• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METEODOLOGI PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

2. Deskriptif Hasil Belajar Siklus II

Pembelajaran siklus II dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pelaksanaan siklus I. perencanaan pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Peneliti merumuskan sejumlah perubahan atau perbaikan yang telah dilaksanakan pada siklus I, kemudian peneliti membuat rencana baru dengan sejumlah perbaikan dari setiap kegiatan pembelajaran pada bagian ini sama halnya dengan siklus II yaitu kegiatan dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Bekerjasama dalam kelompok dengan memotivasi murid yang masih rendah dalam belajar agar semua murid dapat berperan secara lebih aktif dalam melakukan kerjasama berfokus pada proses pembelajaran kooperatif tipe script, peneliti mengupayakan mempelajari kembali kurikulum bahasa kelas V Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat observasi untuk melihat aktifitas murid pada saat proses pembelajaran menerapkan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe script, kemudian mempersiapkan kembali wacana/materi yang akan dibagikan kepada tiap murid sebagai tes akhir dari siklus II untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pada murid

a. Tahap Perencanaan

Memberi motivasi, Acuan, Umpan balik,Melibatkan peserta didik secara aktif dan menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peneliti membantu menyelesaikan setiap masalah adalah cara yang dikedepankan peneliti , tahap perencanaan pada siklus kedua ini tindakan ini bertujuan agar selama kegiatan belajar mengajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran sampai pada akhir pembelajaran dapat membuahkan hasil yang sesuai diinginkan pada tahap akhir, pada siklus ke II ini peneliti menerapkan prinsip berkelanjutan ini dikarenakan pada tahap tahap sebelumnya yaitu pada siklus I peserta didik belum betul betul menguasai secara sempurna bagaimana berbicara meng ekspresikan percakapannya dengan benar

Tindakan yang perlu diambil dalam proses pembelajaran kooperatif tipe script yaitu dengan mempelajari kembali kurikulum tingkat satuan pendidikan Membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) membuat kembali observasi untuk melihat aktifitas murid pada saat proses pembelajaran menerapkan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe script, kemudian mempersiapkan kembali wacana/materi yang akan dibagikan kepada tiap murid sebagai tes akhir dari siklus II untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pada murid.

Pelaksanaan siklus I dilakukan beberapa upaya yaitu memberi motivasi kepada murid yang masih rendah dalam belajar agar semua murid dapat berperan secara lebih aktif dalam melakukan kerjasama dalam kerja kelompok dan mengingatkan pada murid akan manfaat kerjasama baik dari segi ilmu pengetahuan maupun sosialisasi murid dalam kelas serta mengintensifkan tanya jawab dan merangsang murid dalam keterampilan berbicara dengan memberikan

penghargaan sekaligus motivasi yang lebih optimal, dan membiasakan murid memiliki keberanian dalam melakukan diskusi serta melakukan perbaikan pada murid terutama pada aspek keterampilan berbicara pada murid kelas V khususnya

Tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan yang terdiri dari:

1) Merencanakan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.

2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran menyimak di kelas.

4) Pemantapan kembali kegiatan berbicara yang dilakukan oleh murid.

5) Perbaikan pengajaran sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

b.Tahap pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar siklus II sama dengan silkus I yaitu berlangsung selama 4 kali pertemuan dengan rincian 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran, dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Adapun tahap-tahap yang dilakukan setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1). Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 februari 2014. Kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script pada siklus II dengan materi teks percakapan Salah Paham namun sebelumnya peneliti memulai pembelajaran diawal dengan mengucapkan salam, berdoa yang dipimpin ketua kelas, mengabsen murid, memberi motivasi, diawal kegiatan pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan perlengkapan belajar, melakukan apersepsi, menyajikan materi dalam bentuk wacana/materi yang dibagi kepada tiap-tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan namun sebelumnya peneliti membagi murid untuk berpasangan, membantu murid menetapkan peran dari masing-masing murid, dan memantau presentase tiap-tiap pasangan kemudian diakhir pembelajaran membuat kesimpulan

2). Pertemuan II

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Maret 2014 membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa yang dipimpin ketua kelas, mengabsen murid, memberi motivasi, diawal kegiatan pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan perlengkapan belajar, melakukan apersepsi, menyajikan materi dalam bentuk wacana/materi teks dengan pokok bahasan teks percakapan Pahlawan Kesiangan. Kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script, peneliti mengumpan balik beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi, peneliti bersama murid membuat kesimpulan mengenai mateti yang telah

dipelajari kemudian memberikan penguatan dan pesan moral, diakhiri dengan memberi salam dan pengucapan terima kasih kepada murid

