SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
WAHYUDI K. 10540 6916 11
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rahmijah K. dan Pembimbing II Syekh Adiwijaya Latief.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara murid dengan model pembelajaran tipe script pada murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama dari 14 orang murid diperoleh nilai rata-rata 57,78 atau berada pada kategori sedang, kemudian meningkat menjadi rata-rata 75,35 atau berada pada kategori tinggi pada siklus kedua. Seiring dengan itu kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara murid dalam mengikuti pelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Script berupa: kehadiran pada saat kegiatan pembelajaran, keaktifan memperhatikan pada saat proses pembelajaran, aktifitas negatif selama proses pembelajaran, aktifitas mencatat dan mengerjakan soal, motivasi dan bimbingan terhadap murid yang kurang percaya diri pada saat pemberian tugas saat proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa melalui model pembelajaran kooperatif tipe script mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Keterampilan,Berbicara,Kooperatif Tipe Script.
3. Karena konser ini gratis 4. Anto
5. Reno
No Nama Lafal Intonasi Ekspresi
Kelanca ran
Penguas aan
Jumlah Rata- rata
Tamalatea , 17 februari 2014
Guru Pembimbing Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225198411102 NIM. K.10540 6916 11
Mengetahui,
Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
NO NAMA
Pertemuan
Siklus I Siklus II
I II III IV I II III IV
1. Nurhalima √ √ √ √ √ √ √ √
2. Muh.Ilham √ √ √ √ √ √ √ √
3. Sulaeman √ √ √ √ √ √ √ √
4. Haikal √ √ √ √ √ √ √ √
5. Muh.Amin √ √ √ √ √ √ √ √
6. Ismail √ √ √ √ √ √ √ √
7. Muh.Ansar √ √ a √ √ √ √ √
8. Muhammad Agus √ √ √ √ √ i √ √
9. Muhammad Sakir √ √ √ √ √ √ √ √
10. Nurfadhilla √ √ √ √ √ √ √ √
11. Rahmawati √ √ a √ √ √ √ √
12. Nurul Islamiah √ √ √ √ √ √ √ √
13. ST.Nurhalisa √ √ √ √ √ √ √ √
14. Ulfa Sulfiani √ √ √ √ √ √ √ √
Jumlah 14 14 12 14 14 13 14 14
Rata (%)
I II III IV
1. Jumlah murid yang hadir pada
saat kegiatan pembelajaran 14 14 12 14 13,5 96,42
2. Murid yang memperhatikan
pada saat proses pembelajaran 13 12 14 14 13,25 94,64 3. Murid yang melakukan aktifitas
negative selama proses pembelajaran (main-main,ribut dll)
5 3 7 1 4 28,57
4. Murid yang aktif mencatat dan
mengerjakan soal 8 10 7 12 9,25 66,07
5. Murid yang aktif dalam
pembelajaran 7 11 13 13 11, 78,57
6. Murid yang masih perlu bimbingan dalam mengerjakan soal
11 9 7 3 7,5 53,57
7. Murid yang kurang percaya diri dalam mengerjakan soal (malu- malu, tidak mengerjakan, menyon tek, dll)
8 9 6 2 6,25 44,64
8. Murid yang melakukan aktivitas negative pada saat diberi tugas (sering keluar kelas, mengganggu, ribut, dll)
5 7 3 2 4,25 30,35
Tamalatea ,17 Maret 2014
Guru Pamong Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225 1984 111002 NIM. K.10540 6916 11
Mengetahui, Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
Tamalatea, 26 Februari 2014
Guru Pembimbing Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225 198411 1 002 NIM. K.10540 6916 11
Mengetahui, Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
Tamalatea ,24 februari 2014
Guru Pembimbing Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225198411102 NIM. K.10540 6916 11
Mengetahui,
Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
Tamalatea ,3 Maret 2014
Guru Pamong Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225 198411 1 002 NIM. K.10540 6916 11 Mengetahui,
Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
Tamalatea ,12 Maret 2014
Guru Pamong Mahasiswa
MANSYUR,A.Ma.Pd WAHYUDI
NIP.19561225 1984 111002 NIM. K.10540 6916
11
Mengetahui, Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A, S.Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
SURAT KETERANGAN Nomor :… /DPN-BTPS/SD/GL/I/2014.
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SD Inpres Gallang menerangkan bahwa :
Nama : W A H Y U D I
Nim : K. 10540 6916 11
Pekerjaan : Mahasiswa PGSD Unismuh Makassar Alamat : Jln. Sultan Alauddin II
Benar nama di atas telah mengadakan penelitian di sekolah kami, dalam rangka menyelesaikan studi, penyusunan skripsi dengan judul“ Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Script pada Murid Kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa ”.
