• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 10-14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan SDM Aparatur ditujukan pada SDM Aparatur yang memiliki integritas, profesional, netral dan bersih dari praktik KKN, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selain itu, pembangunan SDM juga diarahkan agar mampu beradaptasi terhadap perubahan global yang sangat dinamis. Oleh karena itu, penyiapan SDM Aparatur ke depan harus diarahkan pada peningkatan daya saing yang komprehensif baik terkait penguatan teknologi, infrastruktur, dan sistem, dan juga penguatan terhadap penguasaan pengetahuan, networking, dan kolaborasi serta mendukung terwujudnya world class bureaucracy.

Dalam rangka mendukung terwujudnya tujuan diatas, setiap instansi pemerintah diperlukan sosok pejabat administrator yang memiliki tanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan bagi keberlangsungan unit organisasi, yaitu dalam peningkatan kinerja unit organisasi yang dilakukan oleh pejabat pengawas dan pejabat pelaksana dalam memberikan pelayanan publik.

Pelayanan publik yang dikelola dan dikendalikan dengan baik, merupakan bagian integral dari peningkatan kualitas kinerja unit organisasi. Sosok pejabat pengawas yang dapat memainkan peran tersebut adalah pejabat yang telah memenuhi kriteria kepemimpinan manajemen pelayanan, sehingga cepat atau lambatnya peningkatan pelayanan organisasi akan ditentukan oleh kualitas manajemen pelayanan yang dilakukan oleh pejabat pengawas.

Berdasarkan Pasal 52 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, pejabat administrator harus menjamin akuntabilitas jabatannya untuk memimpin pelaksanaan

seluruh kegiatan yang sudah direncanakan dengan baik dan efisien sesuai standar operasional prosedur dan terselenggaranya peningkatan kinerja secara berkesinambungan.

Untuk mengembangkan kompetensi pejabat dalam memenuhi standar kompetensi manajerial jabatan administrator dan pengawas, perlu pelatihan kepemimpinan administrator dan pelatihan kepemimpinan pengawas. Sebagai pejabat struktural, pejabat administrator dan pejabat pengawas harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, baik pusat maupun daerah, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 tahun 2019 tentang Pelatihan Kepemimpinan Pengawas menjadi dasar semua lembaga pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta dalam rangka memenuhi standar kompetensi manajerial. Hasil akhir dari proses pelatihan ini adalah membentuk seorang leader yang memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku PNS yang dapat diamati dan diukur dan terlihat dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Kompetensi tersebut dijelaskan sebagai kompetensi pemimpin melayani dan dapat melahirkan Akuntabilitas Jabatan yakni kemampuan mengendalikan kegiatan pelaksanaan pelayanan publik yang dilakukan pejabat pelaksana sesuai standar operasional prosedur.

Proses mencetak pemimpin yang mampu melayani tersebut dilakukan melalui mencapai kompetensi yang tertuang dalam 4 agenda yaitu;

1. Agenda Kepemimpinan Pancasila dan Bea Negara 2. Agenda Kepemimpinan Pelayanan

3. Agenda Pengendalian Pekerjaan 4. Agenda Aktualisasi Kepemimpinan

a) Studi Lapangan (STULA)

b) Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik

Pada bagian ini akan banyak diulas tentang Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik. Rancangan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik merupakan kertas kerja Peserta untuk menunjukan Kompetensi kepemimpinannya sesuai bidang tugas dengan mengelola perubahan dalam bentuk inovasi, dengan melakukan kolaborasi, dan mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya (internal dan eksternal) dalam rangka peningkatan Kualitas Kinerja Pelayanan Publik”.

Kompetensi yang dibangun pada aksi perubahan yaitu peserta dapat mengaktualisasikan kepemimpinan pelayanan dan pengendalian pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya dengan melakukan inovasi, kolaborasi, dan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya internal dan eksternal dalam rangka implementasi peningkatan kinerja pelayanan publik yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.Sehubungan dengan hal tersebut maka Penulis dalam hal ini selaku Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas melakukan Rancangan Aksi Perubahan sesuai dengan tusi yang dilaksanakan pada unit organisasi.

Direktorat Jenderal Tata Ruang (DJTR) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. mengemban salah satu tugas yang krusial dalam tahapan penetapan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang yaitu dalam hal pemberian persetujuan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota/kawasan perkotaan.

Persetujuan substansi rencana tata ruang merupakan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 18 yang menyebutkan bahwa:

1) Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri.

2) Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur.

Dalam tahapan penetapan perda rencana tata ruang, proses persetujuan substansi dilaksanakan setelah pengajuan rancangan peraturan daerah tentang rencana tata ruang dari gubernur kepada DPRD Provinsi dan sebelum dilakukannya persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tersebut. Hal tersebut diatur dalam PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Pasal 28, Pasal 33 dan Pasal 37 berturut-turut untuk rencana tata ruang provinsi, kabupaten dan kota.

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh Direktorat Jenderal Tata Ruang sebelum memberikan persetujuan substansi yaitu dokumen materi teknis. Berdasarkan lampiran III Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 dokumen materi teknis terdiri dari buku fakta dan analisa (hasil-hasil dari pengolahan dan analisis data), buku rencana (perumusan konsep RDTR dan muatan PZ kabupaten dan kota), album peta. Analisis-analisis yang ada di buku fakta harus sesuai dengan lampiran III Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 yaitu tata cara penyusunan RDTR dan PZ yang berkaitan dengan pengolahan dan analisis data.

Penyusunan materi teknis rencana tata ruang merupakan tahapan krusial sebelum dikeluarkannya persetujuan substansi oleh Menteri ATR/BPN c.q DJTR untuk memastikan rencana tata ruang yang disusun oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota telah selaras dan harmonis dengan rencana tata ruang di level nasional dan pedomanpedoman bidang penataan ruang.

Penyusunan rencana tata ruang dalam hal ini RDTR semakin menjadi primadona dengan adanya isu percepatan investasi sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Dalam sistem Online Single Submission yang telah dikembangkan, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan dasar/acuan dalam pemberian izin lokasi untuk investasi. Rencana investasi yang sesuai dengan peruntukan di RDTR akan secara otomatis keluar izin lokasi (tanpa komitmen) dan izin lain yang diperlukan melalui sistem elektronik. Sayangnya

RDTR yang tersedia di seluruh Indonesia sampai saat ini baru 65 (enam puluh lima) RDTR dari target 1.876 RDTR yang diamanatkan pada RPJMN 2015-2019.

Sementara pada rancangan renstra 2020-2024 target yang diusulkan sebanyak 2.000 RDTR.

Hal yang lebih penting lagi adalah dari 65 RDTR yang sudah diperdakan tersebut hanya 21 RDTR yang dapat diintegrasikan pada system OSS. Hal ini dikarenakan adanya permasalahan kualitas dari materi teknis RDTR yang terlah diperdakan tadi pada tahapan penyusunan materi teknis. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan publik penyusunan materi teknis RDTR khususnya dalam hal kecepatan/durasi penyelesaian teknis analisis sehingga mampu mendukung percepatan penyediaan RDTR dalam rangka mendukung percepatan investasi melalui sistem OSS.

Dalam dokumen LAPORAN AKSI PERUBAHAN (Halaman 10-14)