• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskriptif Tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Kenaikan Harga BBM . Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam

BAB III. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP HARGA BBM TAHUN 2005

TERHADAP PENETAPAN HARGA BBM DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Deskriptif Tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Kenaikan Harga BBM . Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam

kondisi tekanan dan temperature atmosfir berupa fasa cair atau padat termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang di peroleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi. BBM merupakan hidrokarbon yang dibentuk dari proses yang berlangsung dalam skala waktu geologis, atau dengan kata lain bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang berasal dan atau diolah dari minyak bumi.1

Dalam skala kehidupan manusia, BBM praktis merupakan sumber daya alamyang tidak dapat diperbaharui. Artinya suatu saat nanti akan habis dan sebelum habis harganya akan terus meningkat indonesia sebagai salah satu Negara pengekspor migas disinyalir cadangan minyaknya hanya tinggal 5 miliar barrel. Itu berarti hanya sekitar 0,484 persen dari seluruh cadangan minyak dunia.atau hanya sekitar 0,614 persen dari cadangan minyak Negara-negara

1

Undang-Undang Republik Indonesia No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi beserta Penjelasannya, ( Jakarta, Citra Umbara, 2002). h. 3

36

anggota OPEC. Sementara itu produksi minyak Indonesia pada bulan Agustus 2005 adalah 940.000 barrel perhari. Ini jauh di bawah kuota Negara-negara anggota OPEC yang besarannya 1,451 juat barrel perhari. Menurut dat ini, produksi minyak Indonesia hanya 2,75 persen dari seluruh produksi Negara-negara anggota OPEC.2

Sementara itu produksi minyak Indonesia menurun sebesar 4,5 persen menjadi 1,113 juta barrel perhari. Sedangkan konsumsi minyak masyarakat Indonesia meningkat1,4 persen menjadi 1,15 juta barrel pertahun. Artinya, Indonesia harus mengimpor minyk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kebutuhan konsumsi minyak masyarakat Indonesia meningkat sementara produksi minyak Indonesia menurun dan tidak seperti kebayakan Negara-negara penghasil minyak lainnnya bahwa Indonesia adalah Negara yang banyak jumlah penduduknya. Walaupun cadangan minyak Indonesia tidak sampai 1 % dari cadangan minyak negara-negara anggota OPEC, jumlah penduduk Indonesia adalah 42% dari seluruh jumlah penduduk Negara-negara anggota OPEC.3

Mungkin Indonesia adalah satu-satunya negara anggota OPEC yang menderita apabila terjadi kenaikan harga minyak di pasar internasional. Masalah ini berlangsung dari tahun ke tahun dan seolah-olah kita tidak berdaya dan tentunya secara mudah kita dapat menyatakan bahwa salah satu penyebabnya

2

http://priyadi.net/archives/2005/09/23 3

37

adalah kualitas manajeman migas nasional yang kurang memadai. Kita sering menyaksikan fluktuasi harga minyak internasional tidak menentu bahkan telah menembus batas psikologis US $ 50/barrel dan akibatnya APBN terancam karena subsidi BBM akan makin melonjak. Masalah ini sering terjadi sejak dulu. Pilihan kebijakan yang dapat diambil dengan naiknya harga minyak mentah tersebut seolah-olah hanya dua, yaitu menghentikan subsidi terhadap BBM mengakibatkan timbulnya resiko keresahaan sosial, atau tetap mempertahankan subsidi BBM yang akan meningaktkan beban keuangan pada APBN.

Fluktuasi harga minyak dunia memang sulit ditebak apakah akan naik atau turun. Meski seharusnya sudah turun, bisa saja pasar merespon suatu kondisi pada suatu Negara sehingga menyebabkan harga minyak mentah naik kembali. Naming sesulit apapun memprediksi harga minyak mentah dunia, dapat dipastikan hargas minyak mentah dunia tetap berada pada angka yang sangat jauh di atas patokan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) tahun 2005 yang mengasumsikan harga minyak mentah dunia sebesar 24 dollar AS. Bahkan pengamat minyak internasional mempercayai meskipun harga minyak mentah dunia akan turun makn akan tetap diatas level 40 dollar AS per barrel atau malah menyentuh level 60 dollar AS per barrel.4

