• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Daya Instansi

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 33-0)

BAB II PROFIL KINERJA PELAYANAN

B. Sumber Daya Instansi

Tabel 3. Daftar sumber daya manusia di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang

No. Jabatan/Posisi/Fungsi Jenjang

Pendidikan Latar Belakang Pendidikan

1 Kepala seksi S2

S1 Teknik Informatika S2 Proyek Manajemen Konstruksi

2 Jafung Analisis

Perencana S1 S1 Administrasi Perkantoran

3

Tenaga Ahli

Perencanaan Wilayah

dan Kota S1 S1 Perencanaan Wilayah dan

Kota (PWK) 4 Tenaga Ahli Kebijakan

Publik S1 S1 Perencanaan Wilayah dan

Kota (PWK)

5 Tenaga Ahli Ekonomi S1 S1 Akuntansi

Tabel 4. Daftar sumber daya manusia di Pokja Data dan Informasi

No. Jabatan/Posisi/Fungsi Jumlah Jenjang

Pendidikan Latar Belakang

Programmer 2 S1 S1 Sistem Informasi

5 Tenaga Ahli Jaringan 2 S1 S1 Teknik Informatika

6 Tenaga Ahli

Komunikasi Publik 1 S1 S1 Ilmu Komunikasi

7 Tenaga Ahli Data

Entry 1 2 S1 S1 Teknik Informatika

Berdasarkan Tabel 3, sumber daya manusia di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang ada bermacam-macam latar belakang pendidikan dari mulai bidang administrasi perkantoran, PWK, hingga akutansi. Sedangkan berdasarkan Tabel 4, sumber daya manusia di Pokja Data dan Informasi keseluruhan merupakan tenaga ahli dengan mayoritas berlatarbelakang pendidikan sistem informasi dan teknik informasi. Namun ada beberapa yang berlatarbelakang pendidikan selain sistem informasi yaitu pada bagian administrasi dan pengelolaan berita/konten website. Oleh karena itu Ada beberapa kegiatan yang dikerjakan oleh Pokja Datin salah satunya adalah pengembangan RTR Builder.

2. Sarana dan Prasarana

Tabel 5. Daftar sarana dan Prasarana yang ada di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang

No. Nama sarana/prasarana jumlah

1 laptop 3

2 komputer 4

3 scanner 2

4 printer 3

Tabel 6. Daftar sarana dan Prasarana yang ada di Pokja Datin DJTR

No. Nama sarana/prasarana jumlah

1 laptop 3

2 komputer 4

3 scanner 2

4 printer 3

Jumlah sarana dan prasarana yang ada di Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang berdasarkan tabel 5 diatas adalah 3 laptop, 4 computer, 2 scanner, dan 3 printer. Berdasarkan tabel 6 jumlah sarana dan prasarana yang ada di Pokja Datin adalah 3 laptop, 11 komputer, 2 scanner, dan 1 printer.

3. Anggaran

Kegiatan yang ada pada Seksi Perencanaan Umum dan Monitoring Evaluasi, Direktorat Pemanfaatan Ruang pada tahun 2020 ini adalah kegiatan perencanaan umum dan kegiatan monitoring evaluasi. Nilai pagu untuk kegiatan perencanaan umum atau program adalah sebesar Rp. 333.014.00,-.

Nilai pagu untuk kegiatan monitoring evaluasi adalah sebesar Rp. 610.370.000,- Tahun 2020, Pokja Datin menyelenggarakan tiga kegiatan yaitu Pengelolaan Website dan Network DJTR dengan nilai pagu Rp. 1.015.000.000,-, Pengembangan Aplikasi RDTR Interaktif dengan nilai pagu 1.685.000.0001.015.000.000,-,- dan Pengembangan Aplikasi RTR Builder dengan nilai pagu Rp 1.700.000.000,-

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah Pada Area Tugas dan Fungsi yang Bermasalah

Salah satu isu strategis terkait tata ruang yang sedang hangat di level nasional adalah terkait percepatan investasi. Seluruh kementerian termasuk Kementerian ATR/BPN melalui Inpres No. 7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan Berusaha diminta melakukan langkah-langkah untuk mendukung kemudahan dan percepatan investasi dalam rangka peningkatan peringkat indeks Ease of Doing Business (EODB) menjadi peringkat 50.

