• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Proses Kepemimpinan

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 65-70)

BAB V LAPORAN AKSI PERUBAHAN

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan

Integritas berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Serta Menurut KBBI integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;

kejujuran. Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.

Dalam pembuatan RDTR semua pihak yang terlibat di dalam pembuatan tersebut, mulai dari tenaga ahli dan staf ASN sebagai supervise dan evaluator dituntut untuk memiliki integritas dan komitmen yang tinggi terhadap peran masing-masing dalam pembuatan RDTR, khususnya dikaitkan dengan kemungkinan adanya gratifikasi. Pembuatan RDTR yang berupa bantuan teknis dilaksanakan dengan pendanaan dari APBN. Di sisi lain, rencana tata ruang merupakan kunci utama dalam pelaksanaan investasi sehingga menjadi primadona bagi para investor guna memuluskan rencana investasinya. Pegawai yang tidak memiliki integritas akan memandang kondisi tersebut sebagai sebuah peluang untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Gratifikasi menjadi ancaman terbesar dalam penegakan integritas para pegawai yang terlibat dalam pembuatan RDTR.

2. Pengelolaan Budaya Layanan

Salah satu tujuan dibentuknya instansi pemerintah adalah untuk melayani masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, ASN yang bekerja di dalamnya merupakan pelayan/abdi masyarakat. Menjadi bagian dari instansi yang memberikan pelayanan publik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) mengemban salah satu fungsi pelayanan publik perlu menerapkan dan menjunjung tinggi budaya pelayanan prima.

Sesuai dengan Kepmen ATR/Kepala BPN No. 115/SK-OT.02/V/2020 tentang Nilai-nilai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, nilai-nilai organisasi dalam rangka mencapai budaya pelayanan prima adalah Melayani, Profesional dan Terpercaya. Melayani bermakna berupaya memberikan layanan berstandar dunia dengan orientasi kepuasan masyarakat dan pemangku kepentingan. Profesional bermakna berdedikasi, memiliki komitmen dan akuntabel, senantiasa meningkatkan kompetensi untuk menyesuaikan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Terpercaya yaitu berpikir, berperilaku dengan cara terbaik dan benar, memegang teguh kode etik, amanah jabatan serta prinsip moral, sehingga menghasilkan kinerja yang handal dan berkualitas. Dari hasil uji coba untuk beberapa analisis yang sudah dibuatkan algoritma dan coding nya waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu analisis dari yang awal nya ber jam- jam bisa di ringkas menjadi beberapa menit saja.

Penulis selaku pejabat pengawas membangun budaya pelayanan prima yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi di Kementerian ATR/BPN dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pegawai yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam pelayanan pembuatan RDTR, pegawai yang berkualitas diperlukan untuk memastikan kualitas RDTR yang di susun atau dibuat. Kualitas RDTR

yang disusun tergantung dengan proses penyusunannya salah satunya adalah proses analisis spasial. Analisis spasial menjadi hal yang penting dalam layanan ini, sehingga kualitas seorang evaluator dalam melakukan evaluasi menjadi kunci utama dalam pelayanan ini. Pembuatan RDTR terutama dalam analisis spasial sangat diperlukan kemampuan untuk menganalisa secara spasial. Analisa spasial akan semakin cepat dan mudah dengan adanya tools automatisasi analisis spasial.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan penunjang bagi pegawai dalam melaksanakan pelayanan. Komputer dengan spesifikasi yang memadai beserta kelengkapannya (printer, harddisk eksternal, alat tulis kantor, dll), serta jaringan internet yang baik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam melakukan pembuatan RDTR terutama saat melakukan proses analisis spasial. Untuk itu, penulis perlu memastikan setiap pegawai difasilitasi dengan komputer atau laptop untuk bekerja, tidak menggunakan laptop pribadi.

3. Bertanggung jawab terhadap pelayanan dari awal hingga selesai

Proses pembuatan atau penyusunan RDTR terutama dalam tahap analysis spasial mulai dari pengumpulan data dan informasi hingga selesai di analisa dan menjadi masukan atau dasar dalam pembuatan peta rencana baik pola ruang maupun struktur ruang.

Dalam pelayanan analisis spasial, penulis membagi alokasi tanggung jawab pelayanan kepada pegawai berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing.

4. Melayani secara cepat dan tepat

Dalam proses analisis spasial diperlukan ketepatan dalam menganalisa serta diperlukan waktu yang cepat pula untuk proses analisa tersebut sehingga proses analisa perlu ditingkatkan dengan adanya tools automatisasi analisis spasial pada RTR Builder. Sehingga proses analisis spasial menjadi cepat dan

tepat serta penyusunan RDTR menjadi lebih cepat dan memiliki kualitas yang lebih baik.

5. Komunikasi efektif

Komunikasi dilakukan secara langsung tertulis maupun daring.

Keunggulan komunikasi secara tertulis dan daring melalui fitur chat RTR Builder adalah terekam dalam sistem dan dapat dilacak kembali ketika dibutuhkan, sedangkan komunikasi secara langsung (lisan) tidak dapat terlacak kecuali jika perekaman dilakukan. Untuk itu, penulis mengarahkan dalam pembuatan RDTR dilakukan komunikasi 2 arah melalui aplikasi RTR Builder untuk memberikan komentar terhadap hasil analisis spasial yang di lakukan.

6. Wawasan dan pengetahuan

Aspek ini erat kaitannya dengan kualitas pegawai. Pegawai yang berkualitas dalam memberikan layanan salah satu cirinya adalah memiliki kompetensi, wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang layanannya.

7. Memahami kebutuhan pelanggan

Memahami kebutuhan pelanggan merupakan langkah awal untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Untuk dapat memahami kebutuhan pelanggan maka perlu dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan pelanggan, yang didasari empati dan kepedulian. Kebutuhan pelanggan yang seringkali muncul adalah analisis spasial yang perlu dilakukan secara tepat dan cepat. Sehingga kualitas RDTR menjadi lebh baik.

3. Pengelolaan Tim

Dalam implementasi aksi perubahan, penulis menyusun legalisasi tim efektif dalam bentuk SK yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tata Ruang. Untuk membangun tim efektif, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Menetapkan dan menyepakati tujuan yang hendak dicapai.

2. Menentukan pembagian tugas yang berorientasi pada pencapaian tujuan 3. Kompetensi anggota tim

4. Memiliki Komitmen Bersama

5. Membangun iklim kolaborasi yang kondusif 6. Memiliki standar kerja yang jelas

7. Dukungan eksternal

8. Memberikan teladan kepemimpinan yang baik

B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 65-70)