4

38

Gambar 3.1

Belanja pemerintah Pusat 2004 (Realisasi)

Subsidi BBM , 1 7 % Ba y a r Ut a ng, 3 1 % Be la nj a Rut in, 4 9 % Gambar 3.2

Belanja Pemerintah Pusat 2005 (APBN Revisi II)

Sub sud i B B M , 2 3 % B ayar U t ang , 2 4 % B el anja R ut in, 4 8 %

Rakyat mengharapkan tidak dicabut sehingga harga BBM tidak dinaikan dan tetap menuntut adanya pasokan BBM dalam jumlah yang dibutukan. Dilain pihak, bila harga BBM tetap dipertahankan, pemerintah akan menghadapi kesulitan keuangan yang cukup signifikan. Walaupun harga minyak internasional naik dan menimbulkan dampak positif pada sisi penerimaan APBN, namun pengeluaran APBN akan meningkat dalam bentuk pengeluaran subsidi BBM

39

yang jumlahnya mencapai Rp. 60 triliun.dan juga dana bagi hasil ke daerah. Pada masa lalu, pengeluaran bagi hasil migas ke daerah belum ada sehingga kenaikan pengeluaran subsidi dapat dikompensasikan dengan kenaikan penerimaan minyak sebagai akibat kenaikan harga minyak.5

Salah satu alasan pemerintah menaikan harga BBM adalah karena naiknya harga minyak mentah di pasaran dunia. Pada tahun 2005 harga minyak dunia sempat menembus angka 60 dollar lebih per barrel. Hal itu di sebabkan permintaan pada triwulan pertana tahun 2005 yang masih tingggi yakni sekitar 81,4 juta barrel per hari atau meningkat sekitar 1,6 juta barrel per hari dibandingkan dengan triwulan pertama 2004. meskipun pada triwulan kedua atau antara bulan April sampai dengan Juni harga minyak mentah dunia kembali tertekan karena permintaan minyak mentah dunia yang akan menurun menjadi sekitar 83,0 juta barrel per hari (bph). Namun secara keseluruhan harga minyak mentah dunia pada tahun 2005 diperkirakan akan masih tetap tinggi yakni berkisar antara 45-55 dollar AS per barrelnya. Hal itu disebabkan selama tahun 2005 tambahan minyak mentah dunia diperkirakan akan masih tetap tinggi ditengah ketatnya tambahan pasokan yang makin menurun.6

5

http://kolam.pasifik.net.id/ind/ 15/2004/12/15

6

kompas, BBM Antara Hajat Dan lahan Korupsi, ( Jakarta: Penerbit Buku kompas, 2005), Cet. 1, h. 9 .

40

1. Peraturan Presiden Dalam Menetapkan Harga BBM Tahun 2005

Kenaikan harga bahan bakar minyak yang dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi beban subsidi yang sangat memberatkan keuangan negara. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 55 tahun 2005 tentang harga jual eceran bahan bakar minyak dalam negeri yang ditetapkan tahun lalu merupakan salah satu langkah yang diambil permerintah dalam hal kebijakan ekonomi guna meringankan keuangan negara yang semakin berat. Bila kita mengingat sepanjang tahun 2005 telah terjadi tiga kali kenaikan harga bahan bakar minyak dalam dua masa pemerintahan, yakni pemerintahan Megawati Soekarno Puteri dan Hamzah Haz, dan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan M. Jusuf Kalla. Kenaikan harga bahan bakar minyak ini dipicu oleh berbagai macam faktor, antara lain: ekonomi; seperti melonjaknya harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh lebih dari 70 dollar amerika per barrel, dari segi politik, seperti konflik Timur Tengah yang kian memanasdan belum mereda sehingga mengganggu pasokan minyak mentah dunia ke berbagai negara konsumsi bahan bakar minyak, maupun faktor-faktor lain baik yang terkait langsung dengan pendistribusian minyak mentah ke seluruh dunia maupun yang tidak secara langsung terkait dengan hal tersebut.

Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang harga jual eceran bahan bakar minyak dalam negeri berarti mengurangi subsidi yang selama

41

ini diberikan pemerintah kepada rakyat. Hal itu dimaksudkan untuk meringankan beban keuangan negara yang semakin berat khususnya dalam penyediaan dan pengadaan bahan bakar minyak untuk konsumsi dalam negeri. Hal tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh pemerintah dalam bab menimbang yang tercantum dalam poin a, PP nomor 55 tahun 2005. Pemerintah beranggapan dengan menaikan harga bahan bakar minyak berarti mengurangi nilai subsidi yang selama ini ditanggung oleh pemerintah, sehingga diharapkan akan dapat meringankan beban keuangan yang semakin berat yang selama ini di tanggung pemerintah. Beban subsidi yang selama ini di tanggung pemerintah memang benar-benar sangat memberatkan keuangan negara karena harga minyak mentah dunia yang naik hingga 210 persen dalam hitungan bulan atau per tiga bulan diantara pertengahan dan akhir tahun 2005.

Selama kurun waktu tahun 2005 harga minyak mentah dunia kembali menembus angka 60 dollar Amerika Serikat per barrel. Hasil ini disebabkan permintaan pada triwulan pertama tahun 2005 yang masih tinggi, yakni sekitar 84,1 juta barrel per hari, atau meningkat sekitar 1,6 juta barrel per hari dibandingkan dengan triwulam pertama tahun 2004. Meskipun pada triwulan kedua tahun 2005 harga akan kembali tertekan karena tingkat permintaan minyak mentah dunia akan menurun menjadi sekitar 83 juta barrel per hari (bph), secara keseluruhan harga minyak mentah dunia tahun 2005 dipastikan akan masih tetap tinggi, yakni sekitar 45-5 dollar Amerika Serikat per barrel. Hal itu disebabkan

42

selama tahun 2005 tambahan permintaan minyak dunia diperkirakan masih tetap tinggi ditengah ketatnya tambahan pasokan. 7

Peraturan presiden nomor 55 tahun 2005 ini dirasakan oleh masyarakat semakin membebani biaya hidup mereka karena dalam pasal 2 ayat (1) PP. Momor 55 tahun 2005 disebutkan:

“harga jual eceran minyak tanah (kerosene) untuk rumah tangga dan usaha kecil di titik serah, termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan Rp. 2000,00 (dua ribu rupiah).”8

Harga baru minyak tanah ini naik Rp. 700,00 (tujuh ratus rupiah) dari harga sebelumnya yakni Rp. 1300,00 (seribu tiga ratus rupiah) atau naik sekitar 15 persen dari harga sebelumnya. Minyak tanah nerupakan suatu masalah yang memang harus dibahas secara rasional. Masalah ini memang sensitif karena menyangkut kehidupan masyarakat luas. Subsidi BBM menjadi meningkat sangat tajam karena kenaikan harga minyak mentah dunia. Di antara jenis BBM yang terbesar subsidi per satuan isi adalah minyak tanah. Kita belum memiliki data akurat yang terakhir tentang segmen pemakai minyak tanah, terutama di kota besar dan di desa, apakah itu untuk memasak dan penerangan atau untuk runah tangga dan industeri. Minyak tanah dikonsumsi luas di masyarakat bawah dengan pengetahuan yang rendah mengenai jenis dan perilaku energi, sehingga

7

Harga Minyak Dunia Dan Kemelut Harga BBM, Kompas, Jakarta, 26 Februari 2005

8

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Harga Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri.

43

sulit mengharapkan sulit mengharapkan masyarakat mampu untuk memiliki energi secara tepat, efisien, dan rasional dalam penggunaannya. Namun demikian, sayangnya belum ada data penelitian seperti yang dilakukan pada akhir tahun 1970-an. Yang jelas konsumsi minyak tanah 2003 sudah mencapai 16,7 juta kilo liter, dibandingkan dengan konsumsi tahun 1980 sebesar 7,8 juta kl, atau meningkat 214 persen.9

Sementara itu dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2005 di sebutkan :

”harga jual eceran bensin premium dan minyak solar (gas oil) untuk usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum di titik serah termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan sebagai berikut:

a. Bensin premium : Rp. 4500,00 (empat ribu lima ratus rupiah); b. Minyak Solar : Rp. 4300,00 (empat ribu tiga ratus rupiah)”10

9

Soal minyak tanah, Kompas, Jakarta, 29 Oktober 2004

10

44

Tabel 3.1