• Tidak ada hasil yang ditemukan

si Dimensionalitas Semua Coding Sheet Atas Ke- 110 Dokumen Dengan Hasil Elisitasi Berbobot 3

Dalam dokumen Asesmen terhadap Pendidikan dan Pelatiha (Halaman 85-92)

DI MENSI uraian BOBOT 3

I.1.3 A.1, A.4, A.6, A.11, A.16, B.1, C.6, C.7, C.9, C.13, C.14, C.16, C.38, C.45, C.46, C.48, C.51, C.52, C.53, C.54, C.55, C.56, C.59, C.61, D.3, D.6, D.7, E.1

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, dan laporan hasil penelitian. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/ d 30, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Respect for The law. Sebagai contoh: (1) Dokumen A.16 menyoal tentang pertanggungjawaban profesional penegak hukum untuk menjunjung tinggi profesinya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan (hal. 4), (2) Dokumen C.55, Pasal 425 KUHP, isi deliknya mengenai pemerasan dalam jabatan yang dilakukan oleh pegawai negeri. Alasannya, bahwa

penegakan hukum secara equal dikenakan pada siapapun termasuk pegawai negeri.

I.2.3 A.4, A.9, A.10, A.14, A.16, A.21, A.26, B.1, C.13, C.19, C.24, C.27, C.39, C.41, C.42, C.48, C.51, C.53, C.57, C.58, C.59, E.1, G.2, G.4, G.7

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, laporan hasil penelitian, SK dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan

Fairness. Sebagai contoh: Dokumen A.9 mengkritisi ketentuan-ketentuan yang tak sejalan dengan prinsip jujur dan tidak memihak (fair and impartial trial), misal; ketentuan huruf e tentang tugas dan kewenangan Jaksa Agung mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana. Ketentuan ini melegalisasi campur tangan Kejaksaan dalam proses peradilan kasasi pidana (hal. 5).

DI MENSI uraian BOBOT 3

I.3.3 A.1, A.2, A.6, A.9, A.22, C.7, C.8, D.9, C.11, C.13, C.22, C.47, C.52, C.53, C.55, C.56, C.57, E.1, G.4, G.8

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, laporan hasil penelitian, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Independence. Sebagai contoh: Dokumen C.13, Inpres No. 9 Thn. 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Indonesia. Alasannya, pemerintah melalui instruksi presiden memberikan otonomi dalam hal kewenangan untuk menetapkan ketentuan lebih lanjut yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing (Instruksi keempat).

I.4.3 A.10, A.12, C.3, C.14, C.16, C.22, C.24, C.31, C.33, C.34, C.38, C.40, C.41, C.45, C.46, C.48, C.49, C.52, C.53, C.54, C.56, C.58, C.59, D.6, E.1, G.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, laporan hasil penelitian, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Respect For Person. Sebagai contoh: Dokumen D.6 adalah rekaman proses konsinyiring yang membahas tentang mekanisme kontrol internal dan eksternal terhadap SPPT agar penegak hukum dapat memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat yang mencari keadilan. Alasannya, dengan dibahasnya secara mendalam action plan pada mekanisme kontrol ini menunjukkan penyikapan terhadap berbagai kepentingan dan pihak-pihak, baik dari kalangan intern maupun ekstern.

I.5.3 A.4, A.19, A.20, B.1, C.13, C.15, C.16, C.20, C.21, C.24, C.31, C.38, C.39, C.42, C.53, C.56, C.61, G.2, G.7, G.8

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Diligence And Efficiency. Sebagai contoh: Dokumen A.19 menyampaikan gagasan mengenai penyadaran identitas, posisi, dan status lembaga peradilan yang sama-sama berada dalam keluarga the legal professional agar berkesadaran untuk bekerja demi tegak dan wibawanya hukum, dan bukan demi kepentingan–kepentingan yang lain yang hampir selalu berseberangan. Dokumen ini menunjuk concern terhadap kinerja jaksa yang dipahami sebagai pelindung kepentingan ‘khalayak ramai’ yang notabene juga berhakikat sebagai kepentingan manusia-manusia pribadi yang privat secara kolektif, bukan ditafsir sebagai kepentingan negara. Sehingga kinerja jaksa mempersyaratkan layanan yang bermutu untuk masyarakat.

