• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa yang Bertempat Tinggal di Kos dan di Rumah Bersama Orang Tua

LANDASAN TEORI

D. Dinamika Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa yang Bertempat Tinggal di Kos dan di Rumah Bersama Orang Tua

Sutjipto (dalam Slameto, 1988) menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Peran keluarga atau sering disebut dengan faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Orang tua sudah mulai terlibat dalam proses belajar anak sejak usia dini sampai ke jenjang SMA. Lamanya waktu untuk menempuh pendidikan tersebut sering menyebabkan pola dan cara belajar yang dimiliki anak cenderung menetap. Ketika anak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, proses belajar akan terasa berbeda daripada cara belajar ketika berada di jenjang sebelumnya. Mereka dituntut untuk lebih mandiri dan tidak hanya bergantung pada apa yang diajarkan oleh dosen. Mereka juga harus dapat mengerjakan tugas-tugas perkuliahan yang membutuhkan pengaturan waktu agar dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk melakukan cara belajar yang berbeda dengan cara belajar ketika di SMA. Untuk menunjang hal itu maka diperlukan adanya kemampuan pengelolaan diri untuk mentransformasikan kemampuan mental

menjadi kemampuan akademik yang dikenal dengan sebutan self regulated learning (SRL) sebab berbagai hasil penelitian menyatakan bahwa mahasiswa penting untuk memiliki ketrampilan regulasi dalam belajar karena berkorelasi dengan usaha belajar yang efektif dan efisien (Deasyanti, dkk, 2007).

Menurut Santrock (2002) kemandirian untuk jauh dari pengawasan orang tua menjadi sesuatu yang sangat dinikmati. Oleh karena itu, lingkungan yang terkait dengan mahasiswa tidak terbatas hanya pada keluarga tetapi teman sebaya juga mengambil bagian dalam kehidupan sosial mahasiwa. Oleh karena banyak dari mahasiswa yang dikenal dengan anak itu kos. Perbedaan di antara mahasiswa kos dan rumah terletak pada lingkungan tempat tinggal. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap SRL yang digunakan oleh individu. Pengaruh lingkungan tempat tinggal terhadap SRL terdiri dari pengalaman sosial yang berupa modeling dan persuasi verbal. Selain itu dukungan sosial juga termasuk dalam pengaruh lingkungan (Zimmerman, 1989).

Lingkungan kos pada dasarnya dapat dimengerti sebagai sebuah lingkungan yang diciptakan sebagai pengganti lingkungan keluarga, dimana interaksi yang biasa terjadi antar anggota keluarga digantikan oleh individu-individu yang tinggal di kos. Dalam lingkungan kos memungkinkan mereka mengalami proses modeling karena menurut (Sudrajat, 2008) lingkungan senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikuti apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Lingkungan kos memiliki potensi untuk melakukan modeling dan persuasi verbal karena mereka tinggal

bersama dengan mahasiswa lain yang memiliki kesamaan untuk melakukan kegiatan belajar. Dari situ mereka memiliki kesempatan untuk mencari model yang dianggap sesuai dengan dirinya untuk mengadopsi perilaku belajar yang mendukung dalam pencapaian tujuan belajar.

Lingkungan kos juga mempunyai kondisi dan situasi yang lebih menguntungkan dalam kegiatan pendidikan yaitu dalam hal dukungan sosial dalam hal dukungan instrumental dan dukungan informatif dari teman sebaya sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan dan feedback secara langsung dari teman. Mereka memiliki waktu yang lebih longgar dan fleksibel untuk belajar, selain itu mereka juga lebih memungkinkan untuk membentuk kelompok-kelompok belajar, baik dengan siswa seangkatan ataupun dengan kakak tingkatnya yang lebih senior untuk mendukung pemberian dukungan sosial tersebut (Hidayatullah, tanpa tahun).

Faktor lingkungan tersebut dapat berdampak pada SRL yang dimiliki oleh mahasiswa kos. Secara aspek metakognisi, dengan adanya model perilaku mereka memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dan mengevaluasi kegiatan belajar yang mereka dengan standar perilaku model yang ditirunya. Secara aspek motivasi, adanya pengalaman langsung dengan modelling dapat meningkatkan keyakinan diri (Zimmerman, 1989). Hal ini menjadikan aspek motivasi yang berupa efikasi diri akan mengalami peningkatan.

Selain itu komponen SRL yang lain menyebutkan adanya aspek perilaku. Adanya kesempatan mendapatkan dukungan sosial berupa dukungan instrumental

dan dukungan informatif dari teman sebaya tanpa batasan waktu menjadikan mereka memiliki kemampuan untuk memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan yang dapat memberi dukungan sosial yang positif terhadapnya. Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar mahasiswa mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong mahasiswa untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar dan karena itu akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif (kebebasan unsur penting, tanpa tahun). Berfungsinya ketiga aspek tersebut berdasarkan faktor lingkungan menyebabkan mahasiswa yang bertempat tinggal di kos cenderung memiliki SRL yang tinggi.

