• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP HARGA BBM TAHUN 2005

PERKEMBANGAN HARGA PRODUK BBM TAHUN 2005

TangalPertamax

Plus PertamaxPremium

M. Tanah M. Solar M. Diesel M. Bakar Pertamina Dex Keterangan 1.810 1.800 1.650 1.650 1.560 - Harga Eceran 3 Jan 4.200 4.000 2.100 2.200 2.100 2.050 1.600 - Harga Industri 1.810 1.800 1.650 1.650 1.560 - Harga Eceran 1 Feb 4.200 4.000 2.100 2.200 2.100 2.050 1.600 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.300 - Harga Eceran 1 Mar 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.300 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.160 - Harga Eceran 14 Mar 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.300 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.360 - Harga Eceran 1 Apr 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.360 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.360 - Harga Eceran 1 Juli 4.200 4.000 4.060 4.940 4.740 4.560 2.900 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 - Harga Eceran 1 Agus 4.200 4.000 4.640 5.490 5.480 5.240 3.150 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 Harga Eceran 1 Sep 5.900 5.700 5.160 5.600 5.350 5.130 3.150 6.300 Harga Industri 4.500 2.000 4.300 -

-Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 1 Okt 5.900 5.700

5.160 5.600 5.350 5.130 3.150 6.300

Harga Jual Pasar

4.500 2.000 4.300 -

-Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 8 Okt 5.900 5.700 6.290 6.400 6.000 5.780 3.810 6.300 Harga Industri Berdasarkan SK Dir PMS & Niaga No Kpts-340/F00000/2005-S3 4.500 2.000 4.300 -

-Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 1 Nov 5.900 5.700

5.890 6.480 6.170 5.940 3.870 6.300

Harga Jual Pasar 4.500 2.000 4.300 -

-Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 21 Nov 5.600 5.400

5.890 6.480 6.170 5.940 3.870 5.900

Harga Jual Pasar 1 Des 5.600 5.400 4.500 2.000 4.300 - - 5.900

Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005

Catatan :

Harga jual eceran dalam ne geri untuk Premium dan Minyak Solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)/Agen Premium dan Minyak Solar (APMS)/Premium Solar Packed Dealer (PSPD). Harga tersebut juga diperuntukkan untuk pemakaian Pertamina sendiri (tidak termasuk kapal bendera asing yang dicharter Pertamina dan atau tujuan ke luar negeri).

Harga jual Industri berlaku untuk kegiatan pertambangan umum dan pertambangan migas seperti pertambangan batubara, migas, panas bumi, biji logam, logam yang tidak mengandung besi dan

45

bahan baku semen. Selain itu harga tersebut juga berlaku untuk kegiatan pengolahan seperti industri semen serta industri logam dasar dan baja.

Kenaikan harga bensin premium dan solar yang di berlakukan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden. Nomor 55 tahun 2005 ini merupakan kenaikan yang ketiga kalinya pada triwulan yang ke empat tahun 2005. harga baru ini di peruntukan bagi konsumen dengan empat kategori, yakni rumah tangga, Usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi dan Pelayanan Umum

KONSUMEN PENGGUNA URAIAN

Rumah Tangga

Konsumen yang menggunakan minyak tanah (Kerosene) untuk memasak dan penerangan dalam lingkupRumah Tangga.

Usaha Kecil

Konsumen yang menggunakan minyak tanah (Kerosene), Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari:

a. Usaha kecil setelah diverifikasi instan berwenang dapat diberikan kebutuhan BBM paling banyak 8 kiloliter/bulan/Unit Usaha Kecil; atau

b. Nelayan yang mengkonsumsi Minyak Solar (Gas Oil) dengan menggunakan kapal maksimum 30 GT yang mengkonsumsi Minyak Solar (Gas Oil) paling banyak 25 (dua puluh lima) kiloliter/bulan.

46

Transportasi

Konsumen yang menggunakan Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari:

a. Segala bentuk sarana transportasi darat (kendaraan bermotor, kereta api) yang digunakan untuk angkutan umum dan angkutan sungai, danau, dan penyebrangan (ASDP);

b. Kapal berbendera nasional dengan trayek dalam negeri;

c. Kendaraan bermotor milik TNI/Polri, Instansi Pemerintah/Swasta, Kapal milik Pemerintah/TNI/Polri; atau

d. Kendaraan bermotor milik pribadi.

Pelayanan Umum

Konsumen yang menggunakan Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari: Rumah Sakit, Sarana Pendidikan/Sekolah/Pesantren, Tempat Ibadah, Krematorium, Sarana Sosial, dan Kantor Pemerintahan.

