerah.

Dari uraian penyebab tersebut, penggambaran di dalam fishbone diagram adalah sebagai berikut:

Gambar 7 Fishbone Diagram untuk Masalah “Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR.”

C. Gagasan Perubahan

Menyusun suatu tools analisis untuk penyusunan RDTR, yang kemudian dapat diintegrasikan dengan Gistaru – RTR Builder. Dan diharapkan kedepannya akan menjadi standar yang digunakan pada saat penyusunan RDTR.

Keunggunalan gagasa perubahan ini dari berbagai aspek adalah sebagai berukut.

Kurangnya kualitas dan lamanya dari Penyusunan Matek RDTR Lamanya proses

pengumpulan data No standard for input

Belum adanya tools automatisasi analisis spaial

Terbatasnya jumlah SDM

Terbatasnya Kompetensi ompetencies

Policy changes Terbatasnya

anggaran

Belum Optimalnya penggunaan teknologi

5

6 4

2

1 MAN MATERIAL 3 METHOD/PROCEDURE

ENVIRONMENT Money MACHINE

SDM Pemerintah Daerah

Banyaknya phak yang terliat pada penyusunan

Belum adanya warkah RDTR secara digital Regulation changes

Sedikitnya event antar stake holder

(43)

1. Manusia:

Para penyusun materi teknis RDTR, akan memiliki tool yang membantu analisis yang selama ini dilakukan manual, hal ini juga akan menekan potensi kekeliruan akibat human error.

2. Waktu:

Proses analis akan dapat dilakukan jauh lebih cepat daripada dilakukan secara manual, terlebi lagi rencana aksi perubahan ini akan di integrasikan dengan aplikasi Gistaru – RTR Builder sehingga proses dilakukan pada tempat yang sama.

3. Material:

Meningkatnya kualitas input maupun ouput dari hasil analisis dikarenakan data yang akan digunakan pada tahap analisis juga sudah di masukan pada RTR Builder

4. Methode

Adanya keseragaman kualitas dari hasil analisis yang dilakukan 5. Money

Pada jangka Panjang akan dapat melakukan efisiensi biaya 6. Machine

Karena semua proses automatisasi dilakaukan deserver, faktur fatique/ kelelahan dapat dihindari

7. Environment

Membuka peluang dibuatkannya peraturan Menteri terkait dengan peningkatan kualitas yag dihasilkan.

(44)

D. Analisis Kelayakan Inovasi Automatisasi Analisis Spasial

Berdasarkan penjabaran gagasan diatas dan solusinya yang ditawarkan, perlu dilakukan analisis kelayakan inovasi dengan melihat kelayakan dari aspek administrasi, sumber daya, kelayakan teknis dan kelayakan regulasi. Kelayakan administrasi dapat dilihat dari relevansi inovasi dengan tugas dan fungsi mengingat pelaksanaan administrasi kegiatan melekat dengan tugas dan fungsi.

Kelayakan sumber daya dapat dilihat dari ketersediaan SDM dengan jumlah dan kompetensi yang cukup, serta sumber daya anggaran untuk mendukung pengembangan inovasi. Kelayakan teknis dapat berupa kelayakan pelaksanaan dalam jangka waktu implementasi aksi perubahan. Sedangkan kelayakan regulasi adalah inovasi yang dikembangkan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari 7 (tujuh) daftar solusi tersebut yang dinyatakan layak ada 3 (tiga) yaitu solusi no. 3, 5 dan 7. Jika dicermati kembali, solusi no. 7 dapat sekaligus menjawab solusi no. 5 karena dengan proses kerja digital maka secara otomatis dokumen-dokumen yang dihasilkan pun terarsipkan secara digital. Solusi no. 3 merupakan aspek yang hamper sama dengan solusi no. 7. Jika dinilai dari besarnya manfaat dan dampak dari solusi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan Belum adanya standar Analisis pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR dan lamanya pengolahan data, maka solusi no. 7 memiliki dampak yang lebih signifikan mengingat bahwa proses kerja digital dapat mempengaruhi kecepatan kerja di setiap tahapan proses pengolahan data. Dari analisis tersebut, inovasi yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan adalah Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR. Selanjutnya akan dijabarkan mengenai kelayakan inovasi Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR.

Dengan mudah analisis kelayakan inovasi dilakukan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

(45)

No Solusi Kelayakan administrasi sumber

daya teknis regulasi

1 Penambahan SDM X x x √

2

Pelibatan perguruan tinggi/asosiasi profesi dalam bentuk

kerjasama X x x √

3

Peyusunan standar metode analisis

pengolahan √ √ √ √

4

Penyusunan standar kualitas dokumen

input √ x x √

5

Perapihan arsip atau warkah secara digital

dan terintegrasi √ √ √ √

6 Penyusunan SOP rinci X √ √ √

7

Automasi analisis pengolahan data

penyusunan RDTR √ √ √ √

Sehingga judul dari rencana aksi perubahan yang diusulkan adalah

“Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Yang Lebih Berkualitas Melalui Analisis Spasial Automatis Dengan Menggunakan Aplikasi RTR Builder”.