Yang dilaksanakan dari tanggal 12 Februari s/d 17 Maret 2014
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sesungguh-sungguhnya, diberikan kepada yang bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tamalatea, Maret 2014 Kepala SD Inpres Gallang
R A T N A,S,Pd
NIP. 19650822 198903 2 009
Penerang masa depanku
Butiran kata dan nasehat orang tua adalah Tuntunan keberhasilanku
Kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan yang dibarengi dengan do’a adalah Kunci kesuksesan yang paling hakiki
Kekayaan kadang menjadi musuh Tetapi ilmu selalu menjadi teman
Sedangkan keberhasilan merupakan hikmah Dari ketabahan, pengorbanan, kebijaksanaan dan Keteguhan jiwa
Kupersembahkan karya ini sebagai hadiah terindah Untuk Ayah dan Ibunda tercinta,
kakak dan adikku terkasih
yang senantiasa mendoakan dan membantu atas segala keberhasilanku
Doamu… pengorbananmu …..nasehatmu serta kasih sayang yang tulus….
Menunjang kesuksesan Ananda Dalam menggapai cita-cita
vi
Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rahmijah K. dan Pembimbing II Syekh Adiwijaya Latief.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara murid dengan model pembelajaran tipe script pada murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama dari 14 orang murid diperoleh nilai rata-rata 57,78 atau berada pada kategori sedang, kemudian meningkat menjadi rata-rata 75,35 atau berada pada kategori tinggi pada siklus kedua. Seiring dengan itu kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara murid dalam mengikuti pelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Script berupa: kehadiran pada saat kegiatan pembelajaran, keaktifan memperhatikan pada saat proses pembelajaran, aktifitas negatif selama proses pembelajaran, aktifitas mencatat dan mengerjakan soal, motivasi dan bimbingan terhadap murid yang kurang percaya diri pada saat pemberian tugas saat proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa melalui model pembelajaran kooperatif tipe script mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Keterampilan,Berbicara,Kooperatif Tipe Script.
vii
viii
Puji dan syukur kehadirat Allah swt berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Script pada Murid Kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dalam bentuk bimbingan, saran, maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, selayaknya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Terima kasih kepada Istri tercinta (Syamsinar), anak tersayang (Aisyah Huzaina Putri dan Muh.Yusuf Huzain) , Ayahanda (Haeruddin Nur), ibunda (H.Hasna) dan Saudara- saudara yang telah banyak berkorban demi masa depan penulis, terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, keikhlasan dan doa restunya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Dr. H.Irwan Akib M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya yang telah memberikan pengajaran,pembinaan dan perhatian kepada penulis selama menimba ilmu dikampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
beserta jajarannya yang telah bersedia mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini
Dra. Hj. Rahmijah K., M. Pd,Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dengan ikhlas memberikan bimbingan,kritikan dan sarang serta dorongan pada penulis .dan Syekh Adiwijaya Latief S. Pd., M. Pd, Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada seluruh Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis, Kepala sekolah dan guru SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Akhirnya, Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan, Semoga segala bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak senantiasa mendapatkan berkah dan rahmat dan ilahi rabbi.
Gowa, April 2014 Penulis
ix
x
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
SURAT PERJANJIAN... v
MOTO... vi
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR TABEL... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 5
1. Hasil Penelitian yang Relevan... 5
2. Konsep Berbicara ... 6
3. Pembelajaran Kooperatif……… 19
B. Kerangka Pikir. ... 26
C. Hipotesis tindakan... 28
BAB III METEODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Subjek Penelitian ... 29
C. Faktor-faktor yang diteliti ... 29
D. Prosedur Penelitian... 30
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Deskriptif Hasil Belajar Siklus I... 36
2. Deskriptif Hasil Belajar Siklus II... 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ……….. 61 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
xii
Gambar 1 Skema Kerangka Pikir... 27 Gambar 2 Skema Jenis Penelitian Kelas... 30
iii
4.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar Murid Siklus I. 41 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siklus I ... 42 4.4 Hasil Observasi Siklus I... 43 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Siklus II ... 50 4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hsil Belajar Murid Siklus II 51 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Siklus II ... 51 4.8 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar Murid Siklus I
dan Siklus II ... 52 4.9 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dan II ... 53 4.10 Hasil Observasi Siklus II ………..……… 54
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini yang menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah hasil belajar. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama ahli pendidikan berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah di antaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajarannya.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa dibutuhkan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang atau kelompok masyarakat dapat menyatakan maksud, pikiran, ide, gagasan dan perasaan kepada orang lain atau kelompok lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada para murid meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Diantara keempat aspek tersebut dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada aspek berbicara, Bahasa sebagai alat komunikasi dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dimana, kapan dan siapa saja berbicara untuk berkomunikasi, bahkan terhadap bayi yang belum mampu berbahasa pun orang menyapa dengan bahasa. berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar.
Sipembicara berkedudukan sebagai komunikator, sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh
1
pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar.
Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan, agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul cara berbicara yang efektif sehingga orang lain dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.masalah yang umumnya timbul pada murid saat ini adalah rendahnya kemampuan berbicara murid. Seperti halnya yang dialami oleh murid SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa khususnya kelas V dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung penulis mendapatkan fakta bahwa tingkat kemampuan berbicara murid masih kurang memuaskan. Hal ini diketahui saat murid menyampaikan pendapat, ide, gagasan dengan bahasa yang runtut, baik dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan murid tersebut kurang jelas, berbicara tersendat-sendat. Selain itu, sesuai dengan data yang diambil dari hasil ulangan harian nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 45 sedangkan KKM murid sudah mencapai 65
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada murid kelas V pada tahun ajaran 2012/2013,diatas maka penelitti menganggap hal inil adalah suatu masalah, jika masalah di atas tidak dapat diselesaikan dan dibiarkan berlarut-larut maka akan berdampak buruk bagi perkembangan belajar dan hasil belajar murid khususnya kelas V. Oleh karena itu, Jadi peneliti ingin mencoba meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara murid kelas V melalui pembelajaran kooperatif tipe script dengan menempuh beberapa siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Penyebab kemampuan berbicara anak kurang karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal adalah hambatan yang datang dari pembicara itu sendiri, seperti: faktor lingkungan atau bahasa Ibu, alat ucap, kurang menguasai kosakata, kelelahan, fisiologi, dan psikologi faktor eksternal adalah Hambatan yang datang dari luar, seperti: suara atau bunyi, penglihatan, kondisi ruang, gerak yang atraktif, media, dan kondisi saat pembicaraan itu berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Script pada Murid Kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang jadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan kemampuan berbicara dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe script pada murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa” ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui pembelajaran kooperatif tipe script pada murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.
1.Manfaat Teoretis
a. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru tentang suatu bentuk pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar murid SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, dans ebagai bahan informasi bagi Peneliti dalam memilih model pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal Menjadikan guru kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas
b. Bagi murid sendiri dapat dijadikan sebagai pengalaman mengenai adanya model pembelajaran kooperatif tipe script yang membuat murid aktif dan kreatif dalam belajar sesuai dengan perkembangan berpikirnya.
c. Bagi sekolah sebagai suatu pertimbangan untuk dapat mempersiapkan cara pembelajaran yang digunakan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara agar proses belajar dapat berlangsung dengan optimal.
2.Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan bagi peningkatan proses belajar mengajar di sekolah, menggali potensi belajar murid serta membangun sikap positif, memotivasi menumbuhkan kepercayaan diri dan Sebagai bahan referensi bagi para peneliti selanjutnya, mendapatkan pengalaman langsung dengan murid disekolah
BABII
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe script sudah ada yang meneliti sebelumnya, di antaranya adalah Nurlia (2011) dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script pada Murid kelas IV SD Inpres Pallangga”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelas IV SD Inpres Pallangga mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan pembelajaran Cooperative Script.
Peneliti selanjutnya adalah Patmawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe script pada siswa kelas V SD Negeri XS Bolli Kabupaten Enrekang. Menunjukkan bahwa hasil belajar murid kelas V SD Negeri XS Bolli Kabupaten Enrekang juga mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe script dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian pada SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dengan judul Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatife tipe script.
2.Konsep Berbicara a. Pengertian Berbicara
Menurut Junus (2011:1), betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna bahasa. Bahasa atau language adalah lambang bunyi yang diucapkan. Kenyataan inilah yang menempatkan keterampilan berbicara itu sebagai keterampilan berbahasa yang utama. Para ahli linguistik menempatkan keterampilan berbicara seorang anak (secara alamiah) menempatkan keterampilan berbicara (speaking) pada urutan kedua. Ini berarti sebelum keterampilan membaca dan menulis anak terlebih dahulu harus dapat berbicara. Melalui keterampilan berbicaralah manusia pertama-tama dapat memenuhi keperluan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat ia berada. Bahasa adalah salah satu kebutuhan pokok di antara sejumlah kebutuhan manusia sehari-hari.
Amier dan Tarman,( 2009:63) mengemukakan bahwa:
“Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian (ide, pikiran dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain”.
Pengertian secara khusus yang dikemukakan oleh Tarigan (dalam Haryadi 1996:54) bahwa: “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.
Tarigan (dalam Junus, 2011:103) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Tarigan (dalam Achmad dan Alek, 2010:28) Secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas dua pilihan:
pertama, berbicara di muka umum pada masyarakat (Publik Speaking) atau berbicara individual. Kedua, berbicara pada konferensi (Conference Speaking) atau berbicara kelompok yang meliputi: formal maupun tidak formal dan debat.
Menurut beberapa ahli komunikasi (dalam Mahmudah, 2011:76), berbicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromoskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak
Fokus Perhatian guru saat memberikan pembelajaran berbicara menurut Granida (dalam Amier 2009:63) adalah:
1) Pesan, amanat yang akan disampaikan kepada pendengar 2) Bahasa pengemban pesan atau gagasan
3) Media penyampaian (alat ucap, tubuh, dan bagian tubuh lainnya) 4) Arus bunyi ujaran yang dikirim oleh pembicara
5) Upaya pendengar untuk mendengarkan arus bunyi ujaran dan mengamati gerak mimik pembicara serta usaha mengamati penyampaian gagasan lewat media visual
6) Usaha memahami arus bunyi ujaran, gerak mimik menuansakan makna atau suasana tertentu serta penyampaian gagasan dari pembicara lewat media visual 7) Usaha pendengar untuk meresapkan, menilai, mengembangkan gagasan yang disampaikan.
Dari ketujuh unsur yang terlibat tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga sudut pandang yang terpenting, yaitu (a) pembicara, (b) pendengar, dan (c) medan pembicara.