2. Faktor Yang Melatar Belakangi Kenaikan Harga BBM Tahun 2005

Dapat dikemukakan disini beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kenaikan harga BBM, antara lain:

47

a. Naiknya harga minyak mentah dunia.

Di atas telah dikemukakan bahwa rentang waktu antara tahun 2004 dan tahun 2005 harga minyak mentah dunia terus mengalami fluktuasi harga yang mengarah pada melonjaknya harga minyak mentah dunia akibat dari permintaan minyak dunia yang terus meningkat ditengah menurunnya pasokan minyak dunia, terutama yang tergabung dalam Negara-negara anggota OPEC. Permintaan minyak dunia diperkirakan akan meningkat dari 85,2 juta barrel per hari (bph) pada tahun 2004 menjadi 84,5 juta barrel per hari (bph) pada tahun 2005. meskipun pada triwulan kedua akan menurun menjadi sekitar 82,5 juta barrel per hari, pada triwulan ketiga dan keempat tahun 2005 permintan akan kembali meningkat menjadi sekitar 84,0 juta barrel per hari dan 86,2 juta barrel per hari (bph).11

Masih tingginya laju permintaan minyak pada tahun 2005 ini disebabkan oleh masih tingginya laju permintaan di China dan belakangan ini diikuti oleh India. Sebab, pertumbuhan ekonomi di kedua Negara berpenduduk terbesar di dunia itu diperkirakan akan akan masih jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, di sisi pasokan selama tahun 2005 diperkirakan akan sangat ketat mengingat kemampuan Negara-negara non-Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menambah tingkat produksinya akan mengalami banyak kesulitan. Sebagai mana diketahui, pasokan minyak yang terbesar Negara non OPEC adalah berasal

11

48

dari Rusia (termasuk Negara-negara bekas Uni Soviyet), Amerika Serikat, Norwegia, Inggeris dan Meksiko. Pada tahun 2005 ini diperkirakan pasokan minyak dunia dari Negara-negara non OPEC akan mencapai sekitar 51,0 juta barrel per hari, padahal tambahan minyak mentah dunia pada tahun 2005 akan mencapai sekitar 2,0 juta barrel per hari.12

Keterbatasan tambahan produksi non-OPEC disebabkan tambahan produksi dari Rusia untuk tahun 2005 akan sangat menurun. Sebagaimana diketahui, dalam beberapa tahun terakhir ini tambahan pasokan dari non-OPEC sangat bergantung pada peningkatan pasokan dari Rusia yang telah mempu menambah produksi sekitar 0,8 juta bph setiap tahun. Namun, untuk tahun 2005, Rusia hanya akan mampu menambah pasokan sekitar 0,3 juta bph, dari sekitar 11,5 juta bph pada tahun 2004 menjadi sekitar 11,8 juta bph. Karena itu, tambahan pasokan non-OPEC hanya akan mengandalkan tambahan dari negara-negara produsen kecil, seperti Angola, Brasil, Chad, Guinea-Ekuatorial, dan Sudan yang sangat beruntung pada kondisi politik keamanan setempat, sementara produsen non-OPEC yang besar seperti Inggris, Norwegia, dan Meksiko, akan sulit untuk diandalkan. Oleh karena itu, selama tahun 2005 ini perkirakan harga minyak dunia akan tetap tinggi. Sebab, pergerakan harga yang mengarah keangka dibawah 40 dollar AS perbarel pasti akan ditentang oleh Negara-negara OPEC, disamping angka ini

12

49

diyakini sebagai tingkat harga keseimbangan baru setelah terjadi perubahan elastisitas permintaan minyak di Cina pada tahun 2004. 13

b. Beban Subsidi BBM Yang Melampaui RAPBN.

OPEC sebagai Negara pengekspor minyak mentah dunia, masih sangat kuat (powerful) dalam menentukan harga minyak dunia. Terlebih untuk tahun 2005, tambahan permintaan minyak mentah dunia jauh di atas kemampuan tambahan pasokan Negara-negara non-OPEC. Dengan demikian, asumsi harga minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2005 sebesar 35 dollar AS per barrel terkesan masih sangat komservatif meski jauh lebih maju daripada asumsi tahun-tahun sebelumnya. Hampir pasti patokan harga minyak mentah dunia tahun 2005 ini akan terlampaui karena harga minyak mentah dunia saat ini berada pada anngka 40-60 dollar per barrel. Artinya, perhitungan subsidi BBM di RAPBN tahun 2005 kembali akan terlampaui sebagaimana yang terjadi pada RAPBN tahun 2004 yang mengasumsikan harga minyak mentah dunia berada pada angka 24 dollar AS per barrel dengan subsidi BBM sekitar Rp.19 triliun rupiah, tetapi dalam realisasinya subsidi BBM 2004 membengkak menjadi sekitar Rp.60 triliun rupiah. Demikian juga dengan asumsi harga minyak di RAPBN-RAPBN tahun-tahun sebelumnya yang selalu menggunakan angka yang

13

50

sangat tidak realistis atau sangat rendah sehigga didalam realisasinya subsidi BBM selalu jauh diatas yang dianggarkan.14

Di bawah ini dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap APBN tahun 2004 dan tahun 2005.

