• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI RELIEF CANDI SIWA PRAMBANAN DAN TARI PARAMASTRI

2.1 Deskripsi Relief Candi Siwa Prambanan

Candi Siwa merupakan candi induk dan di kompleks Candi Prambanan dan mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada candi lainnya. Letak Candi Siwa berada di halaman utama dan diapit oleh Candi Wisnu dan Candi Brahma. Tinggi keseluruhan dari Candi Siwa 47 m yang berdiri di atas suatu pondasi. Candi Siwa mempunyai 2 (dua) lantai, lantai pertama berukuran 34 x 34 m dan lantai kedua yang berupa candinya berukuran 17 x 17 m (Santosa, 1998 via

www.candidiy.tripod.com/ prambanansyiwa.htm).

Bangunan ini dibagi atas 3 (tiga) bagian secara vertikal kaki, tubuh dan kepala / atap. Kaki candi menggambarkan ‘dunia bawah’ tempat manusia yang diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan ‘dunia tengah’ tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan atap melukiskan ‘dunia atas’ tempat para dewa. Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan-kirinya berdiri 2 (dua) arca raksasa penjaga dengan membawa

ganda yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat 4 (empat) ruangan yang menghadap keempat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah (Prasetyo, 2004 : 6).

Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana. Relief cerita Ramayana pada Candi Siwa, terbagi dalam panel-panel yang berjumlah 24 panel. Setiap panel dipisahkan oleh pahatan pilaster. Kadang, sebuah panel memuat lebih dari satu adegan (Prasetyo, 2004 : 7). Sedangkan hiasan dinding langkan sebelah luar berupa ‘kinari-kinari’ (makhluk bertubuh burung berkepala manusia), ‘kalamakara’ (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya. Atap candi bertingkat-tingkat masing-masing dihiasi sejumlah ‘ratna’ dan puncaknya terdapat ‘ratna’ terbesar (Prasetyo, 2004 : 8).

Relief cerita Ramayana yang terdapat di pagar langan bagian dalam Candi

Siwa dapat diikuti dengan cara pradaksina (berjalan searah jarum jam) dimulai

dari sebelah kiri pintu utama yang menghadap timur dan berakhir di sebelah kanan pintu utama sisi timur (Prasetyo, 2004 : 7).

Berikut adalah deskripsi relief Candi Prambanan khususnya yang terpahat pada langkan bagian dalam Candi Siwa berdasarkan urutan panel-panelnya.

2.1.1 Panel 1 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (1) Panel 1

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Relief Ramayana yang dipahatkan pada Candi Prambanan atau Lara Jonggrang, diawali dengan kisah di Surga Tushita. Dewa Wisnu sedang duduk di atas singgasana yang berbentuk Ular Naga yang muncul dari laut, dan di belakangnya duduk seekor Garuda. Dalam cerita itu, Dewa Wisnu diminta turun ke dunia oleh 5 (lima) dewa yang menumpas kejahatan yang ditimbulkan oleh Rawana (Prasetyo, 2004 : 11).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Rama yang merupakan titisan dari Dewa Wisnu, Putra Prabu Dasarata, Raja Ayodya, dan para abdi dalem Kraton sedang menghadap ayahanda Raja Ayodya, yang didampingi oleh permaisuri. Raja Ayodya adalah raja yang memerintah Kerajaan Ayodya (Prasetyo, 2004 : 11).

2.1.2 Panel 2

Foto : Agung

Gambar (2) Panel 2

Pada saat itu, Prabu Dasarata sedang menerima tamu seorang pendeta yakni Bagawan Wismamitra. Kedatangan tamu tersebut memohon pertolongan Rama untuk membantu membunuh raksasa yang sering mengganggu keamanan pertapaan yang sedang beliau jalani. Sementara itu, di belakang Sang Raja duduk ketiga isterinya yang bernama Kaikeyi atau Kekayi yang telah melahirkan Barata, Kausalya yang telah melahirkan Rama dan Sumitra yang putranya bernama Laksmana dan Satrugna. Rama dan Laksmana terlihat duduk di sebelah kanan meraka. Prabu Dasarata mengutus Rama dan Laksmana untuk membunuh semua raksasa yang mengganggu pertapaan Bagawan Wismamitra. Rama dengan senang hati bersedia membantu Bagawan Wismamitra dan segera pergi ke tempat pertapaan Bagawan Wismamitra (Prasetyo, 2004 : 12).

