• Tidak ada hasil yang ditemukan

si Dimensionalitas Semua Coding Sheet Atas Ke- 110 Dokumen Dengan Hasil Elisitasi Berbobot 1

Dalam dokumen Asesmen terhadap Pendidikan dan Pelatiha (Halaman 70-77)

DI MENSI uraian BOBOT 1

I.1.1 A.5, A.7, A.17, A.18, A.22, A.23, A.24, A.25, C.3, C.4, C.15, C.17, C.18, C.19, C.20, C.23, C.24, C.26, C.27, C.28, C.29, C.30, C.43, C.44, C.60, D.5, G.1, G.2.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Respect for The Law. Sebagai contoh: (1) Dokumen C.26, Pasal 285 KUHP, isi deliknya tidak menyentuh kasus perkosaan tanpa kekerasan (non forcible rape), (2) Dokumen D.5, isinya hanya memaparkan perubahan-perubahan menyangkut kehadiran tenaga ahli dan anggota Tim POKJA serta jadwal acara pelaksanaan konsinyiring pembaruan Kejaksaan RI.

I.2.1 A.2, A.3, A.5, A.7, A.13, A.17, A.18, A.20, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, C.4, C.5, C.17, C.18, C.30, C.32, C.40, C.43, C.44, C.45, C.47, C.49, C.50, C.52, C.60, D.5, G.1, G.3.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 22, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Fairnes. Sebagai contoh: Dokumen C.17, menceritakan sikap Ketua Majelis yang keberatan pada Tim Advokasi DAMAR untuk mendampingi korban di persidangan. Alasannya, kasus itu adalah kasus kesusilaan, tertutup untuk umum, dan hak untuk itu ada aturan mainnya dalam KUHP. Sikap hakim tersebut memperlihatkan ketidakpeduliannya pada kondisi korban dan abai atas pilihan korban yang memberikan kuasa bagi DAMAR untuk mendampingi korban dalam persidangan.

I.3.1 A.3, A.5, A.7, A.10, A.11, A.13, A.14, A.17, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.15, C.17, C.18, C.20, C.23, C.26, C.30, C.32, C.41, C.42, C.5, C.50, C.60, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Independence. Sebagai contoh: Dokumen A.5, penulisnya menyinggung tiga hal yakni, Kedudukan Kejaksaan, Asas Profesionalitas dan Isi Sumpah, Prapenuntutan dan Penyidikan Lanjutan. Namun, dalam paparannya, penulis tidak merinci dan atau mengeksplorasi setiap sub tema (hanya bersifat informasi) yang ia tuliskan.

I.4.1 A.13, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, A.3, A.5, A.7, A.8, A.9, B.1, C.17, C.18, C.20, C.23, C.26, C.28, C.29, C.30, C.4, C.44, C.47, C.55, D.5, G.3.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 4 s/ d 24, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak

DI MENSI uraian BOBOT 1

memiliki kandungan dimensi Respect for Persons. Sebagai contoh: Dokumen A.17, isinya adalah pemikiran penulis mengenai materi pengembangan kurikulum Fakultas Hukum USU. Namun, dalam paparan tulisannya, penulis tidak memberikan penjelasan bagaimana materi itu dipraktikkan atau diterapkan ke dalam kasus-kasus hukum.

I.5.1 A.3, A.5, A.7, A.11, A.17, A.18, A.21, A.24, A.27, C.3, C.4, C.5, C.6, C.14, C.17, C.18, C.19, C.22, C.32, C.43, C.48, C.51, C.59, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 5 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Diligence and Efficiency. Sebagai contoh: Dokumen A.7, Penulis sangat sedikit membahas dimensi

Diligence and Efficiency, misalkan mengenai penanganan keluhan warga negara yang dilakukan oleh agen negara. Isi dokumen lebih banyak menyinggung bagaimana hubungan (dalam hal distribusi wewenang) antara Kejaksaan dengan lembaga-lembaga lain

(Pengadilan, Kepolisian) sebagai sub-sub sistem dari suatu Sistem Peradilan Pidana. I.6.1 A.5, A.7, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, C.3, C.4, C.5, C.7, C.17, C.18, C.26,

C.30, C.32, C.43, C.50, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 5 s/ d 21, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Integrity. Sebagai contoh: Dokumen C.17, Latihan Kasus, isinya menceritakan sikap Ketua Majelis yang keberatan pada Tim Advokasi DAMAR untuk mendampingi korban di persidangan. Alasannya, kasus itu adalah kasus kesusilaan, tertutup untuk umum, dan hak untuk itu ada aturan mainnya dalam KUHP. Sikap hakim di sini memperlihatkan masih kakunya hakim ketika menggunakan kewenangan. Hakim abai atas pilihan korban yang memberikan kuasa bagi DAMAR untuk mendampingi korban dalam persidangan.