Tabel 3.3

Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2004

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK TERHDAP APBN 2004

APBN*

Perkiraan

Realisasi** Perubahan

(Rp triliun) APBN-P (Rp triliun)

(Rp triliun)

22 dollar

AS/barrel 36 dollar AS/barrel Penerimaan 57,1 110,7 53,6 Subsidi BBM 14,5 63,1 -48,6 Bagi Hasil Migas 8,5 17,4 -8,9 Total Perubahan -3,9 *) Kurs Rp 8.500 per dollar AS; Produksi 1,150 juta barel/hari

*) Kurs Rp 8.900 per dollar AS; Produksi 1,072 juta barrel/hari

14

51

Tabel 3.4

Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2005

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK TERHDAP APBN 2005

APBN* Perkiraan Realisasi** Perubahan

(Rp triliun) APBN-P (Rp triliun)

(Rp triliun)

24 dollar

AS/barrel 35 dollar AS/barrel Penerimaan 60,7 99.7 39,0 Subsidi BBM 19,0 53,4 -34,4 Bagi Hasil Migas 9.3 15,2 -5,9 Total Perubahan -1,3

*) Kurs Rp 8.600 per dollar AS; Produksi 1,125 juta barrel/hari *) Kurs Rp 8.600 per dollar AS; Produksi 1,125 juta barrel/hari

Dalam hal angka subsidi ini, ada kecenderungan untuk menampilkan angka yang “menyenangkan” nasyarakat dengan menempatkan besaran subsidi BBM yang rendah dalam RAPBN. Padahal angka yang rendah tersebut disebabkan asumsi harga minyak mentah yang dipakai sangatlah rendah seperti pada tahun 2004 dan bukan Karena adanya persetujuan untuk menaikan harga BBM. Sebab dalam kenyataannya ada semacam anggapan bahwa menyetujui kenaikan harga BBM berarti tidak pro rakyat. Anggapan ini baru sepenuhnya benar kalau sekiranya kita memiliki cadangan dan produksi minyak di perut bumi dalam jumlah yang besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dan konsumsi BBM dalam negeri. Akan tetapi Indonesia saat ini tidak pada kondisi seperti itu. Untuk tahun 2005, angka

52

subsidi BBM ini sangat kritis. Bukan semata-mata karena angka yang cenderung under estimate karena asumsi harga minyak mentah dunia yang masih relatif rendah, tetapi yang lebih penting untuk dipahaml adalah adanya fakta bahwa minyak mentah nasional saat ini sudah berada dalam kondisi tidak mampu lagi menutupi kebutuhan BBM nasional.

Kenaikan BBM pada tahun 2005 memang diperlukan karena pemerintah harus menekan subsidi BBM dan meningkatkan subsidi yang langsung menyentuh kesejahteraan masyarakat miskin. Bahkan, kalau subsidi BBM sebanyak Rp.63 triliun seperti yang dikeluarkan tahun 2004 dicabut sampai ke titik nol, mungkin bisa dipakai untuk membangun ratusan ru,ah sakit dan sekolah di daerah tertinggal. Apalagi subdisi pada tahun 2005 juga diperkirakan akan melonjak karena patokan APBN hanya menyediakan Rp. 19 triliun untuk subsidi BBM, sementara harga minyak mentah dipatok sebesar 24 dollar AS per barrel. Padahal sesuai perkiraan harga minyak (Indonesian crude price/ICP) tahun 2005 bisa mencapai 24-35 dollar AS per barrel. Harga minyak mentah tahun 2005 mencapai 37 dollar AS sehingga rata-rata IPC mencapai 34-35 dollar AS per barrel. Perkiraan harga minyak mentah Indonesia mengacu pada perkiraan west texas index (WTI), yang menurut energy information administration AS harga WTI tahun 2005 mencapai rata-rata 37 dollar AS per barrel. Dan selama ini harga rata-rata

