• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif apabila data yang diperoleh berbentuk gambar atau wawancara. Analisis kuantitatif yaitu apabila data yang

dikumpulkan berupa angka yang akan dihitung menggunakan analisis statistik untuk memperoleh skor atau rata-rata dari aspek yang diteliti.

Data hasil penelitian akan dianalisis dengan cara:

1. Analisis data kualitatif

Data penelitian kualitatif yakni data dari hasil wawancara Hasil wawancara akan dideskripsikan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Hasil wawancara akan digunakan untuk memperkuat observasi yang dilakukan.

2. Analisis data kuantitatif a. Hasil Observasi

Hasil observasi merupakan data kuantitatif yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keterlaksanaan desain pembelajaran matematika yang telah dikembangkan. Menghitung hasil observasi dapat dilakukan dengan member nilai 1 terhadap jawaban “Ya” dan memberikan jawaban 0 terhadap jawaban

“Tidak”. Setelah itu dapat dijumlahkan total nilai yang diperoleh.

Hasil observer = (nilai total) + 70

Hasil akhir persentase keterlaksanaan

=𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑟 𝐼+𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑟 2

2 x 100%

Berikut Kriteria keterlaksanaan Desain Pembelajaran:

Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Persentase Keterlaksanaan Kriteria

80% ≤ x ≤ 100% Sangat Baik

60% ≤ x < 80% Baik

40% ≤ x < 60% Cukup

20% ≤ x < 40% Kurang

0% ≤ x < 20% Sangat Kurang

b. Hasil validasi ahli

Hasil validasi perangkat pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti, divalidasi menggunakan Focus Group Discussion (FGD). Dalam FGD ini terdiri atas 8 peneliti dan satu ahli.

c. Data nilai evaluasi

Hasil evaluasi dikoreksi dan data nilainya merupakan data kuantitatif, yang dapat digunakan untuk melihat tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi sekaligus melihat tingkat keterlaksanaan desain pembelajaran matemaika yang dirancang selain dari hasil observasi.

Menurut Hamzah (2014: 337) guru melakukan penilaian sekaligus menganalisis hasil tes. Apabila tingkat ketuntasan mahasiswa dibawah 75% dari jumlah total mahasiswa berarti pembelajaran yang telah diberikan guru belum dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa.

Penelitian ini melakukan penilaian evaluasi akhir dengan menjumlahkan skor tiap soal, yaitu:

15 + 15 + 10 + 30 + 30 = 100

d. Data Angket

Pengambilan data respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran konsep barisan menggunakan PPR dengan mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab dilakukan dengan menyebar angket yang diisi oleh setiap mahasiswa, melalui google form dikarenakan situasi yang tidak memungkinkan agar peneliti dan mahasiswa utntuk bertemu. Angket ini dianalisis dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

Pertama, angket respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran konsep barisan digunakan untuk mengumpulkan data yang memiliki 24 butir angket dan terdiri atas 12 butir angket positif dan 12 butir angket negatif. Bobot setiap butir angket positif:

Tabel 3.6 Bobot Butir Angket

Jawaban Mahasiswa Skor Positif Skor Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Kedua, angket yang telah diisi oleh mahasiswa kemudian dihitung skor yang diperoleh masing-masing butir angket berdasarkan bobot jawaban pada setiap butir angket. Untuk menghitung skor total jawaban semua mahasiswa pada setiap item butir angket yaitu dengan mengalikan banyaknya mahasiswa dengan skor pada setiap jawaban item butir angket.

1) Total skor Likert butir angket positif dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini:

(banyak mahasiswa menjawab SS x 4) + (banyak mahasiswa menjawab S x 3) + (banyak mahasiswa menjawab TS x 2) + (banyak mahasiswa menjawab STS x 1).

2) Total skor Likert butir angket negatif dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini:

(banyak mahasiswa menjawab SS x 1) + (banyak mahasiswa menjawab S x 2) + (banyak mahasiswa menjawab TS x 3) + (banyak mahasiswa menjawab STS x 4).