2.1.3 Panel 3

Foto : Agung

Gambar (3) Panel 3

Dalam perjalanan ke tempat pertapaan pendeta Wismamitra, tiba-tiba Rama dan Laksmana dihadang oleh raseksi, yang bernama Tataka. Tataka dapat dibunuh oleh Rama dengan menggunakan panahnya (Prasetyo, 2004 : 13).

2.1.4 Panel 4 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (4) Panel 4

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Rama selamat sampai ke pertapaan dan menjumpai Bagawan Wismamitra yang sedang duduk bersemadi (Prasetyo, 2004 : 14).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Sementara Rama tinggal di pertapaan, muncullah raksasa-raksasa yang selalu mengganggu pertapaan Bagawan Wismamitra. Namun, semua raksasa itu dapat dibinasakan oleh Rama, sehingga pertapaan itu kembali aman dan tentram seperti sedia kala (Prasetyo, 2004 : 14).

2.1.5 Panel 5 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (5) Panel 5

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Sementara itu, Prabu Janaka yang memerintah Kerajaan Mantilireja sedang mengadakan sayembara, barang siapa dapat membentangkan dan mematahkan busur panah panah miliknya, akan dikawinkan dengan puterinya yang sangat cantik yang bernama Sinta (Prasetyo, 2004 : 15).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Rama mendengar sayembara yang diadakan oleh Prabu Janaka. Rama memutuskan untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Prabu Janaka. Rama berhasil membentangkan dan mematahkan busur panah milik Prabu Janaka, yang disaksikan oleh Sinta dan para pengawalnya. Oleh karena itu,

Rama dikawinkan dengan Sinta. Pesta perkawinan berlangsung sangat meriah (Prasetyo, 2004 : 15). 2.1.6 Panel 6 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (6) Panel 6

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Tidak lama kemudian, Sinta diboyong ke Negara Ayodya. Laksmana, yang selalu mendampingi Rama dalam sayembara itu, ikut kembali ke Ayodya. Mereka melanjutkan perjalanan kembali ke Negara Ayodya (Prasetyo, 2004 : 16).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Selama dalam perjalanan kembali ke Ayodya, di tengah jalan, rombongan Rama bertemu dengan Rama Parasu. Ia minta dibunuh dengan pusaka sakti pemberian Dewa pada waktu Rama Parasu sedang bertapa (Prasetyo, 2004 : 16).

• Adegan ketiga

Rama mengabulkan permintaan Rama Parasu. Rama membunuh Rama Parasu dengan panah milik Rama Parasu (Prasetyo, 2004 : 17).

• Adegan keempat

Akhirnya dua bersaudara, Rama dan Laksmana, beserta Sinta selamat sampai Ayodya. Kedatangan kedua putera dan menantunya disambut gembira oleh Prabu Dasarata. Tidak lama setelah Rama kembali ke Ayodya, Raja Dasarata ingin mewariskan tahta kerajaan kepada Rama karena usia Sang Prabu sudah lanjut. Persiapan-persiapan telah dilakukan, baik oleh keluarga maupun rakyatnya (Prasetyo, 2004 : 17). 2.1.7 Panel 7 Foto : Agung Pilahan 1 Gambar (7) Panel 7

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Sebelum Rama dinobatkan menjadi raja, terlebih dahulu dilakukan penobatan Rama sebagai putera mahkota. Menurut tradisi kraton, lebih dulu dinobatkan sebagai putera mahkota baru kemudian dinobatkan sebagai raja. Penobatan Rama sebagai putera mahkota Kerajaan Ayodya dilakukan oleh seorang pendeta. Sementara itu, di luar pagar istana Ayodya, rakyat merayakan penobatan tersebut (Prasetyo, 2004 : 18).