3). Pertemuan III

Pada hari selasa tanggal Rabu 12 Maret 2014 dengan teks percakapan Menjenguk Teman pada pertemuan ini relatif sama dengan pertemuan pertama dan kedua mengupayakan kemampuan berbicara murid dapat lebih memuaskan

4). Pertemuan IV

Pada pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin, 17 Maret 2014 dengan materi teks Sabuk Pengaman berjalan dengan lancar, murid yang sudah tahu bahwa ujian ini penilaiannya disini secara perindividu tampak mereka sangat bersemangat karena mereka juga tahu bahwa pada pertemuan ini adalah yang ditunggu-tunggu dengan mempersiapkan kemampuan mereka yang dapat nilai terbaik akan mendapatkan penghargaan berupa buku dan dari peneliti pada saat murid mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. dari pertemuan ini hasil tes siklus II mengalami peningkatan murid yang tuntas sebanyak 12 0rang atau 86 % dan murid yang tidak tuntas sebanyak 2 0rang atau 14%.

Adapun hasil analisis deskriptif terhadap skor perolehan murid pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script, selama siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 beriikut

Tabel 4.5 Statistik Skor hasil belajar pada siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 14

Skor ideal 100

Skor tertinggi 90

Skor terendah 60

Skor rata-rata 75,35

Hasil belajar yang diperoleh pada tes akhir siklus II memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar hal itu dapat dilihat dari meningkatnya skor perolehan murid setelah diadakan tes berbicara didepan kelas pada setiap pertemuan dimana skor tertinggi yang diperoleh murid 90 dan untuk skor terendah yaitu 60 nilai tersebut mencapai standar ketuntasan tiap individu yang telah ditentukan yaitu 65. Selain itu rata-rata kelas untuk siklus II juga mengalami peningkatan 75,35. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada siklus II tergolong tinggi.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi skor hasil belajar murid pada siklus II

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Sangat Tinggi 85 – 100 3 21,42

Tinggi 65 – 84 9 64,28

Sedang 55 – 64 2 14,28

Rendah 35 – 54 0 0

Sangat Rendah 0 – 34 0 0

Jumlah 14 100

Hasil di atas menunjukkan bahwa pada kategori sangat tinggi terdapat 3 murid dengan persentase 21,42%, pada kategori tinggi terdapat 9 murid dengan persentase 64,28%, pada kategori sedang terdapat 2 murid dengan persentase 14,28%, sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah terdapat 0 dengan persentase 0% masing- masing. ini dapat dikatakan hasil belajar murid pada siklus II mengalami peningkatan.

Dari tabel kategori di atas maka dapat pula dilihat tabel deskriptif ketuntasan murid sebagai berikut:

Tabel 4.7 Deskriptif ketuntasan belajar bahasa indonesia murid kelas V SD Inpres Gallang Kab Gowa pada tes akhir siklus II

Kategori Skor

Siklus II

Frekuensi Persen (%)

Tidak Tuntas 0 - 64 2 14

Tuntas 65 - 100 12 86

Jumlah 14 100

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 14 murid terdapat 14% murid yang belum tuntas belajar dan 86% murid yang tuntas belajar. ini berarti ketuntasan belajar pada siklus II tercapai secara klasikal karena jumlah murid yang tuntas mencapai lebih dari 85%

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Murid Siklus I dan Siklus II

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Sangat Tinggi 85 – 100 0 3 0 21,42

Tinggi 65 – 84 6 9 43 64,28

Sedang 55 – 64 2 2 14 14,28

Rendah 35– 54 5 0 36 0

Sangat Rendah 0 - 34 1 0 7 0

Jumlah 14 14 100 100

Dari tabel Hasil belajar murid siklus I dan II diatas kemudian dibandingkan pada grafik dibawah ini:

Grafik perbandingan hasil belajar murid Siklus I dan siklus II

0

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Murid Siklus I dan Siklus II

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Sangat Tinggi 85 – 100 0 3 0 21,42

Tinggi 65 – 84 6 9 43 64,28

Sedang 55 – 64 2 2 14 14,28

Rendah 35– 54 5 0 36 0

Sangat Rendah 0 - 34 1 0 7 0

Jumlah 14 14 100 100

Dari tabel Hasil belajar murid siklus I dan II diatas kemudian dibandingkan pada grafik dibawah ini:

Grafik perbandingan hasil belajar murid Siklus I dan siklus II

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Siklus I Siklus II

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Murid Siklus I dan Siklus II