Skor maksimum = 20 x 4 (jumlah responden x skor tertinggi liket) = 80

Skor minimum = 20 x 1 (jumlah responden x skor terendah likert) = 20

Indeks (%) = (total skor / skor maksimum) x 100

Analisis data angket respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran konsep barisan dapat dihitung dengan skor total yang diperoleh masing-masing butir angket baik positif maupun negatif.

Hasil respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran konsep barisan yang diperoleh, kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria respon mahasiswa sebagai tolok ukur, yaitu:

Tabel 3.7 Kriteria Respon Mahasiswa Butir Angket Indeks Penilaian Kriteria (Positif) Kriteria (Negatif)

0% ≤ x < 25% Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 25% ≤ x < 50% Tidak Setuju Setuju

50% ≤ x < 75% Setuju Tidak Setuju

75% ≤ x ≤ 100% Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju

Kriteria respon mahasiswa tersebut diperoleh dari perhitungan Likert sebagai berikut:

Menggunakan Skor Total (TX)

Banyak kriteria : 4

Panjang interval adalah :

100%

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎= 100%

4 = 25

52 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain pembelajaran konsep Barisan tingkat SMA. Adapun prosedur penelitian dan pengembangan ini menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan ADDIE dalam merancang sistem pembelajaran yaitu terdiri atas lima tahap yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation.

a. Analysis (Analisis)

Tahap pertama dalam penelitian dan pengembangan ini adalah tahap analisis kebituhan dengan melakukan observasi di mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2017 kelas C semester 5 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil analisis inilah yang akan menjadi acuan dalam pengembangan desain pembelajaran konsep Barisan tingkat SMA ini. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas C adalah, kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa yaitu agar mahasiswa dapat memahami konsep dan pola pikir matematika di tingkat SMA pada materi barisan Aritmetika dan barisan Geometri, dan karateristik mahasiswa berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan terkait konsep dilihat dari hasil pretest yaitu 36,36% mahasiswa mendapatkan nilai dibawah 56 dan 63,64% mahasiswa mendapatkan nilai diatas 56, serta sikap yang telah dimiliki oleh mahasiswa berkaitan dengan sikap kerja sama dan tanggung

jawab. Disamping itu subyek penelitian ini merupakan calon guru yang sudah semestinya paham terkait konsep dalam materi yang akan diajarkan.

dalam hal ini yaitu materi Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri pada jenjang SMA. Selama menjalankan tugas secara berkelompok untuk mensimulasikan pembelajaran terkait konsep, prinsip dan keterampilan, mahasiswa sudah mengerjakan tugas tersebut dengan baik, akan tetapi ada beberapa hal yang mereka lewatkan yaitu kekompakan dalam menjalani simulasi tersebut dan ketepatan terkait tugas yang diberikan, seperti seharusnya suatu kelompok mensimulasikan pembelajaran konsep, pada prakteknya kelompok tersebut tidak menunjukkan pembelajaran konsep seperti apa. Hal ini menunjukan bahwa sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa masih kurang. Oleh karena itu, peneliti berfikir untuk mengembangkan desain pembelajaran yang mengakomodasi sikap kerjasama dan tanggungjawab berkaitan dengan konsep matematika pada jenjang SMA.

b. Design (Desain/Perencanaan)

Tahap desain/perencanaan merupakan tindak lanjut dari tahap analisis. Dalam tahap ini telah dilakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyusun instrumen penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pedoman observasi, pedoman wawancara, angket dan soal tes (2) validasi instrumen penelitian, dan (3) pemilihan submateri yang akan digunakan untuk mengembangkan desain pembelajaran matematika dilakukan dengan cara melihat sampai mana pembelajaran di dalam kelas sudah terlaksana,

agar tidak mengganggu rencana pembelajaran yang sudah dibuat oleh dosen pada mata kuliah tersebut. Sub materi yang akan digunakan yaitu barisan aritmetika dan barisan geometri. Instrumen divalidasi oleh validator.

c. Development (Pengembangan)

Tahap development (pengembangan) merupakan tahap ketiga pada model ADDIE. Pada tahapan ini memerlukan tenaga dan waktu yang lebih banyak, karena tahap ini merupakan tahap inti. Tahap ini dikatakan tahap inti karena tahap ini mencakup kegiatan mengembangkan desain pembelajaran konsep barisan, diantaranya menyusun Rancangan Desain Pembelajaran terkait materi barisan Aritmetika dan barisan Geometri serta menyusun Lembar Kerja yang dapat menuntun mahasiswa untuk menemukan konsep barisan aritmetika dan barisan geometri.

