DESKRIPSI RELIEF CANDI SIWA PRAMBANAN DAN TARI PARAMASTRI
2.2 Deskripsi Tari Paramastri
Tari Paramastri diciptakan tahun 2003 oleh seorang koreografer muda Paranditya Wintarni. Tarian ini diciptakan untuk mengikuti Parade Tari Daerah
mewakili DIY untuk tingkat nasional dan berhasil merebut Juara Umum, Penyaji Terbaik, Penata Musik Terbaik, Penata Rias Busana Unggulan.
Tari Paramastri mengambil ide dari gerak-gerak para penari yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan. Dari gerak-gerak yang terpahat itu kemudian dikembangkan oleh koreografer. Tapi koreografer tidak meninggalkan pakem-pakem yang terpahat pada dinding candi, hal ini terlihat dari bentuk-bentuk tribhanga yang selalu terlihat pada pose para penarinya. Gerak merupakan media komunikasi dalam tari Paramastri. Oleh karena itu, dalam mendeskripsikan tari Paramastri, penulis mendeskripsikannya berdasarkan gerak tari Paramastri. Tari Paramastri tidak mempunyai cerita karena tari Paramastri merupakan tarian pendek. Tari Paramastri dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian tarian, yaitu awal tarian, tengah tarian dan akhir tarian. (Hasil wawancara dengan Sutopo Tejo Baskoro pada tanggal 14 Maret 2008).
2.2.1 Awal Tarian
Tarian ini diawali dengan 1 (satu) orang penari keluar dari sudut kanan belakang menuju tengah panggung. 6 (enam) penari lainnya keluar dari sudut depan, 3 (tiga) penari dari sudut kanan depan dan 3 (tiga) penari dari sudut kiri depan. Keenam penari itu menuju ke tengah panggung mendekati 1 (satu) penari yang sudah terlebih dahulu berpose di tengah panggung. Keenam penari itu membentuk lingkaran. 1 (satu) penari berdiri di tengah lingkaran, bergerak pelan menggunakan pose-pose tribhanga. Perlahan-lahan keenam penari berdiri berjalan melingkar, 1 (satu) penari yang berada di tengah tadi masuk dalam lingkaran.
Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul
Gambar (25a) Gambar (25b) Gambar (25c)
Gambar (25)
Beberapa pose penari yang berada di tengah panggung (25a) pose berdiri dengan tangan ke atas (25b) pose berdiri dengan tangan terbuka (25c) pose berdiri dengan tangan tertutup
Foto : Aul
Gambar (26)
Pose saat 1 penari berada di tengah lingkaran
2.2.2 Tengah Tarian
Ketujuh penari berpisah, 4 (empat) penari menuju kanan belakang panggung, 3 (tiga) penari menuju kiri belakang panggung.
Mereka semua menghadap belakang dan bergeser menuju tengah panggung menggunakan pose-pose tribhanga. Setelah sampai di tengah semua penari menghadap ke depan dan berpose menggunakan bentuk tribhanga. Setelah dua hitungan semua penari maju, 2 (dua) penari berpose di depan kiri panggung, 5 (lima) penari lainnya berpose di tengah panggung. Para penari tersebut menggunakan pose-pose yang berbeda-beda.
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY
Gambar (27)
Pose-pose yang digunakan para penari sebelum berpindah pola lantai
Foto : Aul
Gambar (28)
Gambar (29a) Foto : Aul Gambar (29b) Foto : Aul
Foto : Effi WP Foto : Effi WP Gambar (29c) Gambar (29d)
Gambar (29)
Pose-pose yang digunakan oleh 5 penari yang berada di tengah panggung (29a) pose penari dengan tangan tertutup di atas
(29b) pose penari dengan tangan terbuka (29c) pose penari dengan 1 tangan tertutup (29d) pose penari dengan tangan tertutup di bawah
Setelah berpose seluruh penari menuju ke belakang kiri panggung menghadap belakang, bergeser menuju ke kanan panggung. Setelah berada di kanan panggung, penari menghadap depan dan berjalan menuju sudut kiri depan panggung. Setelah sampai di depan panggung, seluruh penari berbalik menuju ke
tempatnya. 3 (tiga) penari berada di depan panggung, 2 (dua) penari berada di tengah kiri panggung, 2 (dua) penari berada di tengah kanan panggung. Mereka menghadap depan, melakukan gerakan sembahan yang sudah dikreasikan dengan bentuk-bentuk tribhanga. Gerakan ini dilakukan secara bersama-sama atau rampak. Gerakan sembahan digunakan dalam tari Paramastri untuk memberi hormat kepada para penonton.