I.7.1 A.1, A.5, A.7, A.8, A.9, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.5, C.6, C.7, C.17, C.18, C.19, C.20, C.22, C.25, C.26, C.30, C.31, C.34, C.35, C.37, C.43, C.44, D.5. Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 6 s/ d 21, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Accountability and Transparency. Sebagai contoh: Dokumen A.8, dalam tulisannya penulis tidak

menyinggung prinsip akuntabilitas dan transparansi, ia lebih membahas dua isu pokok yakni apakah indepedensi Kejaksaan bertentangan dengan era reformasi dan posisi Kejaksaan dalam struktur ketatanegaraan.

I.8.1 A.1, A.2, A.5, A.6, A.7, A.8, A.10, A.20, A.21, A.22, A.23, A.27, C.1, C.2, C.3, C.6, C.7, C.17, C.18, C.22, C.26, C.43, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 5 s/ d 19, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Responbility of Tribunal Head. Sebagai contoh: Dokumen C.7 adalah UU RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita beserta penjelasan UU-nya. Di dalam dokumen ini tidak dibahas mengenai prinsip-prinsip dan tanggungjawab mengembangkan orang.

II.1.1 A.5, A.8, A.9, A.12, A.15, A.16, A.17, A.18, A.21, A.23, A.25, A.27, C.4, C.6, C.17, C.18, C.22, C.45, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 12 s/d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Tujuan Instruksional. Sebagai contoh: Dokumen A.5, dalam paparan tema Kedudukan Kejaksaan, penulis mencotohkan apa itu Kejaksaan di Jepang, Singapura, dan Belanda, namun penulis tidak merinci lebih jauh mengenai bagaimana kedudukan Kejaksaan di berbagai negara tersebut termasuk kelebihan maupun kekurangannya bila dibandingkan dengan Kejaksaan di Indonesia.

II.2.1 A.5, A.7, A.9, A.11, A.14, A.15, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.6, C.13, C.14, C.19, C.36, C.45, C.47, C.50, C.51, C.54, C.56, C.59, D.5, D.10.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 9 s/ d 24, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Keterjabaran. Sebagai contoh: Dokumen C.6, membahas mengenai perlindungan hukum hak-hak asasi

DI MENSI uraian BOBOT 1

wanita yang terdiri dari ayat 1 UUD 1945, pasal 27, Preambule DUHAM, pasal 1 dan 2, dll., namun dari poin-poin tersebut tidak ada yang diberi rincian atau penjelasan lebih jauh. II.3.1 A.1, A.5, A.7, A.11, A.12, A.15, A.16, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.26, A.27,

C.4, C.6, C.14, C.38, C.44, C.56, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 8 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Relevansi dengan Kebutuhan Peserta Didik. Sebagai contoh: Dokumen A.15, penulis telah menuliskan beberapa hal yang relevan dengan upaya-upaya pengembangan pribadi peserta didik misalnya: visi dan misi, organisasi, pengawasan. Juga, pada tema sumber daya manusia, penulis telah menyinggung peningkatan kemampuan Jaksa melalui proses pelatihan dan upaya penyadaran edukasi moral dan spritual. Namun, penulis tidak merinci bagaimana bentuk praktiknya atau operasionalisasinya. Hal ini bisa jadi membuat tema yang telah disebut hanya menjadi pengetahuan bagi peserta didik tetapi tidak memberikan

pemahaman lebih jauh bagaimana tema-tema dapat menjadi sikap, nilai, dan keterampilan bagi peserta didik.

II.4.1 A.1, A.4, A.5, A.7, A.9, A.11, A.14, A.15, A.16, A.17, A.18, A.20, A.23, A.24, A.25, A.27, C.4, C.44, D.5, D.6.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 6 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kesesuaian dengan Kondisi Masyarakat. Sebagai contoh: Dokumen A.5, penulis menyinggung tiga hal dalam tulisannya yakni, Kedudukan Kejaksaan, Asas Profesionalitas dan Isi Sumpah, Pra-penuntutan dan Penyidikan Lanjutan. Namun, dari tulisan tersebut tidak terdapat sentuhan reflektif yang dapat mengilhami atau mencerahkan pembelajaran akan masyarakat, misalnya tidak dibahas bagaimana kondisi atau respon masyarakat di negara-negara lain atas lembaga kejaksaan di Negara mereka.

