• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HALAMAN JUDUL. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF YANG

MENGAKOMODASI PEMAHAMAN KONSEP SIKAP KERJA SAMA DAN TANGGUNG JAWAB MAHASISWA

PENDIDIKAN MATEMATIKA SEMESTER V

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Paula Glady Frandani Setiawan NIM: 161414020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus

Bunda Maria

Kedua orang tua dan keluarga

Sahabat dan teman-teman terkasih

Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma

(3)

v MOTTO

“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang”

Amsal 23 : 18

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harpannya pada

Tuhan”

Yeremia 17 : 7

“Jangan Terlarut dalam Keraguan tapi

Bangkit dengan Keyakinan”

(4)

viii ABSTRAK

Paula Glady Frandani Setiawan. 2020. Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi sikap Kerja Sama dan Tanggung Jawab Mahasiswa Pendidikan Matematika Semester V. Pendidikan Matematika

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan desain pembelajaran konsep barisan, menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya aktivitas pembelajaran yang komunikatif sehingga membuat mahasiswa terpaksa untuk diam di dalam kelas.

Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Mendeskripsikan proses pengembangan desain pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggungjawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C, dan 2) Mendeskripsikan efektivitas desain pembelajaran berdasarkan penilaian ahli materi dan mahasiswa berbasis pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan ADDIE, yang meliputi: (1) Analysis; (2) Design; (3) Development; (4) Implementation; (5) Evaluation. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Matematika kelas C Semester 5 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 20 orang. Obyek penelitian ini adalah desain pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi keterlaksanaan, angket respon mahasiswa, wawancara, dan tes pemahaman konsep.

Hasil penelitian yaitu; 1) proses pengembangan desain pembelajaran matematika ini melalui lima tahapan mulai tahapan analisis kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa, analisis karakteristik mahasiswa, menyusun instrumen pendukung, validasi instrumen pendukung oleh ahli, revisi instrumen pendukung, pemilihan submateri, pengembangan desain pembelajaran menggunakan pendekatan PPR, validasi desain pembelajaran, revisi desain pembelajaran, implementasi desain pembelajaran pada subyek sebanyak 20 mahasiswa, hingga tahap evaluasi desain pembelajaran dengan melakukan tes pemahaman konsep dan penyebaran angket respon mahasiswa. 2) desain pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan berapa hal yaitu hasil tes pemahaman konsep mahasiswa terkait barisan setelah dilakukan uji coba desain pembelajaran sebesar 50% tergolong tinggi, 20% tergolong sedang dan 30% tergolong rendah, selain itu berdasarkan hasil angket dan kegiatan wawancara, mahasiswa semakin bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas baik dalam kelompok maupun individu, dan hasil angket dan kegiatan wawancara juga menunjukkan bahwa mahasiswa semakin dapat bekerja sama dalam proses pembelajaran khususnya dalam menyelesaikan tugas bersama kelompok.

Kata Kunci: Desain Pembelajaran, Objek Matematika, Paradigma Pedagogi Reflektif, ADDIE, Barisan Aritmetika, Barisan Geometri

(5)

ix ABSTRACT

Paula Glady Frandani Setiawan. 2020. The Development of Mathematics Learning Design using Reflective Pedagogical Paradigm Approachwhich accommodate the behavior of Teamworking and Responsible for Mathematics Education Students in Fifth Semester. Mathematics Education

This research is a developmental research with the learning design of sequence (concept) using the Reflective Pedagogical Paradigm (Paradigma Pedagogi Reflektif). The background of this research is the lack of communicative learning activities so the students tend to be quiet in the classroom. This research is aiming to; 1) Describe the process of the Math learning design development which accommodates the behaviour of teamworking and responsible of the Math Education students in fifth semester in class C, and 2) Describe the application of the development outcome based on the assessment of the students and material expert based on the Math learning which accommodates the behaviour of teamworking and responsible of the Math Education students in fifth semester in class C.

The writer uses the procedure of research and development, ADDIE, which covers: (1) Analysis; (2) Design; (3) Development; (4) Implementation; (5) Evaluation. The subject of this research is 20 fifth semester students of Mathematics Education in class C of Sanata Dharma University. The object of this research is the learning design which is developed by the writer. Data gathering method that is used in this research is observation of the application, questionnaire of students responses, and the test of concept comprehension.

The result of this research are: 1) this findings show that the process of developing mathematics learning design has five steps, starting from competency analysis that students must master, analyzing students’ characteristics, arranging supporting instrument, validating supporting instrument by experts, revising instrument, selecting sub material, developing learning design using the PPR approach, validating learning design, revising learning design, implementing learning design on the subject (20 students), evaluating learning design by conducting concept comprehension test and disseminating students’

questionnaires, 2) the developed learning design showed some things which are the students result of concept comprehension test related to sequence after the learning design testing are 50% with high mark, 20% with standard mark, and 30% with low mark. Besides, based on the result of the questionnaire and interview, the students are getting more responsible in doing their assignments both in group and individually and the result of questionnaire and interview also showed that the students are getting better in team-working in the learning process, especially in doing the group work.

Keywords: Learning Design, Mathematics Objects, Reflective Pedagogical Paradigm, ADDIE, Arithmetic Sequence, Geometric Sequence

(6)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kurnia dan penyertaanNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagodi Reflektif yang Mengakomodasi pemahaman konsep sikap Kerja Sama dan Tanggung Jawab Mahasiswa Pendidikan Matematika Semester V” ini dengan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, skripsi ini tidak akan terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan semangat dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

(7)

xi

5. Pak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd., Bapak Dewa Putu Wiadnyana Putra, S.Pd., M.Sc., dan Ibu Madha Melissa, M.Pd., selaku dosen yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian ini.

6. Mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2017 kelas C Universitas Sanata Dharma yang telah terlibat aktif selama proses penelitian.

7. Kedua orang tua, Fransiscus Doddy Setiawan dan Hilda Beatrix Motoh yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis.

8. Kakak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung: Aurelia Setiawan.

9. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi peneliti: Crystalia, Sharly, dan Jerry.

10. Partener untuk membagi suka dan duka bersama paneliti: Jatu Greisya Prihariska.

11. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Monic dan Ina.

12. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2016 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti dalam bentuk apapun.