• Adegan kedua

Namun, sebelum Rama dinobatkan sebagai Raja mewarisi kedudukan ayahanda, tiba-tiba isteri kedua Dasarata yang bernama Kaikeyi atau Kekayi menghadap Sang Prabu. Kaikeyi atau Kekayi memohon pada Prabu Dasarata untuk membatalkan penobatan Rama menjadi Raja di Ayodya. Selain itu, ia meminta agar Rama diasingkan ke hutan selama 14 (empat belas) tahun dan Barata putera Kaikeyi diangkat menjadi Raja Ayodya. Malam harinya mereka berangkat ke hutan. Sebelum mereka berangkat, Rama dan Sinta berdoa terlebih dahulu di tempat pemujaan yang berupa candi (Prasetyo, 2004 : 19).

• Adegan ketiga

Selesai berdoa, Rama, Sinta dan Laksmana, adik Rama, menuju ke pengasingan di salah satu hutan yang masih termasuk dalam wilayah Kerajaan Ayodya (Prasetyo, 2004 : 19).

2.1.8 Panel 8

Foto : Agung

Gambar (8) Panel 8

Selama ditinggal oleh Rama, Sang Prabu selalu sedih dan akhirnya jatuh sakit karena selalu memikirkan kepergian puteranya yang akan mewarisi tahta beliau.

Tuhan tidak memberikan umur panjang lagi kepada Prabu Dasarata. Ia wafat dan jenazahnya diperabukan.

Sepeninggal Prabu Dasarata, para brahmana dan permaisuri Kausalya membagikan harta kepada rakyat Ayodya (Prasetyo, 2004 : 20).

2.1.9 Panel 9 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (9) Panel 9

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Barata putera Kaikeyi atau Kekayi akan dinobatkan menjadi raja, tetapi ia menolak. Ia pergi ke hutan mencari Rama, Laksmana dan Sinta yang sedang menjalani hukuman. Tujuan Barata mencari Rama, Laksmana dan Sinta adalah untuk membujuk Rama kembali ke istana dan memerintah Kerajaan Ayodya (Prasetyo, 2004 : 21).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Setelah lama mencari, akhirnya mereka dapat ditemukan juga. Barata memberitahukan bahwa Ramanda Prabu Dasarata sudah wafat. Barata mohon kepada Rama untuk kembali ke Ayodya menggantikan kedudukan ayahanda mewarisi tahta kerajaan di Ayodya. Namun permintaan Barata ditolak. Rama

tidak mau kembali ke negaranya, dan hanya menitipkan tlumpah atau sandal sebagai gantinya. Pesan Rama, agar tlumpah atau sandal tersebut ditaruh di atas Singgasana dan Barata disuruh pulang kembali ke Ayodya menggantikan ayahanda sebagai Raja Ayodya atas nama Rama (Prasetyo, 2004 : 21).

2.1.10 Panel 10

Foto : Agung

Gambar (10) Panel 10

Sekembali Barata ke Ayodya, Rama, Sinta dan Laksmana masih tetap di hutan. Selama di hutan, Sinta diganggu oleh dua raksasa, salah satunya bernama Wiradha. Tetapi keduanya dapat dibunuh oleh Rama (Prasetyo, 2004 : 22).

2.1.11 Panel 11

Foto : Agung

Gambar (11) Panel 11

Di dalam hutan itu, Rama menempati gubug atau rumah kecil yang tidak begitu kokoh. Bila ditinggal berburu oleh Rama, Sinta sering sendirian, hanya

kadang-kadang ditemani oleh Laksmana. Rama sering mendapatkan rusa dan dibawa pulang. Sementara Rama sedang berburu, Sinta menjemur daging rusa yang sudah dikuliti. Tiba-tiba muncul burung gagak mencuri daging rusa yang sedang dijemur di halaman rumah. Setiap kali menjemur, burung itu pasti datang dan menghabiskannya. Lama kelamaan Rama menjadi marah dan ketika burung gagak itu kembali lagi ingin mencuri daging rusa, ia dibunuh dengan anak panah dan kepalanya dipenggal (Prasetyo, 2004 : 23).

