• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aksi Perencanaan

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 64-0)

BAB IV STRATEGI MENGATASI MASALAH

F. Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aksi Perencanaan

BAB V

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan 1. Membangun Integritas

Integritas berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Serta Menurut KBBI integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;

kejujuran. Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.

Dalam pembuatan RDTR semua pihak yang terlibat di dalam pembuatan tersebut, mulai dari tenaga ahli dan staf ASN sebagai supervise dan evaluator dituntut untuk memiliki integritas dan komitmen yang tinggi terhadap peran masing-masing dalam pembuatan RDTR, khususnya dikaitkan dengan kemungkinan adanya gratifikasi. Pembuatan RDTR yang berupa bantuan teknis dilaksanakan dengan pendanaan dari APBN. Di sisi lain, rencana tata ruang merupakan kunci utama dalam pelaksanaan investasi sehingga menjadi primadona bagi para investor guna memuluskan rencana investasinya. Pegawai yang tidak memiliki integritas akan memandang kondisi tersebut sebagai sebuah peluang untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Gratifikasi menjadi ancaman terbesar dalam penegakan integritas para pegawai yang terlibat dalam pembuatan RDTR.

2. Pengelolaan Budaya Layanan

Salah satu tujuan dibentuknya instansi pemerintah adalah untuk melayani masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, ASN yang bekerja di dalamnya merupakan pelayan/abdi masyarakat. Menjadi bagian dari instansi yang memberikan pelayanan publik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) mengemban salah satu fungsi pelayanan publik perlu menerapkan dan menjunjung tinggi budaya pelayanan prima.

Sesuai dengan Kepmen ATR/Kepala BPN No. 115/SK-OT.02/V/2020 tentang Nilai-nilai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, nilai-nilai organisasi dalam rangka mencapai budaya pelayanan prima adalah Melayani, Profesional dan Terpercaya. Melayani bermakna berupaya memberikan layanan berstandar dunia dengan orientasi kepuasan masyarakat dan pemangku kepentingan. Profesional bermakna berdedikasi, memiliki komitmen dan akuntabel, senantiasa meningkatkan kompetensi untuk menyesuaikan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Terpercaya yaitu berpikir, berperilaku dengan cara terbaik dan benar, memegang teguh kode etik, amanah jabatan serta prinsip moral, sehingga menghasilkan kinerja yang handal dan berkualitas. Dari hasil uji coba untuk beberapa analisis yang sudah dibuatkan algoritma dan coding nya waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu analisis dari yang awal nya ber jam- jam bisa di ringkas menjadi beberapa menit saja.

Penulis selaku pejabat pengawas membangun budaya pelayanan prima yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi di Kementerian ATR/BPN dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pegawai yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam pelayanan pembuatan RDTR, pegawai yang berkualitas diperlukan untuk memastikan kualitas RDTR yang di susun atau dibuat. Kualitas RDTR

yang disusun tergantung dengan proses penyusunannya salah satunya adalah proses analisis spasial. Analisis spasial menjadi hal yang penting dalam layanan ini, sehingga kualitas seorang evaluator dalam melakukan evaluasi menjadi kunci utama dalam pelayanan ini. Pembuatan RDTR terutama dalam analisis spasial sangat diperlukan kemampuan untuk menganalisa secara spasial. Analisa spasial akan semakin cepat dan mudah dengan adanya tools automatisasi analisis spasial.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan penunjang bagi pegawai dalam melaksanakan pelayanan. Komputer dengan spesifikasi yang memadai beserta kelengkapannya (printer, harddisk eksternal, alat tulis kantor, dll), serta jaringan internet yang baik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam melakukan pembuatan RDTR terutama saat melakukan proses analisis spasial. Untuk itu, penulis perlu memastikan setiap pegawai difasilitasi dengan komputer atau laptop untuk bekerja, tidak menggunakan laptop pribadi.