Unsur pembicara memiliki tugas dalam menata gagasan, media kebahasaan, dan menyampaikan ujaran. atau mengirimkan bunyi-bunyi kemudian Unsur medan pembicaraan berfungsi sebagai daerah pemindahan pesan lewat arus bunyi ujaran. Sedangkan pendengar yang menerima bunyi-bunyi ujaran yang bermakna yang disampaikan oleh pembicara.
Kegiatan berbicara, jika pada diri pembicara ada hambatan, maka pesan yang dikirim kepada pendengar akan mengalami hambatan hambatan yaitu faktor internal dan faktor eksternal
Hambatan-hambatan itu ada yang datang dari faktor internal dan ada yang datang dari faktor eksternal. Faktor internal adalah hambatan yang datang dari diri pembicara itu sendiri, seperti: (a) alat ucap, (b) ketahanan penggunaan bahasa, (c) kelelahan, (d) fisiologi, dan (e) psikologi. Hambatan yang datang dari faktor eksternal atau yang datang dari luar pena pembicara, seperti: (a) suara atau bunyi (sebisingan) (b) penglihatan, (c) kondisi ruang, (d) gerak yang atraktif, (e) media, dan (f) cuaca atau kondisi saat pembicaraan itu berlangsung.
Agar pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan latihan berbicara sebanyak-banyaknya untuk menguasai suatu keterampilan, termasuk keterampilan berbicara, perlu latihan praktek yang dilaksanakan secara teratur dan terarah.
2. Latihan berbicara harus merupakan bagian yang integral dari program pembelajaran sehari-hari. Karena itu perlu adanya koordinasi antara guru bahasa Indonesia dengan guru-guru bidang studi lainnya.
3. Menumbuhkan kepercayaan diri, salah satu hambatan yang dihadapi murid terutama murid pemula, adalah kurangnya rasa percaya diri.
Mengingat kemampuan berbicara memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif.Penilaian yang mengukur dan menilai satu kegiatan saja,tetapi hendaknya berlanjut dan bertujuan meningkatkan keterampilan berbicara pada kegiatan berikutnya.
b. Faktor-faktor yang Dinilai dalam Berbicara :
1) Faktor kebahasaan,yang mencakup;
(a) pengucapan vocal, (b) pengucapan konsonan, (c) penempatan tekanan, (d) penempatan persendian/jeda, (e) penggunaan nada / irama, (f) pilihan kata / ungkapan atau diksi, (g) variasi kata, (h) struktur kata, (i) ragam kalimat
2) Faktor nonkebahasaan,yang mencakup;
(a) Keberanian dan semangat, (b) Kelancaran, (c) Kenyaringan suara, (d) Pandangan mata, (e) Gerak-gerik dan mimik, (f) Penalaran/ pemahaman/
pengungkapan materi wacana, (g) Penguasaan topik, (h) Sikap
c. Butir-butir yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Pembicara
Butir-butir yang Perlu diperhatikan oleh Seorang Pembicara Menurut Kondongan, (2007:7) adalah:
1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak kaku.
Berbicara, kita bersikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Bersikap wajar, berarti berpenampilan atau berbuat sebagaimana mestinya, sesuai dengan keadaan. Sikap yang wajar dapat menarik perhatian pendengar. Sikap yang tenang
adalah sikap dapat menimbulkan jalan pikiran dan pembicaraan menjadi lancar.Selanjutnya, dalam berbicara kita tidak boleh bersikap kaku, tetapi harus bersikap sebaliknya, yaitu luwes, fleksibel dan lemah lembut.
2) Pandangan yang diarahkan kepada lawan berbicara
Pada waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan kepada lawan berbicara, baik dalam pembicaraan perorangan maupun dalam kelompok.
Pandangan pembicara yang tidak diarahkan kepada lawan bicara di samping tidak tau kurang etis, juga akan mengurangi keefektifan berbicara. Banyak pembicara yang dapat kita saksikan tidak memandang atau memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Hal itu mengakibatkan perhatian pendengar berkurang, karena mungkin merasa atau kurang diperhatikan.
3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang lain
Menghargai pendapat orang lain, berarti menghormati atau mengindahkan pikiran atau anggapan atau buah pikiran orang lain, baik pendapat itu benar maupun salah. Jika pendapat itu benar itulah yang diperlukan.
4) Kesediaan Mengoreksi Diri Sendiri
Mengoreksi diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri.
Kesediaan memperbaiki diri sendiri adalah suatu sikap yang sangat terpuji. Sikap seperti ini diperlukan dalam kegiatan berbicara agar diperlukan kebenaran atau kesepakatan yang memang menjadi salah satu tujuan suatu pembicaraan.
5) Kelancaran
Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaranya. Pembicara yang terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu.
6) Gerak dan Mimik yang Tepat
Salah satu kelebihan dalam kegiatan berbicara jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan berbahasa yang lain adalah gerak-gerik dan mimik yang
berfungsi membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.
7) Penalaran dan relevansi
Dalam berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan.
8) Penguasaan Topik
Pengusaan topik pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berfikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan.