2.1.12 Panel 12 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (12) Panel 12 • Adegan pertama

Belum lagi kemarahan Rama mereda, tiba-tiba muncul Sarpakenaka, seorang adik perempuan Rawana, yang menyamar sebagai bidadari. Ia memohon agar Rama menjadikan dia isterinya. Secara halus Rama menolak, karena Rama sudah memiliki isteri. Lalu ia menunjuk Laksmana yang belum mempunyai isteri. Rama memperkenalkan Laksmana kepada Raseksi Sarpakenaka (Prasetyo, 2004 : 24).

• Adegan kedua (Pilahan 1)

Setelah ia sampai pada Laksmana, ternyata juga mendapatkan jawaban yang sama. Cinta Sarpakenaka ditolak oleh Laksmana. Ia diusir. Tetapi karena Sarpakenaka tidak mau pergi, akhirnya Laksmana memotong telinga serta melukai hidung Sarpakenaka. Adik Rawana tidak pernah menduga akan mendapatkan perlakuan sekejam itu, maka ia pun lari untuk menemui Rawana. Mendengar laporan bahwa Rama menghina adiknya, Rawana marah dan Kalamarica, raksasa pembantu Rawana, disuruh menyelidiki ke hutan yang ditunjukkan oleh adiknya. Kemudian Kalamarica berangkat sendiri terrnyata itu benar, dan di sana juga ada seorang wanita cantik. Begitu mengetahui ada wanita cantik, mengalirlah darah muda Rawana. Seketika itu pula, Rawana menyuruh Kalamarica untuk menyamar sebagai seekor Kijang Kencana, untuk menggoda Sinta (Prasetyo, 2004 : 24).

• Adegan ketiga (Pilahan 2)

Melihat Kijang, Sinta terpikat dan meminta Rama menangkap Kijang tersebut, yang berkali-kali muncul dan menghilang secara tiba-tiba di dekat Sinta. Sinta merengek terus dan mendesak Rama agar Kijang itu secepat mungkin ditangkap. Sebelum ke hutan mencari Kijang, Rama berpesan kepada Laksmana, adiknya, supaya menjaga Sinta baik-baik (Prasetyo, 2004 : 25).

2.1.13 Panel 13 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (13) Panel 13 • Adegan pertama

Belum lama Rama pergi, tiba-tiba Sinta mendengar jeritan dari dalam hutan. Ia menyangka, Rama mendapatkan malapetaka di tengah hutan. Sinta menyuruh Laksmana segera menyusul Rama, karena mungkin terjadi sesuatu atas dirinya. Laksmana merasa keberatan meninggalkan Sinta seorang diri. Namun, ia didesak terus sehingga terpaksa menuruti keinginan isteri kakaknya. Sebelum pergi, ia membuat lingkaran yang mempunyai kekuatan gaib. Barang siapa melanggar lingkaran itu, akan ada kekuatan lain yang menyebabkan ia tidak sadarkan diri, bahkan jika tidak kuat, akan meninggal seketika. Laksmana menyusul Rama. Sementara itu, Sinta berada di gubug sendirian (Prasetyo, 2004 : 26).

• Adegan kedua (Pilahan 1)

Begitu Laksmana pergi, muncullah Rawana yang menyamar sebagai pendeta tua yang sudah pikun. Perlahan-lahan, ia mendekati Sinta dan berpura-pura ingin meminta nasi. Sinta merasa kasihan melihat pendeta tua tadi. Ketika

Sinta memberikan nasi, secepat kilat tangan Sinta ditarik keluar dan di bawa terbang ke angkasa (Prasetyo, 2004 : 26).

• Adegan ketiga (Pilahan 2)

Rawana berhasil menculik Sinta dan membawanya terbang ke angkasa. Ratap tangis Sinta tak dihiraukan oleh Rawana. Namun, gerak-gerik Rawana selalu diikuti oleh seekor burung garuda yang bernama Jatayu. Pada awalnya, burung itu mendengar tangis seorang wanita yang minta dikembalikan. Tangis itu terdengar sayup-sayup oleh Jatayu, maka ia pun lalu mendekat. Jatayu terkejut melihat seorang wanita dibawa terbang oleh seorang raksasa. Jatayu ingin membebaskan wanita tersebut yang tidak lain adalah Sinta. Maka terjadilah perang memperebutkan Sinta. Karena Jatayu kalah kuat, Rawana dengan mudahnya meringkus dan menghempaskannya ke tanah. Sebelum Jatayu jatuh ke bumi, Sinta sempat memberikan sebentuk cincin agar diberikan kepada suaminya (Prasetyo, 2004 : 27).