II.5.1 A.1, A.5, A.7, A.8, A.11, A.12, A.15, A.17, A.18, A.22, A.23, A.24, A.27, C.4, C.13, C.20, C.32, C.36, C.37, C.44, C.47, C.50, C.54, D.5, D.10, G.1.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kandungan Etik. Sebagai contoh: Dokumen C.13, isi paparannya bersifat teknis operasional –mungkin karena dokumen ini adalah Inpres-, sangat sedikit elaborasi atau penjelasan-penjelasan mengenai konsep kesetaraan gender yang dihubungkan dengan sistem nilai atau norma yang berlaku di masyarakat.

II.6.1 A.2, A.5, A.7, A.9, A.14, A.15, A.17, A.18, A.21, A.23, A.24, A.27, C.4, C.6, C.14, C.18, C.20, C.21, C.29, C.30, C.32, C.37, C.38, C.44, C.45, C.50, C.51, C.54, C.56, C.59, D.5, D.6, D.7. Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 9 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Sistematika. Sebagai contoh: Dokumen A.21, isi di dalam dokumen ini seperti bagian-bagian yang terpisah satu sama lain meskipun ada benang merah yang menghubungkan antara setiap bagian yakni tema tentang sistem Peradilan Pidana Terpadu.

II.7.1 A.5, A.7, A.11, A.12, A.14, A.15, A.16, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, C.4, C.5, C.9, C.18, C.19, C.20, C.21, C.44, C.45, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kredibilitas Sumber. Sebagai contoh: Dokumen A.15, dalam paparannya, penulis tidak memberikan referensi dalam bentuk data, buku, contoh kasus dll. untuk melengkapi dan memperkaya gagasan yang ia tuliskan.

III.1.1 A.1, A.4, A.5, A.8, A.11, A.12, A.13, A.14, A.15, A.16, A.17, A.20, A.21, A.22, A.25, A.27, C.3, C.4, C.6, C.9, C.20, D.5, G.1, G.2.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 6 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kompetensi Melakukan Tuntutan. Sebagai contoh: Dokumen G.1, meski di dalam dokumen ini telah ada timbangan tentang bagaimana memperoleh calon peserta diklat yang

DI MENSI uraian BOBOT 1

memiliki kemampuan intelektual dan profesionalisme, integritas kepribadian, serta berdisiplin tinggi, namun tidak secara spesifik membahas kompetensi melakukan tuntutan. III.2.1 A.2, A.4, A.5, A.7, A.8, A.9, A.11, A.13, A.14, A.15, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24,

A.25, A.27, C.4, C.18, C.32, D.5, G.1, G.2, G.3.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 24, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kompetensi Melakukan Pelayanan Publik. Sebagai contoh: Dokumen A.5, penulisnya coba menganalisis RUU Kejaksaan dengan menyinggung tiga hal yakni,

Kedudukan Kejaksaan, Asas Profesionalitas dan Isi Sumpah, Pra-penuntutan dan Penyidikan Lanjutan. Namun, dalam paparannya, di samping penulis tidak merinci dan atau

menjelaskan setiap sub tema yang ia tuliskan, tidak ada paparan yang membahas atau terkait dengan kompetensi guna melakukan pelayanan pada publik.

III.3.1 A.2, A.6, A.7, A.9, A.10, A.17, A.18, A.21, A.23, A.26, A.27, C.4, C.5, C.6, C.7, C.10, C.16, C.17, C.18, C.20, C.21, C.28, C.32, C.39, C.44, C.45, C.51, D.5, G.2.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kompetensi Profesional. Sebagai contoh: Dokumen C.5, isi dokumen tidak secara spesifik membahas atau menyinggung kompetensi profesional, meski di bagian akhir disinggung tentang perangkat UU. Isi dokumen ini sebagian besar membahas tentang kekerasan di area domestik atau di rumah tangga, juga kaitannya dengan lemahnya pemahaman mengenai masalah kesetaraan gender bagi pelaksana hukum (polisi, jaksa, hakim).