I.6.3 A.3, A.6, A.10, A.11, A.15, A.2, A.26, B.1, C.6, C.8, C.9, C.13, C.14, C.15, C.16, C.20, C.31, C.33, C.34, C.37, C.39, C.41, C.48, C.51, C.52, C.55, C.56, C.58, G.1, G.2, G.4, G.7, G.8 Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 24 s/ d 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Integrity. Sebagai contoh: Dokumen B.1 menjabarkan pentingnya lembaga peradilan untuk membebaskan dirinya dari pengaruh penguasa dan pihak manapun. Salah satu pokok pikirannya ialah ide/ jiwa/ spirit “kekuasaan penegakan hukum yang merdeka dan mandiri” yang terintegrasi ke dalam sistem peradilan.

I.7.3 A.6, A.15, A.20, A.26, B.1, C.8, C.9, C.13, C.15, C.21, C.38, C.39, C.49, C.50, C.51, C.52, C.56, C.57, C.61, G.1, G.2, G.3, G.4, G.7, G.8

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 24 s/d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Accountability And Transparency. Sebagai contoh: Dokumen C.38, Pasal 344 KUHP, isi deliknya mengenai perampasan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri. Dokumen ini menegaskan bahwa sebelum delik ini dikenakan pada seseorang, harus diperhatikan tentang kejelasan dari tindakan yang disangkakan.

DI MENSI uraian BOBOT 3

C.16, C.21, C.32, C.36, C.37, C.39, C.42, C.51, C.52, C.53, C.55, C.56, C.57, C.58, C.59, C.60, C.61

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, dan bahan ajar. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 21 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan Responsibility Of Tribunal Head. Sebagai contoh: Dokumen A.12 mengungkap poin perlunya pembinaan di lembaga Kejaksaan yang mengacu pada pendidikan, pelatihan, promosi, mutasi serta reward and punishment bagi Jaksa disertai dengan adanya transparansi, obyektivitas, prestasi, kapabel dan akuntabilitas.

II.1.3 A.4, A.6, A.13, B.1, C.10, C.25, C.27, C.29, C.30, C.40, C.41, C.51, C.53, C.55, C.56, C.58, D.8, G.3

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Tujuan Instruksional. Sebagai contoh: Dokumen B.1 membahas dimensi tujuan instruksional dengan sisi pandang sistem peradilan pidana terpadu (SPP) terbentuk apabila dilandasi dengan jiwa/spirit mandiri. Dikatakan cukup dalam padanannya dengan adanya upaya mewujudkan SPP tersebut secara integral dalam perundang-undangan yang mengatur sistem penegakan hukum/ SPP.

II.2.3 A.1, A.2, A.6, A.8, A.10, A.12, A.20, A.25, C.5, C.7, C.9, C.10, C.17, C.21, C.22, C.23, C.24, C.25, C.29, C.30, C.33, C.34, C.37, C.39, C.41, C.52, C.55, C.58, F.1, G.1, G.2, G.3 Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, notulensi, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 27 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Keterjabaran. Sebagai contoh: Dokumen A.2 mengurai ulasan tentang kewenangan jaksa dalam tiga aspek yaitu dalam penyidikan, sebagai pengacara negara, dan kesatuan kejaksaan sehingga dikatakan cukup memiliki keterjabaran.

II.3.3 A.6, A.10, C.7, C.9, C.11, C.18, C.20, C.25, C.32, C.35, C.41, C.42, C.58, D.10, G.1, G.2 Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Relevansi Dengan Kebutuhan Peserta Didik. Sebagai contoh: Dokumen A.10 menjelaskan tentang topik efektivitas dan efesiensi pengawasan dalam penegakan hukum. Dalam uraiannya, penulis meletakkan fungsi pengawasan sebagai fungsi kontrol baik internal maupun pelibatan publik dalam menjalankan sistem hukum sehingga implikasi pembahasan penulis cukup memberikan kontribusi kepada dimensi relevansi dengan kebutuhan peserta didik.