9) Tujuan
Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain tentu mendapat respon atau reaksi tertentu. Respon atau reaksi itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan pembicaraan. Yang menjadi harapan pembicaraan itu disebut juga sebagai tujuan pembicaraan.
d. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sebaiknya seorang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang menyadari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.Apakah sebagai alat social (social tool),
ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (business professional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1. Memberikan, melaporkan (to inform) 2. Menjamu, menghibur (to enternain)
3. Membujuk, mengajak, mendesak, menyakinkan (to persuade)
Menurut Tarigan (dalam Junus ,2011:103) Gabungan atau maksud-maksud itupun mungkin terjadi.Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan, menjamu, begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan menyakinkan.
e. Jenis-Jenis Berbicara
1) Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan.
Berdasarkan situasi pembicaraan jenis berbicara terdiri atas berbicara informal dan berbicara formal. Berbicara informal meliputi: bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon dan memberi petunjuk.
Adapun berbicara formal meliputi: ceramah, perencanaan, dan penilaian, wawancara, debat, diskusi dan bercerita (dalam situasi formal).
2) Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pendengar
Tujuan pembicara pada umumnya yaitu jenis berbicara menghibur, berbicara menginformasikan, berbicara meyakinkan dan berbicara menggerakkan
3) Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil dan berbicara pada kelompok besar.
4) Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan Berdasarkan peristiwa khusus yang melatari berbicara (khususnya pidato) dapat diklasifikasikan 6 macam pidato yaitu: pidato presentase, penyambutan, perpisahan, perjamuan, perkenalan dan nominasi.
5) Jenis Berbicara Berdasarkan Metode
Berdasarkan metode penyampaiannya, ada empat jenis berbicara, penyampaian berbicara yaitu: metode mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstenporan), metode membaca naskah dan metode menghafal.
f. Ciri-ciri Pembicara yang Baik
Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan pembicaraan yang efektif. Pembicaraan yang baik akan menghasilkan kesan yang baik pada diri pendengarnya. Oleh sebab itu, pembicara yang baik seharusnya selalu menjaga dan meningkatkan kemampuannya. Faktor fisik, psikis dan pengalaman, seorang pembicara akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan. Berikut ini adalah beberapa ciri yang baik di gunakan sebelum berbicara menurut Tarigan(dalam Solchan, 2008:16)
1) Pandai Menentukan Topik
Pembicara yang baik selalu dapat menentukan topik atau materi pembicaraan yang menarik, bermanfaat dan aktual. Saat menentukan topik
pembicara yang baik akan mempertimbangkan minat kemampuan dan kebutuhan pendengarnya.
2) Menguasai Materi
Sebelum pembicaraan berlangsung calon pembicara yang baik sudah mempelajari, sudah memahami dan berusaha menguasai materi pembicaraan. Ia akan berusaha menelaah berbagai sumber acuan seperti buku majalah dan artikel yang berkaitan dengan pembicaraan itu dan menelaahnya dari berbagai sudut pandang.
3) Memahami Pendengar
Sebelum pembicaraan berlangsung, calon pembicara yang baik akan berusaha memperoleh informasi mengenai pendengarnya, misalnya tentang:
jumlah, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, minat, kebiasaan, agama/kepercayaan yang dianut.
4) Memahami Situasi
Di samping memahami tentang pendengar, calon pembicara yang baik akan berusaha mengetahui situasi pada saat pembicaraan berlangsung. Oleh sebab itu, dia dapat mengidentifikasi lokasi, ruangan, waktu sarana penunjang pembicaraan dan suasana pembicaraan.
5) Merumuskan Tujuan dengan Jelas
Pembicara yang baik akan merumuskan tujuan pembicaraan dengan jelas, tegas dan gambling. Pembicara yang baik tahu kemana ia hendak membawa
pendengarnya apakah dengan tujuan menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan atau menggerakkan.
6) Memiliki Kemampuan Linguistik yang Memadai
Pembicara yang baik dapat menggunakan diksi, ungkapan dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya, ucapannya jelas, lafalnya baik, dan intonasinya tepat dalam berbahasa.
7) Menjalin Kontak dengan Pendengar
Kontak dengan pendengar melalui pandangan mata, perhatian mimik dan gerak-gerik yang selalu dijaga. Dengan itulah pendengar merasa diperhatikan dan dihargai dengan pembicara. Jadi, pembicara yang baik selalu menjalin kontak dengan pendengarnya.
8) Menguasai Pendengar
Penguasaan terhadap pendengar merupakan salah satu ciri pembicaraan yang baik. Pembicara yang baik akan berusaha menarik perhatian pendengarnya, apabila perhatian pendengarnya sudah terpusat pembicara akan dapat menguasai pendengar dengan memotivasi, mengontrol dan mempengaruhinya.
9) Manfaat Alat Bantu (Jika ada)
Penguasaan terhadap pendengar memahami penjelasannya, seorang pembicara yang baik dapat mencarikan contoh atau ilustrasi yang mengena dan sesuai dengan lingkungan pendengarnya.
10) Berpenampilan Meyakinkan
Penampilan yang meyakinkan meliputi penampilan secara fisik dan psikis.
Pembicara yang baik, akan tampil dengan percaya diri, berwibawah, bertingkah laku sopan, serta berpakaian dan berdandan serasi
g. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD
Kurikulum mengemukakan agar pembelajaran bahasa indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, murid memporoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai oleh kegiatan berbahasa.