13. Semua pihak yang telah banyak berjasa dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kekurangannya, oleh karena itu peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

(8)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PERSEMBAHAN ...iii

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Batasan Istilah ... 10

H. Spesifikasi Produk Yang diharapkan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

(9)

xiii

A. Deskripsi Teori ... 12

a. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) ... 12

b. Pembelajaran Konsep... 17

c. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 20

d. Kajian Materi Konsep Barisan di SMA ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian ... 33

C. Design dan Prosedur Pengembangan ... 34

D. Metode Pengumpulan Data... 37

E. Instrumen Penelitian ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

a. Analysis (Analisis) ... 52

b. Design (Desain/Perencanaan)... 53

c. Development (Pengembangan) ... 54

d. Implementation (Implementasi)... 55

e. Evaluation (Evaluasi)... 57

B. Pembahasan ... 68

a. Proses Perancangan Desain Pembelajaran ... 68

b. Efektivitas Desain Pembelajaran ... 70

BAB V PENUTUP ... 73

(10)

xiv

A. Kesimpulan ... 73

B. Keterbatasan Pengembangan ... 74

C. Implikasi ... 75

D. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 79

(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Aktivitas Model ADDIE………... 17

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi………... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara……… 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instumen Angket Respon Mahasiswa………... 43

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep..……… 45

Tabel 3.5 Kriteria Keterlaksanaan Desain Pembelajaran.……… 48

Tabel 3.6 Bobot Butir Angket…….………..………... 49

Tabel 3.7 Kriteria Respon Mahasiswa Butir Angket…….……….. 51

Tabel 4.1 Hasil Angket Respon Mahasiswa………. 58

Tabel 4.2 Hasil Observasi Observer I dan Observer II……… 61

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Butir Soal menggunakan Excel….……… 65 Tabel 4.4 Distribusi Hasil Tes Pemahaman Konsep Mahasiswa

Setelah Implementasi Desain Pembelajaran………...

66

Tabel 4.5 Presentase Hasil Tes Pemahaman Konsep Mahasiswa Setelah Implementasi Desain Pembelajaran………...

68

(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir……….. 31

(13)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Angket

Validator I ... 80

Lampiran 2 : Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Angket Validator II………..……….… 82

Lampiran 3 : Hasil Validasi Instrumen Angket…………..………….…. 85

Lampiran 4 : Hasil Scanning Lembar Validasi Pedoman Observasi….. 88

Lampiran 5 : Hasil Validasi Pedoman Observasi………. 91

Lampiran 6 : Hasil Observasi Observer I………. 94

Lampiran 7 : Hasil Observasi Observer II ………... 98

Lampiran 8 : Hasil Scanning Lembar Validasi Pedoman Wawancara…….………..……….. 102

Lampiran 9 : Hasil Validasi Pedoman Wawancara………. 105

Lampiran 10 : Hasil Uji Validitas Butir Soal Menggunakan Excel…….… 109

Lampiran 11 : Hasil Scanning Hasil Observasi Observer I………. 110

Lampiran 12 : Hasil Scanning Hasil Observasi Observer II …………..… 116

Lampiran 13 : Desain Pembelajaran Pertemuan I…….……….….. 123

Lampiran 14 : Desain Pembelajaran Pertemuan II ……….. 142

Lampiran 15 : Soal Evaluasi dan Pedoman Penskoran ...…..………. 158

Lampiran 16 : Daftar Nilai Mahasiswa ….……..………. 161

Lampiran 17 : Gambar Penelitian……….. 162

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pada proses pembelajaran pada umumnya begitu juga dengan pembelajaran matematika, peserta didik diharapkan dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

Pembelajaran yang hanya bersifat satu arah yaitu pendidik kepada peserta didik tidak menjamin akan memenuhi kebutuhan zaman now dan karakteristik peserta didik. Hal tersebut didukung oleh Mulyasa (2018: 1) yang mengatakan bahwa perubahan kebutuhan teknologi telah mewarnai revolusi industry 4.0 . Pendidikan yang mengarah pada pengembangan kemampuan menulis dan membaca dapat dipertahankan lagi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dalam semua bidang, termasuk bidang pendidikan.

Guru sangat berperan dan menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Mulyasa (2018: 108) mengatakan bahwa desain pembelajaran yang diterapkan guru pada abad 21 diharapkan dapat mengintegrasi empat hal penting, yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Literasi, Keterampilan abad 21 (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation), dan Higher Order Thinking Skills

(15)

(HOTS) yang memerlukankreativitas guru dalam menyusunnya. Hal ini sesuai dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Setiawan (2019: 354) berpendapat bahwa pendekatan PPR mengakomodasi pendidik agar dapat mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

Karakter yang kuat akan menjadi dasar yang kuat bagi peserta didik pada masa kini. Dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 terkait Penguatan Pendidikan Karakter dalam pasal 3 disebutkan bahwa :

Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai toleran, jujur, religious, kreatif mandiri, disiplin, demokratis, bekerja keras, semangat kebangsaan, cinta tanah air, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta damai, komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, gemar membaca, peduli sosial, dan bertanggungjawab.

Seiring berkembangnya teknologi yang sangat pesat, peserta didik diharapkan dapat mengetahui segala perkembangan zaman yang terus berkembang tiap saat. Literasi dimaksudkan untuk menambah kemampuan peserta didik dalam hal menulis, membaca, dan berbicara. Salah satu caranya adalah dengan kemampuan dalam menulis, membaca, dan berbicara. Literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis, akan tetapi mencakup keterampilan peserta didik agar dapat berpikir menggunakan sumber-sumber belajar dalam bentuk cetak, visual maupun digital.

Menurut Sajidan (2018: 14), keterampilan abad 21 yang memuat 4C diadopsi dari empat hal yaitu; Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation.

Communication (komunikasi) merupakan kegiatan mentransfer informasi baik

(16)

itu dengan cara lisan atapun tertulis. Collaboration (kolaborasi) yaitu kemampuan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan suatu persoalan.

Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah) adalah kemampuan untuk memahami sebuah persoalan yang rumit atau kompleks, kemudian dapat mencari suatu pemecahan masalah dengan cara mengkaitkan informasi satu dengan informasi lainnya yang diperoleh.

Hal terakhir yang tidak kalah penting juga yaitu Creativity and Innovation yang merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan melaksanakan ide- ide yang baru. Tidak hanya berhenti sampai dibeberapa hal tersebut, aspek Creativity and Innovation juga merupakan kemampuan untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide yang baru kepada orang lain.

Menurut Hasratuddin (2008: 72), peserta didik takut bertanya, enggan menjawab pertanyaan terlebih dalam hal mengemukakan pendapatnya dilapangan yaitu dalam kelas matematika. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kegiatan pembelajaran yang komunikatif sehingga membuat anak terpaksa untuk diam dalam kelas matematika.