Gambar 5. Peringkat Indonesia di Website World Bank

Di tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 91 dunia, meningkat menjadi peringkat 72 di 2018 dan diperingkat 73 pada 2019. Meskipun peringkat di 2018 dan 2019 menurun, namun indeks EODB mengalami peningkatan dari 67,96 pada tahun 2018 menjadi 69,6 pada tahun 2019.

Gambar 6. Peringkat Indonesia dalam berbisnis di Website World Bank

Kementerian ATR/BPN khususnya Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) sangat berperan dalam Pembuatan Rencana Tata Ruang. Ada banyak Rencana Tata Ruang yang di Indonesia salah satunya adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). RDTR merupakan salah satu yang memegang peran besar dalam percepatan pemberian izin investasi melalui sistem Online Single Submission (OSS), seperti yang tercantum pada PP No. 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.

Gambar 7. Tahapan Permohonan Izin Lokasi melaui OSS

Hal ini menjadi salah satu isu yang diangkat dalam penyusunan Renstra Kementerian ATR/BPN Tahun 2020 – 2024. Sejak UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disahkan, baru terdapat 65 Perda RDTR yang ditetapkan di seluruh Indonesia. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan RDTR yang harus disusun berdasarkan RPJMN 2015-2019 yaitu sebanyak 1876 RDTR.

Gambar 8. Target RDTR Selama 2020-2024

Seperti yang terlihat pada Gambar 8 usulan Renstra 2020-2024 diatas, untuk periode 2020-2024 ditargetkan 2000 RDTR, saat ini baru ada 65 RDTR yang sudah diperdakan. Masih sedikitnya RDTR yang sudah disusun dan diperdakan tersebut disebabkan:

1. kurangnya ketersediaan peta dasar skala 1 : 5.000 yang menjadi kewenangan BIG untuk menyediakan dan peta tematik skala 1 : 5.000 yang dimiliki oleh masing-masing Kementerian atau Lembaga (K/L).

2. Lamanya proses penyusunan RDTR.

3. Selain itu alasan lainnya adalah tidak tersedianya dana yang cukup untuk menyelesaikan penyusunan 1.876 RDTR pada RPJMN 2015-2019 baik melalui mekanisme Bantek maupun Bimtek.

4. seakan adanya keengganan daerah untuk memperdakan RDTR yang terlah disusun, dikarena ditakutkan RDTR ini akan sangat mengikat sehingga diskresi kepala daerah yang selama ini kerap dilakukan menjadi tidak lagi berlaku, ini juga sejalan dengan juga disinyalir

adanya praktek “tidak terpuji dari pimpinan daerah” terkait dengan penggunakan diskresi ini sehingga menimbulkan celah terjadinya praktek pelanggaran hukum.

Dari beberapa masalah diatas, hal yang berada pada rentang kendali DJTR pada saat pelaksanaan adalah Lamanya proses penyusunan materi teknis RDTR. Terdapat setidaknya tiga masalah utama terkait hal ini yaitu.

1. Lama proses pengumpulan data untuk Menyusun RDTR.

2. Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR.

3. Warkah’ Penyusunan RDTR Belum terdokumentasi dengan baik

Apabila 2000 RDTR yang ditargetkan pada Renstra DJTR tahun 2020-2024 tidak terselesaikan maka percepatan investasi yang di inginkan oleh Presiden Joko Widodo besar kemungkinan tidak dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan suatu terobosan untuk membantu percepatan penyusunan RDTR salah satunya dengan cara menciptakan tools analisis penyusunan RDTR yang kemudian dapat distandarkan. Tools tersebut akan masuk ke dalam aplikasi RTR Builder.

B. Penetapan Masalah Utama

Tiga masalah utama yang telah diidentifikasi pada Subbab III.A. perlu diprioritisasi untuk membuat aksi perubahan lebih spesifik dan fokus. Untuk itu, penulis menggunakan kriteria USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk memilih 1 (satu) masalah untuk dibahas dan dicarikan solusinya dalam aksi perubahan.

