• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Inovasi Automatisasi Analisis Spasial

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 44-0)

BAB III ANALISIS MASALAH

D. Analisis Kelayakan Inovasi Automatisasi Analisis Spasial

Berdasarkan penjabaran gagasan diatas dan solusinya yang ditawarkan, perlu dilakukan analisis kelayakan inovasi dengan melihat kelayakan dari aspek administrasi, sumber daya, kelayakan teknis dan kelayakan regulasi. Kelayakan administrasi dapat dilihat dari relevansi inovasi dengan tugas dan fungsi mengingat pelaksanaan administrasi kegiatan melekat dengan tugas dan fungsi.

Kelayakan sumber daya dapat dilihat dari ketersediaan SDM dengan jumlah dan kompetensi yang cukup, serta sumber daya anggaran untuk mendukung pengembangan inovasi. Kelayakan teknis dapat berupa kelayakan pelaksanaan dalam jangka waktu implementasi aksi perubahan. Sedangkan kelayakan regulasi adalah inovasi yang dikembangkan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari 7 (tujuh) daftar solusi tersebut yang dinyatakan layak ada 3 (tiga) yaitu solusi no. 3, 5 dan 7. Jika dicermati kembali, solusi no. 7 dapat sekaligus menjawab solusi no. 5 karena dengan proses kerja digital maka secara otomatis dokumen-dokumen yang dihasilkan pun terarsipkan secara digital. Solusi no. 3 merupakan aspek yang hamper sama dengan solusi no. 7. Jika dinilai dari besarnya manfaat dan dampak dari solusi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan Belum adanya standar Analisis pada saat penyusunan Materi Teknis RDTR dan lamanya pengolahan data, maka solusi no. 7 memiliki dampak yang lebih signifikan mengingat bahwa proses kerja digital dapat mempengaruhi kecepatan kerja di setiap tahapan proses pengolahan data. Dari analisis tersebut, inovasi yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan adalah Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR. Selanjutnya akan dijabarkan mengenai kelayakan inovasi Automasi analisis pengolahan data penyusunan RDTR.

Dengan mudah analisis kelayakan inovasi dilakukan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

No Solusi Kelayakan administrasi sumber

daya teknis regulasi

1 Penambahan SDM X x x √

Sehingga judul dari rencana aksi perubahan yang diusulkan adalah

“Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Yang Lebih Berkualitas Melalui Analisis Spasial Automatis Dengan Menggunakan Aplikasi RTR Builder”.

BAB IV

STRATEGI MENGATASI MASALAH

A. Terobosan Inovasi

Oleh karena itu dirasa perlu adanya terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan hal ini. Terobosan dapat berupa terobosan SDM, terobsan teknologi dan terobosan kelembagaan seperti yang di tunjukkan pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 9. Rencana Strategis 2020-2024 terkait ketersedian RDTR

Terobosan melaui bidang teknologi dapat dilakukan dengan mengembangkan aplikasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang.

Saat ini direktorat jenderal Tata ruang telah memiliki sistem informasi yang bernama Gistaru. Gistaru sendiri terdiri dari Portal, RTR Builder dan RTR Online. Portal memuat seluruh aplikasi internal yang ada di Direktorat Jenderal Tata Ruang, RTR Builder merupakan aplikasi yang mengawal pembuatan RTR dari awal hingga akhir, sedangkan RTR Online adalah aplikasi yang menyajikan peta rencana tata ruang yang sudah legal baik diperpreskan atau di perdakan.

Gambar 10. Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang

RTR Builder merupakan terobosan teknologi berupa sebuah sistem informasi yang dapat membantu menyediakan data historical yang terstruktur terkait penyusunan rencana tata raung; dapat melakukan backup data secara berkala sehingga memudahkan stakeholder dalam melakukan pencarian data, pengecekan, dan perbandingan data historical; serta mampu mengintegrasikan data dari seluruh sistem informasi geografis di Lingkungan DJTR dengan sebuah automasi sistem untuk memvalidasi peta tematik dan rencana tata ruang, merancang model perekaman (archiving) data – data tematik dan tata ruang secara serta visualisasinya untuk meningkatkan efisiensi implementasi data sistem informasi geografis yang berstandar dan mempunyai alur kerja.