3. Bertanggung jawab terhadap pelayanan dari awal hingga selesai

Proses pembuatan atau penyusunan RDTR terutama dalam tahap analysis spasial mulai dari pengumpulan data dan informasi hingga selesai di analisa dan menjadi masukan atau dasar dalam pembuatan peta rencana baik pola ruang maupun struktur ruang.

Dalam pelayanan analisis spasial, penulis membagi alokasi tanggung jawab pelayanan kepada pegawai berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing.

4. Melayani secara cepat dan tepat

Dalam proses analisis spasial diperlukan ketepatan dalam menganalisa serta diperlukan waktu yang cepat pula untuk proses analisa tersebut sehingga proses analisa perlu ditingkatkan dengan adanya tools automatisasi analisis spasial pada RTR Builder. Sehingga proses analisis spasial menjadi cepat dan

tepat serta penyusunan RDTR menjadi lebih cepat dan memiliki kualitas yang lebih baik.

5. Komunikasi efektif

Komunikasi dilakukan secara langsung tertulis maupun daring.

Keunggulan komunikasi secara tertulis dan daring melalui fitur chat RTR Builder adalah terekam dalam sistem dan dapat dilacak kembali ketika dibutuhkan, sedangkan komunikasi secara langsung (lisan) tidak dapat terlacak kecuali jika perekaman dilakukan. Untuk itu, penulis mengarahkan dalam pembuatan RDTR dilakukan komunikasi 2 arah melalui aplikasi RTR Builder untuk memberikan komentar terhadap hasil analisis spasial yang di lakukan.

6. Wawasan dan pengetahuan

Aspek ini erat kaitannya dengan kualitas pegawai. Pegawai yang berkualitas dalam memberikan layanan salah satu cirinya adalah memiliki kompetensi, wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang layanannya.

7. Memahami kebutuhan pelanggan

Memahami kebutuhan pelanggan merupakan langkah awal untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Untuk dapat memahami kebutuhan pelanggan maka perlu dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan pelanggan, yang didasari empati dan kepedulian. Kebutuhan pelanggan yang seringkali muncul adalah analisis spasial yang perlu dilakukan secara tepat dan cepat. Sehingga kualitas RDTR menjadi lebh baik.

3. Pengelolaan Tim

Dalam implementasi aksi perubahan, penulis menyusun legalisasi tim efektif dalam bentuk SK yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tata Ruang. Untuk membangun tim efektif, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Menetapkan dan menyepakati tujuan yang hendak dicapai.

2. Menentukan pembagian tugas yang berorientasi pada pencapaian tujuan 3. Kompetensi anggota tim

4. Memiliki Komitmen Bersama

5. Membangun iklim kolaborasi yang kondusif 6. Memiliki standar kerja yang jelas

7. Dukungan eksternal

8. Memberikan teladan kepemimpinan yang baik

B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan 1. Capaian Tahapan Inovasi

Dalam implementasi aksi perubahan tahapan pelakasaan yaitu pelaksanaan implementasi analisis RTR Builder

Tabel 8. Realisasi Pelaksanaan Aksi Perubahan

Jika dikorelasikan dengan rancangan aksi perubahan setiap tahapan implementasi sudah sesuai denga napa yang direncanakan. Detail kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Ketercapaian Rancangan Aksi Perubahan

No Nama Evidence dalam

setiap tahapan selesai Ada dan

terlampir Tidakada Kesesuaian dengan RAP Membuat diagram Analisis dari Alur Kerja Penyusunan RTR Builder, berupa activity 270. Pengolahan dan Analisa Data, terdapat 12 Analisis

5 – 11 Agst 2020

sesuai

3 Melakukan Persamaan Presepsi dengan Tim Juknis chart Proses Analisis dari Tim Juknis Ketersediaan di Wialyah Studi/Perencanaan

24 - 26 Agst 2020

sesuai

6 Melakukan Pembuatan Model Builder dalam ArcGIS Ppro geoprocessing dengan hasil output pada RDTR yang menjadi Dasar studi

7 – 11 sept 2020

sesuai

A. PERSIAPAN

Persiapan implementasi aksi perubahan meliputi :