• Adegan keempat

Sementara itu, hati Rama semakin penasaran melihat ulah Kijang yang sukar ditangkap. Pada waktu Kijang itu mendekat, Rama melepaskan anak panah dan dapat mengenai Kijang tadi. Namun, tiba-tiba Kijang tadi berubah wujud menjadi Kalamarica yang menjerit melarikan diri menjauhi Rama. Dengan kecewa Rama kembali menemui Sinta, namun Sinta sudah tidak ada di gubug mereka. Rama dan Laksmana sangat sedih ketika mereka mengetahui hilangnya Sinta. Rama dan Laksmana mencari dengan penuh kekhawatiran, jangan-jangan isterinya diculik atau di bawa lari orang. Menangislah Rama

dalam hati. Lama ia merenung dalam hati. Ke mana ia akan mencari, sebab belum diketahui tempat Sinta berada. Kemudian Laksmana mendekati Rama, untuk diajak mencari Sinta sampai ketemu. Dengan dirundung kesedihan, kakak beradik itu terus mencari Sinta. Selama menggembara, tak diduga selama melintasi hutan yang belum dijamah oleh manusia, mereka menjumpai burung Garuda yang hampir mati penuh dengan luka. Burung Garuda yang bernama Jatayu itu menceritakan semua yang dialaminya kepada Rama dengan tersendat-sendat, menahan sakit. Setelah memberikan sebentuk cincin kepada Rama, Jatayu meninggal. Rama dan Laksmana berdoa bagi arwah Jatayu. Setelah berdoa, mereka kembali melanjutkan perjalanan mencari Sinta (Prasetyo, 2004 : 28).

• Adegan kelima

Selama perjalanan, naik turun gunung dan keluar masuk hutan, tidak dirasakan oleh Rama dan Laksmana. Hatinya kuat seperti baja, ingin agar isterinya yang dilarikan orang segera diketemukan. Belum sempat beristirahat setelah menaiki gunung, tiba-tiba ia dihadang oleh raksasa yang bernama Kabandha. Rama dengan mudah membunuh raksasa tadi, tetapi tiba-tiba Kabandha berubah wujud. Ia adalah reinkarnasi dewa yang dikutuk oleh Dewa Siwa dan dihukum untuk hidup sebagai makhluk yang jelek. Rama tidak habis mengerti, mengapa perjalanan mereka mencari Sinta penuh cobaan dari Dewa (Prasetyo, 2004 : 28).

2.1.14 Panel 14

Foto : Agung

Gambar (14)

Panel 14

Baru saja mereka melangkah, muncul seekor buaya secara tiba-tiba dan menyerang mereka. Setelah dibunuh, buaya itu pun berubah wujud. Ternyata ia adalah reinkarnasi seorang bidadari yang mendapat kutukan dari Dewa. Bidadari itu lalu terbang kembali ke surge (Prasetyo, 2004 : 29).

2.1.15 Panel 15

Foto : Agung

Gambar (15) Panel 15

Dengan hati yang penuh kesabaran, Rama dan Laksmana menghadapi segala cobaan. Mereka bertekad tidak akan mengurungkan niatnya sampai menemukan Sinta kembali. Mereka sudah berjalan sampai berbulan-bulan. Setiap hutan dilalui untuk mendapatkan berita dari orang lain mengenai tempat di mana Sinta disembunyikan. Ketika sedang beristirahat di tengah hutan, dari semak-semak

muncullah seekor Kera Putih yang kemudian mendekati mereka. Ia mengaku bernama Hanoman, anak Dewa Angin. Sambil menyembah, Hanoman memohon kepada Rama supaya mau menemui Sugriwa, Raja Kera. Permintaan Hanoman dituruti oleh Rama (Prasetyo, 2004 : 30).