Gambar 11. Alur Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang

Sistem RTR Builder ini diperuntukkan bagi Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam penyusunan RDTR. Namun setiap Kementerian/Lembaga hanya diberikan izin untuk mengakses data yang berhubungan dengan instansi mereka, sehingga data – data yang bersifat tertutup tidak dapat diakses oleh user yang tidak berkepentingan. Sistem Informasi RTR Builder memiliki konsep multi user, multi level, multi role, multi akses, cross platform, API services, collaborative framework, dan interoperability.

Saat ini pengembangan RTR Builder di fokuskan pada pengumpulan data sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Tata cara penyusunan RDTR dan PZ ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ

Sesuai dengan Permen 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ). Terdapat kebutuhan 12 Analisis untuk RDTR dan 9 analisis untuk penyusunan PZ, sejauh ini perhitungan analisis dilakukan secara “manual” dan diluar RTR Builder, sehingga dibutuhkan waktu yang lama dan ada kemungkinan terjadi kesalahan proses. oleh karenanya dibutuhkan automatisasi analisis ini, untuk menjamin ketersedian RDTR yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Kebutuhan-kebutuhan analisis RDTR dan PZ dapat dilihat pada Gambar 12.

Model Inovasi

Kanvas inovasi adalah sebuah strategi dalam manajemen yang berupa visual chart yang terdiri dari 9 (sembilan) elemen dasar dan 4 (empat) elemen tambahan dari LAN. Komponen tersebut adalah : 1) Target Klien; 2) Hubungan klien; 3) Pelayanan; 4) Nilai yang ditawarkan; 5) Kegiatan Utama; 6) Sumber daya; 7) Mitra Kerja; 8) Unsur Biaya; 9) 46 Imbalan; 10) Resiko; 11) Legalitas;

12) Akuntabilitas; dan 13) Sustainabilitas.

Kanvas inovasi sebagaimana ditampilkan pada Gambar 13 berikut.

Gambar 13. Canvas Model Automatisasi Proses Analisis pada Penyusunan RDTR

Pada kanvas inovasi tersebut dapat dilihat bahwa target klien adalah konsultan pihak ke-3, supervise kegiatan di DJTR, ASPI, Pemda, Pemegang SKA untuk penyusunan RDTR. Hubungan antara klien dengan pemberi layanan yaitu berupa fasilitas bimtek, kerjasama dan self service. Pelayanan berupa modul analisis pada Gistaru-RTR Builder.

Nilai yang ditawarkan dalam Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR adalah.

a. Ada anya standar analisis pada penyusunan RDTR

b. percepatan penyelesaian analisis penyusunan RDTR; dan c. meningkatnya kualitas RDTR.

Kegiatan utama yang dilakukan adalah Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR.

Mitra kerja yang terlibat dalam pembuatan Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR adalah Direktorat teknis di DJTR, PPSDM

Kementerian ATR/BPN, IAP, ASPI, K/L yang terlibat pembuatan RDTR (Lapan, BIG, dll)

Sumber daya yang dibutukan yaitu Sumber daya manusia (tenaga ahli) untuk membantu pengerjaan.

Unsur biaya yang dibutuhkan bisa didapatkan dari kegiatan yang dilaksanakan di Tim Datin biaya yang besar sudah di Cover pada kegiatan Gistaru.

Terkait nilai legalitas belum ada Permen yang mengatur.

Imbalan dari Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR tergantung dari kebijakan yang ada, bias saya berupa penghasilan negara buka pajak (PNBP) sebagai user subscriber atau biaya pelatihan.

Dari aspek akuntabilitas, RDTR dapat disusun lebih cepat dari 1 tahun, IKU (Output-Outcome-Impact), dan finansial.

Resiko dari program ini adalah terlau banyaknya analisis yang diharapkan dapat dilakukan outomatisasi sehingga gagal disepakati bersama serta adanya resistensi untuk menggunakan analisis tertentu. Nilai sustainabilitas program ini adalah selama RDTR dibutuhkan, maka hasil kegiatan ini akan terus bias dimanfaatkan.