Gambar 23. persiapan mebuat activiti untuk analisis di RTR Builder

B. PELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN Pelaksanaan aksi perubahan meliputi kegiatan :

• Melakukan Telaah Dan Kajian Tim Rtr Builder Dan Tim Juknis Rdtr

Gambar 24. Dokumentasi dan kajian tim juknis dan tim RTR Builder

• Kerangka Teknis Tim RTR Builder:

Kerangka Teknis Tim Juknis RDTR (Hasil Kaji dan Telaah Tim RTR Builder)

• Diskusi tim juknis dengan Tim RTR Builder

Gambar 25. Dokumentasi diskusi dengan tim juknis

2. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan SKL & SDA

Pada implementasi aplikasi RTR Builder tahun 2020, dicoba pada Analisis Sumber Daya Alam Fisik/Lingkungan BWP serta template Juknis, persub dan KPN sebagaimana penjelasan berikut:

1. Pembuatan Alur Analisis untuk analisis Sumber Daya Air (SDA) dan Satuan Kemampuan Lahan (SKL)

a. Analisis SDA

Analisis SDA Permukaan

Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan seperti mata air, danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini masing-masing jenis sumber air tersebut diikuti besaran atau debitnya, sehingga dapat terlihat potensi air permukaan secara umum.

Khusus untuk sungai disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS)nya, karena masing-masing WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil. Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air permukaan pada masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.

Gambar 26. Proses Model Builder Penentuan Ketersediaan Air Permukaan

Analisis Sumber Daya Air (SDA) pada permukaan dalam proses model builder menggunakan studi kasus daerah Kediri. Proses model builder pada analisis Sumber Daya Air (SDA) membutuhkan data masukan peta perairan seperti peta sungai, mata air, dan perairan lainnya, serta peta DAS (dapat berisi SUBDAS bahkan hingga nama irigasinya) yang sebetulnya termasuk penambahan data air permukaan setelah dilakukan overlay. Overlay tersebut memilih jalur proses union (penggabungan spasial dengan spasial), karena dalam geoprocessing memerlukan proses yaitu join dengan tabel antara peta DAS dan data statistik berupa debit dan volume air. Join dengan tabel ini dilakukan berdasarkan data spasial dan data non-spasial yang masing-masing ditentukan penamaan field yang sama agar penentuan primary key dan foreign key dapat dilakukan sehingga proses model builder berjalan tanpa error.

Hasil sementara dari overlay (union) dan join dengan tabel belum menghasilkan suatu potensi melainkan masih menampilkan data secara statistik yang dapat diperoleh dari instansi BPS (Badan Pusat Statistik), Dinas PU SDA (Sumber Daya Air) setempat, dan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) setempat. Setelah data statistik telah ter-join maka hasil terakhir dilakukan clip (pemotongan area) untuk ditentukan berdasarkan kajian daerah yang akan menjadi lokus, misalnya Kota Kediri, bahkan dapat ditentukan lebih spesifik dari Kota Kediri tersebut yakni tingkat Kecamatan.

Analisis SDA Tanah

Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya.

Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga

untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.

Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.

Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidro-geologi baik yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.

Gambar 27. Hasil Ketersediaan Sumber Air Tanah

Versi yang kedua, analisis sumber daya air tanah diperoleh dari peta geologi, cekungan air tanah, dan klimatologi. Studi kasus untuk

melakukan union ketiga peta tersebut dilakukan di Daerah Sukabumi.

Hasil dari proses ketiga peta tersebut belum hingga tahap otomatisasi dari dokumen status lingkungan hidup daerah dan hasil observasi (pengecekan lapangan untuk konfirmasi batas zonasi). Oleh karena itu, proses union dari ketiga peta tersebut baru menunjukkan bagaimana proses geologinya, kemudian dihubungkan dengan data cekungan air tanah dan klimatologi sehingga proses untuk perlakuan potensi suatu zonasi perlu sinergi antar instansi, ataupun penelitian yang melibatkan Perguruan Tinggi.