Sejalan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan dilihat dari SK dan KD tersebut di bawah ini:
Standar Kompetensinya yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.Kompetensi dasarnya yaitu memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Menurut Mafrukhi, 2006.
Tujuan Pembelajaran Keterampilan berbicara di SD sangat penting dalam membantu aktivitas murid dalam proses belajar. Kemampuan berbicara ini telah diajarkan sejak murid duduk di kelas I melalui pembelajaran keterampilan berbicara. Ketika murid duduk di kelas V sekolah dasar dan seterusnya, seharusnya murid telah terampil berbicara. Menurut Nurlia “Skripsi Unismuh Makassar”.
Standar isi dan Standar Kompetensi menjadi acuan bagi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD khususnya untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Di dalam referensi KTSP SD di sini sudah di
tentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar khususnya berbicara ini diharuskan murid ini mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama dan mampu memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Menurut Nurlia “Skripsi Unismuh Makassar” tidak ada SK dengan KD yang dicantumkan. Di sini dikatakan mulai dari kelas I kelas V sekolah dasar dan seterusnya, seharusnya murid telah terampil berbicara.
Agar peningkatan berbicara itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang di sampaikan pembicara secara efektif pula.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.
Tujuan keterampilan berbicara pada siswa di SD yaitu untuk dapat mengetahui cara berbicara yang baik dan benar dan mengetahui faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara yang baik seperti, ketetapan ucapan, penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), ketepatan sasaran pembicaraan. Tujuan pembelajaran berbicara menurut Hambali(,2007: 26) adalah:
1) Agar murid mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis.
2) Mampu menuangkan gagasan tersebut kedalam bentuk-bentuk tuturan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
3) Mampu mengucapkannya dengan jelas dan lancar.
4) Mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi.
Tujuan Pembelajaran Keterampilan berbicara tersebut dapat di temukan secara lebih rinci dalam kurikulum sesuai dengan jenis dan jenjang sekolah.
Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan murid dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah murid yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah murid yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah murid yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa murid dalam situasi yang lebih kondusif, karena murid lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator aktivitas murid dapat dilihat dari: pertama, mayoritas murid beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan murid; ketiga, mayoritas murid mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Hal-hal yang perlu dilakukan agar murid lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, adalah:
a. Dikembangkannya rasa percaya diri para murid dan mengurangi rasa takut.
b. Memberikan kesempatan kepada seluruh murid untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah.
c. Melibatkan murid dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya.
d. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.
e. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
3.Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis karena setiap komponen harus saling mendukung, seperti: murid, guru, kurikulum, dan fasilitas belajar.
Dalam proses belajar tersebut perlu didukung oleh penerapan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran, diantaranya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model yang berorientasi pada kegiatan kerjasama murid dalam bentuk kelompok sehingga murid dalam belajar bersama dalam suasana kelompok.
Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang murid lebih bergairah dalam belajar”. Sedangkan Johnson (dalam Isjoni, 2009:16) mengemukakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.Dalam kegiatan kooperatif, murid mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok”.Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Selanjutnya Anita (dalam Isjoni, 2009: 16) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan murid lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan murid baik di kelas atau di sekolah.Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri murid sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi Pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, murid mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu”.
Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan murid lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif juga sebagai pembelajaran yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar murid yang sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan murid dan lingkungan belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan cara belajar murid menuju belajar lebih baik.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur kooperatif harus diterapkan, yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
3) Interaksi Promotif
Interaksi promotif ini merupakan unsur penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.
4) Komunikasi antarAnggota
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus: (a) saling mengenal dan mempercayai, (b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, (c) saling menerima dan saling mendukung untuk mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Pemprosesan Kelompok
Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemprosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan dari pemprosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa dalam pembelajaran kooperatif terjadi interaksi baik interaksi kelompok maupun interpersonal.
Interaksi kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan sosial yang terdiri dari beberapa komponen yaitu kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Numbered Heads Together, (b) Cooperatif Script(c) Tipe TGT, (d) Kepala Bernomor Struktur, (e) STAD, (f) Jigsaw,(g) Artikulasi (h) Mind Mapping, (i) Make-A Match, (j) Think Pair And Share, (k).
Debate(l).Role Playing(m).CIRC(n).Group Investigation(o). Talking Stick(diktat FKIP Unismuh Makassar 35-46)
Dari kelima belas model pembelajaran kooperatif di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah model cooperative script (script kooperatif).
Pembelajaran kooperatif tipe script (script kooperatif) adalah metode belajar dimana murid bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian- bagian dari materi yang dipelajari.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script
Riyanto Yatim, (2009:280) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Guru membagi murid untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.Sementara pendenga rmenyimak/ mengoreksi/
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti diatas.
6) Kesimpulan guru 7) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Kiranawati,(2007) menyebutkan bahwa:
Kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut:
1) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan 2) Setiap murid mendapat peran
3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan Sedangkan Kekurangan metode ini adalah:
(a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
(b) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas dua orang tersebut).