(46)

BAB IV

STRATEGI MENGATASI MASALAH

A. Terobosan Inovasi

Oleh karena itu dirasa perlu adanya terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan hal ini. Terobosan dapat berupa terobosan SDM, terobsan teknologi dan terobosan kelembagaan seperti yang di tunjukkan pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 9. Rencana Strategis 2020-2024 terkait ketersedian RDTR

Terobosan melaui bidang teknologi dapat dilakukan dengan mengembangkan aplikasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang.

Saat ini direktorat jenderal Tata ruang telah memiliki sistem informasi yang bernama Gistaru. Gistaru sendiri terdiri dari Portal, RTR Builder dan RTR Online. Portal memuat seluruh aplikasi internal yang ada di Direktorat Jenderal Tata Ruang, RTR Builder merupakan aplikasi yang mengawal pembuatan RTR dari awal hingga akhir, sedangkan RTR Online adalah aplikasi yang menyajikan peta rencana tata ruang yang sudah legal baik diperpreskan atau di perdakan.

(47)

Gambar 10. Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang

RTR Builder merupakan terobosan teknologi berupa sebuah sistem informasi yang dapat membantu menyediakan data historical yang terstruktur terkait penyusunan rencana tata raung; dapat melakukan backup data secara berkala sehingga memudahkan stakeholder dalam melakukan pencarian data, pengecekan, dan perbandingan data historical; serta mampu mengintegrasikan data dari seluruh sistem informasi geografis di Lingkungan DJTR dengan sebuah automasi sistem untuk memvalidasi peta tematik dan rencana tata ruang, merancang model perekaman (archiving) data – data tematik dan tata ruang secara serta visualisasinya untuk meningkatkan efisiensi implementasi data sistem informasi geografis yang berstandar dan mempunyai alur kerja.

(48)

Gambar 11. Alur Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Sistem RTR Builder ini diperuntukkan bagi Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam penyusunan RDTR. Namun setiap Kementerian/Lembaga hanya diberikan izin untuk mengakses data yang berhubungan dengan instansi mereka, sehingga data – data yang bersifat tertutup tidak dapat diakses oleh user yang tidak berkepentingan. Sistem Informasi RTR Builder memiliki konsep multi user, multi level, multi role, multi akses, cross platform, API services, collaborative framework, dan interoperability.

Saat ini pengembangan RTR Builder di fokuskan pada pengumpulan data sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Tata cara penyusunan RDTR dan PZ ditunjukkan pada Gambar 12.

(49)

Gambar 12. Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ

Sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Terdapat kebutuhan 12 Analisis untuk RDTR dan 9 analisis untuk penyusunan PZ, sejauh ini perhitungan analisis dilakukan secara “manual” dan diluar RTR Builder, sehingga dibutuhkan waktu yang lama dan ada kemungkinan terjadi kesalahan proses. oleh karenanya dibutuhkan automatisasi analisis ini, untuk menjamin ketersedian RDTR yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Kebutuhan- kebutuhan analisis RDTR dan PZ dapat dilihat pada Gambar 12.

Model Inovasi

Kanvas inovasi adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual chart yang terdiri dari 9 (sembilan) elemen dasar dan 4 (empat) elemen tambahan dari LAN. Komponen tersebut adalah : 1) Target Klien; 2) Hubungan klien; 3) Pelayanan; 4) Nilai yang ditawarkan; 5) Kegiatan Utama; 6) Sumber daya; 7) Mitra Kerja; 8) Unsur Biaya; 9) 46 Imbalan; 10) Resiko; 11) Legalitas;

12) Akuntabilitas; dan 13) Sustainabilitas.

Kanvas inovasi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 13 berikut.

Gambar

Gambar 2 Alur kerja sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang
Gambar 3 Tahapan Monev Implementasi RTR KSN
Gambar 4 Struktur Organisasi Tim Data dan Informasi
Tabel 4. Daftar sumber daya manusia di Pokja Data dan Informasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

kualitas air yang masuk ke dalam sumur resapan apabila terdapat unsur-unsur tercemar. Parameter analisa air tanah dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun

PURWOHUSODO, Drs., M.Hum, BASUKI RESOBOWO, Drs., PURWOHUSODO, Drs., M.Hum, BASUKI RESOBOWO, Drs., SYAFRIL, Dr., M.Si, ZURMAILIS, Dr., M.Hum MUHAMMAD YUSUF, Drs., M.Hum, BAHREN,

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara adiksi game online dengan keterampilan penyesuaian sosial, artinya semakin tinggi adiksi remaja terhadap game online,

Jika jumlah imbalan ini lebih rendah dari nilai wajar aset neto entitas yang diakuisisi, dalam kasus pembelian dengan diskon, selisihnya diakui langsung dalam laporan laba

 Melaporkan informasi tentang harga untuk setiap barang barang produksi di suatu rumah industri.  Menyajikan data tentang barang barang produksi di suatu rumah industri

• #include adalah pengarah praprosesor yang berfungsi menginstruksikan kepada kompiler untuk menyisikan file lain saat program dikompilasi.. Biasanya file-file yang

dialokasikan dengan nama tertentu yang berisi suatu nilai yang memiliki sifat tetap yang tidak akan bisa berubah.. Operator