II.4.3 A.10, A.13, B.1, C.3, C.5, C.6, C.15, C.18, C.20, C.21, C.25, C.31, C.32, C.35, C.39, C.41, C.45, C.46, C.48, C.52, C.53, C.58, D.9, G.6

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kesesuaian Dengan Kondisi Masyarakat. Sebagai contoh: Dokumen A.13, penulis memberikan tawaran untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap aparatur kejaksaan melalui pengembangan sumber daya manusia kejaksaan lewat implementasi tentang promosi jabatan, reward dan punishment.

II.5.3 A.10, A.13, A.19, C.5, C.7, C.24, C.25, C.28, C.41, C.48, C.52, C..58, C.60, D.2, D.8, D.9, G.2, G.4, G.5, G.8

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki dimensi Kandungan Etik. Sebagai contoh: Dokumen C.7, dalam kutipan pernyataan berikut dapat dilihat titik singgung dengan dimensi kandungan etik, yakni adanya upaya memperhatikan niai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Kutipannya: “Sedang dalam pelaksanaannya, ketentuan dalam Konvensi ini wajib disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat serta norma-norma keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara luas oleh masyarakat Indonesia.”

DI MENSI uraian BOBOT 3

II.6.3 A.6, A.11, A.19, A.20, A.25, C.3, C.10, C.15, C.16, C.17, C.24, C.25, C.26, C.27, C.28, C.31, C.33, C.39, C.41, C.52, C.57, C.58, D.10, F.2

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan notulensi. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 26 s/ d 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Sistematika. Sebagai contoh: Dokumen A.6 dilihat pada pijakan sisi pandang dimensi sistematika dikatakan cukup, diteropong dari uraian penulis tentang menempatkan realitas korupsi dihubungkan dengan peran dan kebijakan Kejaksaan sebagai kekuasaan negara di bidang penuntutan.

II.7.3 A.1, A.2, A.6, C.7, C.10, C.11, C.13, C.23, C.24, C.25, C.29, C..30, C.31, C.32, C.33, C.39, C.41, C.42, C.48, C.49, C.57, C.58, D.3, D.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 26 s/d 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kredibilitas Sumber. Sebagai contoh: Dokumen A.2 diihat dari sudut pandang dimensi kredibilitas sumber dapat dikatakan cukup dengan pijakan dalam mengurai penjelasan tentang kewenangan jaksa, penulis memakai sumber UU No. 31 Tahun 1999, pasal 284 KUHP jo pasal 17 PP 27 tahun 1983 (dapat dlihat pada hlm 2), dan pasal 27 ayat 2 UU Kejaksaan.

III.1.3 C10, C.14, C.15, C.17, C.19, C.29, C.32, C.33, C.36, C.37, C.38, C.41, C.44, C.46, C.57, C.58, F.1, G.5

Jenis dokumen meliputi bahan ajar, notulensi, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kompetensi Melakukan Tuntutan. Sebagai contoh: Dokumen C.10, pada sub Rekomendasi Khusus huruf r mengetengahkan tindakan-tindakan yang perlu untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga dan salah satu tindakan (poin i) menyatakan: “Hukuman pidana jika dibutuhkan dan bantuan perdata dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.” Ungkapan ini memunculkan implikasi tentang kompetensi melakukan tuntutan dalam arti terbuka untuk melakukan proses hukum terhadap tindak kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini belum mendapat akomodasi dalam perspektif hukum karena dianggap persoalan privat.

III.2.3 A.1, A.3, C.9, C.13, C.21, C.24, C.25, C.26, C.30, C.31, C.34, C.36, C.37, C.40, C.52, C.54, C.56, C.61, D.1, D.3, D.6, D.7, D.9

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kompetensi Melakukan Pelayanan Publik. Sebagai contoh: Dokumen C.9, isi dari pasal 13 menyatakan; “Setiap negara peserta melakukan penyerbarluasan kepada masyarakat dan publikasi Konvensi dari Protokol ini, serta memfasilitasi akses pada informasi…” sehingga alasan mengatakan cukup memperlihatkan kompetensi melakukan pelayanan publik terletak pada konteks bahwa peran negara memberikan dan memfasilitasi adanya akses agar publik mendapat informasi yang cukup mengenai aspek hukumnya.