Sedangkan bertempat tinggal di rumah bersama orang tua didefinisikan bagi mereka yang masih tinggal bersama dengan keluarga. Menurut Sutjipto (dalam Slameto, 1988) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Peran keluarga atau sering disebut dengan faktor keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Kartono (1985), membiasakan anak-anak untuk belajar di rumah merupakan hal yang penting. Salah satu kegiatan bimbingan yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengawasi penggunaan waktu belajar dan kegiatan belajar di rumah. Dengan mengawasi penggunaan waktu belajar maka orang tua dapat mengetahui apakah anaknya menggunakan waktu belajar dengan teratur. Orang tua perlu mengawasi kegiatan belajar anak-anaknya di rumah karena dengan mengawasi kegiatan

belajar anaknya, mereka dapat mengetahui apakah anaknya belajar dengan sebaik-baiknya. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkalai (Kartono, 1985).

Dari segi faktor lingkungan mahasiwa yang tinggal bersama orang tua memiliki keterbatasan dalam hal modeling dan persuasi verbal karena mereka tinggal dengan orang tua yang notabene memiliki peran dan tanggungjawab yang berbeda dengan dirinya. Menurut teori dasar keluarga (dalam Kusuma, 2011) ayah memiliki peran sebagai pencari nafkah, ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga atau dapat juga berperan sebagai pencari nafkah, dan anak melaksanakan peran psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal tersebut menyebabkan mereka kurang optimal mendapatkan model perilaku dan arahan secara langsung tentang materi kuliah ketika melakukan pengaturan proses belajar. Dalam segi dukungan sosial, orang tua lebih banyak memberikan dukungan emosional dan dukungan penghargaan secara langsung dalam aktivitas belajar.

Faktor lingkungan tersebut dapat berdampak pada SRL yang dimiliki oleh mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Secara aspek metakognisi, ketidakluasan untuk mengadopsi model perilaku membuat mereka kurang memiliki kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar yang mereka lakukan. Secara aspek motivasi, kurangnya pengalaman langsung dengan modelling menjadikan keyakinan diri nya kurang meningkat. Hal ini menjadikan aspek motivasi yang berupa efikasi diri kurang mengalami peningkatan.

Selain itu komponen SRL yang lain menyebutkan adanya aspek perilaku. Keluarga memberi dukungan sosial berupa dukungan emosional dan dukungan penghargaan sebagai motivasi eksternal. Dukungan instrumental dan dukungan informatif dari orang yang sama-sama berstatus mahasiswa atau orang yang ahli dalam materi perkuliahan menjadi terbatas. Keterbatasan untuk memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan yang dapat memberi dukungan instrumental dan informatif yang positif terhadapnya menyebabkan aspek perilaku yang dimiliki individu kurang optimal. Padahal pengaturan lingkungan belajar diperlukan agar mahasiswa mampu memunculkan kegiatan-kegiatan belajar yang kreatif dan produktif (kebebasan unsur penting, tanpa tahun).

Kurang berfungsinya ketiga aspek tersebut berdasarkan faktor lingkungan menyebabkan mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah bersama orang tua cenderung memiliki SRL yang rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini akan digambarkan bagan mengenai perbedaan SRL antara mahasiswa yang bertempat tinggal di kos dan di rumah bersama orang tua.

Gambar 1. Bagan Dinamika Perbedaan SRL

.

Mahasiswa

Berdasarkan tempat tinggal

Kos Bersama Orang Tua

Faktor Lingkungan Pengalaman langsung Dukungan Sosial Faktor Lingkungan Dukungan Sosial Berpotensi mengalami modeling secara leluasa dukungan instrumental dan informatif dari teman sebaya Kurang leluasa untuk mengalami modeling dukungan emosional dan penghargaan dari orang tua Pengalaman langsung mampu mengorganisasi & mengevaluasi kegiatan belajar berdasar standar perilaku model yang ditirunya pengalaman langsung dengan modelling meningkatk an keyakinan diri Leluasa untuk memilih, menyusun, & menciptakan lingkungan yang dapat memberi dukungan sosial yang positif mereka kurang memiliki kemampuan mengevaluasi kegiatan belajar yang mereka lakukan kurangnya pengalam an langsung keyakinan diri nya kurang meningkat Kurang eluasa memilih, menyusun & menciptakan lingkungan yang dapat memberi dukungan sosial yang positif

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah SRL mahasiswa yang bertempat tinggal di kos lebih tinggi daripada mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah bersama orang tua.

29 BAB III