1. Perancangan Desain Pembelajaran

Perancangan desain pembelajaran tersebut meliputi beberapa proses, yaitu 1) merumuskan capaian pembelajaran, 2) merumuskan indikator, dan 3) menyusun materi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Proses penyusunan materi dibutuhkan sumber-sumber yang relevan untuk mempekaya bahan yang dibutuhkan dan penyusunan desain pembelajaran konsep barisan, baik barisan Aritmetika maupun barisan Geometri. Menyusun Lembar Kerja merupakan salah satu hal yang tidak dilupakan dalam proses merancang desain pembelajaran. Lembar Kerja digunakan untuk menuntun mahasiswa untuk menemukan

konsep barisan Aritmetika dan barisan Geometri. Perbedaan desain pembelajaran ini dengan desain pembelajaran lainnya yaitu desain pembelajaran ini juga mengutamakan pembelajaran terkait konsep dari suatu materi.

2. Validasi Kelayakan Desain Pembelajaran

Setelah desain pembelajaran selesai dibuat, dilakukan validasi kelayakan produk. Validasi desain pembelajaran ini dilakukan oleh validator ahli desain pembelajaran dan melalui proses diskusi terfokus (Focus Group Discussion).

a) Validator Ahli Desain Pembelajaran

Ahli desain pembelajaran dalam proses validasi ini sebanyak 1 orang ahli. Validasi yang dilakukan ahli desain pembelajaran terkait dengan aspek relevensi desain pembelajaran. Ahli desain pembelajaran memberikan komentar dan saran untuk memperbaiki desain pembelajaran.

b) Diskusi Terfokus suatu Grup (Focus Group Discussion)

Diskusi untuk membahas kesesuaian Desain Pembelajaran ini dilakukan oleh 7 orang yaitu terdiri dari 6 peneliti sebaya dan dipimpin oleh 1 dosen pembimbing.

d. Implementation (Implementasi)

Tahap ini merupakan langkah untuk menerapkan desain pembelajaran konsep barisan yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya dan melalui tahap revisi. Desain pembelajaran konsep barisan

diimplementasikan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Namun, dalam tahap ini, peneliti melakukan uji coba pada situasi nyata yaitu di dalam kelas dengan melihat respon dari mahasiswa terhadap desain pembelajaran yang telah dikembangkan. Uji coba ini terdiri dari 20 mahasiswa semester 5 kelas C pendidikan Matematika angkatan 2017 di universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tahap implementasi ini dilakukan pada waktu perkuliahan Pembelajaran Matematika SMA/SMK sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada pertemuan pertama dan kedua merupakan penerapan atau implementasi desain pembelajaran konsep dan pada pertemuan ketiga dilakukan kegiatan uji kemampuan pemahaman konsep barisan. Agenda pada pertemuan pertama membahas terkait materi barisan aritmetika. Pada pertemuan pertama ini pembelajaran konsep yang dilakukan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan PPR, sehingga pada pembelajaran ini mahasiswa diharapkan yang dapat lebih terlibat aktif dan didampingi oleh dosen. Tujuan pertemuan pertama ini ada tiga yaitu; mahasiswa dapat mendefinisikan barisan dari beberapa contoh konkret dengan benar (merupakan apersepsi), mahasiswa dapat menemukan konsep barisan aritmetika dengan baik dan mahasiswa dapat menentukan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika dengan tepat.