III.3.3 A1, A3, A.8, A.11, A.20, A.22, A.24, C.11, C.13, C.14, C.15, C.22, C.24, C.25, C.26, C.27, C.29, C.30, C.33, C.34, C.35, C.36, C.37, C.38, C.40, C.41, C.47, C.49, C.52, C.53, C.57, C.58, C.59, C.60, C.61, D.1, D.2, D.6, D.10, G.1, G.3, G.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 27 s/ d 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kompetensi Profesional. Sebagai contoh: Dokumen A.3, penulis mengungkap dimensi kemampuan bertindak profesional dalam kerangka pembahasan organisasional termasuk tugas, fungsi, dan wewenang kejaksaan dan masih terbuka untuk membahas tentang pengukuran standar profesional seperti yang tertuang dalam pernyataan; “Secara sederhana profesionalisme dapat diartikan kemampuan seorang jaksa menjalankan tugas-tugasnya dengan standard profesi kejaksaan. Memang sulit mengukur secara tepat kapan standard profesionalisme itu terpenuhi. Namun paling tidak kejaksaan harus mampu menjalankan tugas …”

DI MENSI uraian BOBOT 3

III.4.3 A.3, A.19, B.1, C.8, C.9, C.14, C.16, C.19, C.22, C.29, C.30, C.31, C.34, C.35, C.38, C.39, C.40, C.41, C.43, C.48, C.49, C.52, C.53, C.54, C.57, C.61, D.7, D.8, D.9

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 27 s/d 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kemampuan Menerapkan Standar Kerja. Sebagai contoh: Dokumen B.1 menempatkan pemaknaan kemampuan menerapkan standar kerja dalam kerangka sistem peradilan pidana terpadu dijalankan dengan integral bukan parsial.

III.5.3 A.7, A.9, A.10, A.15, A.26, C.8, C.21, C.22, C.23, C.24, C.25, C.37, C.39, C.42, C.49, G.5, G.7 Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Kemampuan KerjasamaDengan Semua Elemen Peradilan. Sebagai contoh: Dokumen A.7 memberikan titik bahas kemampuan kerjasama dengan semua elemen peradilan dengan kerangka interdependensi sistem, artinya masing-masing sub sistem mempunyai fungsi dan kedudukan yang nantinya terakomodasi dalam kerangka sistem. Eksplorasi pendapat tersebut terwakili dalam pernyataan: “Dalam mekanisme sistem, antar sub-sistem mempunyai ketergantungan satu dengan yang lain. Masing-masing sub-sistem mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri secara mandiri akan tetapi tetap terikat dalam satu kerangka sistem,…”

III.6.3 A.11, A.14, A.16, A.20, B.1, C.1, C.8, C.9, C.13, C.14, C.15, C.16, C.19, C.21, C.22, C.23, C.24, C.26, C.27, C.28, C.29, C.31, C.33, C.35, C.36, C.37, C.38, C.39, C.40, C.42, C.43, C.46, C.49, C.50, C.53, C.54, C.56, C.59, C.61, D.2, D.4, D.6, E.1, F.1, G.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, laporan hasil penelitian, notulensi, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 27 s/ d 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Sebagai contoh: Dokumen A.20 memberikan gambaran tentang meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui penelusuran ide tentang adanya peraturan perundang-undangan yang baik, dengan harapan

memunculkan implikasi keseimbangan antara kepentingan masyarakat, negara, dan individu.

III.7.3 C.1, C.2, C.3, C.8, C.13, C.14, C.15, C.16, C.22, C.23, C.24, C.26, C.27, C.28, C.29, C.30, C.31, C.32, C.33, C.34, C.35, C.36, C.37, C.40, C.41, C.43, C.49, C.50, C.51, C.54, C.55, C.58, C.61, D.1, D.2, D.3, D.8, D.9, D.10, E.1, G.3, G.4, G.5, G.6, G.8

Jenis dokumen meliputi bahan ajar, konsinyiring, laporan hasil penelitian, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 29 s/ d 30, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Bersikap Konsisten. Sebagai contoh: Dokumen C.1 dan C.2 memberikan pedoman/frame bagi aparat kejaksaan untuk dapat memenuhi prasyarat membuat tuntutan yang sesuai aturan main. Konsistensi di sini dilihat dari sisi pandang adanya mengikuti prasyarat sebagai titik masuk melakukan sistem peradilan.

