KARYA PARANDITYA WINTARNI
3.1 Transformasi Relief Candi Siwa Prambanan dalam Pose Tari Paramastri
Hampir semua gerak yang terdapat dalam tari Paramastri merupakan pose yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan. Selain pose yang terpahat pada dinding Candi Siwa, penata tari juga mengembangkan ragam tari
Yogya Klasik. Ragam – ragam tersebut dikembangkan dengan menggunakan pose tribhanga. Ragam tari Yogya Klasik yang digunakan dalam tari Paramastri yang
kemudian dikembangkan dengan bentuk – bentuk tribhanga antara lain nggurdha,
usap rawis, impang encot dan impang ngewer udhet.
Pose yang digunakan dalam tari Paramastri merupakan pose yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan. Penata tari mentransformasikan pose yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan ke dalam karya tarinya untuk mendukung ide dasar pembuatan karya tarinya yaitu mentransformasikan relief candi dalam gerak tari. Hal ini terlihat antara lain pada pose di bawah ini. 3.1.1 Pose Duduk
Pose duduk yang digunakan dalam tari Paramastri ditransformasikan dari pose duduk yang terpahat pada relief dinding Candi Siwa Prambanan.
Foto : dok pribadi Gambar (43)
Beberapa pose duduk dalam tari Paramastri
Pose duduk tersebut mempunyai makna yang sesuai dengan makna yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan, tetapi tidak semua pose duduk yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan digunakan oleh penata tari dalam tari Paramastri. Hanya beberapa pose yang digunakan. Ada pula pose yang
tidak digunakan bahkan ada penambahan pose duduk dalam tari Paramastri. Hal ini dilakukan oleh penata tari dengan alasan untuk mempercantik keseluruhan penampilan tari Paramastri.
3.1.1.1 Pose Duduk yang Digunakan
Foto :dok pribadi Foto : Aul
Gambar (44) Gambar (45)
Pose duduk yang terdapat Pose duduk yang sudah pada relief Candi Siwa Prambanan ditransformasikan
Pose duduk yang terdapat pada gambar (44) adalah pose duduk yang terpahat pada dinding Candi Prambanan. Pose duduk tersebut adalah pose duduk para raja. Dalam hal ini adalah Rama yang akan dinobatkan menjadi Raja Ayodya. Pada tari Paramastri, penata tari mengartikan sebagai pose duduk para bidadari. Pada gambar (45) merupakan pose duduk penari di tengah-tengah tarian. Fungsi dari pose duduk ini adalah untuk mengimbangi pola lantai tarian ini atau dengan kata lain untuk melihat segi artistik penampilan tarian ini.
Hampir semua pose duduk yang terdapat pada Candi Siwa Prambanan sama. Penata tari hanya menggunakan 1 (satu) pose duduk yang terdapat pada gambar di atas.
3.1.1.2 Pose Duduk yang Tidak Digunakan
Foto : Agung Gambar (46)
Pose duduk yang tidak digunakan
Pose duduk yang terdapat pada gambar di atas, oleh penata tari tidak digunakan dalam tari Paramastri. Pada dinding Candi Siwa Prambanan, pose duduk ini diartikan sebagai pose duduk orang yang sedang bersemadi. Dalam relief Candi Siwa Prambanan, sikap ini digunakan oleh Rama yang sedang bersemadi. Alasan penata tari tidak menggunakan pose duduk ini karena dalam tari Paramastri tidak ada adegan atau bagian tarian yang menceritakan bidadari-bidadari tersebut sedang bersemadi.
3.1.1.3 Pose Duduk yang Ditambahkan
Penata tari juga mengembangkan pose duduk lain dalam tari Paramastri. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Gambar (47a) Gambar (47b) Gambar (47c) Gambar (47d)
Foto : Aul Foto : Aul Gambar (47e) Gambar (47f)
Gambar (47)
Pose duduk yang ditambahkan dalam tari Paramastri (47a) pose duduk tangan terbuka
(47b) pose duduk dengan tangan simetris ke atas (47c) pose duduk dengan tangan tertutup di bawah
(47d) pose duduk dengan 1 tangan tertutup (47e) pose duduk dengan 1 tangan terbuka (47f) pose duduk dengan tangan 1 tangan terbuka
Alasan penata tari menambahkan pose duduk ini dengan alasan untuk mempercantik keseluruhan tari Paramastri dan untuk menambah variasi pose duduk dalam posisi tribhanga. Pose-pose pada gambar di atas
digunakan pada di tarian Paramastri pada bagian awal, tengah dan akhir tarian khususnya untuk bagian level bawah.
3.1.2 Pose Berdiri
Sama seperti dengan pose duduk, sikap berdiri yang terdapat dalam tari Paramastri ditransformasikan dari pose berdiri yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan. Pose berdiri yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan, ada yang digunakan dalam tari Paramastri, ada juga yang tidak digunakan dalam tari Paramastri. Tetapi, penata tari juga menambahkan beberapa pose berdiri untuk lebih mempercantik tari Paramastri.
3.1.2.1 Pose Berdiri yang Digunakan
Foto : dok pribadi Foto : Aul
Gambar (48) Gambar (49)
Pose berdiri yang terdapat Pose berdiri yang sudah
pada Candi Siwa Prambanan ditransformasikan
(pose berdiri dengan tangan tertutup)
Foto : dok pribadi Foto : Aul
Gambar (50) Gambar (51)
Pose berdiri yang terdapat Pose berdiri yang sudah pada Candi Siwa Prambanan ditransformasikan
(pose berdiri dengan tangan terbuka)
Foto : dok pribadi Foto : Aul
Gambar (52) Gambar (53)
Pose berdiri yang terdapat Pose berdiri yang sudah pada Candi Siwa Prambanan ditransformasikan
(pose berdiri dengan tangan tertutup di atas)
Pose berdiri pada gambar (48) , (50) , (52) adalah pose berdiri yang terpahat pada Candi Siwa Prambanan, sedangkan gambar (49) , (51) , (53) adalah pose berdiri yang terdapat pada tari Paramastri.