III.4.1 A.4, A.5, A.8, A.9, A.10, A.14, A.15, A.17, A.22, A.23, A.25, A.26, A.27, C.4, C.5, C.6, C.17, C.18, C.20, C.28, C.42, C.45, C.46, C.47, C.50, C.55, C.56, C.58, C.60, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kompetensi Menerapkan Standar Kerja. Sebagai contoh: Dokumen A.14, paparan penulis menunjukkan bahwa kemampuan menerapkan standar kerja yang rendah dar sisi tidak adanya keserasian dan keseimbangan antara pikiran, perkataan dan perbuatan.

III.5.1 A.5, A.6, A.8, A.11, A.17, A.19, C.4, C.6, C.7, C.18, C.29, D.3, D.5, G.2, G.3.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 8 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Kemampuan Kerjasama Dengan Semua Elemen Peradilan. Sebagai contoh: Dokumen A.6, dalam paparannya, penulis telah membahas tentang perlunya melibatkan elemen-elemen civil society seperti LSM, Corruption Watch, dll. Di awal tulisan, penulis sudah menyinggung mengenai harapan masyarakat kepada institusi-institusi penegakan hukum, namun penulis tidak membahas lebih rinci tentang kerjasama Kejaksaan dengan elemen peradilan yang lain.

III.6.1 A.1, A.2, A.4, A.5, A.6, A.7, A.8, A.10, A.12, A.13, A.15, A.17, A.18, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.26, A.27, C.4, C.5, C.6, C.18, C.30, C.32, C.44, C.45, D.5, G.1, G.2, G.3, G.4. Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, konsinyiring, SK, dan juklak. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Sebagai contoh: Dokumen A.27, dalam tulisannya, penulis telah menyebutkan beberapa asas peradilan yang bila dijalankan secara konsisten nantinya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, namun penulis tidak membahas atau merinci asas peradilan seperti apa dan bagaimana menetakkan itu pada kinerja secara konsisten.

III.7.1 A.1, A.3, A.4, A.5, A.6, A.7, A.8, A.9, A.10, A.12, A.13, A.14, A.15, A.16, A.17, A.18, A.19, A.20, A.21, A.22, A.23, A.25, A.27, C.4, C.6, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 9 s/ d 24, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Bersikap Konsisten. Sebagai contoh: Dokumen A.21, dalam tulisannya, penulis telah menyebutkan beberapa masalah yang menghambat terciptanya sistem peradilan pidana terpadu. Masalah

DI MENSI uraian BOBOT 1

yang disebutkan oleh penulis tidak secara khusus berhubungan dengan sikap konsisten para penegak hukum, namun lebih pada distribusi wewenang di antara elemen-elemen penegak hukum dan peraturan yang dipakai selama ini berpeluang untuk ditafsirkan secara berbeda-beda.

III.8.1 A.1, A2, A.3, A.5, A.6, A.7, A.8, A.9, A.10, A.11, A.13, A.14, A.15, A.16, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, B.1, C.4, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, makalah pembicara, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 8 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Bersikap Adil. Sebagai contoh: Dokumen A.21, dalam paparannya, penulis sangat sedikit menyinggung tentang sikap adil, di mana sikap ini lebih dikaitkan dengan dapat-tidaknya Kejaksaan bebas dari campur tangan Presiden (contoh kasus Texmaco, hal. 4). Sebagian besar isi dokumen terkait dengan keterpaduan sistem peradilan pidana.

III.9.1 A.1, A.3, A.5, A.7, A.8, A.9, A.10, A.11, A.13, A.14, A.15, A.16, A.17, A.18, A.19, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.26, A.27, C.4, C.6, C.18, C.20, C.37, C.44, C.45, C.46, D.5. Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 7 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Bersikap Independen. Sebagai contoh: Dokumen A.10, sangat sedikit menyinggung sikap independensi Kejaksaan dalam opersionalisasi juga struktur kewenangannya. Sebagian besar isi dokumen ini membahas tentang efektivitas dan efisiensi pengawasan terhadap pelaksanaan hukum dan kinerja penegak hukum, juga bagaimana optimalisasi partisipasi publik dalam pengawasan.