B. Hasil Inovasi

Saat ini Pokja Datin sudah memiliki aplikasi Gistaru- RTR builder seperti terlihat pada gambar

Gambar 14. Homepage RTR builder

Seperti yang sudah di jelaskan pada bab IV.A, Sistem Informasi RTR Builder merupakan sebuah aplikasi yang akan terintegrasi dengan GISTARU yang berfokus pada kegiatan rencana tata ruang pra legalisasi. Adapun target pengembangan sistem informasi RTR Builder yaitu tersedianya 6 (enam) modul utama yaitu Akuisisi Data, Image Processing, Penyusunan Materi Teknis, Analisis Spasial, Konsultasi Publik, dan Approval Data Elektronik. Sistem RTR Builder ini diperuntukkan bagi Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam penyusunan RDTR. Namun setiap Kementerian/Lembaga hanya diberikan izin untuk mengakses data yang berhubungan dengan instansi mereka, sehingga data – data yang bersifat rahasia tidak dapat diakses oleh user yang tidak berkepentingan.

Sistem Informasi RTR Builder memiliki konsep multi user, multi level, multi role, multi akses, cross platform, API services, collaborative framework, dan interoperability. Multi user berarti lebih dari satu user dapat menggunakan sistem secara bersama pada satu atau lebih perangkat keras, melalui masing‐

masing komputer atau workstation. Multi level berarti terdapat pengaturan

tingkat level penggunaan yang diperuntukkan untuk banyak pengguna dengan level tertentu baik sebagai pengguna, admin maupun super admin.

Multi role menggambarkan beberapa interaksi sistem dalam aktor‐aktor yang bermain sesuai dengan apa‐apa yang ditetapkan misal project owner, approval, contributor, dan viewer. Multi akses berarti memungkinkan suatu titik (central station) untuk dapat diakses oleh beberapa titik yang saling berjauhan (subscriber station) dengan tidak saling mengganggu. Cross platform berarti sistem informasi memungkinkan untuk dapat dijalankan pada berbagai perangkat atau OS. API Services berarti sistem informasi RTR Builder dapat melakukan pertukaran data atau berbagi pakai antar aplikasi atau sistem dari Kementerian/Lembaga lain. Collaborative framework berarti memungkinkan sistem informasi RTR Builder dapat bekerjasama atau terhubung dengan Kementerian dan Lembaga dalam pembuatan RDTR. Interoperability berarti memungkinkan sistem informasi RTR Builder dapat berinteraksi dengan aplikasi lainnya melalui suatu protocol yang disetujui bersama, misalnya melalui pertukaran web services.

Gambar 15. Tampilan aktivitas dalam Proses Penyusunan RTR

Gambar 15. Menunjukkann aktivitas-aktivitas tahapan dalam proses Penyusunan RTR yang ada di RTR Builder. Saat ini ada 684 akvitas yang ada di

RTR Builder. Aktivitas-aktvitas tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut adalah penyiapan ranperda, surat rekomendasi BIG, validasi KLHS, rekomendasi Gubernur, persetujuan substansi, dan penetapan ranperda.

Gambar 16. Tampilan Data Primer Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder

Gambar 17. Tampilan Data Sekunder Dalam Proses Penyusunan RTR pada RTR Builder

Gambar 16 dan Gambar 17 menampilkan tampilan aktivitas untuk menginput data dan informasi untuk RDTR pada aplukasi RTR Builder. Gambar 16 menampilkan aktivitas untuk menginput data primer yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan dan analisis data dalam penyusunan RDTR pada aplikasi RTR Builder. Gambar 17 menampilkan aktivitas untuk menginput data sekunder yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan dan analisis data dalam penyusunan RDTR pada aplikasi RTR Builder. Input data primer dan data sekunder yang ada di RTR Builder menjadi input dalam automatisasi analisis dalam penyusunan RDTR pada RTR Builder.

Gambar 18. Tampilan analisis Pengolahan dan Analisa Data pada RTR Builder

Gambar 18. Menunjukkann aktivitas pengolahan dan analisa data dalam proses Penyusunan RDTR pada RTR Builder. Aktivitas analisis-analisis yang ada pada aplikasi RTR Builder sesuai dengan Lampiran III Permen ATR/BPN No.16 Tahun 2018. Pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai inputan dalam melakukan pengolahan dan analisis data. Ketika dipilih salah satu aktivitas analisis yang ada maka akan secara otomatis mengolah data yang telah di input dan menghasilkan hasil analisis

Gambar 19. Tampilan Alur Proses Analisis pada RTR Builder

Gambar 19 menampilkan aktivitas dan alur proses aktivitas analisis pada RTR Builder. Pada Gambar 18 terlihat ada dua input yaitu aktivitas 12 dan aktivitas 103 kemudian dilakukan proses analisis dengan metode yang sudah diterapkan sehingga menghasilkan output yang ada di aktivitas 282. Input yang ada dapat berupa SHP dan PDF.