Gambar 28. Model Builder untuk Peta Air Tanah

Model builder yang diterapkan pada proses union merupakan implementasi dari ketiga peta yakni peta geologi, cekungan air tanah, dan klimatologi, yang menghasilkan ketersediaan air tanah.

Ketersediaan air tanah ini merupakan hasil sementara penggabungan ketiga peta yang belum hingga tahap potensi sehingga dalam tahap ini selanjutnya perlu dilakukan kajian. Kajian ini yang menjadi catatan nanti apakah pengecekan observasi lapangan dapat dilakukan percepatan oleh model builder. Oleh sebab itu, pada kasus ini, sistem perlu dibangun sebuah kesepakatan dari kedua-belah pihak baik dari segi penggunaan metode yang dipilih ataupun rumus yang digunakan.

b. Analisis SKL

Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) diperoleh untuk memberikan gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai

perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. SKL tersebut dengan mendasarkan 9 data masukan, seperti SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL Terhadap Erosi, SKL untuk Drainase, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL Terhadap Bencana Alam, yang masing-masing memiliki nilai dan bobot.

Gambar 29. Proses Model Builder untuk Penentuan Satuan Kemampuan Lahan

Model builder pada SKL pada hakekatnya telah dirancang secara otomatisasi. Artinya, 9 SKL yang telah diperoleh dapat langsung diproses menghasilkan klasifikasi kemampuan lahan tanpa menghitung secara manual perkalian antara nilai dan bobot. Proses otomatisasi ini dapat dilakukan apabila memenuhi key rules yang dibuat oleh sistem yang

sistem model builder pada penilaian SKL morfologi dengan nama field

“NILAI_MRF” maka data penilaian yang disiapkan untuk proses otomatisasi pun harus sama yaitu “NILAI_MRF”.

2. Tampilan Geoprocessing dalam Screenshot Aplikasi RTR Builder

Gambar 30. Geoprocessing SDA Permukaan

Gambar 31. Geoprocessing SKL Kestabilan Lereng

3. Manfaat Aksi Perubahan

Fitur analisis pada RTR Bulder memiliki manfaat jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:

a. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Team Leader

1) Memudahkan pempuatan proyek RDTR baru

2) Memudahkan proses penyusunan proses approval data 3) Memudahkan mengetahui progress RDTR

b. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Unit Kerja dan Instansi

1) memudahkan proses penyimpanan file RDTR agar file terstruktur rapi

2) memudahkan membuat proses analisis RDTR 3) memudahkan proses permohonan data ke BIG 4) transparansi bagi pemerintah daerah

c. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Penerima Layanan

1) Mempermudah dan mempercepat proses persetujuan substansi 2) Menghemat anggaran perjalanan dinas untuk konsultasi dan

asistensi ke Jakarta

C. Keberlanjutan Aksi Perubahan 1. Legalitas Penerapan Inovasi

Pembuatan RDTR merupakan amanat dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peoman pelaksanaannya diatur dalam Permen ATR/BPN No. 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Selain dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan terkait penyusunan RDTR, inovasi dilakukan dalam rangka mendukung PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Pelaksanaan inovasi mengacu pada Permen ATR/BPN No. 16 Tahun 2018.

Dalam Permen ATR/BPN No. 16 Tahun 2018 belum disebutkan metode-metode apa saja yang di gunakan dalam melakukan analisis spasial namun hanya disebutkan jenis analisis yang diperlukan dalam penyusunan RDTR.

Pemanfaatan aplikasi RTR Builder dapat ditindaklanjuti secara internal di lingkungan Direktorat Jenderal Tata Ruang melalui nota dinas Direktur Jenderal kepada seluruh Direktur Direktorat. Untuk mendorong langkah tersebut, penulis telah menyiapkan nota dinas berisi laporan implementasi aksi perubahan dan rekomendasi untuk penggunaan secara lebih luas ke unit lain yang juga terlibat dalam penyusunan RDTR terutama proses analisis spasial.