Pada saat ini hingga masa yang akan datang, keterampilan berpikir tingkat tinggi sangat dibutuhkan. Keterampilan menganalisis dan mengambil keputusan yang cepat dan tepat sangat diperlukan di era revolusi industri 4.0.

Keterampilan ini diharapkan dapat membantu peserta didik agar siap untuk bersaing. Ada baiknya jika proses pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan sangat cepat mengalami kemajuan. Istilah yang sedang panas dibicarakan dan berhubungan

(17)

dengan berpikir kritis adalah istilah HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Helmawati (2019:149) mengatakan bahwa proses pembelajaran bukan hanya sebatas peserta didik diajak berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pembelajaran tidak lagi mencatat ulang materi yang sudah ada di buku saja, akan tetapi pendidik harus dapat menggali kemampuan yang dimiliki peserta didik dengan mengembangkan keterampilan berpikir menuju pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills) dibandingkan hanya sekedar mengetahui suatu materi pelajaran saja.

Salah satu pelajaran yang sulit merupakan matapelajaran matematika dan menjadi momok bagi siswa, hal ini dikatakan oleh Azizah (2017: 189). Tidak heran jika pembelajaran matematika di sekolah menjadi membosankan, menakutkan, bahkan sering dihindari oleh beberapa peserta didik.

Suatu bagian yang penting dalam keberhasilan pembelajaran matematika yaitu penguasaan objek matematika. Begle (1979: 2) membagi objek matematika atas fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Sedangkan Bell (1981:

103) membedakan objek matematika atas dua jenis yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung merupakan objek matematika itu sendiri, sedangkan objek tidak langsung merupakan hal-hal yang akan menuntun perolehan dari belajar objek langsung seperti kemampuan menemukan, transfer belajar, disiplin diri, apresiasi terhadap struktur matematika, dan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan komunikasi matematika, kemampuan penalaran, kemampuan berpikir kritis, dan berpikir kreatif adalah objek tak langsung lainnya yang dapat diidentifikasi. Objek langsung

(18)

matematika terbagi menjadi empat kategori yaitu fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Secara garis besar pembagian objek matematika menurut Bell dan Begle tidak jauh berbeda. “Operasi” menurut Begle pada dasarnya tidak berbeda dengan “keterampilan” menurut Bell. Konsep merupakan salah satu objek matematika yang disebut oleh Bell. Menurut Anggraeni (2016: 3) konsep merupakan suatu pengertian yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mengelompokkan suatu obyek atau peristiwa tidak termasuk ataupun termasuk dalam pengertian tersebut. Penanaman konsep merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah proses pembelajaran, agar peserta didik tidak hanya sekedar menghafal atau mencontoh.

Sebelum melangkah lebih jauh, untuk mewujudkan peserta didik yang menguasai beberapa hal tersebut, ada baiknya jika calon pendidik disiapkan secara matang, agar dapat dipastikan bahwa pendidik tersebut sudah menguasai objek matematika. Calon pendidik harus disiapkan secara matang agar mampu menciptakan desain pembelajaran matematika yang mampu menerapkan pembelajaran abad 21 yang mengadopsi istilah 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Tidak semua calon pendidik yang memilih menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan memiliki keinginan untuk menjadi pendidik. Termasuk di Universitas Sanata Dharma, mahasiswa program studi pendidikan matematika kelas C angkatan 2017. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan dosen yaitu meminta seluruh mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2017 untuk mengisi angket berupa google form yang

(19)

berisi pertanyaan terkait nama, NIM, kelas, dan minat menjadi guru, kelas C hanya terdapat 55% mahasiswa yang memiliki keinginan untuk menjadi guru.

Dibandingkan dengan kedua kelas yang lain, kelas C merupakan kelas yang paling kecil persentase mahasiswa yang berkeinginan menjadi guru. Hal ini menyebabkan beberapa mahasiswa terlihat tidak antusias selama pembelajaran terkait pendidikan. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat menimbulkan antusias mahasiswa selama pembelajaran. Menurut Marlina (2019: 393), sebagai usaha untuk melatih bakat dan kemampuan peserta didik dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, pembelajaran yang memiliki dasar 4C sangat diperlukan oleh peserta didik di Indonesia. Pada era revolusi industri 4.0, pembelajaran matematika memiliki tujuan dengan karakteristik 4C yaitu communication, collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation. Menurut Wahana (2016: 18), keyakinan terhadap gambaran tentang manusia yang akan dikembangkan, serta gambaran manusia ideal yang akan dicapai diwujudkan dalam pendidikan yang didasarkan pada paradigma pedagogi reflektif. Pranyoto (2014 : 52) mengatakan bahwa PPR telah terbukti dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan peserta didik secaraa integral, akan tetapi tidak banyak lembaga pendidikan dan sekolah yang menerapkan PPR.

Berdasarkan kondisi di atas, oleh karena itu peneliti memiliki ketertarikan untuk mengembangkan sebuah desain pembelajaran matematika. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah desain pembelajaran yang dapat

(20)

mengakomodasi mahasiswa Pendidikan Matematika agar dapat memiliki pemahaman terkait salah satu objek matematika pada pendidikan Sekolah Menengah Atas yaitu konsep, dan memiliki sikap tanggungjawab dan kerja sama yang baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah. Identifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Adanya disrtrupsi teknologi yang mendorong perubahan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dalam bidang pendidikan pada era revolusi 4.0.

2. Kurangnya aktivitas pembelajaran yang komunikatif sehingga membuat mahasiswa terpaksa untuk diam dalam kelas matematika.

3. Mahasiswa bersikap acuh tak acuh karena tidak berkeinginan untuk menjadi guru. Oleh sebab itu perlu adanya inovasi untuk membangkitkan minat dan motivasi mahasiswa.

4. Pentingnya Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pendidikan, akan tetapi belum banyak lembaga pendidikan dan sekolah yang menerapkan pendekatan PPR.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dibatasi pada terbatasnya pengetahuan guru terkait pentingnya mengembangkan inovasi desain pembelajaran matematika, dalam hal ini desain pembelajaran yang akan

(21)

dikembangkan adalah desain pembelajaran konsep yang berkaitan dengan materi Barisan pada jenjang SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat diajukan beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan desain pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C?

2. Bagaimana efektivitas desain pembelajaran berdasarkan penilaian ahli materi dan mahasiswa berbasis pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C?

E. Tujuan Pengembangan

Penelitian ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan desain pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C.

2. Mendeskripsikan efektivitas desain pembelajaran berdasarkan penilaian ahli materi dan mahasiswa berbasis pembelajaran matematika yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa Pendidikan Matematika semester V kelas C.