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada murid untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, murid dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
“Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah (a).Saling ketergantungan positif, (b). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (c). Murid dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan kelas, (d).Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (e).Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antar murid dengan guru, dan (f).Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.”
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan.Cilibert, 1993 (dalam Isjoni,2009:23) “keunggulannya dilihat dari aspek murid adalah memberi peluang kepada murid agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh murid belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok”. Jadi, model pembelajaran kooperatif memungkinkan murid untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan tersebut berorientasi pada optimalnya
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan murid dalam pembelajaran.
Selain kelebihannya, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryawan, mengatakan bahwa: “Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya”.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern)”.
Faktor dari dalam, yaitu (a) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (b) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (c) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan (d). saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan murid yang lain menjadi pasif.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh murid dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat kelemahan dimana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh murid. Hal ini berarti bahwa peran guru tetap semangat sangat menentukan dalam memberikan pengawasan sekaligus bimbingan bagi murid.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup empat aspek keterampilan yaitu mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dari keempat aspek tersebut peneliti hanya memfokuskan pada keterampilan berbicara di kelas V SD INPRES Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script hal ini di dasarkan pada asumsi bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script memungkinkan murid dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Untuk meningkatkan hasil belajar murid,makapeneliti menempuh beberapa tahap dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Maka dilakukanlah analisis setelah dianalisis muncullah temuan sehingga temuan yang menempuh hasil belajar tersebut dapat di ukur hasilnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Script dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Salah satu untuk mengetahui hal itu dilakukan penggunaan metode kooperatif tipe script dan satu bagan dengan kerangka pikir sebagai berikut:
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas V Kurikulum KTSP
Model pembelajaran kooperatif tipe script
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Refleksi
Berbicara
Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Apabila guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Script, maka kemampuan berbicara murid kelas V SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa akan meningkat.
Hasil
Temuan
BABII
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
B. Kajian Pustaka
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe script sudah ada yang meneliti sebelumnya, di antaranya adalah Nurlia (2011) dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script pada Murid kelas IV SD Inpres Pallangga”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia murid kelas IV SD Inpres Pallangga mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan pembelajaran Cooperative Script.
Peneliti selanjutnya adalah Patmawati (2011) dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe script pada siswa kelas V SD Negeri XS Bolli Kabupaten Enrekang. Menunjukkan bahwa hasil belajar murid kelas V SD Negeri XS Bolli Kabupaten Enrekang juga mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe script dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian pada SD Inpres Gallang Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dengan judul Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Pembelajaran Kooperatife tipe script.
2.Konsep Berbicara h. Pengertian Berbicara
Menurut Junus (2011:1), betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang primer dapat dirasakan oleh setiap pengguna bahasa. Bahasa atau language adalah lambang bunyi yang diucapkan. Kenyataan inilah yang menempatkan keterampilan berbicara itu sebagai keterampilan berbahasa yang utama. Para ahli linguistik menempatkan keterampilan berbicara seorang anak (secara alamiah) menempatkan keterampilan berbicara (speaking) pada urutan kedua. Ini berarti sebelum keterampilan membaca dan menulis anak terlebih dahulu harus dapat berbicara. Melalui keterampilan berbicaralah manusia pertama-tama dapat memenuhi keperluan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat tempat ia berada. Bahasa adalah salah satu kebutuhan pokok di antara sejumlah kebutuhan manusia sehari-hari.
Amier dan Tarman,( 2009:63) mengemukakan bahwa:
“Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian (ide, pikiran dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain”.
Pengertian secara khusus yang dikemukakan oleh Tarigan (dalam Haryadi 1996:54) bahwa: “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.
Tarigan (dalam Junus, 2011:103) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Tarigan (dalam Achmad dan Alek, 2010:28) Secara garis besar, berbicara dapat dibagi atas dua pilihan:
pertama, berbicara di muka umum pada masyarakat (Publik Speaking) atau berbicara individual. Kedua, berbicara pada konferensi (Conference Speaking) atau berbicara kelompok yang meliputi: formal maupun tidak formal dan debat.
Menurut beberapa ahli komunikasi (dalam Mahmudah, 2011:76), berbicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromoskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.
Dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak
Fokus Perhatian guru saat memberikan pembelajaran berbicara menurut Granida (dalam Amier 2009:63) adalah:
8) Pesan, amanat yang akan disampaikan kepada pendengar 9) Bahasa pengemban pesan atau gagasan
10) Media penyampaian (alat ucap, tubuh, dan bagian tubuh lainnya) 11) Arus bunyi ujaran yang dikirim oleh pembicara
12) Upaya pendengar untuk mendengarkan arus bunyi ujaran dan mengamati gerak mimik pembicara serta usaha mengamati penyampaian gagasan lewat media visual
13) Usaha memahami arus bunyi ujaran, gerak mimik menuansakan makna atau suasana tertentu serta penyampaian gagasan dari pembicara lewat media visual 14) Usaha pendengar untuk meresapkan, menilai, mengembangkan gagasan yang disampaikan.
Dari ketujuh unsur yang terlibat tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga sudut pandang yang terpenting, yaitu (a) pembicara, (b) pendengar, dan (c) medan pembicara.