Inovasi ini pada akhirnya akan ditetapkan melalui permen dengan bentuk Juknis Teknik Analisis dalam Penyusunan RDTR

2. Perencanaan Keberlanjutan Inovasi

Untuk mendukung pencapaian 2000 RDTR sampai dengan tahun 2024, transformasi digital dalam penyusunan RDTR merupakan keharusan untuk mempermudah dan mempercepat proses penyusunan RDTR. Beberapa hal yang masih perlu dikembangkan dalam pelaksanaan digitalisasi penyusunan RDTR adalah Pengembangan aplikasi RTR Builder untuk analisis spasial beberapa jenis analisis yang lainnya. Saat ini hanya terbatas dua atau tiga analisis spasial saja yang dapat dilakukan dengan aplikasi RTR Builder dikarenaka belum ada petunjuk teknis untuk masing-masing analisis.

Untuk keberlanjutan inovasi dalam bentuk pengembangan aplikasi seperti yang diharapkan di atas, tentunya memerlukan anggaran yang tidak sedikit.

Pada bab III, dijelaskan bahwa pembiayaan aksi perubahan menggunakan anggaran TA 2020. Maka untuk keberlanjutan inovasi perlu dipastikan bahwa anggaran terkait pengembangan sistem informasi teralokasi dalam Rencana Kerja AnggaranmKementerian/Lembaga (RKA-K/L) TA 2021.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Tahapan analisis merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyusunan RDTR karena salah satu tahap penentuan pembentukan BWP dilihat dari hasil analisis nya. Untuk itu RTR Builder Membuat tahapan analisis SDA dan SKL agar memudahkan pengguna melihat potensi sumber daya alam dan tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya.

Rencana tata ruang khususnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) tidak lagi dipandang sebelah mata. Dalam perizinan berusaha, RDTR kini menjadi acuan utama kesesuaian lokasi untuk investasi yang digunakan dalam sistem Online Single Submission (OSS). Sampai dengan tahun 2024, Kementerian ATR/BPN dituntut untuk mampu menyediakan 2000 RDTR untuk diintegrasikan dalam sistem OSS. Dengan dibuatnya analisis SDA dan SKL ini diharapkan sangat membatu dalam proses penyusunan.

B. Rekomendasi

Pelaksanaan Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Yang Lebih Berkualitas Melalui Analisis Spasial Automatis Dengan Menggunakan Aplikasi RTR Builder dalam implementasi aksi perubahan tentu nya perlu terus dilanjutkan dengan membuat algoritma semua anlisis secara detail agar pembuatan analisis untuk RDTR dapat dilakukan dengan mudah dan sudah dengan logika pembuatan yang seragam disemua daerah.

Dan untuk mencapai hasil optimal perlunya di adakan workshop untuk instansi dan pemerintah daerah agar Analisis Spatial ini dapat dipakai oleh semua kalangan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I RAPAT DESK STUDI