(22)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan desain pembelajaran konsep Barisan jenjang SMA yang menarik dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memberikan tambahan pengetahuan wawasan dalam menghasilkan desain pembelajaran matematika yang menarik dan sesuai dengan kriteria pembelajaran serta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan konsep, serta bekal untuk menjadi guru Matematika dalam menyusun desain pembelajaran di dalam kelas.

c. Bagi Pendidik

Memberikan inovasi dalam proses belajar mengajar sehingga pada saat menyajikan materi tidak monoton dan menambah wawasan pendidik untuk mengembangkan desain pembelajaran matematika.

(23)

G. Batasan Istilah

Perlu ada batasan istilah yang digunakan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman terkait maksud dan isi dari penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian dan Pengembangan (R & D) dalam pendidikan adalah proses yang digunakan dalam mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian.

2. Model ADDIE merupakan singkatan untuk lima langkah proses pengembangan, yaitu Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi).

3. Pembelajaran adalah kegiatan atau proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi pendidik dan peserta didik yang saling bertukar informasi.

4. Pemahaman konsep matematika adalah suatu pemikiran atau ide abstrak yang dapat mengelompokkan yang mana contoh dan bukan contoh dari suatu objek tertentu dalam matematika.

5. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu pola pikir di dalam pembelajaran yang meliputi lima unsur, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan PPR terdiri atas tiga hal yaitu competence, conscience, dan compassion.

6. Barisan adalah urutan bilangan dari kiri ke kanan yang mempunyai karakteristik atau pola tertentu.

(24)

7. Kerjasama yaitu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang ataupun lebih dan juga melibatkan iteraksi antara anggota kelompok, dan bekerja bersama-sama hingga terwujud sebuah tujuan yang dinamis.

8. Tanggung jawab merupakan kesadaran seseorang terhadap tingkah laku atau perbuatan baik yang tidak disengaja ataupun disengaja.

H. Spesifikasi Produk Yang diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan desain pembelajaran ini adalah :

1. Desain pembelajaran yang dikembangkan menekankan salah satu objek pembelajaran konsep tentunya dalam desain pembelajaran ini mengakomodasi pemahaman konsep sikap kerja sama dan tanggung jawab.

2. Desain pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan KD dan indikator suatu pokok bahasan yang akan diajarkan, materi barisan tingkat SMA.

3. Desain pembelajaran yang dikembangkan dapat memenuhi kriteria sehingga dapat dikategorikan sebagai desain pembelajaran yang berkualitas baik.

(25)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

a. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)

Sugiyono (2014: 297) mengatakan bahwa metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji produk tersebut merupakan metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development. Sedangkan Winarni (2018:

248) berpendapat bahwa Research and Development (R&D) atau Penelitian dan Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah- langkah dalam mengembangkan suatu produk baru ataupun menyempurnakan suatu produk yang telah ada, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk hardware software tetapi dapat berupa pembelajaran di kelas, program komputer untuk pengolahan data, bimbingan, pelatihan, perpustakaan atau laboratorium, manajemen, dan evaluasi.

Menurut van den Akker dan Plomp (2013: 54) penelitian pengembangan merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan suatu produk termasuk memberikan bukti empiris keefektifannya dan juga membangun suatu panduan untuk perancangan dan evaluasi produk-produk tersebut.

(26)

Penelitian pengembangan menurut Seels dan Richey (1994: 195) didefinisikan sebagai berikut: “Penelitian pengembangan sebagaimana dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhana, didefinisikan sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil- hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal.” (Developmental research, as opposed to simple instructional development, has been defined as “the systematic study of designing, developing and evaluating instructional programs, processes and products that must meet the criteria of internal consistency and effectiveness). Lebih jauh, Seels dan Richey berpendapat bahwa, secara sederhana penelitian pengembangan dapat berupa :

1. Kajian terkait proses dan dampak rancangan pengembangan dan berbagai upaya pengembangan tertentu atau khusus, atau berupa;

2. Satu keadaan yakni dimana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan pengembangan pembelajaran, atau kegiatan evaluasi dan mengkaji proses pada saat yang sama, atau berupa;

3. Suatu kajian tentang rancangan, pengembangan, dan proses evaluasi pembelajaran baik yang melibatkan komponen proses secara menyeluruh atau tertentu.

Berdasarkan ketiga pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan merupakan suatu metode penelitian yang

(27)

memiliki tujuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi sebuah produk yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan.

Salah satu metode dalam penelitian pengembangan yaitu ADDIE.

Robert Maribe Brach (dalam Sugiyono, 2017: 154) mengembangkan Instructional Design (Desain Pembelajaran) dengan pendekatan ADDIE, yang merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation. Model ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development), (4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation).

Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry (dalam Winarni, 2018: 114) untuk merancang sistem pembelajaran. Berikut ini beberapa langkah pada pengembangan desain atau metode pembelajaran.

1. Analysis

Pengembangan desain/metode pembelajaran baru diawali dengan masalah dalam model/metode pembelajaran yang telah diterapkan.

Masalah bisa saja terjadi dikarenakan model/metode pembelajaran yang ada pada saat ini sudah tidak relevan dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi, karakteristik peserta didik, dan lain-lain.

Analisis merupakan kegiatan utama yaitu menganalisis perlunya pengembangan desain/metode pembelajaran baru serta menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan desain/metode pembelajaran baru.

(28)

Setelah analisis masalah penting adanya pengembangan desain/metode pembelajaran yang baru, peneliti juga perlu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan desain/metode pembelajaran baru tersebut.

2. Design

Proses perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan pembelajaran.

Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang diawali dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan pembelajaran, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran, dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan mendasari proses pengembangan berikutnya.

3. Development

Development atau pengembangan dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Desain telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode pembelajaran baru dalam tahap ini. Pada tahap pengembangan ini, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan.

4. Implementation

Langkah implementasi merupakan langkah dimana peneliti mengimplementasikan rancangan dan metode yang telah dikembangkan tersebut pada situasi yang nyata, yaitu di kelas. Materi

(29)

disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang dikembangkan.

Selama langkah implementasi, rancangan model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Setelah pengimplementasian, selanjutnya dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik pada penerapan model/metode berikutnya.

5. Evaluation

Evaluasi merupakan tahap yang terakhir. Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir tatap muka di dalam kelas, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan. Evaluasi sumatif mengukur kompetensi terakhir terhadap mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

(30)

Tabel 2.1. Rangkuman Aktivitas Model ADDIE Tahap Pengembangan Aktivitas

Analysis

Pra-perencanaan: pemikiran tentang produk baru yang akan dikembangkan.

