BAB V LAPORAN AKSI PERUBAHAN
B. Deskripsi Hasil Kepemimpinan
2. Capaian dalam Perbaikan Sistem Pelayanan
Pada implementasi aplikasi RTR Builder tahun 2020, dicoba pada Analisis Sumber Daya Alam Fisik/Lingkungan BWP serta template Juknis, persub dan KPN sebagaimana penjelasan berikut:
1. Pembuatan Alur Analisis untuk analisis Sumber Daya Air (SDA) dan Satuan Kemampuan Lahan (SKL)
a. Analisis SDA
Analisis SDA Permukaan
Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan seperti mata air, danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini masing-masing jenis sumber air tersebut diikuti besaran atau debitnya, sehingga dapat terlihat potensi air permukaan secara umum.
Khusus untuk sungai disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS)nya, karena masing-masing WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil. Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air permukaan pada masing-masing DAS serta kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.
Gambar 26. Proses Model Builder Penentuan Ketersediaan Air Permukaan
Analisis Sumber Daya Air (SDA) pada permukaan dalam proses model builder menggunakan studi kasus daerah Kediri. Proses model builder pada analisis Sumber Daya Air (SDA) membutuhkan data masukan peta perairan seperti peta sungai, mata air, dan perairan lainnya, serta peta DAS (dapat berisi SUBDAS bahkan hingga nama irigasinya) yang sebetulnya termasuk penambahan data air permukaan setelah dilakukan overlay. Overlay tersebut memilih jalur proses union (penggabungan spasial dengan spasial), karena dalam geoprocessing memerlukan proses yaitu join dengan tabel antara peta DAS dan data statistik berupa debit dan volume air. Join dengan tabel ini dilakukan berdasarkan data spasial dan data non-spasial yang masing-masing ditentukan penamaan field yang sama agar penentuan primary key dan foreign key dapat dilakukan sehingga proses model builder berjalan tanpa error.
Hasil sementara dari overlay (union) dan join dengan tabel belum menghasilkan suatu potensi melainkan masih menampilkan data secara statistik yang dapat diperoleh dari instansi BPS (Badan Pusat Statistik), Dinas PU SDA (Sumber Daya Air) setempat, dan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) setempat. Setelah data statistik telah ter-join maka hasil terakhir dilakukan clip (pemotongan area) untuk ditentukan berdasarkan kajian daerah yang akan menjadi lokus, misalnya Kota Kediri, bahkan dapat ditentukan lebih spesifik dari Kota Kediri tersebut yakni tingkat Kecamatan.
Analisis SDA Tanah
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya.
Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga
untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.
Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidro-geologi baik yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi.
Gambar 27. Hasil Ketersediaan Sumber Air Tanah
Versi yang kedua, analisis sumber daya air tanah diperoleh dari peta geologi, cekungan air tanah, dan klimatologi. Studi kasus untuk
melakukan union ketiga peta tersebut dilakukan di Daerah Sukabumi.
Hasil dari proses ketiga peta tersebut belum hingga tahap otomatisasi dari dokumen status lingkungan hidup daerah dan hasil observasi (pengecekan lapangan untuk konfirmasi batas zonasi). Oleh karena itu, proses union dari ketiga peta tersebut baru menunjukkan bagaimana proses geologinya, kemudian dihubungkan dengan data cekungan air tanah dan klimatologi sehingga proses untuk perlakuan potensi suatu zonasi perlu sinergi antar instansi, ataupun penelitian yang melibatkan Perguruan Tinggi.
Gambar 28. Model Builder untuk Peta Air Tanah
Model builder yang diterapkan pada proses union merupakan implementasi dari ketiga peta yakni peta geologi, cekungan air tanah, dan klimatologi, yang menghasilkan ketersediaan air tanah.
Ketersediaan air tanah ini merupakan hasil sementara penggabungan ketiga peta yang belum hingga tahap potensi sehingga dalam tahap ini selanjutnya perlu dilakukan kajian. Kajian ini yang menjadi catatan nanti apakah pengecekan observasi lapangan dapat dilakukan percepatan oleh model builder. Oleh sebab itu, pada kasus ini, sistem perlu dibangun sebuah kesepakatan dari kedua-belah pihak baik dari segi penggunaan metode yang dipilih ataupun rumus yang digunakan.
b. Analisis SKL
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) diperoleh untuk memberikan gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai
perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. SKL tersebut dengan mendasarkan 9 data masukan, seperti SKL Morfologi, SKL Kemudahan Dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Pondasi, SKL Ketersediaan Air, SKL Terhadap Erosi, SKL untuk Drainase, SKL Pembuangan Limbah, dan SKL Terhadap Bencana Alam, yang masing-masing memiliki nilai dan bobot.
Gambar 29. Proses Model Builder untuk Penentuan Satuan Kemampuan Lahan
Model builder pada SKL pada hakekatnya telah dirancang secara otomatisasi. Artinya, 9 SKL yang telah diperoleh dapat langsung diproses menghasilkan klasifikasi kemampuan lahan tanpa menghitung secara manual perkalian antara nilai dan bobot. Proses otomatisasi ini dapat dilakukan apabila memenuhi key rules yang dibuat oleh sistem yang
sistem model builder pada penilaian SKL morfologi dengan nama field
“NILAI_MRF” maka data penilaian yang disiapkan untuk proses otomatisasi pun harus sama yaitu “NILAI_MRF”.
2. Tampilan Geoprocessing dalam Screenshot Aplikasi RTR Builder
Gambar 30. Geoprocessing SDA Permukaan
Gambar 31. Geoprocessing SKL Kestabilan Lereng
3. Manfaat Aksi Perubahan
Fitur analisis pada RTR Bulder memiliki manfaat jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:
a. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Team Leader
1) Memudahkan pempuatan proyek RDTR baru
2) Memudahkan proses penyusunan proses approval data 3) Memudahkan mengetahui progress RDTR
b. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Unit Kerja dan Instansi
1) memudahkan proses penyimpanan file RDTR agar file terstruktur rapi
2) memudahkan membuat proses analisis RDTR 3) memudahkan proses permohonan data ke BIG 4) transparansi bagi pemerintah daerah
c. Manfaat Aksi Perubahan Bagi Penerima Layanan
1) Mempermudah dan mempercepat proses persetujuan substansi 2) Menghemat anggaran perjalanan dinas untuk konsultasi dan
asistensi ke Jakarta
C. Keberlanjutan Aksi Perubahan