LAMPIRAN II SK TIM DATIN

LAMPIRAN II SK TIM DATIN

LAMPIRAN III

FORMAT TABEL KEBUTUHAN DATA ANALISIS RDTR

KODE

ACT NAMA ACTIVITY FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD FIELD

288 SKL Morfologi Kemiringan Nilai Nilai Nilai Jumlah SKL Nilai

289 SKL Kestabilan Lereng Ketinggian Nilai Kemirin Nilai Nilai Nilai Jumlah SKL Nilai

290 SKL Kemudahan Dikerjakan Ketinggian Nilai Nilai Nilai Kemirin Nilai Jenis Nilai Penggunaa Nilai

291 SKL Kestabilan Pondasi Ketinggian Nilai Kemirin Nilai Morfolo Nilai Jenis tanah Nilai Jumlah SKL Kestabilan

292 SKL Ketersediaan Air Nilai DAS Nilai Curah Nilai Penggu Nilai Jumlah SKL Nilai

293 SKL Untuk Drainase Ketinggian Nilai Kemirin Nilai Curah Nilai Jumlah SKL Drainase Nilai

294 SKL Terhadap Erosi Curah Hujan Nilai Jenis Nilai Nilai Nilai Kemiringan Nilai Jumlah SKL Erosi

295 SKL Pembuangan Limbah Ketinggian Nilai Kemirin Nilai Curah Nilai Penggunaa Nilai Jumlah SKL

296 SKL Terhadap Bencana Alam Ketinggian Nilai Nilai Nilai Kemirin Nilai Curah Nilai Jenis Tanah Nilai

299 Analisis Ketinggian Bangunan Kelas Klasifikasi Ketinggian Nilai

302 Analisis Daya Dukung Air Kebutuhan Air Ketersediaan Air Neraca

308 Analisis Persyaratan dan Pembatas Pengembangan Klasifikasi Kesesuaian Lahan klasifikasi kemampuan lahanSKL Pembatasan Pengembangan Luas

309 Evaluasi Pemanfaatan lahan yang ada terhadap kesesuaian lahan Kalsifikasi Peruntukan Lahan Kalsifikasi Kesesuaian Lahan Kriteria Kesesuaian Peruntukan lahan Permukiman Terhadap Arahan Kesesuaian LahanLuas (Ha) Luas (%) 316 Daya Tampung Sarana Prasarana Sosial Ekonomi No Jenis Sarana Jumlah Kebutuha Standar kriteria

318 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan / Jumlah Penduduk 2015 2016 2017 2018 2019 2020 persentase

319 Analisis Fertilitas Kota/Kabupate 2005 2010 2015 2020

320 Analisis Mortalitas Kota/Kabupate 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Presentase

322 Analisis Kepadatan Penduduk Bruto Provinsi Luas Wilayah jumlah Kepadata

323 Analisis Kepadatan Penduduk Netto Kecamatan / Luas Wilayah jumlah Kepadata

327 Metode Eksponensial

Tabel Prediksi jumlah penduduk dengan metode No Tahun Jumlah PendudukBilangan Pokok Logoritma ( e )Perubahan Jumlah Penduduk ( r )Persentase Perubahan Jumlah Penduduk (%)( Ft ) 328 Metode Double Eksponensial

Tabel Prediksi jumlah penduduk dengan metode No Tahun Xt S't S"t at bt Ft+m error

329 Analisis Kemampuan Sumber Daya Manusia

Tabel Jumlah Penduduk Akhir Tahun Kabupaten A Menurut No Jenis Pekerjaan KecamatanJumlah

Tabel Perkembangan Keadaan Industri di Wilayah dan/atau Kawasan No Jenis Industrti Jumlah Usaha IndustriInvestasi (Rp)Jml Tenaga Kerja Tabel Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur di wilayah Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

Tabel Jumlah Penduduk Akhir Tahun Kabupaten A Menurut No Jenis Pendidikan KecamatanJumlah Tabel Contoh Tabel Tingkat Kesejahteraan Yang Telah Dicapai Wilayah Kriteria Presentase

Tabel Contoh Tabel Distribusi Pendapatan per 20 % 20 % Kelompok PendapatanIdeal Indeks Gini < 0,3 Ketimpangan Berat Indeks Gini sekitar 0,5Perkotaan Wilayah perencanaan Pada Th. TPerdesaan Wilayah perencanaan Pada Th. t Tabel Jumlah Keluarga Pra KS, KS I, KS II, KS III dan KS III+ No Jenis Keluarga Sejahtera Jumlah Tahun 2017% Tahun 2017Jumlah Tahun 2018% Tahun 2018Jumlah Tahun 2019% Tahun 2019 336 Analisis Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor Bidang Usaha Sektor/ Jumlah Tenaga Kerja 2016 2017 2018 2019

Tabel Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor Bidang Usaha No Sektor Lapangan Pekerjaan 2016 2017 2018 2019

Tabel Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor Bidang Usaha No Sektor Lapangan Pekerjaan 2016 2017 2018 2019

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 64-0)