Gambar 20. Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi

Gambar 20 menampilkan Skema Analisis SKL dan Model Builder SKL Kestabilan Pondasi. Skema analisis SKL Kestabilan Pondasi yang berupa diagram alir tersebut kemudian dibuatkan model buildernya menggunakan ArcGIS. Bobot yang digunakan dalam analisis ini sesuai dengan Permen PU No.

20 Tahun 2007. Hasil dari model builder tersebut di tampilkan dalam aplikasi RTR Builder.

1. Jangka Pendek (Output)

Pada masa implementasi aksi perubahan (jangka pendek), yang akan dihasilkan adalah adanya tools Automatisasi Proses Analisis pada penyusunan RDTR untuk beberapa analisis (maximum 3).

2. Jangka Menengah (Outcome)

Tersedianya seluruh teknis analisis yang dibutuhkan secara automatisasi Manfaat yang akan diperoleh dari aksi perubahan yang dilakukan, dalam jangka panjang adalah:

a. Waktu untuk melakukan pengolahan dan analisis data penyusunan RDTR menjadi lebih singkat atau lebih cepat. Sehingga penyusunan RDTR menjadi lenih cepat kurang dari 1 tahun.

b. Kualitas RDTR yang menjadi semakin lebih baik atau meningkat.

C. Manfaat Inovasi

Hasil dari inovasi ini dapat dimanfaatkan secara umum oleh semua pihak yang terkait pada penyusunan materi teknis RDTR. Antara lain

1. Para Penanggungjawab pekerjaan penyusunan RDTR melalui mekanisme Bantek (kepala sub direktorat teknis)

2. Para supervisi pekerjaan penyusunan RDTR melalui mekanisme Bantek (kepala seksi)

3. Pemerintah daerah (OPD pemangku urusan tata ruang) pada

4. Para konsultan sebagai pihak ke-3 pada penyusunan RDTR

5. PPSDM Kementerian ATR/BPN selaku unit organisasi pemberian diklat penyusunan RDTR (tahap menengah atau lanjut)

D. Pemanfaat Sumber Daya 1. Tim Efektif

Tim efektif dalam aksi perubahan ini adalah pembimbing dari PPSDM, Kasubdit Perencanaan dan Kemitraan, ketua Pokja Datin DJTR, Staf Pokja Datin DJTR dan Staf seksi perencanaan umum dan monev.

Adapun susunan tim efektif digambarkan dibawah ini.

Gambar 21. Susunan Tim Efektif

Gambar 28 menunjukkan susunan tim efektif. Susunan tersebut menunjukkan alur proses bagaimana tim berkoordinasi. Alur proses koordinasi tersebut adalah mentor memberikan masukkan atau arahan kepada project leader, project leader memberikan arahan atau perintah kepada tim pelaksana dan tim koordinasi. Selain itu project leader juga berkoordinasi dengan coach.

2. Stakeholder

Berdasarkan hubungan keterkaitan antar stakeholders, dapat dikelompokkan stakeholders tersebut ke dalam 4 (empat) kuadran yang dibagi berdasarkan kepentingan (interest) dan pengaruh (influence) sebagaimana digambarkan dalam kuadran stakeholders sebagai berikut:

Gambar 22. Bagan Stakeholder

Dari pembagian kuadran stakeholders tersebut, yang perlu mendapat perhatian adalah stakeholders yang berada di Promoter karena stakeholders ini yang akan menjadi mitra kerja dalam melakukan implementasi aksi perubahan.

Promoter dalam aksi perubahan ini adalah Direktur Jenderal Tata Ruang, para direktur di lingkungan DJTR, dan Kasubdit Perencanaan dan Kemitraan.

Stakeholder di kuadran ini perlu diinformasikan terkait adanya aksi perubahan.