Mengidentifikasi produk yang sesuai dengan sasaran peserta didik, tujuan belajar, mengidentifikasi isi/materi

pembelajaran, mengidentifikasi lingkungan belajar, dan juga strategi penyampaian dalam pembelajaran yang tepat.

Design

Merancang konsep perangkat

pengembangan produk baru. Rancangan ditulis untuk masing-masing pembelajaran.

Petunjuk penerapan desain atau pembuatan produk ditulis secara rinci.

Development

Mengembangkan perangkat produk yang diperlukan dalam pengembangan.

Berbasis pada hasil rancangan produk, pada langkah ini mulai dibuat produk tersebut yang sesuai dengan struktur model.

Membuat instrument agar dapat mengukur kinerja produk.

Implementation

Melihat kembali dampak pembelajaran dengan cara yang kritis.

Mengukur ketercapaian tujuan pengembangan produk.

Mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran.

Mencari informasi apa saja yang dapat membuat peserta didik mencapai hasil dengan baik.

Evaluation

Produk baru sudah dapat digunakan dalam pembelajaran atau lingkungan yang sebenarnya.

Memperhatikan kembali tujuan-tujuan pengembangan produk, interaksi antar peserta didik serta menanyakan umpan balik awal proses evaluasi.

b. Pembelajaran Konsep

Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 20013 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. terdapat terkandung lima

(31)

komponen pembelajaran yaitu: pendidik, peserta didik, interaksi, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Interaksi memiliki arti hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang paling utama. Daryanto (2014: 5) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan efektif yang dikembangkan oleh pendidik baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus. Sedangkan, menurut pendapat Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 42) pembelajaran merupakan upaya kepada peserta didik dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal agar dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Tidak hanya stimulus awal saja dalam suatu pembelajaran, tetapi juga merupakan kumpulan berbagai jenis stimulasi eksternal dan internal yang menimbulkan aktivitas dan mempengaruhi sejumlah proses belajar yang berbeda. Sistem pembelajaran merupakan pengelolaan sumber dan prosedur yang dapat meningkatkan belajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik yang mengandung proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar siswa memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

(32)

Selain itu, Sugiana dkk (2016: 62) berpendapat bahwa konsep dapat diartikan sebagai buah pemikiran seseorang atau kelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga memunculkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep dapat menunjukkan hubungan suatu konsep dengan konsep lain yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak, konsep berguna untuk menjelaskan dan meramalkan. Menurut Rosser (dalam Waluya, 2008: 3) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, hubungan-hubungan, atau kejadian-kejadian yang memiliki atribut yang sama. Konsep adalah dasar bagi proses mental yang lebih tiggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Konsep merupakan penyajian-penyajian internal dari stimulus. Sedangkan, Gazali (2016: 184) mengatakan bahwa konsep merupakan suatu gagasan atau ide abstrak yang memungkinkan seseorang agar dapat mengelompokkan obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan juga untuk menentukan apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut.

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek-obyek, kejadian-kejadian atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama, dan memungkinkan pula untuk menentukan apakah obyek-byek atau

(33)

peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep merupakan kegiatan interaksi peserta didik dengan pendidik yang mengandung proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang difokuskan pada buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek- obyek, kejadian-kejadian atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama, dan memungkinkan pula untuk menentukan apakah obyek-byek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau bukan contoh dari gagasan tersebut

c. Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Wahana (2016: 19) pendekatan paradigma pedagogi reflektif merupakan prosedur pembelajaran yang berisi interaksi antara peserta didik dengan materi yang dipelajarinya dengan dosen sebagai fasilitator.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) (Tim Penerbit Kanisius:

2008: 39) merupakan pola pikir (paradigma = pola pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi peserta didik menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Polapikir PPR yaitu dalam membentuk pribadi, peserta didik diberikan pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, setelah itu peserta didik akan difasilitasi dengan pertanyaan agar dapat merefleksikan pengalaman tersebut, dan difasilitasi dengan pertanyaan

(34)

aksi agar peserta didik membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut.

Menurut Suparno (2015: 18) PPR adalah suatu pedagogi bukan hanya sekedar metode pembelajaran. Hal ini berarti pedagogi merupakan suatu pendekatan atau cara pendidik mendampingi peserta didik sehingga peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh. Visi dan tujuan yang terdapat di dalamnya yaitu, peserta didik akan dibantu menjadi manusia seperti apa. Didalamnya juga ada pilihan metode yang digunakan dalam proses pendampingan tersebut.

Berdasarkan ketiga pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa PPR adalah pendekatan dalam proses pembelajaran untuk mendampingi siswa dalam menumbuhkembangkan kepribadian menjadi siswa yang memiliki pribadi kemanusiaan yang utuh.

1. Langkah-Langkah Pelaksanaan PPR

P3MP-LPM (2012: 11-12) mengatakan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan beberapa langkah berurutan yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, tindakan (aksi), dan evaluasi.

a. Konteks

Mahasiswa diajak untuk mencermati konteks-konteks hidupnya untuk dapat mengenali faktor-faktor yang berkemungkinan mendukung atau juga dapat menghambat proses pembelajaran yang dialaminya. Dosen harus memulai proses pembelajarannya dari diri

(35)

mahasiswa (student centered learning) yaitu dengan memahami sebanyak mungkin konteks-konteks yang melingkupi mahasiswa sebagai subyek yang akan ditantang, didorong dan didukung agar dapat mencapai perkembangan pribadi yang utuh.

b. Pengalaman

Aktivitas “mengenyam/mengunyah sesuatu secara batin”

merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu pada langkah pengalaman ini, mahasiswa diajak untuk melakukan kegiatan yang tidak hanya memuat aspek kognitif (pemahaman) atas materi yang sedang disimak tetapi juga aspek afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek konatif (niat/kehendak). Jadi, keseluruhan pribadi (akal budi, rasa dan kehendak) mahasiswa diasah sagar mereka dapat memperoleh pengetahuan yang semakin utuh.

c. Refleksi

Refleksi menjadi unsur yang juga sangat penting dalam pendidikan Ignasian, hal ini disebabkan karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

Refleksi juga merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya.

(36)

d. Tindakan (Aksi)

Tindakan merupakan kegiatan yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Menurut Triyono (dalam P3MP-LPM, 2012: 37) tindakan mempunyai dua aspek yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal merupakan perkembangan batin yang terjadi berkat proses refleksi.