IV.1.1 A.1, A.2, A.4, A.5, A.8, A.15, A.17, A.20, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.6, C.14, C.17, C.18, C.19, C.20, C.21, C.22, C.34, C.36, C.45, C.54, C.56, C.60, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Purpose. Sebagai contoh: Dokumen A.5, dalam tulisannya, penulisnya menyinggung tiga hal yakni,

Kedudukan Kejaksaan, Asas Profesionalitas dan Isi Sumpah, Prapenuntutan dan Penyidikan Lanjutan. Namun, dalam paparannya, penulis tidak merinci atau membahas dengan lebih dalam. Ini menjadikan tema yang ia munculkan hanya menjadi semacam hal-hal yang harus diperhatikan bagi perbaikan lembaga Kejaksaan, namun tidak memberikan bimbingan yang jelas untuk bertindak bagi para peserta didik.

IV.2.1 A.1, A.2, A.3, A.4, A.5, A.6, A.7, A.8, A.17, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.6, C.7, C.13, C.22, C.36, C.60, D.5.

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Approach. Sebagai contoh: Dokumen A.17, penulis membahas mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk pengembangan kurikulum Fakultas Hukum USU. Dalam paparannya, penulis telah menyebutkan kurikulum fakultas hukum, kualifikasi sarjana hukum yang nantinya dibutuhkan Kejaksaan, juga menyinggung tentang sistem rekruitmen jika menjadi Jaksa. Namun, dalam paparannya, penulis tidak memberikan penjelasan bagaimana kesemua itu dipraktikkan atau diterapkan dalam bentuk tindakan atau kinerja tertentu. IV.3.1 A.1, A.5, A.8, A.17, A.23, A.24, C.6, C.34, C.38, C.40, C.42, C.43, C.44, C.45, C.46, C.50,

C.51, C.59, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 22, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Occurrence. Sebagai contoh: Dokumen A.5, penulis telah menyebutkan beberapa tema yakni Kedudukan Kejaksaan, Asas Profesionalitas dan Isi Sumpah, Prapenuntutan dan Penyidikan Lanjutan. Namun, dari tulisan tersebut tidak terdapat penjelasan bagaimana semua itu membawa pemahaman tentang kinerja yang dibutuhkan oleh peserta didik.

IV.4.1 A.1, A.5, A.6, A.14, A.27, C.3, C.4, C.17, C.25, C.26, C.32, C.33, C.34, C.36, C.37, C.40, C.44, C.45, C.46, C.47, C.50, C.59, C.60, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 23, artinya isi di dalam dokumen-dokumen

DI MENSI uraian BOBOT 1

tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Focus. Sebagai contoh: Dokumen A.6, pemikiran penulis bila dikaitkan dengan dimensi Focus (dasar apa yang dipakai untuk penjenjangan dan penyeleksian), yang dapat disimpulkan adalah sikap independensi dari kekuasaan eksekutif yang harus dimiliki oleh calon Jaksa. Namun, kaitan ini tidak muncul eksplisit dalam tulisan.

IV.5.1 A.1, A.5, A.7, A.9, A.11, A.15, A.17, A.21, A.22, A.23, A.27, C.4, C.6, C.14, C.28, C.32, C.35, C.36, C.37, C.43, C.44, C.47, C.52, C.60, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Basis. Sebagai contoh: Dokumen A.11, penulis telah menuliskan beberapa hal yang relevan dengan upaya pengembangan sumber daya manusia Kejaksaan misalnya: rekruitmen Jaksa, Diklat calon Jaksa, reward dan punishment bagi peserta didik. Namun, kesemua itu lebih terkait dengan materi kurikulum akademik. Penulis tidak menhubungkan upaya pengembangan itu dengan pengetahuan eksplisit yang terjadi seputar kasus hukum. Ini dapat membuat materi hanya menjadi pengetahuan dan kehilangan kaitannya dengan praktik atau terapannya.

IV.6.1 A.2, A.4, A.5, A.6, A.7, A.8, A.9, A.11, A.13, A.15, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.6, C.7, C.14, C.22, C.25, C.32, C.56, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 3 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Learning Sequence. Sebagai contoh: Dokumen A.18, penulis sudah menekankan beberapa upaya yang perlu diperhatikan untuk memperoleh penegak hukum yang handal, teruji dll. (hal. 2-5) yakni rekruitmen calon Jaksa yang ketat, pelaksanaan pendidikan sebagai saringan tahap 2, serta selektif memilih tenaga rekruitment. Namun, dalam membahas pemikirannya, penulis tidak berangkat dari contoh-contoh kasus atau praktik kinerja yang selama ini berlangsung.