Perlu dipastikan juga stakeholder pada kuadran ini mendukung aksi perubahan sehingga implementasi aksi perubahan dapat berjalan dengan baik.

Pada bagian Defenders yaitu staf dan jabatan fungsional di lingkungan DJTR dikarenakan merubah gaya kerja yang biasanya manual sekarang harus menggunakan aplikasi. Para kasubdit di DJTR, IAP, ASPI, Akademisi, dan K/L terkait penyusunan RDTR ditempatkan di kuadran Latent karena secara khusus lebih bertindak pasif dan menerima inovasi yang diberikan.

Pada kuadran Apathetic, ditempatkan kepala seksi di lingkungan DJTR sebagai pengguna aplikasi RTR Builder.

Terkait dengan metode komunikasi yang digunakan agar para pihak yang berada pada quadran latent adalah dengan komuikasi dua arah, karena sejatinya mereka adalah para pihak yang akan dimintai pertanggung jawaban pada saat penyusunan RDTR, sehingga jika kita berhasil melakukan komunikasi agar mereka berubah quadran supporter maka keberhasilan dari rencangan aksi perubahan ini dapat tercapai.

Sementara untuk quadrant Apathetic dan defender dapat digunakan komunikasi langsung, baik berbentuk sosialisai maupun penggunaan dari tools analisis automatis ini, sehingga jika merasakan bahwa tool ini akan membantu mereka berkerja, maka bukan tidak mungkin mereka akan berubah menjadi supporter dari rencana aksi perubahan ini.

3. Alokasi sumber dana

Pengembangan analisis penyusunan materi teknik menggunakan aplikasi RTR Builder berada pada kegiatan swakelola Pokja Datin dengan sumberdana berasal dari kegiatan Pokja Datin yang dibiayai APBN 2021 dengan alokasi sebesar Rp. 63.930.000,- (tuuh puluh juta ruapiah). Untuk melaksanakan pekerjaan ini, dibutuhkan 1 Tenaga Ahli (1 Tenaga Ahli GIS Programmer). Nilai tersebut dapat diambil dari kegiatan-kegiatan Pokja Datin berupa kegiatan pengelolaan website dan network DJTR, pengembangan RDTR Interaktif dan pengembangan RTR Builder.

4. Penggunaan Teknologi Informasi

Seperti yang sudah dijelakan pada bagian terobosan inovasi, model inivoasi dan hasil inovasi sebelumnya maka rencana aksi perubahan ini sangat bergantung pada penggunaan teknologi informasi dikarenakan ada nya proses automatisasi, applikasi dan web.

E. Pengendalian Mutu Pekerjaan

Pengendalian dan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari fungsi pengawasan dan berkaitan erat dengan pelaksanaan semua fungsi manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan, pengawasan (controlling) itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan setiap fungsi manajemen tersebut sudah ditemukan penyimpangan yang segera perlu diperbaiki/ diluruskan. Dalam Aksi Perubahan ini, manajemen pengendalian pekerjaan dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Adanya pengawasan secara langsung kepada anggota Tim dari Project Leader;

2. Monitoring secara berkala dan intens dari Project Leader terhadap pelaksana dalam tim efektif;

3. Membuat lembar kendali sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian setiap tahapan pada pelaksanaan pekerjaan;

4. Melakukan kontroling langsung terhadap pihak pelaksana pengukuran (pihak ketiga) dan pelaksana kontrol kualitas (pihak ketiga);

5. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap hasil pekerjaan tim dan pelaksana kegiatan rencana aksi perubahan

6. Pengendalian terhadap pelaksanaan ini diharapkan terus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk peningkatan data terhadap layanan publik.

Pengendalian mutu juga perlu diperhatikan dalam pelayanan publik.

Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam

yang mempunyai 7 prinsip manajemen mutu yang diterapkan untuk mencapai tujuan dari pelayanan publik itu sendiri. Berikut tabel dari manajemen mutu yang meliputi 7 prinsip yang dituangkan dalam pelaksanan Rencana Aksi Perubahan:

Tabel 7. Manajemen Pengendalian Mutu

No Kriteria Deskripsi Pelaksanaan pada RAP

1 Customer

a) Manfaat bagi pihak penyusun RTR

c) Pihak ke-3 Dapat menyusun RDTR

yang bermutu dengan waktu yang lebih cepat dari biasanya

2 Leadership Project Leader

Direktur Jenderal Tata Ruang, para direktur di lingkungan DJTR, dan Kasubdit Perencanaan dan

Kemitraan.