Secara umum mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik karena dengan pembelajaran ini mereka bisa menemukan sendiri konsep barisan aritmetika dan konsep barisan geometri di dalam kelompok. Hal

ini tertuang dalam lembar refleksi yang ditulis oleh mahasiswa. Sedangkan pada pertemuan kedua membahas terkait materi barisan geometri. Sama seperti pertemuan pertama, pertemuan kedua juga masih menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan PPR dengan harapan yang sama yaitu agar mahasiswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran tersebut. Tujuan pertemuan kedua ini ada dua yaitu;

mahasiswa dapat menemukan konsep barisan geometri dengan baik dan mahasiswa dapat menentukan contoh dan bukan contoh barisan geometri dengan tepat. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk melakukan kegiatan uji kemampuan pemahaman yang telah dilakukan selama dua pertemuan sebelumnya yaitu terkait konsep barisan aritmetika dan konsep barisan geometri.

e. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari model pengembangan ADDIE. Karena dalam penelitian ini hanya sampai pada uji coba terbatas, maka evaluasi yang dimaksud disini adalah evaluasi dari kegiatan implementasi. Hasil evaluasi didapatkan dari kegiatan pengisian angket dari mahasiswa, observasi dan wawancara serta komentar dan saran dari dosen dan mahasiswa selama uji coba tersebut dilaksanakan, sehingga dari tahap evaluasi ini maka dilakukan revisi akhir.

Setelah desain pembelajaran diujicobakan, mahasiswa diberikan angket. Angket ini bertujuan untuk melihat sejauh mana respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran konsep barisan yang sudah dikembangkan.

Adapun hasil respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran matematika tentang konsep barisan dapat dilihat di tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Hasil Angket Respon Mahasiswa

No Kriteria

Alternatif Skala Presentase (%)

Saya dengan senang hati membantu teman yang

Saya tidak bekerja sama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas.

0 2 7 11 86,25% STS

6

Saya merasa sulit dalam memahami konsep yang dari materi yang sedang dipelajari.

No Kriteria

Alternatif Skala Presentase (%) teman apabila ada hal yang belum saya mengerti.

10 9 1 0 86,25% SS

14

Saya tidak ingin topik lain diajarkan seperti

Saya lebih suka belajar kelompok daripada belajar sendiri-sendiri.

3 9 7 1 67,5% S

17

Saya lebih nyaman jika berkelompok dengan soal latihan dan tugas.

6 11 3 0 78,75% SS

No Kriteria

Alternatif Skala Presentase (%)

Saya merasa tegang dan tertekan saat dosen mengajukan pertanyaan kepada saya.

1 6 8 5 71,25 TS

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa desain pembelajaran konsep barisan Aritmetika dan barisan Geometri ditinjau dari respon mahasiswa memiliki respon yaitu untuk butir angket positif yang memiliki keterangan SS (sangat setuju) sejumlah 7, S (setuju) sejumlah 5, dan tidak ada butir angket positif yang memiliki keterangan TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Sedangkan untuk butir angket negatif yang memiliki keterangan STS (sangat tidak setuju) sejumlah 7, TS (tidak setuju) sejumlah 4, S (setuju) sejumlah 1 dan tidak terdapat butir angket negatif yang memiliki keterangan SS (sangat setuju). Deskripsi hasil respon mahasiswa ditunjukkan pada tabel, terlihat bahwa tidak terdapat angket butir positif yang memiliki keterangan TS (tidak setuju) ataupun STS (sangat tidak setuju), butir angket negatif lebih banyak memiliki

keterangan TS (tidak setuju) ataupun STS (sangat tidak setuju) dan hanya terdapat satu butir angket negatif yang memiliki keterangan S (setuju), dengan kata lain tidak terdapat butir angket negatif yang memiliki keterangan SS (sangat setuju). Hasil analisis data respon mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh 20 orang mahasiswa pada tahap uji coba terbatas dapat dilihat pada lampiran. Dengan demikian tingginya presentase mahasiswa memberikan respon positif membuktikan bahwa desain pembelajaran konsep Barisan dapat dikatakan terlaksana dengan baik.