Tabel 4 Pemilihan Masalah Menjadi Gagasan Perubahan dengan Kriteria USG

Dari pemilihan masalah tersebut diperoleh hasil bahwa masalah yang memiliki nilai paling tinggi adalah masalah Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR. Dari penilaian USG pada kriteria Urgency, masalah ini merupakan masalah yang sangat mendesak untuk segera diatasi karena target DJTR untuk menyelesaikan 2000 RDTR harus selesai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dari 2020 – 2024. Dari kriteria kegawatan/seriousness, masalah ini dinilai sangat serius karena dampak keterlambatan proses penyusunan materi teknis yang akan berakibat lamanya persetujuan substansi sangat berpengaruh terhadap keterlambatan penetapan perda dan pada akhirnya dapat menunda rencana pembangunan/investasi. Dari kriteria Growth, untuk saat ini kondisi tersebut memang tidak mengarah ke kondisi yang lebih buruk, namun jika tidak diatasi segera akan membuat target Renstra tidak tercapai.

Untuk dapat menemukan solusi yang tepat terhadap masalah utama yang telah dipilih, perlu dilakukan analisis lanjutan untuk menemukan akar masalahnya. Untuk melakukan analisis tersebut, penulis menggunakan Ishikawa fishbone diagram (cause and effect) analysis. Komponen kunci yang

digunakan sebagai pemandu adalah man, material, method/procedure, environment, measurement, dan machine.

1. Man/Sumber Daya Manusia a. Dari aspek kuantitas, SDM.

b. Selain aspek kuantitas, kualitas SDM.

c. Selain SDM pelaksana evaluasi, SDM pemerintah daerah 2. Material

Material dalam konteks analisis pada saat penyusunan materi teknis RDTR dimaknai oleh penulis sebagai dokumen matek yang disusun (dokumen input) Beberapa permasalahan yaitu:

a. Saat ini belum ada kriteria dan standar kualitas substansi RDTR yang dalam proses penyusunan Matek.

b. Dokumen yang dihasilkan dalam proses persetujuan substansi masih diarsipkan secara manual.

3. Method/Procedure

Beberapa permasalahan terkait prosedur yang berpengaruh terhadap kecepatan penyelesaian penyusunan RDTR adalah sebagai berikut:

a. Banyaknya pihak dan unit kerja yang terlibat dalam proses penyusunan RDTR.

b. Belum ada standar metode analisis dan tools automatisasi analisis yang digunakan dalam Penyusunan RDTR.

4. Machine/Pemanfaatan Teknologi

Pemanfaatan teknologi dalam proses penyusunan RDTR belum dimanfaatkan secara optimal. Serta belum tersedianya Big Data

“warkah” RDTR.

5. Money/ Sumber dana

Pada rentang tahun 2015-2019, tidak berhasilnya dicapainya target salah satunya adalah minimnya sumber dana yang teralokasikan untuk penyusunan RDTR baik pada pusat maupun daerah.

Dari uraian penyebab tersebut, penggambaran di dalam fishbone diagram adalah sebagai berikut:

Gambar 7 Fishbone Diagram untuk Masalah “Belum adanya tools automatisasi Analisis spasial pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR.”

C. Gagasan Perubahan

Menyusun suatu tools analisis untuk penyusunan RDTR, yang kemudian dapat diintegrasikan dengan Gistaru – RTR Builder. Dan diharapkan kedepannya akan menjadi standar yang digunakan pada saat penyusunan RDTR.

Keunggunalan gagasa perubahan ini dari berbagai aspek adalah sebagai berukut.

1. Manusia:

Para penyusun materi teknis RDTR, akan memiliki tool yang membantu analisis yang selama ini dilakukan manual, hal ini juga akan menekan potensi kekeliruan akibat human error.

2. Waktu:

Proses analis akan dapat dilakukan jauh lebih cepat daripada dilakukan secara manual, terlebi lagi rencana aksi perubahan ini akan di integrasikan dengan aplikasi Gistaru – RTR Builder sehingga proses dilakukan pada tempat yang sama.

3. Material:

Meningkatnya kualitas input maupun ouput dari hasil analisis dikarenakan data yang akan digunakan pada tahap analisis juga sudah di masukan pada RTR Builder

4. Methode

Adanya keseragaman kualitas dari hasil analisis yang dilakukan 5. Money

Pada jangka Panjang akan dapat melakukan efisiensi biaya 6. Machine

Karena semua proses automatisasi dilakaukan deserver, faktur fatique/ kelelahan dapat dihindari

7. Environment

Membuka peluang dibuatkannya peraturan Menteri terkait dengan peningkatan kualitas yag dihasilkan.