III.8.3 C.14, C.15, C.16, C.19, C.27, C.28, C.31, C.32, C.35, C.36, C.37, C.42, C.51, C.54, C.60, D.1, G.6

Jenis dokumen meliputi bahan ajar, konsinyiring, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 30, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Bersikap Adil. Sebagai contoh: Dokumen C.19 menyajikan peristiwa peradilan yang akhirnya hakim membuat keputusan penjara 11 tahun lebih lama satu tahun dari tuntutan jaksa (10 tahun) kepada pelaku pemerkosaan dan pencurian gadis 19 tahun.

III.9.3 A.4, A.6, A.12, C.8, C.10, C.11, C.12, C.13, C.14, C.16, C.21, C.23, C.24, C.26, C.27, C.28, C.29, C.31, C.32, C.33, C.35, C.36, C.38, C.41, C.43, C.48, C.50, C.51, C.56, C.58, C.60, C.61, D.3, D.9, E.1, G.1, G.3, G.4, G.5

DI MENSI uraian BOBOT 3

SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Bersikap Independen. Sebagai contoh: Dokumen C.21 menggambarkan tentang sikap idependensi yang diperlihatkan oleh hakim dengan memberikan kesempatan pendamping korban untuk hadir di persidangan meskipun menurut di dalam KUHP tidak mengatur bahwa saksi korban boleh didampingi dan kasus ini tentang kesusilaan bawah umur yang sifatnya tertutup. IV.1.3 A.6, A.7, A.11, A.12, A.13, A.14, A.16, A.19, A.25, A.26, C.7, C.13, C.24, C.26, C.28, C.29,

C.30, C.31, C.32, C.38, C.39, C.41, C.44, C.48, C.49, C.53, C.57, C.58, D.4, D.6, D.7, D.9, G.2

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Purpose. Sebagai contoh: Dokumen D.9 memberikan penjabaran tentang action plan sebagai acuan untuk dikerjakannya kinerja tertentu pada pembaruan kejaksaan RI. Misalnya, poin “ditempatkan informasi secara berkala di dalam website tentang penanganan perkara, khususnya yang menarik perhatian masyarakat”. Meskipun begitu, poin-poin yang ada dalam dokumen ini belum memberikan acuan/ arahan secara detail, belum sampai pada juklak.

IV.2.3 A.15, A.19, C.5, C.8, C.9, C.10, C.11, C.14, C.18, C.19, C.20, C.21, C.23, C.24, C.25, C.26, C.27, C.29, C.31, C.33, C.34, C.38, C.39, C.47, C.49, C.53, C.57, C.58, C.59, D.2, D.7, D.8, D.9, D.10, G.2

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Approach. Sebagai contoh: Dokumen G.2, SK Jaksa Agung tentang Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa, berisi tentang ketetapan pembentukan tim seleksi untuk peserta diklat pegawai kejaksaan RI. Di dalam poin putusannya mengandung porsi coach tentang tugas-tugas tim seleksi tersebut.

IV.3.3 A.2, A.3, A.7, A.9, A.10, A.11, A.12, A.13, A.16, A.19, A.20, A.21, A.25, B.1, C.3, C.5, C.8, C.9, C.10, C.11, C.14, C.15, C.33, C.61, D.6, G.3

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Occurence. Sebagai contoh: Dokumen A.2 yang ditulis oleh Agustinus Pohan mengevaluasi tentang wewenang antara kejaksaan dan kepolisian dalam menangani suatu kasus. Agustinus menyoal tentang perlunya konsistensi jaksa dan polisi untuk mematuhi prosedur yang telah diputuskan berkaitan dengan wewenang penyidikan.