IV.7.1 A.1, A.3, A.4, A.5, A.6, A.7, A.8, A.9, A.11, A.12, A.14, A.15, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, C.4, C.7, C.14, C.22, C.31, C.37, C.47, C.56, C.60, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Delivery

Platform. Sebagai contoh: Dokumen A.8, meski penulis telah menyinggung agenda pemisahan tegas fungsi-fungsi yudikatif dari eksekutif, namun kutipan penulis atas pemikiran Romli Atmasasmita (hal. 4-5) menunjukkan penulis masih mendasarkan efektifitas penegakan hukum pada tersedianya kapasitas manusia dan instrumen pendukung yakni subatansi perundang-undangan.

IV.8.1 A.1, A.5, A.6, A.7, A.8, A.11, A.15, A.17, A.18, A.22, A.23, A.27, C.4, C.6, C.7, C.22, C.44, C.46, C.47, C.56, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 24, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Learning Iniative Determinant. Sebagai contoh: Dokumen A.17, isinya adalah gagasan penulis mengenai materi pengembangan kurikulum Fakultas Hukum USU, namun dalam paparannya, penulis tidak memberikan penjelasan bagaimana materi itu dipraktikkan atau diterapkan di dalam kasus-kasus hukum.

IV.9.1 A.1, A.4, A.5, A.7, A.8, A.9, A.11, A.12, A.14, A.15, A.17, A.18, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.25, A.27, C.4, C.6, C.14, C.22, C.37, C.38, C.43, C.44, C.47, C.52, C.54, C.55, C.59, C.60, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 26, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Context. Sebagai contoh: Dokumen C.6, membahas mengenai perlindungan hukum hak-hak asasi wanita yang terdiri dari ayat 1 UUD 1945, pasal 27, Preambule DUHAM, pasal 1 dan 2,

Amandemen II UUD 1945, Pasal 28a, dll., namun tidak ada rincian atau penjelasan lebih. Tidak ditempatkan dan dijelaskannya poin-poin ini pada konteks tertentu bisa memunculkan beragam interpretasi. Misal, Amandemen II UUD 1945, Pasal 28a berikut: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Bagaimana bila usaha mempertahankan hidup seseorang kemudian mengancam atau merusak

DI MENSI uraian BOBOT 1

kehidupan orang lain.

IV.10.1 A.1, A.3, A.4, A.5, A.7, A.8, A.9, A.10, A.11, A.13, A.15, A.17, A.20, A.21, A.22, A.23, A.24, A.27, C.3, C.4, C.6, C.14, C.36, C.46, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 25, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Person

Dependency. Sebagai contoh: Dokumen A.11, penulis telah mencermati beberapa hal guna upaya pengembangan sumber daya manusia Kejaksaan misalnya: rekruitmen Jaksa, Diklat calon Jaksa, reward dan punishment bagi peserta didik. Namun, semua itu adalah tahap-tahapan prosedur yang umum. Penulis sedikit menyinggung tentang perlunya aturan hukum tentang dakwaan batal demi hukum (hal.5). Tetapi dari keseluruhan paparannya, penulis tidak memberi ataupun mendesakkan pemikiran perlunya agenda pengambilan keputusan alternatif dan inovatif berdasar kondisi masyarakat.

IV.11.1 A.1, A.2, A.5, A.6, A.8, A.9, A.11, A.15, A.17, A.25, A.27, C.4, C.6, C.28, C.29, C.30, C.33, C.34, C.37, C.40, C.48, C.53, D.5

Jenis dokumen meliputi makalah peserta, bahan ajar, dan konsinyiring. Jumlah sebaran nilai tujuh rater pada dimensi ini berkisar antara 2 s/ d 22, artinya isi di dalam dokumen-dokumen tersebut sangat sedikit atau sama sekali tidak memiliki kandungan dimensi Delivery

Location. Sebagai contoh: Dokumen A.5, dalam paparannya, penulis telah menyebut mengenai independensi Kejaksaan dalam tema Kedudukan, namun tidak dirinci lebih jauh. Begitu pula pada tema Pra-penuntutan dan Penyidikan Lanjutan (hal. 2), penulis tidak membahas mengenai kerjasama Kejaksaan dengan elemen penegakan hukum yang lain

Dalam dokumen Asesmen terhadap Pendidikan dan Pelatiha (Halaman 70-77)