Analisis Hasil Observasi

Tabel 4.2 Hasil Observasi Observer I dan Observer II

No Pernyataan Observer I Observer II

1

Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media

pembelajaran 1 1 materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa

1 1

9

Peneliti menyampaikan materi

sesuai dengan urutan kemampuan 1 1

yang harus dikuasai oleh

mahasiswa (dari hal yang mudah) 10

kompetensi yang akan dicapai 1 1

12 mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan

Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok presenter

1 1

23

Guru bertanya kepada mahasiwa terkait penyelesaian yang sudah

dilakukan 1 1

24

Peneliti menggunakan media

pembelajaran 1 1

25

Peneliti melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media 1 1

pengalaman belajarnya 1 1

30

Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan

Hasil observer diatas yaitu 99%, dengan demikian kriteria keterlaksanaan desain pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan hasil observasi yaitu sangat baik.

Berdasarkan kedua hasil observasi yang dilakukan oleh kedua observer, semua kegiatan sudah terlaksana mulai dari kegiatan prapembelajaran hingga kegiatan penutup. Akan tetapi yang belum terlaksana yaitu kesesuaian pembelajaran dengan waktu yang telah dialokasikan. Observer I memberi keterangan tambahan yaitu “Waktu yang dialokasi kurang sesuai dengan apa yang direncanakan. Sedikit menghabiskan waktu saat membahas selisih pada barisan aritmetika

mungkin dikarenakan mahasiswa masih merasa kebingungan.”, sedangkan observer II juga menyampaikan serupa, yaitu “Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan waktu yang kurang sesuai dengan waktu yang dialokasikan, ada pembelajaran sedikit molor beberapa menit.”.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap kelima subyek yang merupakan hasil pemilihan secara acak berdasarkan setiap kelompok dalam pembelajaran. Kelima subyek juga menyatakan bahwa waktu pembelajaran tidak sesuai dengan waktu yang dialokasikan, karena pembelajaran selesai lebih dari waktu tersebut. Hasil wawancara dapat dilihat pada bagian lampiran.

Setelah dilakukan evaluasi menggunakan tes, soal tes evaluasi dilakukan uji validitas butir soal menggunakan Excel. Uji validitas butir soal ini dilakukan untuk melihat kevalidan tiap butir soal tes yang telah dilakukan. Berikut hasil uji validitas butir soal tersebut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal menggunakan Excel

No Mahasiswa Nomor Soal

Jumlah

1 2 3 4 5

1 A 8 8 2 10 10 38

2 B 15 15 10 30 30 100

3 C 15 12 10 30 30 97

4 D 15 15 2 20 30 82

5 E 10 5 10 30 30 85

6 F 15 15 8 30 30 98

7 G 15 15 10 30 30 100

8 H 8 8 2 30 30 78

9 I 10 15 8 30 30 93

10 J 15 15 10 30 20 90

11 K 12 15 0 30 10 67

12 L 15 15 10 30 20 90

13 M 11 15 10 30 30 96

14 N 15 15 10 30 30 100

15 O 8 1 10 30 30 79

16 P 15 15 2 30 30 92

17 Q 8 8 2 30 30 78

18 R 8 8 10 30 30 86

19 S 15 15 10 30 30 100

20 T 15 15 10 30 30 100

Rtab 0.44 0.44 0.44 0.44 0.44

Rhitung 0.63 0.49 0.66 0.75 0.72

Ketentuan:

rtab < rhitung = VALID

rtab > rhitung = TIDAK VALID

Hasil dari uji validitas butir soal tersebut adalah semua soal yang diujikan kepada mahasiswa valid, karena r tabel dari tiap soal tersebut lebih kecil daripada r hitung.

