BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis karena setiap komponen harus saling mendukung, seperti: murid, guru, kurikulum, dan fasilitas belajar.
Dalam proses belajar tersebut perlu didukung oleh penerapan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran, diantaranya pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model yang berorientasi pada kegiatan kerjasama murid dalam bentuk kelompok sehingga murid dalam belajar bersama dalam suasana kelompok.
Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang murid lebih bergairah dalam belajar”. Sedangkan Johnson (dalam Isjoni, 2009:16) mengemukakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.Dalam kegiatan kooperatif, murid mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok”.Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Selanjutnya Anita (dalam Isjoni, 2009: 16) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan murid lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan murid baik di kelas atau di sekolah.Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri murid sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi Pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, murid mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu”.
Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan murid lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif juga sebagai pembelajaran yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar murid yang sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan murid dan lingkungan belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan cara belajar murid menuju belajar lebih baik.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur kooperatif harus diterapkan, yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
3) Interaksi Promotif
Interaksi promotif ini merupakan unsur penting karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.
4) Komunikasi antarAnggota
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus: (a) saling mengenal dan mempercayai, (b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, (c) saling menerima dan saling mendukung untuk mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Pemprosesan Kelompok
Pemprosesan mengandung arti menilai. Melalui pemprosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan dari pemprosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa dalam pembelajaran kooperatif terjadi interaksi baik interaksi kelompok maupun interpersonal.
Interaksi kelompok bertujuan mengembangkan keterampilan sosial yang terdiri dari beberapa komponen yaitu kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: (a) Numbered Heads Together, (b) Cooperatif Script(c) Tipe TGT, (d) Kepala Bernomor Struktur, (e) STAD, (f) Jigsaw,(g) Artikulasi (h) Mind Mapping, (i) Make-A Match, (j) Think Pair And Share, (k).
Debate(l).Role Playing(m).CIRC(n).Group Investigation(o). Talking Stick(diktat FKIP Unismuh Makassar 35-46)
Dari kelima belas model pembelajaran kooperatif di atas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah model cooperative script (script kooperatif).
Pembelajaran kooperatif tipe script (script kooperatif) adalah metode belajar dimana murid bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script
Riyanto Yatim, (2009:280) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Guru membagi murid untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi tiap murid untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan murid menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.Sementara pendenga rmenyimak/ mengoreksi/
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti diatas.
6) Kesimpulan guru 7) Penutup
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Kiranawati,(2007) menyebutkan bahwa:
Kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut:
1) Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan 2) Setiap murid mendapat peran
3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan Sedangkan Kekurangan metode ini adalah:
(a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
(b) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas dua orang tersebut).
Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada murid untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, murid dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
“Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah (a).Saling ketergantungan positif, (b). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (c). Murid dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan kelas, (d).Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (e).Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antar murid dengan guru, dan (f).Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.”
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan.Cilibert, 1993 (dalam Isjoni,2009:23) “keunggulannya dilihat dari aspek murid adalah memberi peluang kepada murid agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh murid belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok”. Jadi, model pembelajaran kooperatif memungkinkan murid untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan tersebut berorientasi pada optimalnya
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan murid dalam pembelajaran.
Selain kelebihannya, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryawan, mengatakan bahwa: “Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan yang ada padanya”.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern)”.
Faktor dari dalam, yaitu (a) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, (b) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, (c) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan (d). saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan murid yang lain menjadi pasif.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh murid dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat kelemahan dimana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh murid. Hal ini berarti bahwa peran guru tetap semangat sangat menentukan dalam memberikan pengawasan sekaligus bimbingan bagi murid.