Unsur pembicara memiliki tugas dalam menata gagasan, media kebahasaan, dan menyampaikan ujaran. atau mengirimkan bunyi-bunyi kemudian Unsur medan pembicaraan berfungsi sebagai daerah pemindahan pesan lewat arus bunyi ujaran. Sedangkan pendengar yang menerima bunyi-bunyi ujaran yang bermakna yang disampaikan oleh pembicara.
Kegiatan berbicara, jika pada diri pembicara ada hambatan, maka pesan yang dikirim kepada pendengar akan mengalami hambatan hambatan yaitu faktor internal dan faktor eksternal
Hambatan-hambatan itu ada yang datang dari faktor internal dan ada yang datang dari faktor eksternal. Faktor internal adalah hambatan yang datang dari diri pembicara itu sendiri, seperti: (a) alat ucap, (b) ketahanan penggunaan bahasa, (c) kelelahan, (d) fisiologi, dan (e) psikologi. Hambatan yang datang dari faktor eksternal atau yang datang dari luar pena pembicara, seperti: (a) suara atau bunyi (sebisingan) (b) penglihatan, (c) kondisi ruang, (d) gerak yang atraktif, (e) media, dan (f) cuaca atau kondisi saat pembicaraan itu berlangsung.
Agar pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
4. Memberikan latihan berbicara sebanyak-banyaknya untuk menguasai suatu keterampilan, termasuk keterampilan berbicara, perlu latihan praktek yang dilaksanakan secara teratur dan terarah.
5. Latihan berbicara harus merupakan bagian yang integral dari program pembelajaran sehari-hari. Karena itu perlu adanya koordinasi antara guru bahasa Indonesia dengan guru-guru bidang studi lainnya.
6. Menumbuhkan kepercayaan diri, salah satu hambatan yang dihadapi murid terutama murid pemula, adalah kurangnya rasa percaya diri.
Mengingat kemampuan berbicara memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif.Penilaian yang mengukur dan menilai satu kegiatan saja,tetapi hendaknya berlanjut dan bertujuan meningkatkan keterampilan berbicara pada kegiatan berikutnya.
i. Faktor-faktor yang Dinilai dalam Berbicara :
3) Faktor kebahasaan,yang mencakup;
(a) pengucapan vocal, (b) pengucapan konsonan, (c) penempatan tekanan, (d) penempatan persendian/jeda, (e) penggunaan nada / irama, (f) pilihan kata / ungkapan atau diksi, (g) variasi kata, (h) struktur kata, (i) ragam kalimat
4) Faktor nonkebahasaan,yang mencakup;
(a) Keberanian dan semangat, (b) Kelancaran, (c) Kenyaringan suara, (d) Pandangan mata, (e) Gerak-gerik dan mimik, (f) Penalaran/ pemahaman/
pengungkapan materi wacana, (g) Penguasaan topik, (h) Sikap
j. Butir-butir yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Pembicara
Butir-butir yang Perlu diperhatikan oleh Seorang Pembicara Menurut Kondongan, (2007:7) adalah:
10)Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak kaku.
Berbicara, kita bersikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Bersikap wajar, berarti berpenampilan atau berbuat sebagaimana mestinya, sesuai dengan keadaan. Sikap yang wajar dapat menarik perhatian pendengar. Sikap yang tenang
adalah sikap dapat menimbulkan jalan pikiran dan pembicaraan menjadi lancar.Selanjutnya, dalam berbicara kita tidak boleh bersikap kaku, tetapi harus bersikap sebaliknya, yaitu luwes, fleksibel dan lemah lembut.
11)Pandangan yang diarahkan kepada lawan berbicara
Pada waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan kepada lawan berbicara, baik dalam pembicaraan perorangan maupun dalam kelompok.
Pandangan pembicara yang tidak diarahkan kepada lawan bicara di samping tidak tau kurang etis, juga akan mengurangi keefektifan berbicara. Banyak pembicara yang dapat kita saksikan tidak memandang atau memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Hal itu mengakibatkan perhatian pendengar berkurang, karena mungkin merasa atau kurang diperhatikan.
12)Kesediaan Menghargai Pendapat Orang lain
Menghargai pendapat orang lain, berarti menghormati atau mengindahkan pikiran atau anggapan atau buah pikiran orang lain, baik pendapat itu benar maupun salah. Jika pendapat itu benar itulah yang diperlukan.
13)Kesediaan Mengoreksi Diri Sendiri
Mengoreksi diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri.
Kesediaan memperbaiki diri sendiri adalah suatu sikap yang sangat terpuji. Sikap seperti ini diperlukan dalam kegiatan berbicara agar diperlukan kebenaran atau kesepakatan yang memang menjadi salah satu tujuan suatu pembicaraan.
14)Kelancaran
Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaranya. Pembicara yang terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu.
15)Gerak dan Mimik yang Tepat
Salah satu kelebihan dalam kegiatan berbicara jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan berbahasa yang lain adalah gerak-gerik dan mimik yang berfungsi membantu memperjelas atau menghidupkan pembicaraan.
16)Penalaran dan relevansi
Dalam berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan.
17)Penguasaan Topik
Pengusaan topik pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berfikir yang logis untuk sampai kepada suatu kesimpulan.