2.1.16 Panel 16 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (16) Panel 16

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Rama dan Laksmana sedang beristirahat di tengah hutan. Sebelum meninggalkan tempat beristirahat tadi, Rama menyuruh adiknya, Laksmana, untuk mencari air (Prasetyo, 2004 : 31).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Tidak lama kemudian, Laksmana menemukan air yang menetes dari atas pohon. Anehnya, air itu terasa asin. Setelah diamati, Laksmana baru tahu bahwa air yang menetes itu adalah air mata Raja Kera, Sugriwa yang sedang menangis karena badannya terjepit di antara dua pohon besar, sehingga ia tidak dapat bergerak sedikit pun (Prasetyo, 2004 : 31).

• Adegan ketiga

Melihat kejadian itu, Rama dan Laksmana merasa kasihan. Lalu kayu besar itu dilepasi anak panah, sehingga Sugriwa dapat diturunkan dari atas pohon. Sesampai di tanah, Sugriwa mengucapkan terima kasih dan memohon kepada Rama agar membantunya menaklukkan Subali yang telah merebut Kerajaan Kiskendha dan isterinya secara paksa. Tetapi Rama juga memohon agar Sugriwa bersedia membantu Rama untuk mendapatkan kembali Sinta yang telah diculik oleh Rawana dari Alengka. Sebagai ucapan terima kasih, Sugriwa dengan bala tentara kera akan membantu Rama untuk membebaskan Sinta (Prasetyo, 2004 : 32).

2.1.17 Panel 17

Foto : Agung

Gambar (17) Panel 17

Untuk meyakinkan Sugriwa atas kesaktian Rama, Rama sempat melepaskan anak panah, dengan satu anak panah yang dapat sekaligus memotong 7 (tujuh) pohon palem (Prasetyo, 2004 : 33).

2.1.18 Panel 18 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (18) Panel 18

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Kemudian berangkatlah Rama, Laksmana dan Sugriwa disertai Hanoman menuju Gua Kiskenda. Setiba di Gua Kiskenda, mereka menyusun strategi untuk menyerang Subali. Segera Rama menyuruh Sugriwa menantang Subali dari luar gua (Prasetyo, 2004 : 34).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Mendengar suara Sugriwa, Subali keluar dan terjadilah peperangan. Keduanya mempunyai kekuatan yang seimbang. Tapi lama kelamaan, Sugriwa terdesak dan mohon agar Rama segera membunuh Subali. Pada mulanya Rama masih ragu-ragu, karena keduanya hampir serupa dari kejauhan. Setelah Sugriwa memberi tanda lain, Rama tidak ragu-ragu lagi. Pada saat peperangan agak renggang, anak panah Rama mengenai Subali dan matilah ia seketika. Jenazah Subali dikubur dengan penuh haru (Prasetyo, 2004 : 35).

• Adegan ketiga

Tidak lama kemudian, dengan matinya Subali, Sugriwa dapat kembali naik tahta Kerajaan Kiskenda dan Anggada, anak Subali diangkat sebagai putera mahkota. Sugriwa disambut meriah oleh para kera (Prasetyo, 2004 : 36).

2.1.19 Panel 19 Foto : Agung Pilahan 1 Pilahan 2 Gambar (19) Panel 19 • Adegan pertama

Selesai pengangkatan raja dan putera mahkota, berangkatlah mereka menuju Alengkapura disertai prajurit kera yang jumlahnya tidak sedikit. Setiba di pantai, semua prajurit kera beristirahat dan Sugriwa menghadap Rama. Rama, Laksmana dan Sugriwa pergi ke suatu tempat untuk berunding (Prasetyo, 2004 : 37).

• Adegan kedua (Pilahan 1)

Rama, Laksmana dan Sugriwa sedang berunding untuk merencanakan dan mengatur siasat untuk menyerang Kerajaan Alengka (Prasetyo, 2004 : 37).

• Adegan ketiga (Pilahan 2)

Sugriwa mengajukan permohonan kepada Rama supaya Hanoman diutus pergi ke Alengka terlebih dahulu untuk mencari Sinta. Rama setuju, maka berangkatlah Hanoman ke Alengka. Rama menitipkan cincin agar diberikan kepada Sinta bila nanti bertemu (Prasetyo, 2004 : 38).