D. Analisis Kelayakan Inovasi Automatisasi Analisis Spasial

Berdasarkan penjabaran gagasan diatas dan solusinya yang ditawarkan, perlu dilakukan analisis kelayakan inovasi dengan melihat kelayakan dari aspek administrasi, sumber daya, kelayakan teknis dan kelayakan regulasi. Kelayakan administrasi dapat dilihat dari relevansi inovasi dengan tugas dan fungsi mengingat pelaksanaan administrasi kegiatan melekat dengan tugas dan fungsi.

Kelayakan sumber daya dapat dilihat dari ketersediaan SDM dengan jumlah dan kompetensi yang cukup, serta sumber daya anggaran untuk mendukung pengembangan inovasi. Kelayakan teknis dapat berupa kelayakan pelaksanaan dalam jangka waktu implementasi aksi perubahan. Sedangkan kelayakan regulasi adalah inovasi yang dikembangkan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari 7 (tujuh) daftar solusi tersebut yang dinyatakan layak ada 3 (tiga) yaitu solusi no. 3, 5 dan 7. Jika dicermati kembali, solusi no. 7 dapat sekaligus menjawab solusi no. 5 karena dengan proses kerja digital maka secara otomatis dokumen-dokumen yang dihasilkan pun terarsipkan secara digital. Solusi no. 3 merupakan aspek yang hamper sama dengan solusi no. 7. Jika dinilai dari besarnya manfaat dan dampak dari solusi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan Belum adanya standar Analisis pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR dan lamanya pengolahan data, maka solusi no. 7 memiliki dampak yang lebih signifikan mengingat bahwa proses kerja digital dapat mempengaruhi kecepatan kerja di setiap tahapan proses pengolahan data. Dari analisis tersebut, inovasi yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan adalah Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR. Selanjutnya akan dijabarkan mengenai kelayakan inovasi Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR.

Dengan mudah analisis kelayakan inovasi dilakukan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

No Solusi Kelayakan administrasi sumber

daya teknis regulasi

1 Penambahan SDM X x x √

Sehingga judul dari rencana aksi perubahan yang diusulkan adalah

“Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Yang Lebih Berkualitas Melalui Analisis Spasial Automatis Dengan Menggunakan Aplikasi RTR Builder”.

BAB IV

STRATEGI MENGATASI MASALAH

A. Terobosan Inovasi

Oleh karena itu dirasa perlu adanya terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan hal ini. Terobosan dapat berupa terobosan SDM, terobsan teknologi dan terobosan kelembagaan seperti yang di tunjukkan pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 9. Rencana Strategis 2020-2024 terkait ketersedian RDTR

Terobosan melaui bidang teknologi dapat dilakukan dengan mengembangkan aplikasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang.

Saat ini direktorat jenderal Tata ruang telah memiliki sistem informasi yang bernama Gistaru. Gistaru sendiri terdiri dari Portal, RTR Builder dan RTR Online. Portal memuat seluruh aplikasi internal yang ada di Direktorat Jenderal Tata Ruang, RTR Builder merupakan aplikasi yang mengawal pembuatan RTR dari awal hingga akhir, sedangkan RTR Online adalah aplikasi yang menyajikan peta rencana tata ruang yang sudah legal baik diperpreskan atau di perdakan.

Gambar 10. Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang

RTR Builder merupakan terobosan teknologi berupa sebuah sistem informasi yang dapat membantu menyediakan data historical yang terstruktur terkait penyusunan rencana tata raung; dapat melakukan backup data secara berkala sehingga memudahkan stakeholder dalam melakukan pencarian data, pengecekan, dan perbandingan data historical; serta mampu mengintegrasikan data dari seluruh sistem informasi geografis di Lingkungan DJTR dengan sebuah automasi sistem untuk memvalidasi peta tematik dan rencana tata ruang, merancang model perekaman (archiving) data – data tematik dan tata ruang secara serta visualisasinya untuk meningkatkan efisiensi implementasi data sistem informasi geografis yang berstandar dan mempunyai alur kerja.

Gambar 11. Alur Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Sistem RTR Builder ini diperuntukkan bagi Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam penyusunan RDTR. Namun setiap Kementerian/Lembaga hanya diberikan izin untuk mengakses data yang berhubungan dengan instansi mereka, sehingga data – data yang bersifat tertutup tidak dapat diakses oleh user yang tidak berkepentingan. Sistem Informasi RTR Builder memiliki konsep multi user, multi level, multi role, multi akses, cross platform, API services, collaborative framework, dan interoperability.