Kategori Skor Frekuensi Persentase %

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

Sangat Tinggi 85 – 100 0 3 0 21,42

Tinggi 65 – 84 6 9 43 64,28

Sedang 55 – 64 2 2 14 14,28

Rendah 35– 54 5 0 36 0

Sangat Rendah 0 - 34 1 0 7 0

Jumlah 14 14 100 100

Dari tabel Hasil belajar murid siklus I dan II diatas kemudian dibandingkan pada grafik dibawah ini:

Grafik perbandingan hasil belajar murid Siklus I dan siklus II

Sangat Rendah Siklus II

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa indonesia murid kalas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa setelah dilakukan perbaikan tetap menggunakan tindakan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe script pada siklus I diperoleh skor rata-rata 65 sedangkan pada siklus II diperoleh skor rata rata 75 artinya kemampuan berbicara murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dalam pembelajaran

Tabel 4.9 Perbandingan Ketuntasan Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa pada tes akhir Siklus I dan Siklus II sebagai berikut:

Tes Akhir Siklus I dan II

Kategori Skor

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)

Tidak Tuntas 0 - 64 8 57 2 14

Tuntas 65 - 100 6 43 12 86

Jumlah 14 100 14 100

Jumlah murid yang berada pada kategori tidak tuntas di atas dari 57%

pada siklus I menjadi 14% pada siklus II. jumlah murid yang tuntas dengan peningkatan jumlah murid yang termasuk ke dalam kategori tuntas dengan

persentase 43% menjadi 86%.Ini berarti ketuntasan belajar murid pada siklus ke II tercapai secara klasikal karena jumlah murid yang tuntas mencapai lebih dari 85%

C.Tahap observasi

Pada siklus II selama proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe script demgan menggunakan lembar observasi murid unuk mengetahui seberapa besar keaktifan murid dalam proses pembelajaran pada pertemuan siklus II untuk dilaksanakan tes hasil belajar bahasa indonesia murid melalui pemberian tes pada akhir siklus. adapun perubahan sikap murid dalam proses belajar mengajar dapat dilihat pada perubahan sikap murid dalam proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel observasi berikut :

Tabel 4.10 hasil obervasil pada Siklus II

No Komponen yang diamati

Pertemuan Rata -Rata

Persentase I II III IV (%)

1. Jumlah murid yang hadir pada saat kegiatan

4. Murid yang aktif mencatat

dan mengerjakan soal 11 9 12 12 11 78,57

5. Murid yang aktif dalam

pembelajaran 10 11 11 13 11,25 80,35

6. Murid yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal

3 2 3 2 2,5 17,85

7. Murid yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal

Hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II dari 14 murid terjadi perubahan baik dari sikap, perhatian maupun keaktifan murid,hanya kehadiran murid 98,21% ini dikarenakan hanya pada pertemuan kedua ada satu murid yang hadir tidak mengikuti mata pelajaran dan yang paling menonjol adalah jumlah murid yang melakukan kegiatan lain di dalam kelas 14,28% ini berarti jauh lebih berkurang dari sebelumnya . Begitu juga dengan murid yang meminta bimbingan guru pada saat mengerjakan soal tes sudah berkurang yaitu 17,85% kurang percaya diri dalam mengerjakan soal (malu- malu,menyontek), juga menunjukkan kemajuan lebih baik yaitu 16,07% dan murid yang keluar masuk kelas ribut,mengganggu yakni 12,5% dan yang menunjukkan banyak kemajuan pada

murid yang aktif berbicara yaitu 78,57 dan murid yang aktif dalam pembelajaran yaitu 80,35%.

d. Refleksi siklus II

Tabel pengkategorian skor hasil belajar murid menunjukkan bahwa hasil belajar murid kelas V pada siklus II sudah mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan distribusi nilai hasil belajar mengalami peningkatan pada kategori sangat tinggi dengan persentase 21,42%, pada kategori tinggi dengan persentase 64,28%, pada kategori sedang 14,28% mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script pada siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I

Menyikapi refleksi siklus II terlihat bahwa sebagian besar hambatan pada siklus I dapat teratasi, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe script memberikan konstribusi positif terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar murid kelas V SD Inpres Gallang.

Kembali melihat indikator keberhasilan maka dapat dikatakan penelitian ini berhasil, terbukti dimana dari jumlah keseluruhan murid yang ada di kelas V terdapat 75,35% murid berada dalam kategori hasil belajarnya tuntas, sehingga penelitian ini berakhir dan dianggap penelitian sudah berada pada kategori tuntas.

Dokumen terkait