• Adegan keempat

Dengan tangkas, Hanoman pergi ke Kerajaan Alengka dengan jalan melompat-lompat dari Gunung Mahameru untuk menyeberangi laut. Hanoman juga terbang melayang bagaikan anak panah lepas dari busurnya menuju ke Alengka. Dalam waktu sekejap, ia sudah sampai di Negara Rawana. Ia melompat dari satu rumah ke rumah lain atau dari atap satu ke atap lain mencari tempat di mana Sinta disembunyikan (Prasetyo, 2004 : 38).

2.1.20 Panel 20

Foto : Agung

Pilahan 1 Pilahan 2

Gambar (20) Panel 20

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Akhirnya Hanoman dapat masuk ke taman istana Rawana, tempat di mana Sinta disekap. Di taman keputerian, tampak dari kejauhan Sinta ditemani seorang gadis. Hanoman berusaha mengintip Sinta dari atas pohon. Pelan-pelan

Hanoman mendekat dari balik pepohonan di taman keputerian. Bayangan Hanoman sempat dilihat oleh salah seorang abdi dalem taman keputerian. Kemudian abdi dalem itu melaporkan apa yang dilihatnya kepada Trijata. Trijata adalah keponakan Rawana yang selalu mendampingi Sinta selama di taman keputerian (Prasetyo, 2004 : 39).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Mendengar laporan tadi, Trijata segera mencari Kera Putih yang masih bersembunyi di antara pepohonan. Setelah yakin bahwa Kera Putih itu utusan Rama, maka ia dihadapkan kepada Sinta. Melihat kera, Sinta agak ketakutan. Semula ia masih curiga, mengira bahwa kera itu utusan Rawana. Kemudian Hanoman menceritakan semua yang dialami Rama. Beliau dalam waktu dekat akan segera membebaskan Sinta dan segera akan menjemputnya. Sebelum kembali pulang, Hanoman memberikan cincin pemberian Rama kepada Sinta. Sebaliknya Sinta memberikan perhiasan sanggulnya agar disampaikan kepada suaminya. Sambil menyembah, Hanoman meninggalkan taman keputerian, diantar oleh Trijata sampai di pintu taman keputerian (Prasetyo, 2004 : 39).

2.1.21 Panel 21

Foto : Agung

Pilahan 1 Pilahan 2

Gambar (21)

Panel 21

• Adegan pertama (Pilahan 1)

Tetapi di halaman keputerian, Hanoman sempat dilihat oleh prajurit pengawal istana Alengka. Seluruh prajurit pengawal istana berhamburan menangkap Hanoman. Karena dikeroyok oleh prajurit pengawal yang jumlahnya tidak sedikit, Hanoman tertangkap, lalu dihadapkan kepada Rawana. Atas perintah Rawana, Hanoman diikat di alun-alun lalu dibakar. Semua prajurit bersorak gembira. Tidak lama kemudian, ekornya mulai menyala dan merembet ke seluruh tubuhnya (Prasetyo, 2004 : 40).

• Adegan kedua (Pilahan 2)

Selagi api belum panas, Hanoman mengerahkan kesaktian pemberian Dewa, sehingga dengan mudah melepaskan diri dari ikatannya. Lalu dengan ekor yang masih menyala, Hanoman membakar istana Rawana. Ia melompat dari atap satu ke atap yang lain sambil membakar apa saja yang dijumpainya. Dalam sekejap api telah menjalar ke semua bangunan istana Alengka, sehingga menimbulkan kerusakan besar (Prasetyo, 2004 : 40).

2.1.22 Panel 22

Foto : Agung

Gambar (22) Panel 22

Setelah puas merusak istana Alengka, kembalilah ia ke pantai dekat Gunung Mahameru tempat Rama, Laksmana dan Sugriwa menunggu kedatangannya. Kedatangan Hanoman disambut dengan haru. Semua kejadian yang dialami oleh Hanoman selama menjadi utusan, didengarkan oleh Rama dengan penuh perhatian. Tidak lupa Hanoman menyerahkan hiasan sanggul yang dipakai Sinta.