Saat ini pengembangan RTR Builder di fokuskan pada pengumpulan data sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Tata cara penyusunan RDTR dan PZ ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ

Sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Terdapat kebutuhan 12 Analisis untuk RDTR dan 9 analisis untuk penyusunan PZ, sejauh ini perhitungan analisis dilakukan secara “manual” dan diluar RTR Builder, sehingga dibutuhkan waktu yang lama dan ada kemungkinan terjadi kesalahan proses. oleh karenanya dibutuhkan automatisasi analisis ini, untuk menjamin ketersedian RDTR yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Kebutuhan-kebutuhan analisis RDTR dan PZ dapat dilihat pada Gambar 12.

Model Inovasi

Kanvas inovasi adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual chart yang terdiri dari 9 (sembilan) elemen dasar dan 4 (empat) elemen tambahan dari LAN. Komponen tersebut adalah : 1) Target Klien; 2) Hubungan klien; 3) Pelayanan; 4) Nilai yang ditawarkan; 5) Kegiatan Utama; 6) Sumber daya; 7) Mitra Kerja; 8) Unsur Biaya; 9) 46 Imbalan; 10) Resiko; 11) Legalitas;

12) Akuntabilitas; dan 13) Sustainabilitas.

Kanvas inovasi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 13 berikut.

Gambar 13. Canvas Model Automatisasi Proses Analisis pada Penyusunan RDTR

Pada kanvas inovasi tersebut dapat dilihat bahwa target klien adalah konsultan pihak ke-3, supervise kegiatan di DJTR, ASPI, Pemda, Pemegang SKA untuk penyusunan RDTR. Hubungan antara klien dengan pemberi layanan yaitu berupa fasilitas bimtek, kerjasama dan self service. Pelayanan berupa modul analisis pada Gistaru-RTR Builder.

Nilai yang ditawarkan dalam Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR adalah.

a. Ada anya standar analisis pada penyusunan RDTR

b. percepatan penyelesaian analisis penyusunan RDTR; dan c. meningkatnya kualitas RDTR.

Kegiatan utama yang dilakukan adalah Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR.

Mitra kerja yang terlibat dalam pembuatan Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR adalah Direktorat teknis di DJTR, PPSDM

Kementerian ATR/BPN, IAP, ASPI, K/L yang terlibat pembuatan RDTR (Lapan, BIG, dll)

Sumber daya yang dibutukan yaitu Sumber daya manusia (tenaga ahli) untuk membantu pengerjaan.

Unsur biaya yang dibutuhkan bisa didapatkan dari kegiatan yang dilaksanakan di Tim Datin biaya yang besar sudah di Cover pada kegiatan Gistaru.

Terkait nilai legalitas belum ada Permen yang mengatur.

Imbalan dari Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR tergantung dari kebijakan yang ada, bias saya berupa penghasilan negara buka pajak (PNBP) sebagai user subscriber atau biaya pelatihan.

Dari aspek akuntabilitas, RDTR dapat disusun lebih cepat dari 1 tahun, IKU (Output-Outcome-Impact), dan finansial.

Resiko dari program ini adalah terlau banyaknya analisis yang diharapkan dapat dilakukan outomatisasi sehingga gagal disepakati bersama serta adanya resistensi untuk menggunakan analisis tertentu. Nilai sustainabilitas program ini adalah selama RDTR dibutuhkan, maka hasil kegiatan ini akan terus bias dimanfaatkan.

B. Hasil Inovasi

Saat ini Pokja Datin sudah memiliki aplikasi Gistaru- RTR builder seperti terlihat pada gambar

Gambar 14. Homepage RTR builder

Seperti yang sudah di jelaskan pada bab IV.A, Sistem Informasi RTR Builder merupakan sebuah aplikasi yang akan terintegrasi dengan GISTARU yang berfokus pada kegiatan rencana tata ruang pra legalisasi. Adapun target pengembangan sistem informasi RTR Builder yaitu tersedianya 6 (enam) modul utama yaitu Akuisisi Data, Image Processing, Penyusunan Materi Teknis, Analisis Spasial, Konsultasi Publik, dan Approval Data Elektronik. Sistem RTR Builder ini diperuntukkan bagi Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam penyusunan RDTR. Namun setiap Kementerian/Lembaga hanya diberikan izin untuk mengakses data yang berhubungan dengan instansi mereka, sehingga data – data yang bersifat rahasia tidak dapat diakses oleh user yang tidak berkepentingan.