Aspek eksternal adalah perwujudan dari pertumbuhan batin itu.

Dengan demikian tindakan selalu mencakup dua langkah, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari refleksi pengalaman) dan perwujudan lahiriah (perwujudan nyata) yang dapat dipertanggungjawabkan. Tindakan mencakup dua langkah:

1) Menumbuhkan pilihan-pilihan batin. Langkah ini merupakan momentum bagi peserta didik untuk dapat memilih kebenaran sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri kearah mana ia dipimpin oleh kebenaran itu. Hal ini terjadi melalui proses mempertimbangkan kembali pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam proses pembelajaran. Disinilah pembelajar dihadapkan pada makna dan nilai yang menyuguhkan pilihan- pilihan yang harus diambil.

2) Menyatakan pilihan secara lahir. Pada suatu ketika, makna- makna hidup, sikap, nilai-nilai yang telah menjadi bagian dari dirinya, mendorong peserta didik untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinan barunya. Kalau maknanya negatif,

(37)

peserta didik akan berusaha memperbaiki, mengubah, mengurangi, atau menghindari apa yang menimbulkan pengalaman yang negatif itu. Sedangkan, kalau maknanya positif, peserta didik akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang bermakna positif.

e. Evaluasi

Pedagogi Reflektif, yaitu pencapaian tujuan untuk membentuk manusia yang berkepribadian utuh, bersedia untuk selalu berkembang, kompeten secara intelektual, bersikap religius, serta penuh kasih dan tekad untuk selalu berbuat adil dalam pelayanan yang tulus kepada sesame. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan evaluasi yang menyeluruh pada aspek pengetahuan, perkembangan sikap, penentuan prioritas, dan tindakan-tindakan yang selaras dengan prinsip men and women for and with others yang memiliki arti pria dan wanita untuk dan dengan lainnya.

d. Kajian Materi Konsep Barisan di SMA

Noormandiri (2004: 92) mengatakan bahwa barisan merupakan susunan bilangan yang dibentuk menurut aturan tertentu, masing-masing bilangan pada suatu barisan yang dipisahkan tanda koma, bilangan- bilangan penyusun barisan disebut suku, setiap suku diberi nama sesuai dengan nomor urutnya. Suku pertama dilambangkan dengan U1, suku kedua dilambangkan dengan U2, suku ketiga dilambangkan dengan U3, demikian seterusnya. Suku ke-n dilambangkan dengan Un (n merupakan

(38)

bilangan asli). Secara singkat dapat dituliskan barisan merupakan daftar urutan bilangan dari kiri ke kanan yang mempunyai karakteristik atau pola tertentu.

1. Barisan Aritmetika

Manullang (2017: 192) mendefinisikan barisan aritmetika adalah susunan bilangan yang dibentuk antara satu bilangan ke bilangan berikutnya memiliki beda yang sama.

Beda dapat diartikan sebagai selisih antara dua suku yang berurutan yang dinotasikan dengan b. Jika suatu barisan memiliki beda lebih dari nol (b > 0) maka barisan aritmatika tersebut merupakan barisan naik. Sebaliknya, jika bedanya kurang dari nol (b < 0) maka barisan aritmatika tersebut merupakan barisan turun.

Berikut merupakan contoh dan bukan contoh barisan Aritmetika.

Contoh barisan Aritmetika:

i. 1, 2, 3, 4, 5, … ii. 3, 5, 7, 9, 11, … iii. 12, 15, 18, 21, …

Contoh bukan barisan Aritmetika:

i. 2, 3, 8, 16, … ii. 4, 6, 8, 11, … iii. -2, 0, -2, 0, …

(39)

2. Barisan Geometri

Manullang (2017: 196) mendefinisikan barisan geometri adalah barisan bilangan yang nilai pembanding (rasio) antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Secara sederhana dapat dikatakan barisan geometri adalah susunan bilangan yang dibentuk antara satu bilangan ke bilangan berikutnya memiliki rasio yang sama.

Iryanti (2009: 15) mengatakan bahwa rasio adalah perbandingan antara dua suku berurutan pada barisan geometri yang dinotasikan dengan r. Sebuah barisan geometri dikatakan sebagai barisan geometri naik jika memiliki nilai rasio lebih dari satu (r > 1). Sedangkan barisan geometri turun dibentuk oleh nilai rasio antara nol dan satu (0 < r < 1).

Berikut merupakan contoh dan bukan contoh barisan Geometri.

Contoh barisan Geometri:

i. 81, 27, 9, 3, … ii. 2, 4, 8, 16, … iii. 7, 14, 28, 56, …

Contoh bukan barisan Geometri:

i. 20, 5, 54, 5, … ii. 2, 4, 6, 8, 10, … iii. -4, -2, -4, -2, …

(40)

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah beberapa jurnal yang berkaitan dengan pengembangan desain pembelajaran konsep barisan, dan pendekatan PPR.

1. Internalisasi Nilai-nilai Berpikir Kritis Melalui Pengembangan Desain Pembelajaran Konsep Matematika Kreatif pada pendidikan Anak Usia Dini oleh Jamiah (2013). Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa model pembelajaran konsep matematika kreatif bagi pendidikan anak usia dini secara teoritis adalah layak dan sangan strategis untuk dikembangkan.

2. Penerapan Strategi Pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Berprestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V Sekolah Dasar oleh Hartana (2016). Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 1,175 dan terdapat peningkatan nilai rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 7,825. Hal ini menunjukkan bahwa setelah menerapkan pendekatan PPR, terdapat peningkatan hasil belajar maupu motivasi belajar siswa.

3. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk Mengembangkan Sikap Kepedulian Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh Astuti (2018). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat dan toleransi antar siswa saat berdiskusi serta siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa

(41)

menggunakan pendekatan PPR sikap kepedulian sosial siswa SMA dapat dikembangkan.

Ketiga penelitian di atas, relevan dalam hal model pembelajan konsep barisan dan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) sehingga dapat digunakan sebagai acuan atau inspirasi pada penelitian ini.