Foto : Effi WP Gambar (30)
Gerakan sembahan yang dikreasikan dengan bentuk tribhanga
Gerakan-gerakan itu dilakukan dengan menggunakan motif yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan dan tidak lupa menggunakan gerakan tribhanga. Setelah gerakan sembahan selesai, para penari membuat komposisi segaris lurus, melakukan gerakan rampak dengan motif-motif tribhanga. Para penari berpindah komposisi lagi, kemudian melakukan ragam gerak tari Yogya
klasik yaitu nggurdha yang dimodifikasi dengan bentuk tribhanga, gerakan ini
dilakukan secara bersama-sama. Alasan penata tari menggunakan ragam
Foto : Effi WP Gambar (31)
Hasil dari gerak nggurdha yang telah ditransformasikan dalam bentuk tribhanga
Gerakan ini dilakukan dengan berpindah arah hadap, menghadap depan, sudut kanan depan, membentuk lingkaran. Para penari juga berpindah tempat, 3 (tiga) penari berada di sudut kanan panggung menghadap sudut kiri, 4 (empat) penari berada di sudut kiri panggung menghadap sudut kanan belakang.
Komposisi berpindah tempat ini masih menggunakan gerak nggurdha yang sudah
dimodifikasikan.
Kemudian para penari menghadap sudut kanan depan menarikan salah
satu bentuk ragam tari Yogya yaitu impang encot dan impang ngewer udhet yang
telah dikembangkan menggunakan bentuk tribhanga. Gerakan ini dilakukan dengan pelan dan lembut. Kedua ragam ini dimasukkan dalam tari Paramastri karena untuk mempercantik tari Paramastri
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (32)
Impang, salah satu ragam gerak Yogya Klasik yang digunakan dalam tari Paramastri
Setelah gerakan tersebut selesai dilakukan, para penari menuju ke formasi 3 (tiga) penari duduk berpose seperti pose yang ada pada relief Candi Siwa Prambanan, keempat penari lainnya membentuk diagonal di samping ketiga penari yang duduk tadi.
Foto : dok pribadi Gambar (33)
Pose duduk yang terdapat dalam relief Candi Siwa Prambanan. Terdapat pada panel 7 tokoh Rama sedang dinobatkan menjadi Raja.
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (34)
Pola lantai 3 penari duduk, 4 penari berdiri
Setelah 4 (empat) hitungan, para penari berpindah komposisi membuat garis lurus, bergerak secara rampak dan tidak lupa menggunakan motif gerak Yogya Klasik yang dimodifikasikan dengan gerak tribhanga. Kemudian menghadap ke belakang membentuk komposisi huruf V. Setelah itu menghadap
ke depan dan melakukan ragam gerak Yogya klasik yaitu usap rawis. Ragam
gerak ini sudah dimodifikasikan dengan bentuk tribhanga dan untuk mempercantik serta menambah keindahan tari Paramastri.
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (35)
Ragam usap rawis yang digunakan dalam tari Paramastri
Gerakan ini dilakukan dengan serempak atau rampak. Setelah gerak ini selesai, para penari berkumpul di tengah panggung duduk membentuk lingkaran menghadap depan kemudian menghadap belakang masih dengan posisi duduk. 1
(satu) orang penari berdiri bergeser ke kiri keluar lingkaran, penari yang lain mengubah arah hadap tetap pada posisi duduk, mengikuti gerak 1 (satu) penari tadi.
Foto : Effy WP Gambar (36)
Pola lantai lingkaran dengan posisi duduk
Foto : Effy WP Gambar (37)
1 penari keluar dari lingkaran
Setelah menghadap ke arah kiri, para penari bergerak bersama dan berpencar menuju ke komposisi berikutnya. Mereka melakukan ragam gerak tari
klasik Yogya yaitu nggurdha yang sudah dimodifikasikan atau dikembangkan
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (38)
Salah satu motif nggrudha yang dimodifikasikan dalam pose tribhanga
2.2.3 Akhir Tarian
Dengan pelan dan rampak, keenam penari menuju sudut kanan depan panggung dan 1 (satu) penari menuju ke sudut kiri belakang panggung. Keenam penari menghadap ke arah penari yang ada di sudut kiri panggung, mereka bergerak rampak.
Foto : Effi WP Gambar (39)
1 penari berada di sudut belakang panggung
1 (satu) penari yang ada di sudut kanan bergerak dengan pose-pose tribhanga seperti yang ada pada dinding relief Candi Siwa Prambanan. Keenam
penari yang berada di depan berjalan menuju ke sudut kanan membentuk setengah lingkaran melingkari 1 (satu) penari tadi.
Foto : Effy WP Gambar (40)
Keenam penari melingkari 1 orang penari
Kemudian ketujuh penari bergerak ke sudut kanan belakang panggung. 3 (tiga) penari berdiri menari secara rampak dengan motif tribhanga, 4 (empat) duduk bergerak rampak juga dan tetap mengunakan motif tribhanga.
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (41)
Pola lantai saat 3 penari berdiri dan 4 penari lainnya duduk
Semua penari menghadap belakang bergeser ke arah sudut kiri depan kemudian menghadap depan dengan bergerombol. Para penari berpose seperti pose-pose yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan.
Foto : dok Dinas Kebudayaan DIY Gambar (42)
Pose terakhir dalam tari Paramastri
Penggarapan pola lantai tari Paramastri berdasarkan segi artistik serta penggarapan ruang atau area menari.