Sistem Informasi RTR Builder memiliki konsep multi user, multi level, multi role, multi akses, cross platform, API services, collaborative framework, dan interoperability. Multi user berarti lebih dari satu user dapat menggunakan sistem secara bersama pada satu atau lebih perangkat keras, melalui masing‐

masing komputer atau workstation. Multi level berarti terdapat pengaturan

tingkat level penggunaan yang diperuntukkan untuk banyak pengguna dengan level tertentu baik sebagai pengguna, admin maupun super admin.

Multi role menggambarkan beberapa interaksi sistem dalam aktor‐aktor yang bermain sesuai dengan apa‐apa yang ditetapkan misal project owner, approval, contributor, dan viewer. Multi akses berarti memungkinkan suatu titik (central station) untuk dapat diakses oleh beberapa titik yang saling berjauhan (subscriber station) dengan tidak saling mengganggu. Cross platform berarti sistem informasi memungkinkan untuk dapat dijalankan pada berbagai perangkat atau OS. API Services berarti sistem informasi RTR Builder dapat melakukan pertukaran data atau berbagi pakai antar aplikasi atau sistem dari Kementerian/Lembaga lain. Collaborative framework berarti memungkinkan sistem informasi RTR Builder dapat bekerjasama atau terhubung dengan Kementerian dan Lembaga dalam pembuatan RDTR. Interoperability berarti memungkinkan sistem informasi RTR Builder dapat berinteraksi dengan aplikasi lainnya melalui suatu protocol yang disetujui bersama, misalnya melalui pertukaran web services.

Gambar 15. Tampilan aktivitas dalam Proses Penyusunan RTR

Gambar 15. Menunjukkann aktivitas-aktivitas tahapan dalam proses Penyusunan RTR yang ada di RTR Builder. Saat ini ada 684 akvitas yang ada di

RTR Builder. Aktivitas-aktvitas tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut adalah penyiapan ranperda, surat rekomendasi BIG, validasi KLHS, rekomendasi Gubernur, persetujuan substansi, dan penetapan ranperda.

Gambar 16. Tampilan Data Primer Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder

Gambar 17. Tampilan Data Sekunder Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder

Gambar 16 dan Gambar 17 menampilkan tampilan aktivitas untuk menginput data dan informasi untuk RDTR pada aplukasi RTR Builder. Gambar 16 menampilkan aktivitas untuk menginput data primer yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan dan analisis data dalam penyusunan RDTR pada aplikasi RTR Builder. Gambar 17 menampilkan aktivitas untuk menginput data sekunder yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan dan analisis data dalam penyusunan RDTR pada aplikasi RTR Builder. Input data primer dan data sekunder yang ada di RTR Builder menjadi input dalam automatisasi analisis dalam penyusunan RDTR pada RTR Builder.

Gambar 18. Tampilan analisis Pengolahan dan Analisa Data pada RTR Builder

Gambar 18. Menunjukkann aktivitas pengolahan dan analisa data dalam proses Penyusunan RDTR pada RTR Builder. Aktivitas analisis-analisis yang ada pada aplikasi RTR Builder sesuai dengan Lampiran III Permen ATR/BPN No.16 Tahun 2018. Pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai inputan dalam melakukan pengolahan dan analisis data. Ketika dipilih salah satu aktivitas analisis yang ada maka akan secara otomatis mengolah data yang telah di input dan menghasilkan hasil analisis

Gambar 19. Tampilan Alur Proses Analisis pada RTR Builder

Gambar 19 menampilkan aktivitas dan alur proses aktivitas analisis pada RTR Builder. Pada Gambar 18 terlihat ada dua input yaitu aktivitas 12 dan aktivitas 103 kemudian dilakukan proses analisis dengan metode yang sudah diterapkan sehingga menghasilkan output yang ada di aktivitas 282. Input yang ada dapat berupa SHP dan PDF.

Gambar 20. Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi

Gambar 20 menampilkan Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi. Skema analisis SKL Kestabilan Pondasi yang berupa diagram alir tersebut kemudian dibuatkan model buildernya menggunakan ArcGIS. Bobot yang digunakan dalam analisis ini sesuai dengan Permen PU No.

Gambar 20 menampilkan Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi. Skema analisis SKL Kestabilan Pondasi yang berupa diagram alir tersebut kemudian dibuatkan model buildernya menggunakan ArcGIS. Bobot yang digunakan dalam analisis ini sesuai dengan Permen PU No.

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 33-0)