C. Kerangka Pikir

Beberapa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2017 adalah kurang bisa membedakan pembelajaran konsep, prinsip dan keterampilan. Hal ini ditunjukkan pada saat mahasiswa diminta untuk melakukan simulasi terkait pembelajaran konsep, pembelajaran prinsip dan pembelajaran keterampilan. Selain itu, karakteristik mahasiswa berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan terkait konsep yang dilihat dari hasil pretest terkait konsep yaitu 36,36% mahasiswa mendapatkan nilai dibawah 56 dan 63,64% mahasiswa mendapatkan nilai diatas 56, serta sikap yang telah dimiliki oleh mahasiswa berkaitan dengan sikap kerja sama dan tanggung jawab. Selama menjalankan tugas secara berkelompok untuk mensimulasikan pembelajaran terkait konsep, prinsip dan keterampilan, mahasiswa sudah mengerjakan tugas tersebut dengan baik, akan tetapi ada beberapa hal yang mereka lewatkan yaitu kekompakan dalam menjalani simulasi tersebut dan ketepatan terkait tugas yang diberikan. Hal ini menunjukan bahwa sikap kerja sama dan tanggung jawab mahasiswa masih kurang.

Sebagai calon guru, mahasiswa seharusnya sudah paham terkait pembelajaran konsep, prinsip maupun keterampilan, karena pada saat menjadi

(42)

guru pembelajaran tersebut akan diterapkan kepada siswa. Pembelajaran di dalam kelas harus menekankan obyek-obyek matematika salah satunya konsep.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan desain pembelajaran konsep barisan pada tingkat SMA yang dapat mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggungjawab pada mahasiswa. Materi konsep barisan yang akan dibahas yaitu barisan aritmetika dan barisan geometri. Pembelajaran yang akan dikembangkan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

Pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan desain pembelajaran konsep tersebut, mahasiswa dapat memahami konteks materi dengan jelas dan melihat kaitan materi dengan kehidupan di sekitarnya.

Selanjutnya dengan memberikan pengalaman belajar, mahasiswa dapat menemukan konsep materi secara mandiri bersama kelompok dengan memaksimalkan bantuan Lembar kerja (LK) yang telah disediakan. Selain itu, mahasiswa mampu mengembangkan nilai conscience dan compassionnya seperti mampu bekerja sama dalam kelompok dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah ditugaskan.

Pembelajaran menggunakan PPR memfasilitasi mahasiswa untuk dapat merefleksikan proses pembelajaran dengan baik. Tidak hanya merefleksikan, mahasiswa juga diarahkan untuk melakukan aksi sebagai tindak lanjut dari refleksi yang telah dilakukan. Pada akhir proses pembelajaran, diadakan

(43)

evaluasi terkait tingkat pemahaman mahasiswa terkait materi yang telah diajarkan. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran menggunakan PPR dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran yaitu competence, conscience, dan compassion. Hal ini menguatkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan desain pembelajaran konsep yang telah dirancang cocok digunakan untuk mendukung pengetahuan mahasiswa dan sikap yang harus dikembangkan dalam diri mahasiswa.

(44)

Berikut ini merupakan kerangka berpikir dalam penelitian yang dilakukan:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Identifikasi Masalah

Analysis

Design

Development

Implementation

Evaluation

1. Kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa

2. Karakteristik mahasiswa

1. Menyusun insturmen pendukung 2. Validasi instrumen pendukungoleh

ahli

3. Revisi instrument pendukung 4. Pemilihan submateri

1. Mengembangkan desain pembelajaran menggunakan Pendekatan PPR 2. Validasi desain pembelajaran 3. Revisi Desain Pembelajaran

Pengimplementasian desain pembelajaran pada subyek sebanyak 20 mahasiswa dalam

mata kuliah Pembelajaran Matematika SMA/SMK

Evaluasi desain

Pembelajaran; tes pemahaman konsep, penyebaran angket respon mahasiswa

dan wawancara

1. Kurangnya aktivitas pembelajaran yang komunikatif

2. Kurangnya keinginan mahasiswa menjadi guru

3. Pentingnya Paradigma Pedagogi Reflektif

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang metodologi penelitian diantaranya jenis penelitian, setting penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis validitas.

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan desain pembelajaran konsep barisan di SMA menggunakan PPR yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode “Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development” dengan model ADDIE.

Penelitian ini digunakan untuk menciptakan produk baru dan penyempurnaan suatu produk. Penelitian ini didasarkan pada kebutuhan sekelompok orang untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan produk yang ada. Produk yang dihasilkan dapat berupa perangkat keras ataupun perangkat lunak.

Penelitian ini mengembangkan desain pembelajaran konsep. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan pada situasi yang nyata yaitu di dalam kelas untuk mengetahui kualitas dari desain pembelajaran konsep tersebut yang dirancang sesuai yang ada dalam RPS yang nantinya akan digunakan di sasaran yang lebih luas.

(46)

B. Setting Penelitian

Setting penelitian dibagi menjadi empat bagian yaitu subjek, objek, tempat dan waktu penelitian.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Matematika Kelas C angkatan 2017 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah mahasiswa sebanyak 20 orang yang memiliki tingkat minat menjadi guru sangat rendah dibanding kedua kelas lainnya yaitu A dan B..

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah desain pembelajaran matematika yang telah dikembangkan oleh peneliti. Desain pembelajaran matematika tersebut diujicobakan untuk memastikan bahwa desain pembelajaran matematika yang telah dikembangkan telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran secara luas.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dilaksanakannya uji coba desain pembelajaran matematika. Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Jalan Paingan, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Peneliti menyelesaikan penelitian ini selama 5 - 6 bulan. Penelitian dimulai dari observasi pada pertengahan bulan Oktober hingga pertengahan bulan November, kemudian dilanjutkan dengan

(47)

pengolahan data dan penulisan skripsi. Uji coba desain pembelajaran matematika yang dikembangkan dilaksanakan pada tanggal 15 dan 22 November, selanjutnya dilaksanakan evaluasi atau ujian terkait barisan aritmetika dan barisan geometri pada tanggal 28 November 2019.

C. Design dan Prosedur Pengembangan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ADDIE, menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model Problem Based Learning (PBL). Tahap pokok ini sangat berhubungan dengan desain pengembangan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, sehingga rancang bangun pengembangan mengacu pada tahapan-tahapan model ADDIE.

1. Analysis

Tahap analisis merupakan tahap awal model ADDIE. Analisis dilakukan pada saat observasi di dalam kelas agar peneliti dapat menganalisis kebutuhan yang diperlukan aat pembelajaran dan merencanakan penelitian, serta dilakukan kegiatan pretest untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan terkait konsep mahasiswa.

Pada tahap ini dilakukan beberapa hal pokok, yaitu (1) menganalisis kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa, dan (2) menganalisis karakteristik mahasiswa berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang telah dimiliki oleh mahasiswa.