IV.4.3 A.3, A.7, A.10, A.11, A.17, A.19, A.20, A.26, C.10, C.18, C.2, C.5, C.7, C.20, C.21, C.22, C.61, D.6, D.7, D.8, D.10, G.1

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 26 s/ d 27, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Focus. Sebagai contoh: Dokumen C.61 mengenai materi pelajaran Bahasa Inggris untuk pendidikan pembentukan jaksa. Dokumen ini memiliki kandungan focus dengan alasan bahwa Bahasa Inggris merupakan persyaratan penting bagi Jaksa sebagai pertimbangan penjenjangan dan penyeleksian. Isi dokumen ini juga menyertakan tentang contoh kasus dalam Bahasa Inggris. Dengan disampaikannya materi ini pada pendidikan pembentukan jaksa menunjukkan Bahasa Inggris merupakan persyaratan yang harus dikuasai oleh jaksa.

IV.5.3 A.8, A.12, A.14, A.16, A.20, A.25, A.26, C.9, C.10, C.18, C.19, C.20, C.23, C.24, C.25, C.26, C.27, C.30, C.31, C.39, C.40, C.41, C.46, C.49, C.55, C.56, C.57, C.58, D.6, D.7, D.8, D.9, D.10, G.1, G.2, G.3, G.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 27 s/ d 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Basis. Sebagai contoh: Dokumen A.20 mengungkap gagasan mengenai pemahaman terhadap makna kekuasaan kehakiman dalam Pasal 1 UU No. 14 Thn 1974. Dokumen ini menggagas bahwa kekuasaan kehakiman dalam

DI MENSI uraian BOBOT 3

arti luas ialah kekuasaan kehakiman yang merdeka dan mandiri pada keseluruhan proses dalam SPP, bukan hanya pada substansi kekuasaan mengadili, terlepas dari pengaruh pemerintah/ eksekutif. Dengan begitu, dokumen ini menunjuk konsekuensi bahwa keseluruhan proses penegakan hukum di bidang pidana seyogyanya berada di bawah naungan MA sebagai otorita tunggal.

IV.6.3 B.1, C.13, C.20, C.29, C.30, C.34, C.40, C.41, C.43, C.51, D.6, G.4, G.6, G.7

Jenis dokumen meliputi makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Learning Sequence. Sebagai contoh: Dokumen C.20, berisi tentang latihan analisa kasus dengan perspektif gender. Pertanyaan-pertanyaan dalam latihan kasus tersebut mengindikasikan bahwa Jaksa perlu peka terhadap rasa keadilan dan kepekaan tersebut dapat muncul bila Jaksa secara event-driven melakukan pembelajaran atas kasus-kasus yang aktual.

IV.7.3 A.2, A.13, B.1, C.17, C.18, C.23, C.28, C.38, C.51, C.52, C.53, C.57, C.61, D.6, D.9, G.2 Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Delivery Platform. Sebagai contoh: Dokumen A.13 mengemukakan ide bahwa seorang jaksa harus memiliki bekal pengetahuan, keahlian yang memadai, dan integritas moral sebagai figur ideal yang profesional dan efektif. Artinya, lembaga Kejaksaan perlu meletakkan orientasi pada peran yang benar sesuai dengan ketentuan hukum.

IV.8.3 A.2, A.9, A.12, A.13, A.16, C.1, C.9, C.13, C.14, C.39, C.41, C.43, C.50, C.51, C.54, C.60, C.61, D.2, D.9, D.10, G.1, G.3, G.4, G.6, G.7

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 27 Learning Initiative Determinant. Sebagai contoh: Dokumen C.9 dalam beberapa poin awal tentang dasar memperhatikan sampai dengan menegaskan mengandung makna adanya partisipasi –dalam hal ini negara-- untuk menindaklanjuti Konvensi ini dengan kebijakan yang dirancang sendiri dengan tetap memperhatikan kesepakatan universalitas. Adanya partisipasi berbanding dengan Learning Initiative Determinant dalam artian sikap negara yang membuat kebijakan menunjukkan adanya kontekstualisasi realitas.