Tabel 4.4 Distribusi Hasil Tes Pemahaman Konsep Mahasiswa Setelah Implementasi Desain Pembelajaran

No Y F Fx x

(Y-My) x2 f. x2

1 100 5 500 12,55 157,50 787,5

2 98 1 98 10,55 111,30 111,30

3 97 1 97 9,55 91,20 91,20

4 96 1 96 8,55 73,10 73,10

5 93 1 93 5,55 30,80 30,80

6 92 1 92 4,55 20,70 20,70

7 90 2 180 2,55 6,50 13

8 86 1 86 -1,45 2,10 2,10

9 85 1 85 -2,45 6,003 6,003

10 82 1 82 -5,45 29,70 29,70

11 79 1 79 -8,45 71,40 71,40

12 78 2 156 -9,45 89,30 178,6

13 67 1 67 -20,45 418,20 418,20

14 38 1 38 -49,45 2445,30 2445,30

TOTAL N = 20 1749 --- --- Σf. x2 = 4278, 903

1) Mencari nilai rata-rata (My) My = Σfx

𝑁

= 174920

= 87,45 2) Mencari SD1

SD1 =

Σfx2

𝑁

= √4278,903

20

= 3,27

3) Setelah diketahui skor rata-rata mengenai hasil tes pemahaman konsep setelah implementasi desain pembelajaran maka selanjutnya mengelompokkan hasil tes pemahaman konsep mahasiswa kedalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, rendah (TSR).

M + 1SD menunjukkan Tinggi

Antara M – 1SD sampai M + 1SD menunjukkan Sedang

M – 1SD menunjukkan Rendah

Dengan rumus di atas maka dapat ditentukan sebagai berikut:

Tinggi (T) = M + 1SD

= 87, 45 + 3,27

= 90,72

Sedang (S) = M – 1SD sampai M + 1SD

= 87,45 – 3,27 sampai 87,45 + 3,27

= 84,18 sampai 90,72

Nilai dibawah 84,18 artinya dimulai dari 84,18 sampai 90,72 kategori sedang Rendah (R) = M – 1SD

= 87,45 – 3,27

= 84,18

Berdasarkan kategori skor tinggi, sedang, dan rendah (TSR) yang telah dijelaskan maka langkah selanjutnya adalah memasukkan kedalam presentase, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Presentase Hasil Tes Pemahaman Konsep Mahasiswa Setelah Implementasi Desain Pembelajaran

NO Hasil Tes Pemahaman Konsep Frekuensi Presentase

1 Tinggi 10 50%

2 Sedang 4 20%

3 Rendah 6 30%

JUMLAH 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil tes pemahaman konsep mahasiswa setelah dilakukan implementasi desain pembelajaran konsep yang tergolong tinggi sebesar 50%, yang tergolong sedang sebesar 20%, dan yang tergolong rendah sebesar 30%.

B. Pembahasan

a. Proses Perancangan Desain Pembelajaran

Merancang suatu desain pembelajaran konsep dimaksudkan agar mahasiswa paham terkait konsep dan mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab dalam diri mahasiswa. Awal penyusunan desain pembelajaran ini adalah menentukan materi apa yang cocok dan akan dijadikan sebagai pokok bahasan dalam penyusunan desain pembelajaran.

Materi yang dipilih adalah barisan aritmetika dan barisan geometri.

Dalam penyusunan desain pembelajaran ini, terdapat beberapa kendala yang dialami, diantaranya adalah:

1) Proses penyusunan desain pembelajaran memiliki waktu yang terbilang mepet, dikarenakan harus menyesuaikan jadwal pembelajaran mahasiswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini.

2) Pengetahuan peneliti masih terbilang terbatas mengenai pengajaran dalam dunia perkuliahan sehingga dalam penyusunan desain pembelajaran ini pengembang harus mengambil waktu lebih banyak untuk konsultasi terhadap dosen dan belajar terkait pengajaran di dunia perkuliahan.

Berdasarkan produk awal yang telah dibuat dilakukan validasi kelayakan produk, kemudian dilakukan revisi berdasarkan komentar dari para ahli. Produk yang telah selesai direvisi kemudian dilanjutkan ke tahap uji terbatas terhadap 20 orang mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berdasarkan uji coba ini mendapatkan hasil yang sangat baik, mahasiswa senang dan bersemangat dalam mengikuti desain pembelajaran matematika tersebut dengan penuh tanggung jawab dan bekerja sama.