(48)

2. Design

Tahap kedua model ADDIE adalah design (perancangan). Dalam tahap ini telah dilakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyusun instrumen penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pedoman observasi dan soal tes (2) validasi instrumen penelitian, dan (3) pemilihan submateri yang akan digunakan untuk mengembangkan pembelajaran konsep barisan, yaitu barisan aritmetika dan barisan geometri. Semua instrument divalidasi oleh validator.

3. Development

Tahap development (pengembangan) merupakan tahap ketiga pada model ADDIE. Pada tahapan ini memerlukan tenaga dan waktu yang lebih banyak, karena tahap ini merupakan tahap inti. Tahap ini dikatakan tahap inti karena tahap ini mencakup kegiatan mengembangkan pembelajaran konsep barisan, diantaranya menyusun Rancangan Pembelajaran terkait materi barisan Aritmetika dan barisan Geometri serta menyusun Lembar Kerja yang dapat menuntun mahasiswa untuk menemukan konsep barisan aritmetika dan barisan geometri. Perancangan pembelajaran tersebut meliputi beberapa proses, seperti merumuskan capaian pembelajaran, merumuskan indikator, hingga menyusun materi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Dalam proses penyusunan materi, dibutuhkan sumber- sumber yang relevan untuk memperkaya bahan yang dibutuhkan dan penyusunan desain pembelajaran konsep barisan.

(49)

4. Implementation

Tahap ini merupakan langkah untuk menguji-cobakan desain pembelajaran matematika yang telah dikembangkan. Desain pembelajaran matematika terkait konsep barisan diuji-cobakan kepada seluruh mahasiswa semester 5 kelas C pendidikan Matematika angkatan 2017 di universitas Sanata Dharma. Tahap implementasi ini dilakukan pada waktu perkuliahan Pembelajaran Matematika SMA/SMK sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu pada pertemuan pertama dan kedua merupakan penerapan atau implementasi desain pembelajaran konsep dan pada pertemuan ketiga dilakukan kegiatan uji kemampuan pemahaman konsep barisan. Penelitian ini melakukan dua siklus yang berulang, yaitu pertemuan pertama merupakan siklus satu dan pertemuan kedua merupakan siklus dua.

5. Evaluation

Tahap evaluasi ini merupakan tahap penilaian terhadap desain pembelajaran matematika dilihat dari segi keterlaksanaan desain pembelajaran matematika yang telah dibuat untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dirancang sesuai dengan mahasiswa yang menjadi subjek atau tidak. Dalam penelitian ini hanya dilakukan evaluasi formatif yang bertujuan untuk memvalidasi hasil pengembangan dan melakukan revisi sesuai masukkan atau saran yang diberikan. Sesuai

(50)

dengan prosedur pengembangan desain ADDIE, evaluasi formatif dilakukan tahap demi tahap pada setiap langkah model ADDIE.

D. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui:

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran di dalam kelas. Mania (2008: 221) menerangkan bahwa cara atau metode menghimpun keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan dapat dikatakan sebagai observasi.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat pengimplementasian desain pembelajaran matematika yang telah dikembangkan.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data mengenai keterlaksanaan pembelajaran setelah melaksanakan desain pembelajaran konsep dengan menggunakan PPR yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab.

Menurut Soegijono (1993: 17) yang dimaksud dengan wawancara yaitu: a) kegiatan tanya jawab secara lisan yaitu dimana dua orang atau lebih bertatap muka secara fisik agar mengetahui tanggapan, pendapat, dan motivasi seseorang terhadap suatu obyek, b) wawancara dapat

(51)

digunakan untuk menggali hal yang sudah terjadi pada waktu lampau seseorang ataupun rahasia kehidupannya, c) menangkan aksi reaksi orang dalam bentuk ekspresi pada saat tanya jawab, d) wawancara juga dapat digunakan sebagai cara mengumpul data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan kepada beberapa mahasiswa pendidikan matematika semester V kelas C universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selain itu, pedoman wawancara ini tersusun atas beberapa pertanyaan untuk menegaskan hasil observasi.

3. Pengisian Angket

Retnawati (2016: 3) mengatakan bahwa angket berupa kumpulan pernyataan yang pada umumnya dalam bentuk tertulis setelah itu diberikan kepada responden. Peneliti melakukan penyebaran angket untuk mengetahui respon mahasiswa setelah mengikuti desain pembelajaran matematika terkait konsep barisan dengan menggunakan PPR yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab.

4. Tes Pemahaman Konsep

Tes terkait materi barisan ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa terkait konsep setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika terkait konsep barisan dengan menggunakan PPR yang mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab.

Matondang (2009: 88) mengatakan bahwa tes merupakan prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang

(52)

distandarisasikan dan kemudian diberikan kepada individu atau kelompok agar dikerjakan, dijawab, atau direspon, baik dalam bentuk tertulis, lisan ataupun perbuatan.

Tes ini diberikan kepada mahasiswa setelah pembelajaran konsep barisan selesai. Tipe soal pada tes barisan adalah soal essay.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen-instrumen yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data sebagai berikut.

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil analisis uji terbatas produk dengan melakukan observasi atau pengamatan terkait pengimplementasian desain pembelajaran matematika terkait konsep barisan yang menggunakan PPR dan mengakomodasi sikap kerja sama dan tanggung jawab yang dikembangkan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi proses pembelajaran, hasil validasi para ahli, angket respon siswa, dan nilai hasil belajar siswa.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk menilai produk yang dikembangkan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, angket, dan lembar tes.

a) Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh dosen. Hal ini dilakukan

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir………………………………..  31
Tabel 2.1. Rangkuman Aktivitas Model ADDIE  Tahap Pengembangan  Aktivitas
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir Identifikasi Masalah Analysis Design Development Implementation Evaluation
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pembelajaran saintific dengan metode demonstrasi, diskusi dan Tanya jawab menuntun peserta didik untuk mengamati permasalahn, menuliskan penyelesaian, dan

3 Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh

Kategori dukungan orang tua dari masing-masing indikator antara siswa laki- laki dan perempuan dapat diketahui pada nilai mean yang tertera pada tabel, dijelaskan dari segi

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa partisipan penelitian ini adalah individu dengan karakteristik kepribadian tidak pencemas, senang sendiri, cenderung konvensional dalam

13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api

Agape Putri Glory Kause. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dalam Menyelesaikan Soal-Soal

Pengaruh Tingkat Kecemasan Matematika Setelah Diperdengarkan Musik Klasik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas XB SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (SMM

Modified k-means menggunakan Timestamp Initialization dapat digunakan sebagai algoritma pengelompokan data traffic menggunakan 9 feature dengan similaritas tinggi untuk sebuah