53

minyak menyah Indonesia berkisasr 2-3 dollar AS per barrel di bawah harga WTI.15

Perkiraan di atas berdasarkan beberapa faktor, antara lain masih akan berlanjutnya ketidakstabillan kawasan Timur Tengah akibat ancaman terorisme dan gangguan keamanan di Irak sehingga mengancam kesetabilan suplai minyak dari kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi dunia, terutama Ameriak dan Cina, cenderung tetap membaik sehingga permintaan minyak mentah dunia akan tetap meningkat signifikan. Stok minyak mentah dan produksi minyak Negara-negara maju masih tetap rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

c. Produksi BBM Nasional yang tidak Mencukupi Konsumsi BBM Nasional. Salah satu alasan yang selalu membuat orang tidak menerima kenaikan harga BBM di dalam negeri adalah karena masyarakat menganggap Indonesia sebagai salah satu Negara penghasil minyak mentah dunia, sehingga lonjakan harga minyak mentah saat ini justeru bisa dinikmati masyarakat. Padahal tingkat konsumsi BBM di Indonesia yang terkesan sudah boros dan berada di atas jumlah minyak yang diproduksi. Seperti beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah pada tahun 2004 yang melebihi Rp. 60 triliun. Akibat tingginya harga minyak mentah dunia tahun 2005, dampak terhadap APBN tahun 2005 jika harga BBM dalam negeri tidak diubah dengan tingkat harga 35 dollar AS per barrel, maka peneriman akan mencapai Rp. 99,7 triliun,

15

54

tetapi subsidi BBM Rp.53,4 triliun dan bagi hasil migas sebesar Rp.15,2 triliun. Sementara kalau harga minyak mentah bisa sesuai dengan 24 dollar AS, maka penerimaan sesuai APBN tahun 2005 sebesar Rp.60,7 triliun, tetapi subsidi BBM sebesar Rp.19 triliun dan bagi hasil migas sebesar Rp.9,3 triliun.16

Beban yang dihadapi pemerintah akibat subsidi BBM yang terlalu besar tidak lagi memberiakan nilai tambah sebagai Negara produsen minyak diatar satu juta barrel per hari. Hingga saat ini ada lima jenis BBM yang dijual Pertamina yang masih disubsidi pemerintah yakni premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak baker. Jika harga minyak mentah 35 dollar AS, maka subsidi untuk premium sekitar Rp.90 per liter, subsidi minyak tanah rumah tangga sebesar Rp.2.010 per liter, subsidi minyak tanha untuk industeri sekitar Rp.750 per liter, subsidi minyak solar untuk transportasi sekitar Rp.960 per liter, subsidi solar untuk industri sekitar Rp.960 per liter, subsidi untuk minyak diesel sekitar sekitar Rp.920 per liter dan subsidi untuk minyak bakar sekitar Rp. 550 per liter. Sementara data konsumsi BBM di Indonesia menunjukan pemakaina premium mencapai 15,173 kiloliter(KL), minyak tanah untuk rumah tangga mencapai 9,464 juta kiloliter, minyak tanah untuk industri mencapai 1,038 juta kiloliter, minyak solar untuk transportasi mencapai 14,332 juta kiloliter, minyak solar untuk

16

55

industri mencapai 11,963 juta kiloliter, minyak diesel sekitar 1,296 juta kiloliter dan minyak bakar sebanyak 6,346 juta kiloliter.17

Produksi minyak mentah Indonesia pada triwulan pertama tahun 2004 tercatat 0,98 juta barrel per harri (bph) atau sekitar 360 juta barrel per tahun. Pada tahun 1999 produksi minyak masih berkisar 1,4 juta barrel per hari. Penurunan produksi sekitar 30 persen ini terjadi dalam empat tahun terakhir. Sebaliknya, kebutuhan minyak mentah untuk diolah menjadi BBM di dalam negeri terus meningkat. Akibatnya, jumlah impor minyak membesar, berbanding terbalik dengan penurunan ekspor. Tanpa kenaikan harga jual BBM, kondisi tersebut tentu akan menimbulkan pembengkakan subsidi pemerintah. Mengutip the Asian Wall Stree Journal, pengamat perminyakan Kurtubi memaparkan, minyak yang diimpor untuk keperluan BBM dalam negeri pada Maret 2004 sejumlah 484.000 barrel per hari atau sekitar 36.000 jauh lebih besar dari jumlah minyak yang diekspor. Pada bulan April di tahun yang sama, selisih ini melebar menjadi 90.000 barrel per hari, dengan jumlah impor minyak 503.000 barrel per hari sedangkan ekspor minyak menurun menjadi 413.000 barrel per hari. Di bawah ini dipaparkan tren produksi dam impor minyak dalm kurun waktu lima tahun ( 2000-2004 ).

17

56

Gambar 3.3

Trend Produksi dan Impor Minyak dalam kurun waktu lima tahun (2000-2004)