Pose berdiri yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan mempunyai arti menunggu. Hampir semua tokoh menggunakan pose berdiri semacam ini. Baik itu Raja, Permaisuri, Putera Mahkota, maupun Prajurit. Gambar (48) merupakan pose berdiri Prabu Janaka pada saat sayembara, cerita ini terdapat pada panel 5 (lima). Gambar (50) merupakan pose berdiri dari isteri kedua Dasarata yaitu Kaikeyi atau Kekayi pada saat menghadap Sang Prabu. Sedangkan gambar (52) adalah pose berdiri dari puteri-puteri istana Rahwana pada saat sedang menemani Sinta.
Dalam tari Paramastri, pose berdiri dapat diartikan sebagai pengembangan gerak dari suatu gerak yang tidak bergerak menjadi bergerak. Pose berdiri dalam tari Paramastri digunakan pada bagian awal, tengah dan akhir tarian. Sama seperti pada sikap duduk, fungsi pose berdiri pada tari Paramastri ini adalah untuk mengimbangi pola lantai tari Paramastri, dengan kata lain untuk melihat keindahan dari segi artistik penampilan keseluruhan tarian ini.
3.1.2.2 Pose Berdiri yang Tidak Digunakan
Foto : dok pribadi Foto : dok pribadi Foto : dok pribadi Gambar (54a) Gambar (54b) Gambar (54c)
Foto : dok pribadi Foto : dok pribadi Foto : dok pribadi
Foto : dok pribadi Gambar (54g)
Gambar (54)
Pose berdiri yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan yang tidak digunakan dalam tari Paramastri
Gambar-gambar di atas adalah pose berdiri yang terpahat pada dinding Candi Prambanan yang tidak digunakan oleh penata tari dalam tari Paramastri. Gambar (54a) merupakan pose berdiri Rama saat akan menyerang Alengka. Gambar (54b) adalah pose berdiri Rama dan Sinta. Gambar (54c) adalah pose berdiri Sinta, gambar (54d) , (54e) dan (54f) adalah beberapa pose berdiri Laksmana, sedangkan gambar (54g) adalah pose berdiri Anoman saat diutus oleh Rama untuk mencari Sinta. Alasan penata tari tidak menggunakan beberapa pose berdiri tersebut dikarenakan jika bentuk dari pose berdiri tersebut dikembangkan dan dihubungkan dengan gerak tari Paramastri yang sudah terpola, maka keseluruhan tari Paramastri kurang menarik. Penata tari sengaja tidak memasukkan bentuk-bentuk tersebut juga dikarenakan pose berdiri tersebut terlalu gagah, sedangkan ‘nyawa’ dari tari Paramastri adalah cantik dan anggun.
3.1.2.3 Pose Berdiri yang Ditambahkan
Selain pose berdiri yang terpahat pada dinding Candi Siwa Prambanan, penata tari juga menambahkan beberapa pose berdiri untuk melengkapi karya tarinya. Hal ini telihat pada gambar-gambar di bawah ini.
Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Gambar (55a) Gambar (55b) Gambar (55b)
Gambar (55)
Pose berdiri yang ditambahkan dalam tari Paramastri (55a) pose berdiri dengan tangan terbuka (55b) pose berdiri dengan tangan tertutup (55c) pose berdiri dengan tangan sejajar
Alasan penata tari menambahkan pose berdiri pada tari Paramastri adalah untuk variasi agar tari Paramastri lebih indah untuk dipandang atau dilihat. Pose-pose ini digunakan pada awal, tengah dan akhir tari Paramastri. 3.1.3 Pose lain yang Digunakan
Selain pose duduk dan pose berdiri, ada bentuk lain yang digunakan. Secara garis besar, bentuk yang digunakan dalam tari Paramastri sama dengan pose yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan.
Di samping itu, ada pengembangan gerak dalam berpose. Hal ini dapat dilihat dari bentuk tangan, kaki dan posisi badan. Di bawah ini adalah beberapa pose yang terdapat pada relief Candi Siwa Prambanan yang kemudian ditransformasikan dalam gerak tari Paramastri yang menggunakan pengembangan bentuk tangan, kaki dan posisi badan.
Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Gambar (56a) Gambar (56b) Gambar (56c) Gambar (56d)
Foto : Aul Foto : Aul Foto : Aul Foto : dok pribadi Gambar (56e) Gambar (56f) Gambar (56g) Gambar (56h)
Foto : dok pribadi Gambar (56i)
Gambar (56)
Beberapa pose dalam tari Paramastri yang menggunakan pengembangan pose tangan, kaki dan posisi badan
(56a) pose berdiri dengan tangan terbuka (56b) pose berdiri dengan tangan tertutup (56c) pose duduk dengan tangan terbuka (56d) pose duduk dengan tangan simetris ke atas
(56e) pose duduk dengan tangan tertutup (56f) pose duduk dengan 1 tangan tertutup (56g) pose berdiri dengan 1 tangan tertutup
(56h) pose berdiri dengan tangan tertutup (56i) pose berdiri dengan 1 tangan lurus
3.2 Transformasi Relief Candi Siwa Prambanan dalam Pola Lantai Tari