Antusiasme mahasiswa terlihat dalam refleksi yang dituliskan mereka dalam secarik kertas.

Seperti halnya desain pembelajaran lain, desain pembelajaran matematika ini merupakan salah satu desain pembelajaran yang dapat digunakan sebagai proses pembelajaran matematika dan memberi banyak manfaat bagi dunia pendidikan.

Hal tersebut semakin diperjelas apa yang dikemukakan oleh Dick, Carey & Carey (2005) dalam Maudiarti dkk (2007: 16) bahwa penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu desain pembelajaran. Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, desain,

pengembangan, implementasi dan evaluasi. Desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem.

Oleh karena itu berdasarkan penelitian yang dilakukan, desain pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah:

1. Desain pembelajaran ini dapat digunakan untuk materi matematika lainnya.

2. Pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena mahasiswa dapat mengemukakan pendapat, tidak hanya dosen yang memberikan materi sehingga membuat mahasiswa tertarik dan bersemangat untuk menggali informasi.

Selain itu, desain pembelajaran ini juga memiliki kelemahan yaitu desain pembelajaran ini lebih cocok diterapkan pada mahasiswa yang belum menguasai materi, agar pada saat pengeksploran pengetahuan, mahasiswa benar-benar berusaha.

b. Efektivitas Desain Pembelajaran 1) Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep mahasiswa dilihat berdasarkan kegiatan tes pemahaman konsep pada tahap evaluasi. Desain pembelajaran konsep yang dikembangkan sudah terlaksana dengan hasil tes pemahaman konsep sebagai berikut; terdapat 50% mahasiswa yang tergolong tinggi, 20% mahasiswa yang tergolong sedang dan 30% mahasiswa yang tergolong rendah. Hal ini penunjukkan bahwa desain pembelajaran konsep ini mengakomodasi mahasiswa untuk

menumbuhkan pemahaman mahasiswa terkait konsep barisan aritmetika dan barisan geometri.

2) Sikap Tanggung Jawab dan Kerja Sama

Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, pada pertemuan pertama dan kedua terlihat bahwa proses pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan sikap kerja sama dan tanggung jawab pada diri mahasiswa serta pemahaman terkait konsep barisan.

Hal ini dibuktikan dengan beberapa hal, yaitu pada tahap pengalaman, mahasiswa bertanggung jawab dalam menemukan beberapa konsep yang ditugaskan oleh dosen, hingga dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka di depan kelas. Tidak hanya itu, mahasiswa juga menjalankan aksi yang diberikan oleh dosen yaitu berupa penugasan untuk mencari contoh barisan aritmetika dalam kehidupan sehari-hari dan pada pertemuan selanjutnya, mahasiswa membuktikan bahwa mereka mengerjakan tugas tersebut. Ini menunjukkan bahwa desain pembelajaran konsep barisan ini mengakomodasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap tanggung jawab pada mahasiswa.

Pada tahap pengalaman terlihat bahwa mahasiswa bekerja di dalam kelompok untuk menemukan konsep barisan aritmetika maupun geometri. Diskusi dengan teman antar kelompok merupakan kegiatan yang mereka lakukan pada tahap ini untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa desain pembelajaran konsep barisan ini mengakomodasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap kerja sama pada mereka.

Berdasarkan hasil desain pembelajaran konsep selama dua pertemuan, dapat dilihat bahwa desain pembelajaran konsep yang dikembangkan sudah terlaksana dengan efektif karena dapat mengakomodasi mahasiswa berkaitan dengan pemahaman konsep barisan,

Berdasarkan hasil desain pembelajaran konsep selama dua pertemuan, dapat dilihat bahwa desain pembelajaran konsep yang dikembangkan sudah terlaksana dengan efektif karena dapat mengakomodasi mahasiswa berkaitan dengan pemahaman konsep barisan,

Dokumen terkait