3 Engagement

of People Para staf Tim teknis

maupu , Struktural Tim teknis Pokja Datin 4 Process penyusunan RTR yang telah ada, b) diintegrasikan dengan sistem

informasi yang sudah ada 5 Improvement Selalu fokus terhadap

perbaikan secara berkelanjutan

Kuantitas dan Kualitas RDTR akan meningkat

Semua Stake holder akan dapat memanfaatkan tools automatisasi analisis yang dibuat

F. Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aksi Perencanaan

BAB V

LAPORAN AKSI PERUBAHAN

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan 1. Membangun Integritas

Integritas berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti Sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Serta Menurut KBBI integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan;

kejujuran. Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan.

Dalam pembuatan RDTR semua pihak yang terlibat di dalam pembuatan tersebut, mulai dari tenaga ahli dan staf ASN sebagai supervise dan evaluator dituntut untuk memiliki integritas dan komitmen yang tinggi terhadap peran masing-masing dalam pembuatan RDTR, khususnya dikaitkan dengan kemungkinan adanya gratifikasi. Pembuatan RDTR yang berupa bantuan teknis dilaksanakan dengan pendanaan dari APBN. Di sisi lain, rencana tata ruang merupakan kunci utama dalam pelaksanaan investasi sehingga menjadi primadona bagi para investor guna memuluskan rencana investasinya. Pegawai yang tidak memiliki integritas akan memandang kondisi tersebut sebagai sebuah peluang untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri. Gratifikasi menjadi ancaman terbesar dalam penegakan integritas para pegawai yang terlibat dalam pembuatan RDTR.

2. Pengelolaan Budaya Layanan

Salah satu tujuan dibentuknya instansi pemerintah adalah untuk melayani masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, ASN yang bekerja di dalamnya merupakan pelayan/abdi masyarakat. Menjadi bagian dari instansi yang memberikan pelayanan publik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat, Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) mengemban salah satu fungsi pelayanan publik perlu menerapkan dan menjunjung tinggi budaya pelayanan prima.

Sesuai dengan Kepmen ATR/Kepala BPN No. 115/SK-OT.02/V/2020 tentang Nilai-nilai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, nilai-nilai organisasi dalam rangka mencapai budaya pelayanan prima adalah Melayani, Profesional dan Terpercaya. Melayani bermakna berupaya memberikan layanan berstandar dunia dengan orientasi kepuasan masyarakat dan pemangku kepentingan. Profesional bermakna berdedikasi, memiliki komitmen dan akuntabel, senantiasa meningkatkan kompetensi untuk menyesuaikan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Terpercaya yaitu berpikir, berperilaku dengan cara terbaik dan benar, memegang teguh kode etik, amanah jabatan serta prinsip moral, sehingga menghasilkan kinerja yang handal dan berkualitas. Dari hasil uji coba untuk beberapa analisis yang sudah dibuatkan algoritma dan coding nya waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu analisis dari yang awal nya ber jam- jam bisa di ringkas menjadi beberapa menit saja.

Penulis selaku pejabat pengawas membangun budaya pelayanan prima yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi di Kementerian ATR/BPN dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pegawai yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

Dalam pelayanan pembuatan RDTR, pegawai yang berkualitas diperlukan untuk memastikan kualitas RDTR yang di susun atau dibuat. Kualitas RDTR

yang disusun tergantung dengan proses penyusunannya salah satunya adalah proses analisis spasial. Analisis spasial menjadi hal yang penting dalam layanan ini, sehingga kualitas seorang evaluator dalam melakukan evaluasi menjadi kunci utama dalam pelayanan ini. Pembuatan RDTR terutama dalam analisis spasial sangat diperlukan kemampuan untuk menganalisa secara spasial. Analisa spasial akan semakin cepat dan mudah dengan adanya tools automatisasi analisis spasial.

2. Kelengkapan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan penunjang bagi pegawai dalam

Sarana dan prasarana merupakan penunjang bagi pegawai dalam

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 44-0)