IV.9.3 A.2, A.13, A.16, A.26, C.5, C.7, C.10, C.11, C.18, C.19, C.23, C.25, C.26, C.27, C.28, C.31, C.32, C.33, C.39, C.42, C.46, C.49, C.57, C.58, D.8, D.9, G.3, G.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/ d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Context. Sebagai contoh: Dokumen C.19 mengetengahkan keputusan majelis hakim memberi keputusan penjara lebih lama dari Jaksa penuntut umum kepada terdakwa dilihat dari kontekstualisasi bahwa korban masih berusia muda (19) dan terdakwa melakukan tindakan kekerasan yang dapat

membahayakan korban.

IV.10.3 A.2, A.14, A.16, A.19, C.1, C.5, C.9, C.22, C.25, C.26, C.28, C.33, C.34, C.37, C.39, C.40, C.43, C.44, C.45, C.51, C.58, D.2, D.6, D.9, G.1

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, dan SK. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini 28, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Person Depedency. Sebagai contoh: Dokumen C.1 yang mengulas pembuatan teknik penerapan surat dakwaan, di mana terbuka inovasi dari para Jaksa untuk membuat bukti-bukti hukum dari berbagai sisi, sehingga dapat ditarik implikasi bahwa di dimensi ini cukup mengungkap tentang tindakan para jaksa dalam membuat keputusan.

IV.11.3 A.3, A.4, A.10, A.13, A.14, A.19, A.21, A.22, A.23, A.26, C.1, C.5, C.12, C.13, C.14, C.17, C.18, C.19, C.21, C.23, C.39, C.42, C.51, C.55, C.56, C.57, C.58, C.60, C.61

DI MENSI uraian BOBOT 3

pada dimensi ini berkisar antara 24 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Delivery Location. Sebagai contoh: Dokumen C.18 memberikan gambaran kontekstualisasi hukum dalam pengertian bahwa Jaksa penuntut umum memberikan kesempatan bagi pihak LSM untuk memberikan masukan dan bukti-bukti dalam penyusunan surat dakwaan. Inspirasi yang diperoleh dari gambaran tersebut bahwa adanya perangkat jaringan yang diimplementasikan oleh jaksa penuntut umum. IV.12.3 A.4, A.9, A.10, A.12, A.19, A.25, A.26, B.1, C.1, C.11, C.12, C.14, C.17, C.19, C.20, C.21,

C.37, C.39, C.49, C.51, C.53, C.54, C.56, C.58, D.4

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 25 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Delivery Time. Sebagai contoh: Dokumen B.1, penulis mengurai sinkronisasi sistem peradilan terpadu juga perlu dilihat dari sisi harmonisasi, koordinasi, dan pengawasan. Dengan bahasa Delivery Time dalam hal sinkronisasi terbuka kemungkinan untuk menemukan bentuk yang nantinya membawa implikasi pada harmonisasi, koordinasi dan pengawasan.

IV.13.3 A.8, A.9, A.10, A.12, A.16, A.19, C.1, C.5, C.8, C.9, C.10, C.22, C.23, C.24, C.28, C.43, C.49, C.50, C.51, C.52, C.53, C.54, C.55, C.57, C.58, C.59, C.61, G.1, G.3, G.7

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 28 s/d 29, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut cukup memiliki kandungan dimensi Performance Determinants. Sebagai contoh: Dukumen A.19, penulis mengulas tentag kesadaran untuk bekerja demi tegak dan wibawanya hukum. Dalam sisi pandang Performance Determinants,uraian penulis tersebut ditempatkan pada penjelasan tentang kemampuan untuk menggunakan sistem pendukung –sistem hukum dan kedudukannya. Uraian ini dapat ditelusur pada pernyataan berikut: “Menyadari identittas, posisi, dan statusnya yang sama-sama berada dalam keluarga the legal professional hakim, jaksa, dan pengacara akan bekerja dengan satu tujuan, ialah terwujudnya segala proses peradilan yang berlangsung secara patut demi tegaknya wibawa hukum … Para professionals ini, dimanapun posisi atau status strukturalnya tetaplah berkesadaran untuk bekerja demi tegak dan wibawa hukum, dan tidak demi kepentingan-kepantingan lain yang hampir selalu berseberang-seberangan.”

Dalam dokumen Asesmen terhadap Pendidikan dan Pelatiha (Halaman 85-92)